DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
ABSTRACT
AYU JUNIATI NURMAIMUN. Evaluation of the Success of Dramaga Permanent Nursery
for Building Private Forests in Ciampea District, Bogor Regency. Supervised by
SUPRIYANTO.
The development of the Dramaga Permanent Nursery aims to provide good quality of
seedlings to rehabilitate degraded forests and lands in the Citarum, Ciliwung and Cisadane
Watersheds, by producing and distributing seedlings both for research, ceremonial and private
forest development purposes. Technical factors and distribution systems may affect the
success of private forest development. This study aims to analyze the success of private forest
development which obtained seedlings from the Dramaga Permanent Nursery. The results of
research from 5 locations, Bogor Regency, showed that 2 planting locations were not found
and 3 planting locations were found, 1 planting locations for reforestation and 2 planting
locations for private forest. Thus, only 3 planting locations were found in Ciampea District.
The success of evaluating tree growth in Bojong Jengkol Village, can be seen from the
survival percentage, height and diameter growth tree. The Subvillage of Bojong Nyamplung
has survival percentage of 86.58%, an average height of 8.80 m and diameter of 14.60 cm,
while in Cikirang Subvillage has survival percentage of 55.72%, an average height of 5.40 m
and diameter of 8.52 cm. Thus Bojong Nyamplung Subvillage has higher survival percentage
of trees, the average height and diameter of trees than that of Cikirang Subvillage.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan judul Evaluasi
Keberhasilan Persemaian Permanen Dramaga dalam Membangun Hutan Rakyat di
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Karya ilmiah disusun sebagai salah satu
syarat mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya
dukungan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr Ir Supriyanto selaku dosen pembimbing atas pengetahuan dan
saran yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini.
2. Bapak Heru Ruhendi S,Hut selaku manager Persemaian Permanen Dramaga
atas bantuan dan saran yang telah diberikan sehingga penulis dapat
memperoleh data penelitian sebagai bahan dalam karya ilmiah ini.
3. Seluruh pegawai Persemaian Permanen Dramaga khusunya Pak Pepen dan
Eryanto Risky yang telah membantu dalam pencarian data dan lokasi
penelitian.
4. Petani hutan rakyat di Kecamatan Ciampea yang telah bersedia menjadi
responden dan telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian,
sehingga penulis dapat memperoleh data penelitian sebagai bahan dalam
karya ilmiah ini.
5. Dosen penguji atas saran, arahan dan masukan yang telah diberikan
sehingga membantu dalam perbaikan karya ilmiah ini.
6. Keluarga besar Maimun atas motivasi dan dukungan yang telah diberikan
kepada penulis
7. Staf Tata Usaha Silvikultur dan teman–teman civitas IPB atas motivasi
yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan berbagai manfaat kepada semua
pihak pembaca.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Persemaian Permanen Dramaga 2
Hutan Rakyat 4
METODE 5
Lokasi dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan Penelitian 5
Prosedur Pengumpulan Data 6
Prosedur Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 30
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Hutan rakyat berperan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi kayu,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Keterlibatan
petani dalam pengelolaan hutan rakyat merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan
kesejahteraan dan merupakan bentuk nyata partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan kehutanan.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keberhasilan pembangunan hutan
rakyat yang memperoleh bibit dari Persemaian Permanen Dramaga di Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai
keberhasilan Persemaian Permanen Dramaga dalam pembangunan hutan rakyat yang
mungkin dipengaruhi oleh sistem distribusi dan faktor teknis, yang dapat dijadikan
pedoman bagi pemilik dan kelompok tani dalam membangun hutan rakyat yang lebih
baik, serta dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam memutuskan kebijakan
yang terkait dengan pembangunan hutan rakyat terutama di Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemohon
masyarakat, Pengecekan Distribusi
lembaga Pengelola bibit
ketersediaan
melampirkan Persemaian/ kepada
dan jumlah
jenis dan Kepala pihak
bibit
jumlah tanaman BPDAS pemohon
Hutan Rakyat
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik
(Undang-Undang Kehutanan No. 41 tahun 1999). Definisi ini merupakan penegasan
bahwa hutan rakyat bukanlah hutan negara yang tanahnya tidak dibebani hak milik.
Menurut Suharjito (2000), terdapat konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan dari
pengertian tersebut, yaitu:
1. Hutan yang tumbuh di atas tanah adat dan dikelola oleh keluarga petani sebagai
anggota suatu kelompok masyarakat adat diklaim pemerintah sebagai hutan negara
dan tidak termasuk ke dalam hutan rakyat.
2. Hutan yang tumbuh di atas tanah milik dan diusahakan oleh orang-orang kota atau
perusahaan swasta yang menyewa atau membeli tanah masyarakat lokal dapat
dikategorikan sebagai hutan rakyat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan (2004) tentang Pedoman Pembuatan
Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, pengertian
hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun
hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0.25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-
kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%. Menurut Suharjito (2000) hutan rakyat
adalah hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan,
karena hutan rakyat juga disebut hutan milik. Bagi masyarakat Jawa, hutan rakyat lebih
dikenal dengan istilah tegalan, pekarangan, kebun, dan lain sebagainya.
Kelestarian hutan rakyat ditentukan oleh struktur tegakan hutan. Struktur
tegakan hutan yang diharapkan memenuhi syarat bagi tercapainya kelestarian, yakni
kurang lebih menyerupai hutan normal. Budidaya hutan rakyat pada dasarnya telah
dikuasai oleh para petani hutan rakyat, walaupun dalam pengertian apa adanya. Artinya,
mulai dari penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan sampai siap jual semuanya
dilakukan secara sederhana (Hardjanto 2000).
Usaha pengelolaan hutan rakyat dapat menyerap banyak tenaga kerja karena
kegiatannya yang meliputi penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran.
Hutan rakyat yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa tidak lebih dari 0.25 ha,
hal ini disebabkan rata-rata kepemilikan lahan di Pulau Jawa sempit sehingga pemilik
lahan berusaha memanfaatkan lahannya dengan membudidayakan tanaman-tanaman
yang bernilai tinggi, cepat menghasilkan, dan tanaman konsumsi sehari-hari. Umumnya
hutan rakyat ditemui pada lahan marginal (lahan yang tidak/kurang menghasilkan
komoditi pangan), pekarangan rumah serta pada lahan-lahan terlantar (Hardjanto 2000).
Menurut Dinas Kehutanan Jawa Tengah (2007), pola hutan rakyat berdasarkan
jenis tanaman adalah:
1. Didominasi oleh satu jenis tanaman. Contoh: jati, akasia, mahoni.
2. Pola hutan rakyat campuran, didominasi oleh dua atau lebih jenis tanaman
kehutanan. Contoh: jati dan mahoni, jati dan sengon, mahoni, dan sengon.
3. Pola hutan rakyat agroforestri merupakan hutan rakyat campuran antara tanaman
kehutanan, tanaman perkebunan, dan tanaman hijau makanan ternak yang
dipadukan dengan tanaman pangan semusim (empon-empon, kunyit, jahe, dan lain-
lain). Pola agroforestri paling diminati masyarakat karena bisa menghasilkan panen
harian, mingguan, maupun tahunan (jangka panjang).
5
METODE
Prosedur Penelitian
Data yang dibutuhkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada petani hutan
rakyat menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh melalui Persemaian Permanen
Dramaga. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 alur prosedur penelitian
Prosedur Penelitian
Data produksi dan distribusi 1. Sumber daya pengelola 1. Persentase jadI bibit
tahun 2016 hutan rakyat 2. Diameter pohon
2. Teknik pengelola hutan 3. Tinggi pohon
hutan rakyat
Analisis Data
Penulisan Skripsi
Desa Benteng
Desa Ciampea
Data Sosial
Analisis data sosial dilakukan secara deskripif kualitatif, penelitian ini bertujuan
menjelaskan atau menerangkan keadaan di lapangan berdasarkan data yang telah
terkumpul yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dan yang dikembangkan
menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk
memperoleh kebenaran dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
9
Hasil
Sistem produksi dan distribusi bibit merupakan hal yang penting dalam
manajemen Persemaian Permanen Dramaga. Sistem produksi dan distribusi bibit saling
mempengaruhi satu sama lain, ketika bibit yang diproduksi berkualitas maka
permohonan dan distribusi bibit akan meningkat sehingga kontinuitas produksi bibit
dapat dipertahankan dan dikembangkan.
1. Media Tanam
Pemilihan media tergantung pada kemudahan dalam mendapatkan media di
sekitar Persemaian Permanen Dramaga. Media tanam untuk jenis tanaman kayu
10
umumnya terdiri dari campuran komponen organik dan mineral. Komponen organik
terdiri dari serabut kelapa, sekam padi, arang sekam dan serbuk gergaji. Komponen
mineral yang kasar, misalnya pasir dan tanah akan dicampurkan dengan komponen
organik untuk memperbaiki porositas media. Campuran media yang ideal tergantung
pada jenis tanaman dan ketersediaan media. Media tanam yang digunakan oleh
Persemaian Permanen Dramaga dapat dilihat pada Gambar 5. Kegiatan produksi yang
dilakukan Persemaian Permanen Dramaga dapat dilihat pada Lampiran 1.
A B
Keterangan: (A) Tanah, kompos dan arang sekam, (B) sekam padi
2. Benih
Tidak semua benih di Persemaian Permanen Dramaga bersertifikat. Benih yang
bersertifikat adalah benih sengon, sedangkan benih lainnya seperti jati dan jabon tidak
bersertifikat. Menurut keterangan pegawai Persemaian Permanen Dramaga meskipun
beberapa tidak bersertifikat namun benih yang diperoleh berasal dari pengada benih
yang dapat dipercaya. Benih yang disemai oleh Persemaian Permanen Dramaga dapat
dilihat pada Gambar 6.
A B
Keterangan: (A) Benih sengon bersertifikat, (B) benih jati dan jabon yang tidak bersertifikat
3. Penaburan Benih
Penaburan adalah upaya untuk memperoleh kecambah yang normal dan sehat
dalam jumlah yang mendekati jumlah benih yang ditabur. Penaburan dilakukan di
rumah perkecambahan, sedangkan media tabur yang digunakan adalah pasir sungai
yang telah diayak dengan ayakan 5 mm, namun kegiatan penaburan benih belum
dilakukan dikarenakan produksi bibit tahun 2019 dimulai pada bulan Maret. Bedeng
tabur di Persemaian Permanen Dramaga dapat dilihat pada Gambar 7.
11
A B
Keterangan: (A) Bedeng sapih, (B) kegiatan penyapihan
A B
Keterangan: (A) Proses pengmasan bibit, (B) pengangkutan bibit
Secara skematis, alur produksi bibit dibagi menjadi dua yaitu alur produksi
dengan menggunakan pottrai dan alur produksi dengan menggunakan polibag. Alur
produksi pottrai dapat dilihat pada Gambar 11, sedangkan alur produksi bibit polibag
dapat dilihat pada Gambar 12.
Tabel 3 Pengeluaran bibit untuk tujuan hutan rakyat di Kecamatan Ciampea tahun
2016
No Instansi/Lembaga Lokasi Penanaman Jenis Bibit Jumlah
Bibit
(bt)
1 Gapoktan Tani Desa Ciampea Mahoni 2000
Rahayu
2 Edwin Desa Benteng Jabon 600
3 Karang Taruna Bojong Rangkas Mahoni 1500
4 Kelompok Tani Cikirang, Bojong Sengon, jati, 1500
Sumber Tani jengkol, Ciampea kayu afrika,
mahoni
5 H. Udung Bojong Jengkol Tanaman buah, 2000
Ciampea sengon, jabon,
kayu afrika, jati
Total 7600
Sumber: Data produksi dan distribusi bibit Persemaian Permanen Dramaga 2018
Penanaman yang dilakukan oleh Gapoktan Tani Rahayu Desa Ciampea untuk
penghijauan di Gunung Kapur, bukan untuk pembangunan hutan rakyat, sehingga
penelitian tidak dapat dilakukan di lokasi tersebut karena tidak adanya pengelolaan
hutan. Lokasi penanaman Kebon Eurih, Desa Benteng dan identitas pemohon tidak
berhasil ditemukan. Lokasi penanaman Kantor Kecamatan Ciampea juga tidak berhasil
ditemukan. Beberapa pihak yang terkait seperti Kepala Desa, Ketua Karang Taruna dan
Kepala bagian pertanian Kantor Kecamatan Ciampea tidak mengetahui secara jelas
mengenai lokasi penanaman bibit dari Persemaian Permanen Dramaga. Berdasarkan
keterangan Ketua Karang Taruna Kecamatan Ciampea bibit dari Persemaian Permanen
16
Secara umum pengelolaan hutan rakyat di lokasi penelitian dikelola dengan pola
agroforestri yang merupakan campuran antara tanaman kehutanan dengan tanaman
perkebunan, dan pertanian, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan kepemilikan
lahan untuk beberapa petani Desa Bojong Jengkol. Salah satu upaya untuk mengatasi
keterbatasan kepemilikan lahan adalah dengan mengoptimalkan penggunaan lahan
dengan pola agroforestri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapangan
diketahui bahwa jenis yang ditanam petani di Desa Bojong Jengkol dapat dibaca pada
Tabel 5. Salah satu keunggulan penerapan pola agroforestri adalah dapat diperolehnya
kontinuitas pendapatan dimana tanaman semusim dan perkebunan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan pendapatan dari kayu sifatnya
temporal seperti kebutuhan anak sekolah, hajatan/pesta, membangun rumah, dan
kebutuhan mendesak lainnya. Jumlah tanaman pada setiap lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 5.
17
1. Pengadaan bibit
Bibit diperoleh petani dari Persemaian Permanen Dramaga dan menyemai bibit
sendiri. Bibit yang diperoleh petani dari Persemaian Permanen Dramaga memiliki tinggi
sekitar 30 cm. Petani dari Kampung Bojong Nyamplung menyemai bibit tanaman palm
karena tanaman palm yang sedang berbuah. Buah palm diekstraksi dengan direndam
sampai kulitnya terkelupas kemudian ditanam. Benih palem yang sedang diekstraksi
dapat dilihat pada Gambar.
2. Persiapan lahan
Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan yaitu membersihkan lahan dari semak
belukar, alang-alang dan tumbuhan pengganggu lainnya. Lahan diolah dengan
dicangkul untuk menggemburkan tanah, selanjutnya dilakukan pelubangan tanah
19
3. Penanaman
Kegiatan penanaman biasanya dilakukan pada musim hujan dan pada saat bibit
dan lahan telah siap. Kegiatannya dimulai dari pembuatan lubang tanam kemudian
memasukkan bibit ke lubang tersebut. Lamanya kegiatan dan biaya yang dikeluarkan
petani pada kegiatan penanaman tergantung banyaknya tanaman yang ditanam. Tenaga
kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pemilik hutan rakyat termasuk keluarganya
dan tetangga. Petani hutan rakyat Kampung Cikirang memberi upah per hari sebesar Rp
50,000 biasanya penanaman dilakukan dari pukul 6 pagi sampai pukul 12 siang atau
disebut dengan bedugan, sedangkan petani Bojong Nyamplung memberi upah per bulan
kepada pegawai tetap yang berjumlah 10 orang sebesar Rp 800,000 untuk penanaman,
pembersihan dan pekerjaan lainnya.
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan di hutan rakyat diantaranya adalah pemupukan,
penyiangan, pendangiran, dan penyemprotan. Berdasarkan hasil wawancara, adapun
kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan untuk memacu pertumbuhan tanaman sehingga
diperoleh hasil kayu yang optimal, responden dari Kampung Cikirang hanya
melakukan pemupukan diawal penanaman, sedangkan responden dari Kampung
Bojong Nyamplung melakukan pemupukan satu tahun sekali setelah penanaman.
Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang diberikan di sekitar tanaman
secukupnya, hal ini dikarena alasan modal yang terbatas. Pemupukan dilakukan
menggunakan pupuk kandang yang biasanya diperoleh dari ternaknya sendiri atau
membeli dari peternak dengan harga Rp 5,000 - Rp 10,000/karung, 1 karung pupuk
kandang setara dengan 20 kg.
b. Penyulaman
Kegiatan penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman apabila ada tanaman
yang mati, petani hutan rakyat Kampung Cikirang, Desa Bojong Jengkol tidak
melakukan penyulaman atau mengganti tanaman yang mati dengan tanaman untuk
pakan ternak, sedangkan petani hutan rakyat Kampung Bojong Nyamplung, Desa
Bojong Jengkol melakukan penyulaman dengan mengganti tanaman yang mati
dengan jenis tanaman awal seperti sengon, jati, jabon dan kayu afrika apabila masih
ada bibit dari sisa penanaman atau diganti dengan jenis tanaman pakan ternak seperti
lamtoro. Penyulaman dengan jenis pakan ternak dikarenakan petani juga beternak
kambing.
20
c. Pendangiran
Kegiatan pendangiran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman
pengganggu ataupun rumput alang-alang yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Kegiatan pendangiran rata-rata dilakukan 3 bulan sekali sampai tanaman
berumur 1 tahun. Setelah tanaman berumur 1 tahun pendangiran dilakukan 6 bulan
sekali, hal tersebut dikarenakan tanaman sudah tumbuh tinggi sehingga pertumbuhan
rumput tidak terlalu mengganggu tanaman pokok.
d. Pemangkasan
Kegiatan pemangkasan dilakukan dengan memangkas cabang pohon yang
dianggap mengganggu pertumbuhan dan menghalangi jalan. Tanaman dengan umur
dibawah satu tahun tidak dilakukan pemangkasan, setelah berumur satu tahun cabang
dengan tinggi kurang dari 1 m dipangkas karena dianggap menghalangi jalan.
Kegiatan pemangkasan cabang dilakukan 6 bulan sekali.
e. Penjarangan
Kegiatan penjarangan dilakukan dengan menebang tanaman yang dianggap
mengganggu pertumbuhan. Kegiatan penjarangan sudah dilakukan sebanyak 1 kali di
Kampung Cikirang, Bojong Jengkol, penjarangan dilakukan pada pohon sengon
karena banyak yang tumbang terkena angin. Diameter pohon yang di jarangi sekitar
6 cm dengan jumlah 30 pohon, selanjutnya pohon sengon hasil penjarangan dijual ke
pemborong dengan harga Rp 1,500,000.
5. Gangguan Hutan
Gangguan hutan yang sering terjadi di hutan rakyat Kampung Cikirang dan
Bojong Nyamplung, adalah angin dan banjir. Banyak pohon yang tumbang karena
diterjang angin, dan di lokasi penanaman yang dekat dengan sungai banyak tanaman
yang mati karena tergenang air. Pencurian pohon tidak pernah terjadi baik di Kampung
Cikirang maupun Bojong Nyamplung.
Meskipun jenis tanaman tersebut memiliki umur yang sama hutan rakyat Bojong
Nyamplung memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman lebih baik
dibandingakan dengan hutan rakyat Cikirang. Perbedaan rata-rata tinggi dan diameter
tanaman dipengaruhi oleh pengelolaan seperti pemupukan dan pemeliharaan. Hutan
rakyat Bojong Nyamplung melakukan pemupukan setiap tahun karena banyaknya jenis
tanaman buah yang ditanam yang secara langsung akan mempengaruhi pertumbuahan
tanaman disekitarnya.
Pembahasan
pemilihan jenis pohon oleh petani hutan rakyat. Alasan yang mendasari petani dalam
memilih jenis pohon kayu adalah 1) pertumbuhannya cepat, 2) pemasaran mudah, 3)
harga cukup baik, 4) produksinya bagus, 5) bibit mudah didapat, 6) tempat tumbuh
sesuai, dan 7) pemeliharaan mudah, sedangkan alasan petani memilih membudidayakan
jenis pohon penghasil buah: 1) mereka mendapatkan penghasilan secara rutin dari hasil
buah-buahan dan tanaman lainnya, 2) ketersediaan pasar produk kebun campuran.
Berdasarkan data persentase jadi tanaman pada umumnya bibit yang ditanam
relatif terpelihara, namun di lokasi penelitian kampung Cikirang persentase jadi tanam
cukup rendah. Persentase jadi yang rendah tersebut dipengaruhi oleh faktor lokasi
penanaman. Lokasi penanaman di dekat sungai menyebabkan banyak gangguan hutan
seperti banjir. Gangguan hutan yang sering terjadi di hutan rakyat Kampung Cikirang
dan Bojong Nyamplung adalah angin dan banjir. Di dua lokasi penelitian terdapat
perbedaan yang sangat mencolok dalam hal pertumbuhan tanaman (tinggi dan
diameter), hal ini dikarenakan perbedaan cara pemeliharaan di dua lokasi penelitian.
Simpulan
Hasil penelitian dari 5 lokasi di Kecamatan Ciampea, terdapat 2 lokasi penanaman
yang tidak berhasil ditemukan dan 3 lokasi penanaman berhasil ditemukan dengan
tujuan penghijauan (1 lokasi penanaman) dan dengan tujuan hutan rakyat (2 lokasi
penanaman). Dengan demikian dari 5 lokasi distribusi bibit tahun 2016 di Kecamatan
Ciampea hanya 3 lokasi yang berhasil ditemukan lokasi penanamannya. Keberhasilan
evaluasi pertumbuhan pohon di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea dapat dilihat
dari tinggi dan diameter pohon. Kampung Bojong Nyamplung memiliki persentase jadi
86.58% (sangat baik), rata-rata tinggi 8.80 m dan diameter 14.60 cm, sedangkan
Kampung Cikirang memiliki persentase jadi 55.72% (cukup baik), rata-rata tinggi 5.40
m dan diameter 8.52 cm. Dengan demikian Kampung Bojong Nyamplung memiliki
persentase jadi, rata-rata tinggi dan diameter pohon lebih tinggi dari Kampung Cikirang.
Saran
Adanya penataan sistem administrasi dan pemantauan bibit yang didistribusikan,
adanya evaluasi keberhasilan penanaman di masyarakat, serta adanya pelaporan dari
masyarakat tentang kegiatan penanaman bibit ke Persemaian Permanen Dramaga.
DAFTAR PUSTAKA
A B
C D
E F
Keterangan: (A) Pengolahan media, (B) pengisian polibag, (C) seleksi benih, (D)
pemeliharaan bibit, (E) pembersihan lahan, (F) penataan bibit.
A B
29
C D
Keterangan: (A) Agroforestri mahoni dan singkong, (B) agroforestri kayu afrika dan
pisang, (C) agroforestri sengon, pisang dan singkong, (D) agroforestri jati,
mahoni dan singkong.
A B
C D
Keterangan: (A) Agroforestri MPTS, (B) agroforestri kayu afrika jambu Kristal dan
kunyit, (C) agroforestri sengon dan bambu, (D) agroforestri sengon dan
bambu.
30
RIWAYAT HIDUP