Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS DAN PROYEKSI PERUBAHAN TUTUPAN DAN


PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN MULTINOMIAL
LOGIT DI KABUPATEN BOGOR

HAFIDH FIKRI RISNANDA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
i

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS DAN PROYEKSI PERUBAHAN TUTUPAN DAN


PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN MULTINOMIAL
LOGIT DI KABUPATEN BOGOR

HAFIDH FIKRI RISNANDA

Proposal Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian
Pada Program Studi Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
ii

Judul Penelitian : Analisis dan Proyeksi Perubahan Tutupan dan Penggunaan


Lahan Menggunakan Multinomial Logit di Kabupaten
Bogor
Nama : Hafidh Fikri Risnanda
NIM : E14180071

Disetujui oleh:

Prof. Dr. Ir Muhammad Buce Saleh, MS Ir. Sri Lestari Munajati, M.Agr
Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh:

Dr. Ir Muhdin, M.Sc F.trop


NIP. 196606101991031006
Ketua Departemen Manajemen Hutan

Disetujui pada Tanggal :


iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii


DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
I PENDAHULUAN ............................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 9
2.1 Penggunaan/tutupan Lahan ........................................................................... 9
2.2 LUC dan Faktor yang Mempengaruhinya ................................................... 10
2.3 Multinomial Logistic Regression Model (MLR) ........................................ 11
III METODE ....................................................................................................... 13
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 13
3.2 Alat dan Instrumen ...................................................................................... 13
3.3 Prosedur Analisis ......................................................................................... 15
3.3.1 Analisis Perubahan Penggunaan/Tutupan Lahan (Existing)................. 15
3.3.2 MLR Modelling .................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rekomendasi Klasifikasi Penggunaan/Tutupan Lahan untuk Pemetaan


Tematik Dasar di Indonesia......................................................................... 9

Tabel 2 Jenis data dan sumber data ....................................................................... 14


v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bogor..................................................... 13

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian ............................................................ 15


6

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan tutupan lahan/penggunaan lahan adalah fenomena yang erat
kaitannya dengan isu lingkungan. Terganggunya ekologi serta biodiversitas,
pemanasan global akan berdampak kepada kehidupan manusia. Adhiatma et al.
(2020) mengemukakan, bahwa perkembangan ekonomi akan dapat meningkatkan
pertumbuhan suatu wilayah dengan sangat baik, akan tetapi hal tersebut juga
membawa dampak yang negatif salah satunya adalah tingginya permintaan
terhadap suatu lahan. Ketimpangan antara permintaan dan penaawaran sumber daya
lahan merupakan suatu indikasi bahwa lahan dapat dikategorikan sebagai
sumberdaya yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity) (Rustiadi et al. 2007).
Seiring dengan kebutuhan lahan yang meningkat sementara lahan yang tersedia
tidak bertambah, maka kondisi tersebut berakibat adanya alih fungsi lahan.
Penggunaan lahan (landuse) menjadi sebuah ketertarikan bagi masyarakat karena
informasi penggunaan lahan dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan
pengelolaan suatu lahan sebagai suatu sumber daya yang menghasilkan. Saat ini,
masalah lingkungan utama yang perlu diperhatikan adalah harus menganalisis dan
memonitoring secara hati-hati, untuk keefektifan manajemen penggunaan lahan,
yang didorong dengan pertumbuhan perkotaan (Araya dan Cabral 2010).
Perubahan penggunaan lahan adalah fenomena kompleks, yang merefleksikan
interaksi antara manusia dengan lingkungannya (Munroe dan Muller 2007).
Penggunaan/tutupan lahan akan terus berdinamika seiring dengan bertumbuhnya
ekonomi akibat desakan dari pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Faktor-
faktor yang mempengaruhi adanya perubahan penggunaan/tutupan lahan baik dari
segi ekonomi: jarak dari jalan, jarak dari pusat kota. Maupun dari segi fisik:
kelerengan/slope, dan dari segi sosial: kepadatan penduduk dan pendapatan per
kapita suatu penduduk. Alih fungsi lahan atau konversi lahan akan menjadi masalah
apabila terjadi di lahan yang tidak seharusnya, seperti hutan alam, hutan lindung,
dan areal pertanian produktif (Fajarini 2015). Konversi lahan pertanian akan
menyebabkan penurunan produksi pangan dan kerugian lingkungan seperti
berkurangnya ruang-ruang dengan fungsi konservasi (Pribadi et al. 2006).
Negara berkembang seperti Indonesia, saat ini sedang melakukan
pembangunan besar-besaran, baik ekonomi maupun infrastruktur. Hal tersebut
mendorong terjadinya alih fungsi lahan dan di dorong oleh pernayatan BPS (2020)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan. Menurut
BPS, total angka deforestasi pada tahun 2018-2019 sebesar 462.458,5. Angka
deforestasi ini meningkat dari tahun sebelumnya. Sementara lahan pertanian
terkonversi seluas 150.000 ha per tahun (Apriyana 2011). Kedua hal tersebut
berdampak buruk pada kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi, maupun
lingkungan. Konversi lahan pertanian menyebabkan penurunan produksi pangan
7

dan berimbas pada kemandirian pangan (Ayun et al. 2020), sedangkan deforestasi
dan degradasi menjadi penyebab utama perubahan iklim dan berkontribusi sebesar
15% polusi pemanasan global di seluruh dunia (Hultera 2019).
Kabupaten Bogor secara administratif maupun secara geografis berdekatan
dengan DKI Jakarta yang merupakan Ibu Kota Indonesia menjadikan Bogor
sebagai wilayah penyangga Ibu kota. Kondisi ini membawa pengaruh baik dari segi
perkembangan pembangunan, sosial ekonomi maupun kelembagaan yang akhirnya
membawa perubahan dinamis dalam hal pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor
(Fakhri 2021). Perkembangan infrastruktur berupa penambahan ruas jalan tol,
pemukiman warga, dan infrastruktur lainnya menyebabkan Kabupaten Bogor
sangat berpotensi mengalami alih fungsi lahan. Pengaruh ini harus diikuti dengan
manajemen kawasan penggunaan lahan yang efektif guna menentukan arah
pembangunan yang lebih bermanfaat dan mereduksi segala pengaruh dampak
negatif yang ditimbulkan.
Pemetaan dan proyeksi land use change (LUC) dalam penelitian ini dilakukan
n metode regresi logistik mampu membangun hubungan fungsional antara potensi
LUC dan pendorong perubahan, diwakili oleh serangkian faktor penjelas (Huang et
al. 2009). Pemodelan LUC menggunakan model Multonimial logit regression
(MLR) ini diharapkan akan mengembangkan Kabupaten Bogor dengan
memudahkan pemahaman proses LUC dan faktor-faktor yang relevan di lokasi
penelitian. Penggunaan/tutupan lahan di masa mendatang diharapkan juga dapat
diprediksi dengan mempertimbangkan kondisi eksisting dari faktor-faktor yang
relevan yang mendorong terjadinya LUC.
1.2 Rumusan Masalah
Pembangunan masif di era pasca reformasi, berimplikasi dengan perlu adanya
pengendalian perubahan/uttupan lahan (LUC). Terutama Lokasi Kabupaten Bogor
merupakan wilayah penyangga DKI Jakarta, Kabupaten Bogor menalami
perubahan penggunaan/tutupan lahan yang cepat selama kurang lebih 20 tahun
terkhir (Fajarini 2014). Perubahan lahan juga akn mengubah cadangan stok karbon,
dan akumulasi karbon di atmosfer akan menyebabkan pemanasan global dan lebih
jauhnya lagi fenomena perubahan iklim (Watson et al. 2000 dalam Wijaya 2011).
Salah satu cara dalam membuat kebijakan dan pengendalian adalah
mengidentifikasi faktor pendorong dan mensimulasikan LUC dimasa mendatang.
Oleh karena itu, penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola perubahan penggunaan/tutupan lahan di Kabupaten
Bogor selama periode Tx – Ty?
2. Bagaimana cara mengetahui kondisi perubahan penggunaan/tutupan
lahan di Kabupaten Bogor?
3. Faktor-faktor pendorong apa saja yang menyebabkan terjadinya
perubahan penggunaan/tutupan lahan?
4. Bagaimana keadaan spasial Kabupaten Bogor dimasa mendatang?
8

1.3 Tujuan Penelitian


Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika perubahan
penggunaan/tutupan lahan di Kabupaten Bogor, sehingga kita dapat menentukan
faktor pendorong terjadinya perubahan lahan dan proyeksinya dimasa mendatang.
Dengan harapan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan para
pemegang kekuasaan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis perubahan pengguanan/tutupan lahan selama periode
Tx – Ty
2. Pengembangan skema perubahan penggunaan/tutupan lahan di
Kabupaten Bogor
3. Mengidentifikasi faktor pendorong perubahan penggunaan/tutupan
lahan di Kabupaten Bogor menggunakan model Multinomial Logistic
Regression (MLR)
4. Memroyeksikan penggunaan/tutupan lahan tahun 2036
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi
mengenai proyeksi perubahan penggunaan/tutupan lahan dimasa mendatang serta
membangun model untuk mengetahui faktor-faktor penentu perubahan
penggunaan/tutupan lahan yang dapat dijadikan acuan bagi para penentu kebijakan
untuk mengatasi masalah polar uang yang ada dan melakukan pengendalian LUC.
Selain itu data proyeksi LUC dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai
konsekuensi dari LUC terkait dengan isu lingkungan, seperti perubahan iklim,
manajemen resiko bencana, dan ketahanan pangan.
9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggunaan/tutupan Lahan


Tutupan lahan (land cover) merupakan yang terkait dengan segala jenis dan
kenampakan terkini dari permukaan bumi atau perwujudan fisik (visual) dari
vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap objek tersebut (Lillesand et al. 2004).
Berbeda dengan definisi penggunaan lahan, dimana penggunaan lahan lebih terkait
dengan aktivitas ekonomi pada suatu lahan. Suryani (2012) mengemukakan bahwa
pengetahuan tentang penutupan dan penggunaan lahan penting artinya dalam
perencanaan, pengelolaan, pemodelan dan pemahaman tentang kebumian.
Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari
suatu proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan,
serta keadaan dinamis antara aktivitas-aktivitas penduduk diatas lahan dan
keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat hidup mereka (As-syakur et
al. 2010). Penggunaan lahan menunjukkan bagaimaan manusia mengelola dan
bertindak terhadap sumberdaya alamnya. Penggunaan lahan biasanya tercermin
dari tampilan luarnya (Tutupan lahan), tetapi hubungan ini lebih kompleks daripada
yang terlihat. Lahan dapat digunakan secara bersamaan untuk fungsi yang berbeda
(misalnya, pertanian dan rekreasi) atau secara lokal memiliki fungsi utama yang
berbeda terkait dengan tutupan yang sama (misalnya, cagar alam dan hutan
produksi) (Koomen et al. 2007 dalam Wijaya 2011).
Menurut FAO (1989) tipe penggunaan lahan terdiri dari: (1). Lahan hutan, yang
terdiri dari hutan alam dan hutan tanaman. (2). Lahan pertanian, yang terdiri dari
perkebunan, kebun campuran, dan sawah beririgasi. (3) Lahan perkotaan yang
terdiri dari, pemukiman dan industri. Namun di Indonesia, tipe penggunaan lahan
telah ditetapkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL). Jenis penggunaan lahan menurut BAKOSURNATAL
(2000) dapat dilihat Tabel 1 dibawah.

Tabel 1 Rekomendasi Klasifikasi Penggunaan/Tutupan Lahan untuk Pemetaan


Tematik Dasar di Indonesia

Tingkat I Tingkat II Tingkat III


Pemukiman
Pemukiman perkotaan
perkotaan
Perdagangan, jasa,
Perdagangan, jasa, industri
Daerah perkotaan industri
dan terbangun Transportasi,
Transportasi, komunikasi, utilitas
komunikasi, utilitas
Lahan terbangun
Lahan terbangun lainnya
lainnya
10

Bukan lahan
Bukan lahan terbangun
terbangun
Pemukiman
Pemukiman pedesaan
pedesaan
Sawah irigasi
Sawah tadah hujan
Lahan bervegetasi diusahakan Sawah pasang surut
Tegalan
Perkebunan
Hutan lahan kering
Hutan lahan basah
Lahan bervegetasi tidak diusahakan Belukar
Semak
Daerah pedesaan
Rumput
Lahan terbuka
Lahar dan lava
Lahan tidak bervegetasi (lahan
Beting pantai
kosong)
Gosong sungai
Gemuk pasir
Danau
Waduk
Tubuh Perairan Tambak
Rawa
Sungai
Sumber: (BAKOSURNATAL, 2000 dalam Suryani 2012)

2.2 LUC dan Faktor yang Mempengaruhinya


Penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan yang dikenal
dengan LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry) mempunyai peran
penting dalam siklus karbon global. Inter-Governmental Panel on Climate Change
(IPCC) memperkirakan kurang lebih 1,6 milyar ton karbon diemisi setiap tahun
oleh aktivitas perubahan penggunaan lahan, dimana bagian terbesar berasal dari
deforestasi dan degradasi hutan (Köhl et al. 2009). Lambin et al. (2003)
menyatakan bahwa deforestasi dalam skala besar di daerah tropis bertransformasi
menjadi lahan pertanian merupakan salah satu contoh dari perubahan penggunaan
lahan yang memiliki dampak besar terhadap keankaragaman hayati, tanah,
degradasi dan kemampuan bumi untuk mendukung kebutuhan manusia. Hasil
penelitian dari beberapa negara seperti Brazil, Guatemala, Kamerun, China, dan
Malaysia menunjukkan bahwa perubahan penutupan lahan pada umumnya
disebabkan oleh ketidakseimbangan politik dan ekonomi (Barraclough dan Ghimire
2000 dalam Dwiprabowo et al. 2014)
11

Kemajuan pembangunan disuatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah


penduduk selalu diiringi dengan peningkatan standar kualitas hidup dan kuantitas
kebutuhan hidup, dan peningkatan kebutuhan akan tersedianya berbagai fasilitas
yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan (Sitorus et al. 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Juniyanti et al. (2020) telah mengidentifikasi tren
perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Pulau Bengkalis dari tahun 1990
sampai tahun 2019 ada kaitannya dengan program transmigrasi dan krisis ekonomi
pada tahun 1998 yang memicu terjadinya pembukaan hutan secara besar-besaran di
berbagai daerah. Selain itu, kebijakan desentralisasi juga mempengaruhi deforetasi.
Hal ini didorong oleh pernyataan Kartodihardjo dan Supriono (2000) yang
mengemukakan bahwa Kebijakan dan kelembagaan merupakan faktor yang paling
fundamental sebagai penyebab dasar perubahan tutupan lahan.
Pada wilayah perkotaan, perubahan penggunaan lahan dapat dipicu oleh proses
urbanisasi yang cepat, umumnya terkait upaya penyediaan sarana perumahan dan
industry (Rustiadi et al. 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Murtadho et al. (2018) di Purwakarta menyatakan bahwa konversi lahan
bervegetasi menjadi non-vegetasi terjadi akibat peningkatan jumlah penduduk yang
berdampak pada peningkatan kawasan pemukiman. Hal serupa juga dikemukakan
oleh Suwarli et al. (2012) di Kota Bekasi menyatakan faktor utama yang
berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan bervegetasi (RTH) adalah
jumlah penduduk, di sampping faktor lainnya seperti: jumlah sarana Pendidikan,
jumlah pasar, jumlah supermarket, jumlah penukiman, jumlah industry, jumlah
restoran, jumlah hotel dan penginapan juga ikut berperan terhadap perubahan yang
terjadi. Fajarini (2014) menambahkan bahwa kelerengan/slope, bentuk lahan, jenis
tanah, curah hujan, jarak dari jalan raya dan mata pencaharian masyarakat turut
andil dalam perubahan yang terjadi ini.
Perubahan penggunaan/tutupan lahan tidak terlepas dari kebutuhan manusia
untuk memanfaatkan lahan yang semakin lama semakin meninkat. Perubahan ini
melibatkan serangkaian faktor yang saling terkait untuk mendorong terjadinya
perubahan penggunaan lahan. Umumnya perubahan ini sejalan dengan
perkembangan suatu wilayah. Wilayah yang relatif maju, dimana jumlah dan jenis
fasilitas lengkap serta didominasi oleh lahan terbangun peluang terjadinya
perubahan sangat rendah. Sebaliknya, wilayah yang relatif belum berkembang,
dimana jumlah dan jenis fasilitas rendah dan masih didominasi oleh lahan
bervegetasi, maka peluang terjadinya alih fungsi lahan menjadi lebih besar (Suryani
2015). Namun hal yag perlu diperhatikan dalam perubahan penggunaan/tutupan
lahan tersebut selain dari segi sosial ekonomi, aspek lanskap pun turut berperan
dalam perubahan ini.
2.3 Multinomial Logistic Regression Model (MLR)
Model Multinomial Logit Regression (MLR) diturunkan dengan asumsi bahwa
faktor yang tidak tetramati tidak berkorelasi pada alternatif atau hasil, ini juga
12

dikenal sebagai asumsi kemandirian dari alternatif (IIA) yang tidak relevan. Asumsi
ini adalah Batasan yang paling menonjol dari multinomial logit karena sangat
mungkin bahwa faktor-faktor yang tidak teramati dibagi oleh beberapa hasil.
Meskipun dengan keterbatasan ini, asumsi IIA membuat model MLR sangat
nyaman digunakan yang mana juga menjelaskan popularitas (Wijaya 2011).
Perubahan penggunaan lahan dan faktor pendorongnya dapat dikategorikan
sebagai biner, variabel kontinyu, atau variabel kategoris. Ada beberapa cara untuk
memodelkan biner, variabel kontinyu dan kategoris, dan model yang paling penting
untuk data respon kategoris adalah logit regression (Agresti 2002). Variabel
dependen regresi logistik dapat berupa variabel biner atau variabel kategoris,
sedangkan variabel bebasnya dapat berupa variabel kontinyu dan kategoris (Xie et
al. 2005), Model regresi logistik ini semakin beragam kegunaannya, termasuk
digunakan dalam LUC.
Pemodelan LUC mungkin mempertimbangkan beberapa faktor atau variabel di
dalam model yang mana akan disebut sebagai multivariate case. Multinomial Logit
Regression (MLR) menggunakan variabel hasil dengan sejumlah level untuk
mengilustrasikan perluasan model dan metode. Namun, detailnya yang paling
mudah diilustrasikan dengan 3 kategori. Untuk mengembangkan model, asumsikan
kita memiliki P covariate dan suku konstanta, dilambangkan dengan vektor, x,
dengan panjang p + 1 dimana x0=1.
Metode paling popular untuk mengestimasi parameter adalah Maximum
likelihood estimation. Tujuan dari analisis dengan mettode regresi logistic adalah
sama dengan bahwa model apapun dalam statistik: untuk menemukan yang paling
pas, namun model yang masuk akal secara biologis untuk menggambarkan
hubungan antara variabel hasil (variabel respons) dan satu set variabel independen
(variabel prediktor atau penjelas). Variabel hasil dalam regresi logistik adalah biner
atau dikotomis. Namun model dapat mudah dengan mudah dimodifikasi untuk
menangani kasus di mana variabel hasil nominal dengan lebih dari dua tingkat.
Metode tersebut menghasilkan nilai untuk parameter yang tidak diketahui, yang
mana memaksimalkan probabilitas dalam mendapatkan kumpulan data yang
diamatai. Untuk menerapkan metode Maximum likelihood, fungsi kemungkinan ini
mengungkapkan probabilitas dari data yang diamati sebagai fungsi dari parameter
yang tak diketahui (Hosmer dan Lemeshow 2000).
13

III METODE
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan
mencakup seluruh kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor. Secara geografis
Kabupaten Bogor terletak pada 6°18’ 6°47’ 10 LS dan 106°23’45 - 107° 13’30 BT.
Kabupaten Bogor dipilih sebagai studi kasus penelitian karena berada dekat dengan
Ibukota yaitu DKI Jakarta, dimana berbagai penelitian sebelumnya menyebutkan
bahwa perubahan penggunaan/tutupan lahan sangat dinamis (Munajati et al. 2019;
Fajarini et al. 2015). Batas administrasi Kabupaten meliputi:
Utara : Kabupaten Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi, Kota Depok
Selatan : Kabupaten Sukabumi dan Cianjur
Timur : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang
Barat : Provinsi Banten (Kabupaten Lebak)
Tengah : Kota Bogor
Pelaksanaan penelitian ini pada bulan 10 Januari 2022 sampai Februari 2022.
Analisis data dilakukan di Laboratorium GIS dan Remote sensing Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Gambar 1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bogor


3.2 Alat dan Instrumen
Alat yang digunakan dalam penlitian ini menggunakan hardware and software
sebagai berikut:
14

1. Software
• ArcGIS 10.8
• Terrset 2020
• Microsoft Office 2018
• Avenza Map
2. Hardware
• Laptop DELL G5
• Smartphone
• Kamera
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data spasial yang terdiri dari:
Citra ……… , Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000, Peta penggunaan
lahan Kabupaten Bogor tahun ….., Jarak ke pusat kota kecamatan dan jarak dari
jalan berdasarkan peta RBI, SRTM-DEM 30m Kabupaten Bogor, dan Peta jaringan
sungai. Data non spasial dalam penelitian ini berfungsi sebagai data pendukung
yang relevan terhadap faktor perubahan. Data non spasial yang digunakan adalah
data jumlah penduduk dan kepadatan kependuduk yang mewakilkan kondisi sosio-
ekonomi masyarakat yang tinggal di suatu wilayah. Jenis data dan sumber data
disajikan lengkap dalam Tabel 2.
Tabel 2 Jenis data dan sumber data

No. Kategori Tipe Data Sumber


Data Data
1 Data Raster Badan Informasi
Citra Tx Ty Tz
Spasial Geospasial (BIG)
SRTM-DEM 30m Earthexplorer.Usgs.gov
Vektor Peta
Penggunaan/Tutupan Badan Informasi
Lahan Kabupaten Bogor Geospasial (BIG)
Tx Ty Tz
Peta Rupa Bumi
Badan Informasi
Indonesia (RBI) skala
Geospasial (BIG)
1:2500 Tx Ty Tz
Jarak ke pusat
kotankecamatan dan
Badan Informasi
jarak dari jalan
Geospasial (BIG)
berdasarkan RBI tahun
Tx
Peta Jaringan Sungai ?
2 Data Non Sosial –
Badan Pusat Stastik
Spasial Ekonomi Data Demografi
(BPS)
(Sosek)
15

3.3 Prosedur Analisis


Prosedur pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya
yaitu:
• Pengumpulan data
• Deteksi perubahan penggunaan/tutupan lahan
• Permodelan perubahan penggunaan/tutupan lahan
• Mentukan faktor pendorong LUC
Secara garis besar prosedur analisis data seperti tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian


3.3.1 Analisis Perubahan Penggunaan/Tutupan Lahan (Existing)
Analisis perubahan penggunaan lahan tahap pertama yaitu, mengumpulkan
data yang dibutuhkan. Data yang dikumpulkan berupa peta dasar, peta penggunaan
lahan, dan data pendukung lainnya. Peta dasar yang digunakan yaitu peta RBI skala
1:25000 tahun…. . Peta penggunaan lahan yang digunakan adalah peta penggunaan
16

lahan Kabupaten Bogor Tahun ……….. . Kemudian diperkuat kebenarannya


dengan melakukan pengecekan lapang.
Tahap selanjutnya yaitu menganalisis perubahan penggunaan/tutupan lahan
secara spasial dengan teknik overlay untuk masing-masing peta penggunaan lahan
tahun …….. . Tujuannya untuk mengetahui dimana lokasi dan seberapa luas
perubahan penggunaan lahan yang terjadi, kemudian menganalisis faktor-faktor
pendorong apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan/tutupan
lahan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, hasil penelitian dari beberapa peneliti
menjelaskan bahwa banyak faktor-faktor yang telah menyebabkan terjadinya
perubahan penggunaan/tutupan lahan, diantaranya: kondisi sosial, ekonomi, dan
lingkungan wilayah Kabupaten Bogor, maka dihasilkan beberapa faktor penentu
perubahan dapat dilihat pada Tabel 3. Secara umum analisis ini dibagi menjadi dua
bagian utama yaitu: faktor-faktor penentu perubahan untuk penggunaan/tutupan
lahan hutan ke penggunaan non-hutan dan faktor-faktor penentu perubahan selain
hutan ke perkebunan, tegalan, sawah, lahan terbuka, dan pemukiman. Analisis
faktor-faktor penentu perubahan digunakan metode Multinomial logit.
Tabel 3 Variabel-variabel dalam analisis Multinomial Logit

Variabel Respons Variabel Penjelas


- Perubahan hutan – penggunaan non - (x1) Peta slope
hutan (Y)
- (x2) Jarak ke pusat kota kecamatan
- Perubahan selain hutan – perkebunan,
tegalan, sawah, lahan terbuka, dan - (x3) Jarak dari jalan
pemukiman (Z)
- (x4) Jarak ke sungai

- (x5) Kepadatan penduduk

- (x6) Jumlah penduduk

Persamaan multinomial logit untuk identifikasi faktor penentu perubahan


penggunaan lahan adalah sebagai berikut (Hosmer dan Lemeshow 2000):
17

P (Y = 1 |x)
Y1 (𝑥𝑥) = 𝑙𝑙𝑙𝑙 � �
P (Y = 0 |x)
= 𝛽𝛽10+𝛽𝛽11𝑋𝑋1+ 𝛽𝛽12𝑋𝑋2+⋯+𝛽𝛽1𝑝𝑝𝑋𝑋𝑝𝑝=(1,𝑥𝑥′)𝛽𝛽1 Persamaan 1
P (Z = 2 |x)
Z2 (𝑥𝑥) = 𝑙𝑙𝑙𝑙 � �
P (Z = 0 |x)
= 𝛽𝛽20+𝛽𝛽21𝑋𝑋1+ 𝛽𝛽22𝑋𝑋2+⋯+𝛽𝛽2𝑝𝑝𝑋𝑋𝑝𝑝=(1,𝑥𝑥′)𝛽𝛽2 Persamaan 2

Dimana:
Y, Z = Variabel respon berupa jenis perubahan penggunan/tutupan lahan
β11, β12, ..., β1p = Koefisien
β10 = Intercept
𝑥𝑥1,𝑥𝑥2,𝑥𝑥3,…,𝑥𝑥𝑝𝑝 = Variabel penjelas seperti disajikan pada tabel 3
Secara lebih rinci, kelas untuk kedua variable respon adalah sebagai berikut:
Y Perubahan tutupan/lahan hutan ke tutupan/penggunaan non hutan
(Pemukiman, perkebunan, tegalan, sawah, dan lahan terbuka
Z Perubahan selain hutan (Perkebunan dan tegalan) ke peggunaan/tutupan
(Pemukiman, sawah, lahan terbuka)
3.3.2 MLR Modelling
Variabel dependen dan independent dalam permodelan MLR dataset dianalisis
menggunakan model MLR untuk menentukan variable yang signifikan dan
persamaan regresi logistik cache transisi tutupan/penggunaan lahan. Metode model
MLR yang digunakan dalam penelitian ini adalah Forward Stepwise. Metode ini
dimulai dengan model yang akan dipilih oleh metode entri maju. Dari titik itu,
algoritma alternatif antara eliminasi mundur pada suku bertahap dalam model dan
entri maju pada suku-suku yang tertinggal dari model. Hal tersebut berlanjut sampai
tidak ada item yang memenuhi kriteria entri atau penghapusan (Wijaya 2011).
Model MLR dikembangkan (tabel 3) Variabel bebas meliputi slope, jarak dari
setiap piksel individu ke jalan. Termasuk data demografi yang meliputi kepadatan
penduduk dan laju urbanisasi. Model MLR menyediakan, untuk setiap lokasi lahan
garapan yang unik di wilayah studi, kemungkinan transisi penggunaan/tutupan
lahan tertentu yang dimana akan mempertimbangkan 2 jalur transisi diantaranya:
1) Perubahan hutan mennjadi non hutan; 2) Perubahan selain hutan menjadi
perkebunan, tegalan, sawah, lahan terbuka, dan pemukiman.
18

DAFTAR PUSTAKA

Adhiatma R, Widiatmaka, Lubis I. 2020. Perubahan dan prediksi


penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Lampung Selatan. Journal of
Natural and Environmental Management. 10(2): 234-246.
Agresti A. 2002. Categorical Data Analysis. Second Edition. New Jersey (US):
John Wiley and Sons Inc.
Apriyana N. 2011. Kebijakan pengendalian konversi lahan pertanian dalam rangka
mempertahankan ketahanan pangan nasional: studi kasus Pulau Jawa
[Internet]. [Diakses 15 November] tersedia di http://bappenas.go.id/.
Araya YH, Cabral P. 2010. Analysis and modelling of urban land cover change in
Setúbal and Sesimbra, Portugal. Remote Sensing. 2(6): 1549-1563.
As-syakur AR, Suarna IW, Adnyana IWS, Rusna IW, Laksmiwati IAA, Diara IW.
2010. Studi perubahan penggunaan lahan di DAS Bandung. Jurnal Bumi
Lestari. 10(2): 200-207.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Potret Sensus Penduduk Menuju Satu Data
Kependudukan Indonesia. Jakarta (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Angka Deforestasi Netto Indonesia di Dalam
dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013-2019. Jakarta (ID): BPS.
Dwiprabowo H, Djaenudin D, Alviya I, Wicaksono D. 2014. Dinamika Tutupan
Lahan: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi. Yogyakarta (ID): Kanisius.
[FAO]. Food and Agriculture Organization. 1989. Land Evaluation and Farming
Systems Analysis for Land Use Planning. Roma (IT): FAO.
Fajarini R. 2014. Dinamika perubahan penggunaan lahan dan perencanaan tata
ruang di Kabupaten Bogor. [Thesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fajarini R, Barus B, Panuju DR. 2015. Dinamika perubahan penggunaan lahan dan
prediksinya untuk tahun 2025 serta keterkaitannya dengan perencanaan tata
ruang 2005-2025 di Kabupaten Bogor. Jurnal Tanah Lingkungan. 17(1): 8-
15.
Hosmer DW, Lemeshow S. 2000. Applied Logistic Regression. Second Edition.
New York (US): John Wiley and Sons Inc.
Huang B, Zhang L, Wu B. 2009. Spatiotemporal analysis of rural-urban land
conversion. International Journal of Geographical Information Science.
23(3): 379-398.
Juniyanti L, Prasetyo LB, Aprianto DP, Purnomo H, Kartodihardjo H. 2020.
Perubahan penggunaan dan tutupan lahan, serta faktor penyebabnya di
Pulau Bengkalis, Provinsi Riau (periode 1990-2019). Journal of Natural
Resources and Environmental Management. 10(3): 419-435.
Kartodihardjo H, Supriono A. 2000. Dampak pembangunan sektoral terhadap
konversi dan degradasi hutan alam: Kasus Pembangunan HTI dan
perkebunan di Indonesia. CIFOR Occasional Paper. 26(1): 1-14.
19

Köhl M, Baldauf T, Plugge D, Krug J. 2009. Reduced emissions from deforestation


and forest degradation (REDD): a climate change mitigation strategy on a
critical track. Carbon Balanced and Management. 4(10): 1-10.
Lambin EF, Geist HJ, Lepers E. 2003. Dynamics of land-use and land-cover change
in tropical regions. Annual Review of Environmental and Resources. 28(1):
205-241.
Lillesand TM, Kiefer RW, Chipman JW. 2004. Remote sensing and Image
Interpretation, Fifth Ed. New York (US): John Wiley and Sons.
Munajati SL, Kartodihardjo H, Saleh MB, Nurwadjedi. 2019. Sensitivity analysis
of ecosystem service especially food provisioning due to the dynamics of
land use change in Bogor Regency. DOI: 10.1088/1755-
1315/399/1/012040.
Munroe DK, Muller D. 2007. Issues in spatially explicit statistical land-use/cover
change (LUCC) models: examples from Honduras and the Central
Highlands of Vietnam. Land Use and Policy. 24(3): 521-530.
Murtadho A, Wulandari S, Wahid M, Rustiadi E. 2018. Perkembangan wilayah dan
perubahan tutupan lahan di Kabupaten Purwakarta sebagai dampak dari
proses konurbasi Jakarta-Bandung. Journal of Regional and Rural
Development Planning. 2(2): 195-208.
Pribadi DO, Shiddiq D, Ermyanila M. 2006. Model perubahan tutupan lahan dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Teknologi Lingkungan. 7(1):
35-51.
Rustiadi E, Saefulhakim HRS, Panuju DR. 2007. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah: Edisi Juli 2007. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.
Sitorus SRP, Leonataris C, Panuju DR. 2012. Analisis pola perubahan penggunaan
lhan dan perkembangan wilayah di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Tanah dan Lingkungan. 14(1): 21-28.
Suryani L. 2015. Analisis perubahan penggunaan lahan, komoditas unggulan
perkebunan dan arahan pengembangannya di Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi. [Thesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suwarli, Sitorus SRO, Widiatmaka, Putri EIK, Kholil M. 2012. Dinamika
perubahan penggunaan lahan dan strategi ruang terbuka hijau (RTH)
terbuka berdasarkan alokasi anggaran lingkungan daerah (Studi kasus Kota
Bekasi). Forum Pascasarjana. 35(1): 37-52.
Wijaya CI. 2011. Land use chane modelling in Siak District, Riau Province,
Indonesia using Multinomial Logistic Regression. [Thesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Xie C, Huang B, Claramunt C, Chandramouli M. 2005. Spatial logistic regression
and GIS to model rural-urban land conversion. PROCESSUS Second
International Colloqium on the Behavioural Foundations of Integrated
20

Land-use and Transportation Models: Frameworks, Models and


Applications. Canada: University of Toronto.

Anda mungkin juga menyukai