ACARA I
MEMBUAT UNIT LAHAN DAN MENGHITUNG LUAS
Oleh
Nama : Gledizia Rizadi
NIM : 16/401401/SV/11905
Kelompok : 3
Coass : Candra Wigati
Google Maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online disediakan oleh
google. Aplikasi peta dunia digital ini dapat dikembangkan menjadi prototipe pengukur
luas lahan berbasis Android dengan dilengkapi perangkat keras GPS dan perangkat lunak
yang terintegrasi Google Maps API. Masalah dari pengukuran luas dengan perkembangan
aplikasi pengukuran jarak menggunakan Google Maps pada smartphone berbasis
Android. Hasil dari kajian dan pencarian bahan telah ditemukan metode dalam
pengembangan aplikasi dari Google Maps. Metode pengukuran luas pada penelitian
menggunakan metode waypoint sebagai metode pengukuran jarak menjadi luas yang
mengubah nilai desimal dari titik koordinat menjadi nilai radian untuk dapat menghasilkan
nilai luas pengukuran. Metode planimetri dan metode grid dalam penelitian ini sebagai
pendukung dari metode pengukuran dalam membatasi wilayah dan perhitungan luas
lahan. (Muslihun, 2016)
Luas unit lahan yang dibuat di ArcMap menggunakan geospasial database memiliki peran
penting yang mendukung pengambilan sampel tanah di lapangan ke pemetaan
Kelembapan Tanah. Luas unit lahan ini secara sistematis dapat merancang area homogen
yang mudah untuk mengabil sampel tanah di lapangan dengan menggunakan global
positioning system (GPS) dari setiap polygon secara acak (Saeid Gharechelou dkk, 2015)
Perubahan penggunaan lahan adalah faktor utama yang mendorong perubahan layanan
ekosistem. Mengukur variasi layanan ekosistem dalam menanggapi perubahan
penggunaan lahan adalah cara yang efektif untuk menilai biaya dan manfaat lingkungan
dari berbagai pendekatan terhadap perencanaan berbasis kebijakan (Wei Song dkk, 2015)
Pembahasan
Pada metode dot grid, hasil overlay penggunaan lahan dan kelas kelerengan berjumlah
sebelas unit lahan yaitu (1) hutan III, (2) Hutan IV, (3) Kebun Campur II, (4)Kebun Campur
III, (5) Kebun Campur IV, (6) Pemukiman II, (7) Pemukiman III, (8) Sawah II, (9) Sawah III,
(10) Sawah IV, dan (11) Tegalan II. Hutan III memiliki 6 dot grid dengan luas pada peta
yaitu 0,67 cm2, luas sebenarnya yaitu 0,326 Ha. Hutan IV dan kebun campur II memiliki
43 dot grid dengan luas pada peta 4,78 cm2, luas sebenarnya yaitu 2,3411 Ha. Kebun
Campur III memiliki 13 dot grid dengan luas pada peta 1,44 cm2, luas sebenarnya yaitu
0,7077 Ha. Kebun Campur IV dan Sawah IV memiliki 9 dot grid dengan luas pada peta 0,33
cm2, luas sebenarnya yaitu 0,1633 Ha. Pemukiman II memiliki 200 dot grid, luas pada peta
yaitu 22,22 cm2 dan luas sebenarnya yaitu 10,8878 Ha. Pemukiman III memiliki 36 dot
grid dengan luas pada peta yaitu 4 cm2 dan luas sesungguhnya yaitu 1,96 Ha. Sawah II
memiliki 301 dot grid dengan luas pada peta yaitu 33,44 dan luas sesungguhnya yaitu
16.3878 Ha. Sawah III memiliki 47 dot grid dengan luas pada peta yaitu 5,22 cm2 dan luas
sesungguhnya yaitu 16.3878 Ha. Sawah III memiliki 47 dot grid dengan luas pada peta
yaitu 5,22 cm2 dan luas sesungguhnya yaitu 2,5589 Ha. Tegalan II memiliki 19 dot grid
dengan luas pada peta yaitu 2,11 dan luas sesungguhnya yaitu 1,0339 Ha. Unit lahan yang
memiliki luas terbesar yaitu Sawah II dan Unit lahan yang memiliki luas terkecil yaitu
Kebun Campur IV dan Sawah IV. Pada metode aplikai ArcGIS, hasil overlay yaitu terdapat
38 Unit Lahan. Unit lahan yang memiliki luas terbesar yaitu
I_Caturanum_Latosol_Pemukiman dengan luas lahan seluas 299,712076 Ha. Unit lahan
yang memiliki luas terkecil yaitu IV_Caturanum_Latosol_Air Tawar dengan luasnya
1,012561 Ha.
Pembuatan unit lahan dapat berfungsi untuk mengetahui laju erosi dan indeks bahaya
erosi sehingga dapat menetukan tindakan konservasi tanah.
Perbedaan metode dot grid dan metode aplikasi Arc GIS yaitu (1)Metode dot grid harus
melakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil luas suatu unit lahan sedangkan
metode ArcGIS tidak perlu melakukan perhitungan. (2) Metode dot grid hanya
memerlukan peta penggunaan lahan dan peta kelas kelerengan. Sedangkan metode
aplikasi ArcGIS menggunakan peta kelas kelerengan, peta stasiun hujan, peta jenis tanah,
dan peta penggunaan lahan. (3) Bila unit lahan yang dihasilkan lebih banyak, lebih praktis
menggunakan aplikasi ArcGIS.
Kesimpulan:
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Cara membuat unit lahan dengan metode
dot grid yaitu menjiplak peta penggunaan lahan dan peta kelas kelerengan dengan
menggunakan kertas kalkir. Memberi symbol dari masing-masing unit lahan tersebut.
Membuat keterangan dari symbol-simbol tersebut. Membuat keterangan kelas lereng
dan penggunaan lahan di masing-masing unit lahan. Terakhir yaitu menghitung luas setiap
lahan dengan dot grid dengan rumus:
DAFTAR PUSTAKA
Muslihun., Ilhamsyah., dan Yulrio Brianorman. 2016. Prototipe Aplikasi Pengukur Luas
Lahan Wilayah Berbasis Android. Jurusan Sistem Komputer dan Sistem Informasi
Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura: Pontianak, Kalimantan Barat.
Saeid Gharechelou., Ryutaro Tateishi., Ram C. Sharma and Brian Alan Johnson. 2015. Soil
Moisture Mapping in an Arid Area Using a Land Unit Area (LUA) Sampling Approach
and Geostatistical Interpolation Techniques. Center for Environmental Remote
Sensing in Chiba University: Chiba, Japan and Institute for Global Environmental
Strategies in Kamiyamaguchi, Hayama, Kanagawa, Japan. MDPI
Wei Song., Xiangzheng Deng., Yongwei Yuan., Zhan Wang., Zhaohua Li., 2015. Impacts of
Land-use Change on Valued Ecosystem Service in Rapidly Urbanized North China
Plain. Key Laboratory of Land Surface Pattern and Simulation, Institute of Geographic
Sciences and Natural Resources Research, Chinese Academy of Sciences, Beijing ,
China., Center for Chinese Agricultural Policy, Chinese Academy of Sciences, Beijing,
China., Resources and Environmental Science, Hubei University, Wuhan, Hubei,
China., ScienceDirect.
LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR
ACARA II
POLIGON THIESSEN
Oleh
Nama : Gledizia Rizadi
NIM : 16/401401/SV/11905
Kelompok : 3
Coass : Candra Wigati
Tiga teknik alternatif terkenal yang diidentifikasi dalam literatur untuk meningkatkan
akurasi estimasi kedalaman curah hujan areal adalah rata-rata aritmatika, model
isohyetal, dan metode thiessen poligon (Olawoyin, 2015)
Poligon thiessen merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menghitung curah
hujan rata—rata Kawasan walau masih memiliki kekurangan karena tidak memasukkan
pengaruh topografi (Elhamida R A dkk, 2016)
Metode thiessen polygon merupakan salah satu metode yang memperhitungkan bobot
dari masing masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam
suatu kawasan dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang
terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut
(Jauhari Hasibuan dkk, 2019)
Berdasarkan rekord hujan tahunan selama 21 tahun (1983 -2003), didapati hujan kawasan
bagi seluruh Negeri Sembilan adalah sebanyak 1820 mm setahun. Anggaran hujan
berdasarkan Poligon Thiessen pula tidak jauh berbeda dengan anggaran kaedah
arithmetik yaitu sebanyak 1846 mm. Oleh itu, dengan kaedah Poligon Thiessen ini jumlah
hujan tahunan lebih tepat lagi karena ia mengambil kira keseluruhan keluasan kawasan
yang terdapat di Negeri Sembilan dan tidak hanya berasaskan lokasi setempat (point
source) atau stasiun kaji iklim saja. Apabila dibandingkan dengan purata hujan tahunan
seluruh Semenanjung Malaysia didapati purata hujan tahun bagi Negeri Sembilan adalah
antara yang paling rendah curahan hujan tahunannnya selain daripada Perlis
(Shaharuddin 2003). Dengan keadaan ini, maka dijangkakan setiap tahun beberapa
kawasan di Negeri sembilan akan terus mengalami masalah bekalan air pada masa-masa
tertentu seperti pada musim monsun barat daya. Keadaan ini menyebabkan berlakunya
tindakan catuan bekalan air oleh pihak berwajib bagi mengurangkan masalah bekalan air
yang meruncing (Shaharuddin Ahmad dkk, 2017)
Ini (Poligon Thiessen) adalah metode penghitungan curah hujan yang paling umum untuk
mencangkup lebih dari satu area. Ini terutama digunakan untuk area yang datar. Untuk
membangun thiessen poligon menggunakan data yang dikumpulkan dari stasiun BMD,
alat poligon thiessen Arc GIS digunakan untuk menggambar area dua bagian untuk setiap
stasiun sehubungan dengan stasiun lain. (Md. Ashraful Islam Chowdhury dkk, 2016)
Pembahasan:
Kelebihan Polygon thiessen: Umum digunakan untuk mengukur estimasi curah hujan,
memperhitungkan bobot curah hujan masing-masing stasiun hujan. Dapat dilakukan pada
daerah yang memiliki distribusi penakar hujan yang tidak merata atau seragam dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaruh dari masing-masing penakar. Memberikan
hasil yang lebih teliti daripada cara rata-rata aljabar, dan dapat digunakan untuk wilayah
yang minim data.
Arcgis: dapat mengetahui berapa banyak curah hujan pada suatu stasiun hujan,
mengetahui nama stasiun hujan
Manual: tidak dapat mengetahui berapa banyak curah hujan suatu stasiun hujan. Tidak
mengetahui nama stasiun hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Elhamida R A., Roh Santoso Budi W., Budi Indra S., Rudiyanto. 2016. Aplikasi Jaringan
Syaraf Tiruan Untuk Mengestimasi Data Curah Hujan Tahunan Yang Tidak Terekam
Di DAS Cisadane. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor, Jawa Barat Indonesia.
Jauhari Pangaribuan., L. M. Sabri., Fauzi Janu Amarrohman. 2019. Analisis Daerah Rawan
Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Magelang Menggunakan Sistem Informasi
Geografis Dengan Metode Standar Nasional Indonesia Dan Analytical Hierarchy
Process. Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro:
Semarang, Jawa Tengah Indonesia
Md. Ashraful Islam Chowdury., Mohammad Mahbub Kabir., Abul Fazal Sayed., dan Sazzad
Hossain. 2016. Estimation of Rainfall Patterns in Bangladesh Using Different
Computational Methods (Arithmetic Average, Thiessen Polygon and Isohyet).
Department of Environmental Sciences, Jahangirnagar University, Dhaka,
Bangladesh. Flood Forecasting and Warning Centre, Bangladesh Water Development
Board (BWDB): Dhaka, Bangladesh
Olawoyin, R. (2015). Using the arithmetic mean, isohyetal and Thiessen polygon methods
to
estimate rainfall depths over the River Volta catchment in Ghana. An unpublished MPhil
Shaharuddin Ahmad., dan Noorazuan Md. Hashim. 2017. Menganalisis Pola dan Arah
Aliran Hujan di Negeri Sembilan Menggunakan Kaedah GIS Poligon Thiessen da
kontur Isoyet. School of Social, Development and Environmental Studies, Faculty of
Social Sciences and Humanities. Universiti Kebangsaan Malaysia
LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR
ACARA III
FAKTOR EROSIVITAS HUJAN (R) BOLS
Oleh
Nama : Gledizia Rizadi
NIM : 16/401401/SV/11905
Kelompok : 3
Coass : Candra Wigati
Curah hujan memiliki kekuatan erosi yang dinyatakan sebagai erosivitas curah hujan.
Erosivitas curah hujan memikirkan jumlah dan intensitas curah hujan yang sebagian besar
dinyatakan sebagai faktor-R dalam universal soil loss equation (USLE) dan versi revisi,
RUSLE (Panagos et al. 2015).
Perkiraan indeks erosivitas tinggi untuk wilayah studi menunjukkan risiko lebih lanjut
terhadap bahaya erosi tanah, terutama dalam kondisi meningkatnya curah hujan. Oleh
karena itu ada kebutuhan untuk mengembangkan perlindungan tanah dan strategi
manajemen untuk melindungi tanah dari erosi. (Essel,P. 2016)
Pembahasan:
Nilai erosivitas hujan harian rata-rata tahun 1998 sampai 2008 yaitu 36,77382 – 91,96089,
nilai erosivitas bulanan ada dua perhitungan yaitu Rb1 dan Rb2, hasil perhitungan Rb1
lebih banyak daripada perhitungan Rb2.
CS. HORVATH., Kinga Olga RÉti., Gh. ROŞIAN. 2016. Assessing Rainfall Erosivity From
Monthly Precipitation Data. Paper. Romania: Babeş-Nolyai University.
Essel, P., Glover, E.T., Yeboah, S. et al. Rainfall erosivity index for the Ghana Atomic Energy
Commission site. SpringerPlus 5, 465 (2016) doi:10.1186/s40064-016-2100-1
Karyati. 2016. Penaksiran Indeks Erosivitas Hujan Di Kuching, Sarawak. Jurnal Gerbang
Etam Vol. 10 No. 2. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Tomy Wahyudi Utomo., Muhammad Sumaryono., dan Yohanes Budi Sulistioadi. 2018.
Analisis Penentuan Lokasi DAM Penahan Sedimen (DPN) Berdasarkan Tingkat Bahaya
Erosi Dengan Program Arc GIS (Studi Kasus di DTA Waduk Marangkayu). Jurnal
AGRIFOR Volume XVII Nomor 1. Samarinda: Universitas Mulawarman.
LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR
ACARA IV
FAKTOR ERODIBILITAS TANAH (K)
Oleh
Nama : Gledizia Rizadi
NIM : 16/401401/SV/11905
Kelompok : 3
Coass : Candra Wigati
Faktor ini (K) mewakili tingkat kehilangan tanah per unit indeks erosi untuk tanah tertentu
yang diukur pada plot standar (Renard et al., 1997)(dikutip dalam V. Ferreira, T.
Panagopoulus, R. Andrade, C. Guerrero, and L. Loures, 2015)
Faktor erodibilitas tanah adalah cara yang baik untuk menilai dan menentukan kehilangan
tanah di seluruh dunia [Zhang Z.G., Fan B.E., Bai W.J., Jiao J.Y., J. 2007], suatu korelasi
yang kuat antara faktor K dan kehilangan tanah terbukti [Tejada M., Gonzalez J.L.,
2006]. Banyak sifat tanah, termasuk fisik, kimia, biologi, dan sifat-sifat mineralogi
mempengaruhi erodibilitas tanah [Veihe A., Geoderma. 2002], ini terkait dengan
tindakan gabungan curah hujan, limpasan dan infiltrasi di tanah. Faktor K mewakili
pengaruh sifat-sifat tanah dan karakteristik profil tanah terhadap kehilangan tanah
[Bagarello V et al., 2012], baru-baru ini, telah dianggap sebagai indikator erosi karena
kepekaannya terhadap detasemen dan transportasi partikel (Manyiwa T., Dikinya O.,
Afr. J. Agric. 2013) (Dikutip dalam A. Belasri., A. Lakhouili., O. Iben Halima, 2017)
partikel [16].
DAFTAR PUSTAKA:
A. Belasri., A. Lakhouili., O. Iben Halima. 2017. Soil Erodibility Mapping and Its Correlation
With Soil Properties Of Oued El Makhazine Watershed. Morocco. JMES, 2017 Volume
8, Issue 9, Page 3208-3215`
Anam Prasetiyo., Djajadi., dan Sudarto. 2016. Kajian Produktivitas dan Mutu Tembakau
Temanggung Berdasarkan Nilai Indeks Erodobilitas dan Kepadatan Tanah. Jurnal
Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 3 No 2: 389-399, 2016
Hailu Kendie Addis., dan Andreas Klik. 2015. Predicting the Spatial Distribution of Soil
Erodibility Factor Using USLE Nomograph in An Agricultural Watershed, Ethiopia.
Internional Soil and Water Conservation Research. Volume 3, Issue 4, December
2015, Pages 282-290.
Henly Yulina., Daud S Saribun., Zulkarnaen Adin., dan Muhammad H R Maulana. 2015.
Hubungan antara Kemiringan dan Posisi Lereng dengan Tekstur Tanah, Permeabilitas
dan Erodibilitas Tanah pada Lahan Tegalan di Desa Gunungsari, Kecamatan
Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Agrikultura 2015, 26 (1): 15-22
Oleh
Nama : Gledizia Rizadi
NIM : 16/401401/SV/11905
Kelompok : 3
Coass : Candra Wigati
Kemiringan adalah karakter topografi yang memiliki peran penting dalam proses erosi.
Arsyad (2010) mengatakan kemiringan itu faktor (baik kemiringan dan panjang lereng)
adalah karakteristik topografi yang paling mempengaruhi limpasan dan erosi. Kemiringan
merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya erosi, kemiringan lereng
dipengaruhi oleh fluktuasi total limpasan dan transportasi energi air ke partikel tanah, jika
kecuraman lereng meningkat meningkat, maka agregat tanah yang terciprat dengan
curah hujan turun akan tinggi. Hal ini disebabkan oleh gravitasi terbesar di mana lereng
semakin curam dari horizontal rencanakan agar permukaan tanah yang tererosi semakin
besar. Jika kemiringan menjadi dua kali curam, maka erosi per unit area menjadi 2,0 - 2,5
lebih (Banuwa et al., 2008; Jijun HE et al., 2010; Arsyad, 2010; Saida, 2013). (dikutip dalam
Mahendra Harjianto, Naik Sinukaban, Suria Darma Tarigan, Oteng Haridjaja. 2015)
Faktor C adalah rasio kehilangan tanah dari klas penggunaan lahan yang diberikan untuk
kerugian yang sesuai dari plot percobaan yang memiliki kondisi penggunaan lahan yang
belum digarap dan ditanami terus menerus. Faktor P adalah rasio kehilangan tanah dari
lahan dengan memberikan latihan dukungan untuk kerugian yang sesuai dari plot
percobaan yang memiliki praktik pertanian “pasang surut” dan pengolahan tanah lereng
bawah. ”Faktor C dan P untuk sel diperoleh dari tabel referensi (Morgan, 2009; FAO, 1978)
yang menyediakan kisaran untuk penggunaan lahan dan praktik pertanian tertentu.
(dikutip dalam Somil Swarnkar, Anshu Malini, Shivam Tripathi, and Rajiv Sinha, 2018)
DAFTAR PUSTAKA
Biswajit Das., Ashish Paul., Reetashree Bordoloi., Om Prakash Tripathi., and Pankaj K.
Pandey., 2018. Soil erosion risk assessment of hilly terrain through integrated
approach of RUSLE and geospatial technology: a case study of Tirap District,
Arunachal Pradesh. Modeling Earth Systems and Environment April 2018, Volume 4,
Issue 1, pp 373-381
Ervina Roeska., Yuhanis Yunus., Sofyan M.Sale. 2017. Tingkat Bahaya Erosi dan Faktor
Keamanan Lereng Pada Jalan Banda Aceh-Calang. Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah
Kuala Volume 6, Nomor 2, Januari 2017 pp. 205-214
Mahendra Harjianto., Naik Sinukaban., Suria Darma Tarigan., and Oteng Haridjaja. 2015.
Erosion Prediction and Soil Conservation Planning in Lawo Watershed Indonesia.
Journal of Environment and Earth Science Vol.5, No.6, 2015
Ruddy Soplanit., Junet. A. Putinella., Elga V. Siwalette. 2016. Prediksi Erosi Dan Arahan
PenggunaanLahan Di Bagian Hulu Das Wai Illa Desa Amahusu Kecamatan Nusaniwe
Kota Ambon. Agrologia Vol.5, No.1, April 2016, Hal. 22-29
Somil Swarnkar., Anshu Malini., Shivam Tripathi., and Rajiv Sinha., 2018. Assessment of
uncertainties in soil erosion and sediment yield estimates at ungauged basins: an
application to the Garra River basin, India. Hydrology and Earth System Sciences. 22,
2471-2485
LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR
ACARA VII
INFILTRASI
Oleh
Nama : Gledizia Rizadi
NIM : 16/401401/SV/11905
Kelompok : 3
Coass : Candra Wigati
kapasitas infiltrasi tanah memainkan peran penting dalam menentukan input curah hujan
ke tanah dan dalam meningkatkan penyimpanan air tanah, yang penting untuk
pemeliharaan dan kelangsungan hidup vegetasi tambalan di daerah gersang dan semi-
gersang (David et al., 2015) (dalam Wu Gao-Lin et al., 2016)
Laju infiltrasi tanah memainkan peran penting dalam lereng hidrologi dan stabilitas. Laju
Infiltrasi tanah adalah salah satu parameter tanah yang paling penting yang
mempengaruhi prediksi mekanisme kegagalan lereng, khususnya ketika interaksi tanah-
tanaman di tanah dangkal dipertimbangkan. (Nyambayo & Potts, 2010; Sidle & Bogaard,
2016; Tsiampousi et al., 2017) (dalam Leung, Anthony. 2017)
Saluran akar adalah rongga biopori yang dibentuk oleh akar tanaman. Aliran air di saluran
akar merupakan mekanisme penting infiltrasi di tanah dan sangat penting untuk prediksi
generasi limpasan dan pengisian air tanah (Weiler dan Naef, 2003) (dalam Gao-Lin Wu et.
al. 2017)
Daftar pustaka
Dicky Maryand., dan Rusli HAR. 2019. Studi Penempatan Sumur Resapan Berdasarkan
Nilai Laju Infiltrasi, Kualitas Fisik Air dan Tekstur Tanah pada DAS Batang Arau Kota
Padang. Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 1
Leung, A., Boldrin, D., Liang, T., Wu, Z. Y., Kamchoom, V., & Bengough, A. (2017). Plant age
effects on soil infiltration rate during early plant establishment. Geotechnique.
https://doi.org/10.1680/jgeot.17.T.037
Mendoza., dan Rusli HAR. 2018. Kajian Laju Infiltrasi Ditinjau dari Perbedaan Litologi
Batuan, Kemiringan Lahan dan Sifat Fisik Tanah pada DAS Sungai Pisang Kota Padang.
Jurnal Bina Tambang, Vol.3, No.3
Wu GL, Yang Z, Cui Z, Liu Y, Fang NF, Shi ZH. 2016. Mixed artificial grasslands with more roots
improved mine soil infiltration capacity. Journal of Hydrology 535: 54-60
Wu, G.-L.; Liu, Y.; Yang, Z.; Cui, Z.; Deng, L.; Chang, X.-F.; Shi, Z.-H. Root channels to indicate
the increase in soil matrix water infiltration capacity of arid reclaimed mine soils. J.
Hydrol. 2017, 546, 133–139