Anda di halaman 1dari 50

i

PENENTUAN JARAK TANAM DAN WAKTU PANEN UNTUK


MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU BENIH
JINTAN HITAM (Nigella sativa L.)

SEPTIA CATUR WAHYUNI


A24130101

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Jarak Tanam
dan Waktu Panen untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Benih Jintan Hitam
(Nigella sativa L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2018

Septia Catur Wahyuni


NIM A24130101
i

ABSTRAK

SEPTIA CATUR WAHYUNI. Penentuan Jarak Tanam dan Waktu Panen untuk
Meningkatkan Produksi dan Mutu Benih Jintan Hitam (Nigella sativa L.).
Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI dan CANDRA BUDIMAN.

Jintan hitam (Nigella sativa L.) adalah tanaman herbal yang memiliki
banyak kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai obat dan rempah. Tanaman
jintan hitam belum banyak dikembangkan di Indonesia karena perbedaan habitat
pertumbuhan dan terbatasnya penelitian saat ini. Cara budi daya yang tepat sangat
diperlukan untuk meningkatkan hasil biji jintan hitam. Salah satu cara budi daya
yang dapat meningkatkan produksi biji jintan hitam yaitu jarak tanam yang tepat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jarak tanam dan waktu panen
yang dapat memaksimalkan produksi dan mutu benih jintan hitam. Rancangan
percobaan yang digunakan yaitu rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor
yaitu jarak tanam (30 cm x 15 cm, 30 cm x 20 cm, dan 30 cm x 30 cm) dan
rancangan split plot dua faktor yaitu jarak tanam sebagai petak utama dan waktu
panen (6, 7, dan 8 minggu setelah antesis) sebagai anak petak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 30 cm x 15 cm dapat meningkatkan
panjang kapsul, bobot 1000 biji, produktivitas, dan indeks vigor. Perlakuan waktu
panen 7 MSA meningkatkan jumlah kapsul total, jumlah kapsul isi, bobot biji per
tanaman, daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan indeks vigor
sedangkan umur panen 8 MSA meningkatkan kecepatan tumbuh benih dengan
kadar air terendah. Interaksi antara perlakuan jarak tanam dan waktu panen tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap produktivitas dan semua variabel
pengujian mutu benih.

Kata kunci: daya berkecambah, indeks vigor, panjang kapsul, potensi tumbuh
i

ABSTRACT

SEPTIA CATUR WAHYUNI. Determination of Planting Distance and Harvest


Time to Increase Production and Quality of Black Cumin Seed (Nigella sativa L.).
Supervised by ANI KURNIAWATI and CANDRA BUDIMAN.

Black cumin (Nigella sativa L.) is an herbaceous plant that has many
active ingredients that function as a medicine and spice. Black cumin plants have
not been widely developed in Indonesia due to differences in growth habitat and
limited current research. Proper cultivation is necessary to improve the yield of
black cumin seeds. One way cultivation that can increase the production of black
cumin seeds is the right spacing. The purpose of this study is to obtain plant
spacing and harvest time that can maximize the production and quality of black
cumin seeds. The experimental design used is the complete group design is
randomized by one factor, namely plant spacing (30 cm x 15 cm, 30 cm x 20 cm,
dan 30 cm x 30 cm) and split plot design of two factors, namely the spacing plot
as the main plot and the harvest time (6, 7, dan 8 week after anthesis) as the
subplot. The results showed that treatment of plant spacing of 30 cm x 15 cm can
increase capsule length, weight of 1000 seeds, productivity, and vigor index.
Treatment time 7 WAA increased total capsule, total capsule content, weight of
seeds per plant, germination, maximum growth potential, and vigor index while
harvesting time of 8 WAA increased the rate of seed growth with the lowest
moisture content. The interaction between plant spacing treatment and harvest
time did not have a significant effect on productivity and all variables of seed
quality testing.

Keywords: capsule length, germination power, potential grows, vigor index


i

PENENTUAN JARAK TANAM DAN WAKTU PANEN UNTUK


MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU BENIH
JINTAN HITAM (Nigella sativa L.)

SEPTIA CATUR WAHYUNI


A24130101

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
i
ii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Pengaruh Jarak
Tanam dan Waktu Panen untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Benih Jintan
Hitam (Nigella sativa L.)” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ani Kurniawati, S.P., M.Si. dan Bapak Candra Budiman, S.P.,
M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan
serta bimbingan selama penelitian dan penyelesaian skripsi.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan pada saat ujian akhir skripsi.
3. Ibu Juang Gema Kartika S.P., M.Si selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan saran, bimbingan, serta nasehat kepada penulis
selama masa studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
4. Bapak Sarno dan Ibu Siti Ratmini selaku orang tua penulis, Deddy
Prabowo dan Januar Hendra selaku kakak kandung penulis, Dea Tara
Ningtyas sebagai saudara sepupu yang selalu mendukung penulis, serta
seluruh keluarga atas do’a, dukungan dan kasih sayang yang diberikan.
5. Rully Apriyani sebagai teman seperjuangan penulis dari SMA; Dina
Ragillia Sari sebagai teman dekat asrama yang selalu memotivasi penulis;
Ai Maryam, Ainun Toyibatul, Delima Ragil, dan Lia Marliana sebagai
rekan terdekat penulis; Ian Surya dan Rizkya Siti yang telah membantu
penulis saat awal menanam; Muhammad Ariansyah dan Sumayasri Aji
yang telah membantu akomodasi transportasi penulis; serta rekan-rekan
AGH 50 “Magnolia” yang telah memotivasi penulis selama penelitian dan
masa studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
6. Pak Nana dan seluruh staf Kebun Percobaan Pasir Sarongge atas bantuan
teknis di lapangan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca.

Bogor, Februari 2018

Septia Catur Wahyuni


iii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Deskripsi Jintan Hitam 2
Syarat Tumbuh Jintan Hitam 3
Budidaya Jintan Hitam 4
Manfaat dan Kandungan Jintan Hitam 4
Jarak Tanam 5
Mutu Benih dan Waktu Panen 6
METODE PENELITIAN 7
Tempat dan Waktu 7
Bahan dan Alat 7
Rancangan Percobaan 7
Analisis Data 9
Prosedur Percobaan 9
Pengamatan Percobaan 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Kondisi Umum 122
Fase Vegetatif 13
Tinggi Tanaman, Jumlahh Daun, Jumlah Cabang 13
Fase Generatif 15
Umur Berbunga dan Jumlah Bunga Antesis 15
Jumlah Kapsul Total, Persentase Kapsul Isi, dan Persentase Kapsul
Hampa 15
Panjang Kapsul, Diameter Kapsul, Jumlah Folikel, dan Jumlah Biji
per Tanaman 16
Bobot Biji per Tanaman, Bobot 1000 Biji, Produktivitas 17
Bobot Basah dan Bobot Kering 19
Pengujian Mutu Benih 19
Kadar Air, Daya Berkecambah, Potensi Tumbuh Maksimum, Indeks
Vigor, dan Kecepatan Tumbuh 19
KESIMPULAN DAN SARAN 233
Kesimpulan 233
Saran 233
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 34
ix

DAFTAR TABEL

1. Umur berbunga dan jumlah bunga antesis per tanaman jintan hitam
(Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak tanam 15
2. Jumlah kapsul total, jumlah kapsul isi, dan jumlah kapsul hampa per
tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak tanam
dan waktu panen 16
3. Panjang kapsul, diameter kapsul, jumlah folikel, dan jumlah biji per
kapsul tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak
tanam dan waktu panen 17
4. Bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji, dan produktivitas jintan hitam
(Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak tanam dan waktu panen 18
5. Bobot basah dan bobot kering tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.)
pada perlakuan jarak tanam 19
6. Kadar air, daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks
vigor, dan kecepatan tumbuh benih tanaman jintan hitam (Nigella
sativa L.) pada perlakuan jarak tanam dan waktu panen 21

DAFTAR GAMBAR

1. Siklus hidup tanaman jintan hitam aksesi NS-US-16 di Kebun


Percobaan Pasir Sarongge, Pacet, Cianjur 12
2. Tinggi tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak
tanam umur 4-12 MST 13
3. Jumlah daun tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan
jarak tanam umur 4-12 MST 14
4. Jumlah cabang tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada
perlakuan jarak tanam umur 5-12 MST 14
5. Kapsul tanaman jintan hitam aksesi NS-US-16 pada perlakuan waktu
panen 6, 7, dan 8 MSA 20
6. Kecambah jintan hitam aksesi NS-US-16 untuk pengujian mutu benih 20

DAFTAR LAMPIRAN

1. Layout rancangan percobaan produksi biji dan benih jintan hitam


(Nigella sativa L.) 31
2. Rekapitulasi sidik ragam 32
3. Daya berkecambah benih jintan hitam (Nigella sativa L.) tanpa
perlakuan perendaman KNO3 33
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesadaran masyarakat akan kesehatan dan dampak dari mengonsumsi obat


kimia membuat masyarakat semakin menyukai beragam jenis obat herbal. Salah
satu tanaman obat yang memiliki beragam manfaat bagi kesehatan yaitu jintan
hitam. Jintan hitam memiliki banyak kandungan bahan aktif yang berfungsi
mengobati beragam penyakit. Menurut Mansi (2006), bahan aktif yang
terkandung dalam jintan hitam antara lain thymoquinone, thymohydroquinone,
dithymoquinone, thymol, nigellicine, nigellimine-N-oxide, carvacrol, nigellidine,
dan alpha-hedrin. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa thymoquinone,
komponen utama dalam minyak esensial jintan hitam, memiliki efek anti
inflamasi, analgesik, antipiretik, antimikroba, serta menurunkan tekanan darah.
Jintan hitam (Nigella sativa L.) adalah tanaman herbal yang berasal dari
daerah Mediterania. Jintan hitam saat ini telah dikembangkan di berbagai belahan
dunia, termasuk Arab Saudi, Afrika Utara, dan sebagian Asia. Jintan hitam
merupakan spesies tanaman semak rendah yang termasuk famili Racunculaceae.
Jintan hitam dikenal dengan berbagai sebutan lain seperti black cumin, fennel
flower, nutmeg flower, roman coriander, black seed, black caraway, black onion
seed, kalonji, habatussauda, dan habbat albarakah (biji barakah). Tanaman ini
dikenal dengan sebutan jintan hitam di Indonesia. Tanaman ini digunakan sebagai
obat tradisional atau rempah-rempah oleh orang-orang Asia, Timur Tengah, dan
Afrika selama berabad-abad (Sharma et al., 2009).
Biji dari jintan hitam merupakan bagian terpenting yang dikonsumsi
masyarakat sebagai obat herbal. Kebutuhan biji jintan hitam di Indonesia cukup
tinggi dan hingga saat ini masih diimpor dari luar negeri. Total pemakaian jintan
hitam dalam industri besar dan menengah setahun adalah 144.817 kg dengan nilai
465 juta rupiah. Jintan banyak diimpor dari India dan Mesir serta negara Timur
Tengah lainnya dengan total impor sebanyak 510.003 kg per tahun senilai
US$ 364.394. Sebagian jintan di re-ekspor ke Amerika Serikat sebanyak 259 kg
(US$ 725) dan sebagian lain digunakan oleh industri kecil dan rumahan
(Wahyuni, 2009).
Upaya pengembangan jintan hitam di Indonesia menghadapi beberapa
kendala, diantaranya masalah penyediaan benih. Indonesia merupakan negara
tropis yang memiliki suhu, kelembaban, curah hujan, serta tingkat kemasaman
tanah yang lebih tinggi dibandingkan daerah asal jintan hitam. Perbedaan habitat
di Indonesia dengan daerah pengembangan di Mediterania membuat produksi biji
tanaman jintan hitam belum memuaskan, sehingga diperlukan penelitian yang
mengarah pada upaya peningkatan produksi maupun penyediaan benih. Cara budi
daya yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil biji jintan hitam.
Salah satu cara budi daya yang dapat meningkatkan produksi biji jintan hitam
yaitu jarak tanam yang tepat. Wajid et al. (2004) menunjukkan bahwa populasi
tanaman memiliki efek yang signifikan pada komponen hasil.
Dampak langsung dari pengembangan budi daya ini adalah kebutuhan benih
jintan hitam yang juga meningkat. Pemenuhan kebutuhan benih jintan hitam
tersebut dapat dilakukan dengan cara pengembangan industri benih jintan hitam di
2

Indonesia. Benih jintan hitam yang digunakan untuk budi daya di Indonesia masih
impor dari negara Timur Tengah dengan rata-rata persen daya berkecambah yang
kecil. Penggunaan benih dengan viabilitas yang sudah menurun akan
meningkatkan biaya penyulaman, harga benih, mundurnya waktu tanam, sehingga
produksi tidak optimal dan mutunya rendah (Hasanah, 2002). Belum banyak
penelitian tentang jarak tanam dan waktu panen pada jintan hitam di Indonesia
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jarak tanam dan waktu
panen yang tepat untuk produksi dan mutu benih jintan hitam. Program penelitian
ini diharapkan akan diperoleh jarak tanam dan waktu panen yang dapat
memaksimalkan produksi dan mutu benih jintan hitam.

Tujuan

1. Menentukan jarak tanam yang tepat untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman


jintan hitam (Nigella sativa L.).
2. Menentukan jarak tanam dan waktu panen yang tepat untuk optimalisasi
produksi biji dan mutu benih jintan hitam (Nigella sativa L.) bermutu.
3. Menentukan interaksi yang tepat antara jarak tanam dan waktu panen untuk
optimalisasi produksi biji dan mutu benih jintan hitam (Nigella sativa L.)
bermutu.

Hipotesis

1. Terdapat jarak tanam yang tepat untuk pertumbuhan tanaman jintan hitam.
2. Terdapat jarak tanam dan waktu panen yang tepat untuk produksi biji dan benih
jintan hitam bermutu.
3. Terdapat interaksi jarak tanam dan waktu panen yang tepat untuk produksi biji
dan benih jintan hitam bermutu.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Jintan Hitam

Jintan hitam merupakan tanaman herbal yang banyak ditemukan di


wilayah Mediterania dan kawasan beriklim gurun seperti Timur Tengah, Eropa
Timur, dan Asia Tengah (Randhawa et al., 2005). Jintan hitam merupakan spesies
tanaman semak rendah yang termasuk famili Racunculaceae. Jintan hitam dikenal
dengan berbagai sebutan lain seperti black cumin, fennel flower, nutmeg flower,
roman coriander, black seed, black caraway, black onion seed, kalonji,
habatussauda, dan habbat albarakah (biji barakah). Tanaman ini dikenal dengan
sebutan jintan hitam di Indonesia. Tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional
atau rempah-rempah oleh orang-orang Asia, Timur Tengah, dan Afrika selama
berabad-abad (Sharma et al., 2009).
Klasifikasi jintan hitam berdasarkan penggolongan dan tata nama tanaman
adalah sebagai berikut (Sharma et al., 2009):
3

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Family : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Species : Nigella sativa
Jintan hitam tumbuh dengan tinggi sekitar 20-30 cm, berbatang halus,
daunnya berbau segar, bunganya berwarna biru lembut, memiliki 5-10 kelopak,
dan tumbuh liar sampai ketinggian 1.100 m dpl. Tanaman ini biasanya ditanam di
daerah pegunungan atau sengaja ditanam sebagai tanaman rempah-rempah. Buah
jintan hitam berbentuk kapsul menggembung dan terdiri dari 3-7 folikel yang
masing-masing berisi beberapa biji. Bentuk biji jintan hitam kerucut kecil dan
berserabut, panjangnya berukuran tidak lebih dari 3 mm, serta memiliki aroma
dan bentuk yang sama seperti biji wijen. Biji jintan hitam digunakan untuk
rempah-rempah dan obat-obatan (Sharma et al., 2009).
Tanaman jintan hitam dapat tumbuh mencapai tinggi sekitar 45 cm,
panjang daun sekitar 2,5-5 cm berwarna hijau, susunan daun berseling dan
berbentuk linier lanset. Bunga berwarna hijau muda hingga kemerahan pada saat
muda, berwarna biru pucat saat tua dengan panjang 2-2,5 cm, terbentuk pada
ujung cabang (terminal), dan memiliki mahkota hingga 5 buah. Buah berbentuk
kapsul berukuran panjang 1,2 cm, terdiri dari beberapa biji. Biji berbentuk
lonjong, berwarna hitam atau abu-abu gelap, dan berukuran kecil (1-5 mg per
butir) (Rajsekhar dan Kuldeep, 2011). Jintan hitam dapat ditanam di kebun
percobaan Manoko, Lembang (1.301,5 m dpl) yang mempunyai suhu minimum
maksimum (15-27 °C) lebih tinggi dibandingkan habitat aslinya (6,9-17,4 °C)
namun masih mampu beradaptasi dengan terjadinya perkecambahan biji,
pertumbuhan, pembungaan, dan menghasilkan biji. Bunga jintan hitam mulai
berbunga (inisiasi) umur 56 hari setelah semai (HSS), bunga mulai mekar umur
63 HSS, daun mahkota berubah dari warna kuning menjadi putih umur 70 HSS,
bunga menyerbuk umur 83 HSS, bunga membentuk kapsul umur 97 HSS, dan
kapsul sudah matang umur 139 HSS (Suryadi, 2014).
Jintan hitam dikembangbiakkan menggunakan biji dengan tipe pertumbuhan
biji epigeal. Benih jintan hitam termasuk benih orthodox yang dapat disimpan
selama 2-3 tahun pada suhu ruang. Benih jintan berkecambah pada umur 14-16
hari setelah semai. Pembungaan terjadi lebih cepat pada daerah yang lebih panas
(8-10 minggu setelah tanam) dan pada kondisi kering umur tanaman lebih pendek.
Rangkaian bunga jintan hitam berupa malai dengan jumlah malai per tanaman
yaitu 8-12 buah dan jumlah biji per malai 37-64 buah (Wahyuni, 2009).

Syarat Tumbuh Jintan Hitam

Iklim serta lingkungan tumbuh di daerah asal jintan hitam pada dasarnya
sangat berbeda dengan iklim dan lingkungan tumbuh di Indonesia. Hasil
penelitian Tuncturk et al. (2005), Jintan hitam dapat tumbuh di Turki dengan
tekstur tanah lempung liat berpasir, terdiri dari 1,21% bahan organik, fosfor 7,16
ppm, 0,081% dari total garam dan 20,4% dari total kadar kapur, memiliki pH
tanah tinggi sekitar 7,7, curah hujan rata-rata 326,4 mm, dan suhu rata-rata 14,6
4

o
C. Menurut Khoulenjani dan Salamati (2011), jintan hitam juga dapat tumbuh di
Iran dengan ketinggian 1.209 m dpl dengan curah hujan rata-rata 140 mm per
tahun serta rata-rata suhu tahunan 14 oC. Jintan hitam dapat tumbuh di Turki
dengan tekstur tanah lempung berliat dengan kandungan liat yang cukup tinggi,
kadar garam rendah (0,068%), pH tanah basa (7,8), kandungan bahan organik
rendah (1,39%), kandungan nitrogen (0,071%) dan fosfat rendah (563,2 ppm),
kalium 560,1 ppm, curah hujan rendah (349,4-424,1 mm per tahun), serta suhu
yang rendah (9,5-10 oC) (Tuncturk et al., 2012).

Budidaya Jintan Hitam

Jintan hitam (Nigella sativa L.) termasuk tanaman rempah yang memiliki
kandungan gizi tinggi, diantaranya terkandung karbohidrat, protein, minyak, dan
berbagai mineral. Komposisi tersebut tergantung pada tempat tanaman tumbuh
(Wahyuni, 2009). Tanaman jintan hitam secara tradisional telah digunakan oleh
masyarakat Arab sebagai obat berbagai penyakit dan juga dapat digunakan
sebagai bumbu masakan. Tanaman ini banyak dibudidayakan pada suhu rendah,
pH tanah agak alkali, dan curah hujan yang rendah di tanah Arab. Tanaman jintan
hitam merupakan tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air, namun
ketersediaan air selama musim tumbuh sangat penting karena berpengaruh pada
ketepatan waktu muncul bunga (Ghouzhdi, 2010).
Tanaman jintan hitam diperbanyak dengan biji, ditanam di persemaian
kemudian dipindahkan ke lapang, namun hal tersebut sulit karena tingkat
kematian bibitnya tinggi, sehingga lebih baik benih ditabur langsung di lapang.
Masyarakat Iran umumnya menerapakan teknik budidaya benih ditebar langsung
di lapang dengan 20-30 kg benih ha-1, jarak antar baris 25-40 cm dan jarak dalam
baris 15 cm. Penanaman jintan hitam dapat secara monokultur maupun tumpang
sari dengan barley atau gandum. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP)
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, kuantitas dan kualitas biji jintan hitam
(Ghouzhdi, 2010).
Penelitian terhadap budi daya jintan hitam di beberapa negara Timur
Tengah terus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas. Upaya untuk
meningkatkan produktivitas tersebut dilakukan oleh para peneliti Timur Tengah
mulai dari pemilihan lokasi, pemupukan, penentuan waktu tanam, sampai
penentuan dosis benih yang optimum (Ridwan, 2014). Menurut Talafih et al.
(2007), penanaman jintan hitam pada awal bulan Desember akan meningkatkan
tinggi tanaman, biomassa, serta produksi dan bobot biji paling tinggi dibanding
waktu tanam yang lain.

Manfaat dan Kandungan Jintan Hitam

Bahan aktif yang terkandung dalam jintan hitam antara lain thymoquinone,
thymohydroquinone, dithymoquinone, thymol, nigellicine, nigellimine-N-oxide,
carvacrol, nigellidine, dan alpha-hedrin. Banyak penelitian yang membuktikan
bahwa thymoquinone, komponen utama dalam minyak esensial jintan hitam,
memiliki efek anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba, serta
menurunkan tekanan darah (Mansi, 2006). Biji tanaman jintan hitam biasa
digunakan sebagai bahan baku pada industri farmasi dan parfum. Kandungan
5

utama dari biji jintan hitam yaitu minyak atsiri seperti, p-symena, thymoquinone,
asam palmitat, asam linoleat, asam oleat (Arshad et al., 2012), asam lemak,
tocopherol, sterol (Matthaus dan Özcan, 2011), dithymoquinone,
thymohidroquinone, dan thymol (Ghosheh et al., 1999), senyawa alkaloid seperti
nigellimine, nigellidine, nigellicine, dan memiliki sifat anti kanker (Rana et al.,
2012).
Hasil studi menunjukkan bahwa jintan hitam bermanfaat menyembuhkan
kanker prostat dan kanker usus besar serta dapat membasmi sel-sel kanker
payudara yang dapat memberikan peluang kesehatan yang sangat baik bagi
manusia. Manfaat jintan hitam lainnya yaitu anti hipertensi, anti tumor, anti
bakteri, anti histamin, anti inflamasi, anti parasit, menguatkan sistem kekebalan
tubuh, serta meningkatkan laktasi (Hurairah, 2014). Hasil penelitian Moneim et
al. (2013) menunjukkan bahwa jintan hitam juga berkhasiat untuk melawan virus
hepatitis C.
Thymoquinone merupakan salah satu senyawa yang paling banyak terdapat
pada minyak esensial jintan hitam yaitu sekitar 7,8-13,7% yang termasuk senyawa
bioaktif dari golongan terpenoid yaitu monoterpen (Botnick et al., 2012).
Thymoquinone berfungsi sebagai anti mikroba, anti parasit, anti kanker, anti
inflamasi, imunomodulator, antioksidan dan hepatoprotektor (Muhtasib et al.,
2006). Thymoquinone juga berguna untuk mencegah penyakit kanker usus dan
leukeumia (Norsharina et al., 2011). Hasil penelitian efek farmakologis lainnya
dari biji jintan hitam antara lain anti iskemia (Hosseinzadeh et al., 2006), efek
estrogenik (Parhizkar et al., 2011), serta dapat melawan berbagai jenis kanker
seperti kanker darah, kanker pankreas, kanker hati, kanker paru-paru, kanker kulit,
kanker ginjal, serta kanker serviks (Khan et al., 2011). Biji jintan hitam juga
digunakan dalam industri bumbu masak selain industri jamu atau obat tradisional
(Suryadi, 2014).

Jarak Tanam

Jarak tanam adalah jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian atas
tanaman serta cukup tersedianya ruang bagi perkembangan perakaran di dalam
tanah. Pilihan jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan
makanan, dan kesuburan areal (Nuraini, 1993). Jarak tanam memengaruhi
populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya. Hal ini juga memengaruhi
kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air serta zat hara sehingga akan
memengaruhi produksi. Tanaman dapat memberi respon dengan mengurangi
ukuran baik pada seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman seperti cabang,
umbi, atau polong terhadap jarak tanam yang digunakan. Jarak tanam optimal
ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dalam menentukan keuntungan optimum
(Setyati, 1979).
Peningkatan tingkat kerapatan tanam persatuan luas sampai suatu batas
tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanam
akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari, dan
ruang tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah biji pertanaman (Irfan, 1999).
Menurut Harjadi (1979), jarak tanam memengaruhi populasi tanaman dan
koefisien penggunaan cahaya serta memengaruhi kompetisi antara tanaman dalam
menggunakan air dan zat hara sehingga akan memengaruhi hasil. Kerapatan
6

tanaman memengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutaman karena


koefisien penggunaan cahaya. Produksi tiap satuan luas tinggi dapat tercapai
dengan populasi tinggi karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum
di awal pertumbuhan, namun pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman
secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan
lain. Penampilan masing-masing tanaman menurun karena tanaman memberikan
respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada
bagian-bagian tertentu.
Hasil penelitian Gholinezhad dan Abdolrahimi (2014) menunjukkan
bahwa efek dari kerapatan tanaman dan pengaturan panen pada hasil gabah, hasil
minyak, dan persentase minyak jintan hitam sangat signifikan. Hasil gabah terbaik
diperoleh pada varietas Baft dengan jarak antar baris 20 cm dan jarak dalam baris
2 cm. Oleh karena itu, dapat direkomendasikan jintan hitam varietas Baft
dengan kerapatan tanaman 20 cm × 2 cm untuk penanaman di Azerbaijan Iran.
Hasil penelitian Ozel et al. (2009) dengan perlakuan jarak antar baris 15 cm dan
30 cm serta jumlah benih yang ditanam 1, 2, 3, 4 kg da-1 (1 kg dekare-1 sama
dengan 10 kg ha-1) menunjukkan jarak antar baris 15 cm dengan jumlah benih 2
kg da-1 memberikan hasil tertinggi. Hasil penelitian Malhotra dan Vashishtha
(2008) di India menunjukkan jarak tanam 30 cm antar baris jintan hitam dapat
menghasilkan biji tertinggi sebesar 7,86 q ha-1 (q adalah quintal atau kuintal).

Mutu Benih dan Waktu Panen

Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih. Mutu
benih meliputi mutu genetik, fisiologik, dan fisik (Sadjad, 1994). Mutu benih
yang baik merupakan dasar bagi produktivitas pertanian yang lebih baik.
Copeland dan Mc Donald (1985) menyatakan bahwa ketersediaan cadangan
makanan dalam benih dan aktivitas mitokhondria berkolerasi positif dengan berat
benih. Banyak faktor yang dapat memengaruhi tingkat mutu benih yang baik.
Salah satu cara mendapatkan mutu benih optimal yaitu dengan waktu panen yang
tepat. Hasanah (2002) menyatakan, ketidaksesuaian lokasi produksi, penyiapan
tanah, waktu tanam, aplikasi pupuk, pengendalian hama dan gulma, waktu dan
cara panen, prosesing, pengemasan, serta penyimpanan memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap rendahnya produksi dan mutu benih. Hasil penelitian
Hasanah et al. 1994 menunjukkan daya berkecambah benih ketumbar yang
dipanen pada umur 22 MST lebih baik dibanding pada umur 20 dan 21 MST. Hal
ini dikarenakan waktu panen terakhir membuat persaingan antar tanaman
berkurang sehingga embrio yang terbentuk serta pembentukan cadangan
makanannya lebih baik.
7

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Percobaan lapang dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2017 di


Kebun Percobaan Pasir Sarongge, Pacet, Cianjur dengan ketinggian tempat 1.117
m dpl dengan suhu harian sekitar 29,8 oC dan tipe tanah Andosol. Penelitian
laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih jintan hitam aksesi
NS-US-16 dari Amerika Serikat, insektisida karbofuran, pupuk kandang sapi,
media tanam, arang sekam, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, larutan KNO3,
plastik naungan UV, tegakan bambu, ajir bambu, kertas tissue, dan label. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu trey semai, alat pertanian, alat tulis,
penggaris, plastik, jangka sorong, timbangan analitik, oven, gunting, pinset, hand
sprayer, cawan petri, dan germinator.

Rancangan Percobaan

1. Produksi Biji dan Benih


a. Fase Vegetatif dan Awal Pembungaan
Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) satu faktor yaitu jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan yaitu 30 cm x
15 cm, 30 cm x 20 cm, dan 30 cm x 30 cm. Terdapat 3 perlakuan dan 4 ulangan
setiap percobaan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan
pada lima tanaman di setiap satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan sebagai berikut (Gomez dan Gomez,
1995):
Yij = μ + τi + βj + εij
i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3, 4
Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan pada jarak tanam ke-i dan ulangan ke-j
μ : Nilai tengah umum
τi : Pengaruh jarak tanam ke-i
βj : Pengaruh ulangan ke-j
εij : Pengaruh galat percobaan jarak tanam ke-i, ulangan ke-j

b. Fase Generatif
Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dua faktor yaitu jarak tanam dan waktu panen. Jarak tanam yang
digunakan yaitu 30 cm x 15 cm, 30 cm x 20 cm, dan 30 cm x 30 cm dan waktu
panen yang digunakan adalah 6, 7, dan 8 MSA. Terdapat 9 perlakuan dan 4
ulangan setiap percobaan sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Pengamatan
dilakukan pada lima tanaman di setiap satuan percobaan.
8

Model rancangan yang digunakan sebagai berikut (Gomez dan Gomez,


1995):
Yijk     i   j  ij   k   ij
i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3
k = 1, 2, 3, 4
Keterangan:
Yijk : Nilai pengamatan pada perlakuan jarak tanam ke-i, waktu panen ke-j,
interaksi ke-ij, dan kelompok ke-k
 : Nilai tengah umum
i : Pengaruh perlakuan jarak tanam pada taraf ke-i (i = 1,2,3)
j : Pengaruh perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j (j = 1,2,3)
 ij : Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam ke-i, dan perlakuan waktu
panen ke-j
k : Pengaruh kelompok ke-k
 ijk : Pengaruh galat percobaan perlakuan jarak tanam ke-i dan perlakuan
waktu panen ke-j dan kelompok ke-k

2. Pengujian Mutu Benih


Rancangan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (Split-Plot)
dua faktor yaitu jarak tanam dan waktu panen. Benih yang diuji berasal dari
percobaan lapang yang menggunakan tiga perlakuan jarak tanam dan tiga
perlakuan waktu panen. Terdapat 9 perlakuan dan 4 ulangan setiap percobaan
sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 50 benih,
sehingga total terdapat 1.800 benih jintan hitam.
Model rancangan yang digunakan sebagai berikut (Gomez dan Gomez,
1995):
Yijk = μ + Kk + αi + δik + βj + (αβ)ij + εijk
i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3
k = 1, 2, 3, 4
Keterangan:
Yijk : Nilai pengamatan pada faktor jarak tanam taraf i, faktor waktu panen taraf
j, dan ulangan ke-k
μ : Rataan umum
Kk : Pengaruh utama kelompok taraf ke-k
αi : Pengaruh perlakuan jarak tanam ke-i
δik : Komponen acak atau galat dari petak utama yang menyebar normal
βj : Pengaruh perlakuan waktu panen ke-j
(αβ)ij : Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam taraf ke-i dan perlakuan waktu
panen taraf ke-j
εijk : Pengaruh acak atau galat dari anak petak yang menyebar normal
9

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam (uji F). Jika terdapat
pengaruh nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah
dengan menggunakan metode uji perbandingan berganda Duncan (DMRT) pada
taraf   5%.

Prosedur Percobaan

1. Produksi Biji dan Benih


Persiapan lahan dan media tanam
Lahan penanaman dibersihkan dari gulma dan diberi kapur dengan dosis 4
ton ha-1 dan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (Suryadi, 2014). Lahan
dibagi menjadi 12 petakan dengan luas 3 m2 per petakan dan tinggi 30 cm serta
jarak antar petakan berupa selokan dengan lebar 50 cm (Lampiran 1). Lahan
diberi naungan dengan menggunakan plastik UV dan diberi tegakan dari bambu
untuk melindungi tanaman dari terpaan hujan secara langsung. Trey semai diisi
dengan media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam
dengan perbandingan 1:1:1.

Penanaman
Benih direndam terlebih dahulu di dalam larutan pupuk hayati PGPR
(Plant-growth promoting rhizobacteria) selama 12 jam sebelum ditanam untuk
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit (Putra, 2017).
Benih jintan hitam disemai di trey semai sebanyak dua hingga empat benih per
lubang dengan media campuran tanah, pupuk kandang sapi dan arang sekam
(1:1:1). Bibit hasil penyemaian dipindah ke lahan setelah berumur tiga minggu.

Pemeliharaan
Perlakuan pemupukan unsur N dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam
dan empat minggu kemudian, sedangkan pemupukan unsur P dan K diberikan
satu kali pada saat tanam. Dosis unsur N, P dan K yang digunakan yaitu 120 kg N
ha-1, 157 kg P ha-1 (Suryadi, 2014), dan 90 kg K ha-1 (Putra, 2017). Sumber unsur
N adalah urea (45% N), P adalah SP-36 (36% P2O5), dan K adalah KCl (60%
K2O). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dilarik di sekeliling tanaman
dengan jarak 10 cm dari pangkal batang tanaman. Pemeliharaan tanaman yang
dilakukan meliputi pemasangan ajir bambu, penyiraman, pengendalian gulma
dengan cara dicabut, penyulaman, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pemanenan
Panen dilakukan pada umur 6, 7, dan 8 MSA dengan ketentuan kulit
kapsul berwarna hijau, coklat, dan coklat kering. Benih jintan hitam yang
digunakan untuk pengujian mutu benih dipanen dari beberapa kapsul yang
sebelumnya ditandai saat bunga antesis dengan label waktu panen. Penandaan
bunga antesis pertama dilakukan untuk kapsul panen berumur 8 MSA, disusul 7
dan 6 MSA. Kapsul dipanen dengan cara dipetik kemudian dikeringanginkan
selama 24 jam. Kapsul dipecah dan bijinya dibersihkan serta dipisahkan dari
cangkang kapsul atau kotoran lain.
10

2. Pengujian Mutu Benih


Persiapan media tanam dan penanaman
Cawan petri sebanyak 72 buah dibersihkan dan diberi tiga lapisan kertas
tissue yang telah dipotong melingkar sesuai ukuran cawan petri. Benih jintan
hitam yang telah dipanen pada umur 6, 7, dan 8 MSA sesuai perlakuan masing-
masing direndam di dalam larutan KNO3 0,2% selama tiga jam untuk pemecahan
dormansi benih jintan hitam (ISTA, 2014). Benih yang telah direndam selama tiga
jam ditiriskan dan ditanam di dalam cawan petri sebanyak 50 benih per cawan
petri. Cawan petri yang telah terisi benih lalu disemprot dengan aquades, ditutup
dan diletakkan di dalam germinator standar dengan suhu ruang berkisar antara 20
°C hingga 25 °C.

Pengamatan Percobaan

1. Produksi Biji dan Benih


Pengamatan yang akan dilakukan meliputi:
a. Fase vegetatif :
1. Tinggi tanaman. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap minggu
sejak tanaman berusia 4 MST. Pengukuran dilakukan dari pangkal
batang hingga titik tumbuh dengan menggunakan penggaris.
2. Jumlah daun. Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak
tanaman berusia 4 MST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung
jumlah daun yang telah terbuka sempurna.
3. Jumlah cabang. Pengamatan jumlah cabang dilakukan setiap minggu
sejak tanaman berusia 5 MST. Pengamatan dilakukan dengan
menghitung jumlah cabang yang telah terbentuk.
b. Fase generatif
1. Umur berbunga. Tanaman diamati hingga muncul kuncup bunga
pertama.
2. Jumlah bunga antesis. Jumlah bunga antesis dihitung per tanaman
setiap minggu.
3. Jumlah kapsul siap panen. Jumlah kapsul yang dipanen dihitung per
tanaman setiap minggu.
4. Jumlah kapsul isi. Jumlah kapsul berisi tiap panen dihitung per
tanaman setiap minggu.
5. Jumlah kapsul kosong. Jumlah kapsul yang tidak berisi tiap panen
dihitung per tanaman setiap minggu.
6. Jumlah kapsul total. Jumlah kapsul yang dihitung berdasarkan total
jumlah kapsul berisi dan tidak berisi tiap panen per tanaman.
7. Ukuran kapsul. Kapsul yang telah terbentuk diukur panjang dan
diameter menggunakan penggaris dan jangka sorong.
8. Jumlah folikel (ruangan) per kapsul. Kapsul memiliki beberapa
ruangan (folikel) yang di dalamnya terdapat biji jintan hitam. Jumlah
folikel yang terbentuk pada setiap kapsul dihitung.
9. Jumlah biji per kapsul. Kapsul dipanen dan dikeluarkan bijinya.
Jumlah biji yang terdapat pada setiap kapsul dihitung.
11

10. Bobot biji per tanaman. Biji yang diperoleh dikelompokkan


berdasarkan tanaman asal kemudian ditimbang menggunakan
timbangan analitik.
11. Bobot 1000 biji. Biji dipisahkan sebanyak 1000 butir dan ditimbang
bobotnya menggunakan timbangan analitik.
12. Produktivitas. Bobot biji per tanaman yang telah dipanen
dikonversikan sehingga diperoleh bobot biji per petak dan produksi
biji per hektar.
13. Bobot brangkasan basah dan kering. Semua bagian tanaman jintan
hitam dipanen lalu ditimbang untuk didapatkan bobot basah dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C selama 24 jam lalu ditimbang
kembali sehingga didapatkan bobot kering.

2. Pengujian Mutu Benih


Mutu fisiologis benih yang dihasilkan dievaluasi dengan pengamatan
terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, kadar air,
dan kecepatan tumbuh. Metode masing-masing pengamatan tersebut yaitu:
a. Daya berkecambah. Daya berkecambah dihitung berdasarkan jumlah
kecambah normal pada pengamatan I (hari ke-7) dan pengamatan II (hari
ke-10) (ISTA, 2014). Perhitungan daya berkecambah menggunakan
rumus:

DB (%) = x 100%

b. Potensi tumbuh maksimum. Potensi tumbuh maksimum merupakan


persentase kecambah normal dan abnormal yang muncul hingga hari ke-10
pengamatan. Perhitungan potensi tumbuh maksimum menggunakan
rumus:

PTM (%) = x 100%

c. Indeks vigor. Indeks vigor ditetapkan berdasarkan persentase kecambah


normal pada saat hitungan I (hari ke-7). Perhitungan indeks vigor
menggunakan rumus:

IV = x 100%

d. Kadar air benih. Pengeringan benih dilakukan dengan menggunakan oven


dengan suhu rendah yaitu 103°C selama 17 jam. Perhitungan kadar air
menggunakan rumus (ISTA, 2014):

Kadar Air Benih = x 100%


12

M1: berat wadah + tutup (g)


M2: berat wadah + tutup + sampel sebelum pengeringan (g)
M3: berat wadah + tutup + sampel setelah pengeringan (g)

e. Kecepatan tumbuh. Pengamatan kecepatan tumbuh dilakukan setiap hari


selama 10 hari untuk melihat persen kecambah normal setiap harinya.
Perhitungan kecepatan tumbuh menggunakan rumus (Widajati et al.,
2013):

Kecepatan tumbuh = ∑

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge, Kecamatan


Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dengan ketinggian tempat kurang lebih
1.117 m dpl dengan tipe tanah Andosol (University Farm, 2015). Suhu harian
selama penelitian berkisar antara 19 oC hingga 27 oC. Jintan hitam dibudidayakan
pada ketinggian 580–1.725 m dpl dengan suhu rata-rata 6,9–17,4 °C di daerah
asalnya. Jintan hitam dapat tumbuh di Kebun Percobaan Manoko, Lembang, Jawa
Barat yang mempunyai ketinggian tempat 1.301,5 m dpl, dengan jenis tanah
andosol dengan suhu minimum-maksimum 15,4-26,2 °C dengan suhu harian rata-
rata 20,8 °C (Suryadi, 2014). Menurut Tuncturk et al. (2012), jintan hitam dapat
tumbuh di Turki dengan curah hujan rendah (349,4-424,1 mm tahun-1) dan suhu
yang rendah (9,5-10 oC).

(a) (b) (c)

a. Inisiasi bunga jintan hitam pada umur 49 HSS


b. Antesis bunga jintan hitam pada umur 56 HSS
c. Kapsul yang terbentuk pada umur 70 HSS

Gambar 1. Siklus hidup tanaman jintan hitam aksesi NS-US-16 di Kebun


Percobaan Pasir Sarongge, Pacet, Cianjur
13

Benih jintan hitam mulai berkecambah pada umur 14 hari setelah semai
(HSS), tanaman jintan hitam mulai berbunga (inisiasi) umur 49 HSS (Gambar 1a),
bunga mulai mekar (antesis) umur 56 HSS (Gambar 1b), bunga membentuk
kapsul umur 70 HSS (Gambar 1c), dan kapsul sudah matang umur 105 HSS.
Siklus hidup tanaman jintan hitam dari mulai penyemaian benih hingga
pemanenan berlangsung paling lama sampai 162 hari. Hasil uji ragam terhadap
peubah produksi biji dan benih serta pengujian mutu benih jintan hitam terdapat
pada Lampiran 2. Peubah yang dipengaruhi oleh jarak tanam 30 cm x 15 cm
adalah panjang kapsul, bobot 1000 biji, produktivitas, dan indeks vigor sedangkan
peubah yang dipengaruhi oleh waktu panen 7 MSA adalah jumlah kapsul total,
jumlah kapsul isi, bobot biji per tanaman, daya berkecambah, potensi tumbuh
maksimum, dan indeks vigor

Fase Vegetatif

Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Jumlah Cabang

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


tinggi tanaman jintan hitam (Gambar 2). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian Malhotra dan Vashishta (2008) di India yang melaporkan bahwa jarak
tanam memengaruhi tinggi tanaman jintan hitam secara signifikan. Hasil
penelitian ini lebih rendah 10,6% dibandingkan dengan hasil penelitian Malhotra
dan Vashishta (2008) di India varietas NRCSS AN-1 yang tingginya bisa
mencapai 42,42 cm pada jarak tanam antar baris 30 cm.
Hasil penelitian Malhotra dan Vashishta (2008) menunjukkan bahwa
semakin lebar jarak antar baris tanaman maka ukuran tinggi tanaman akan
semakin bertambah karena persaingan antar tanaman semakin berkurang.
Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat
membuat daun sesama tanaman saling menutupi sehingga pertumbuhan tanaman
akan tinggi memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya (Nurlaili,
2010).
30 cm x 15 cm 30 cm x 20 cm 30 cm x 30 cm

40
35
Tinggi Tanaman (cm)

30
25
20
15
10
5
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur (MST)

Gambar 2. Tinggi tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak
tanam umur 4-12 MST
14

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


jumlah daun tanaman jintan hitam (Gambar 3). Menurut Hanafi (2005), penyebab
tanaman mengeluarkan daun lebih banyak pada kerapatan tanam yang tinggi
karena tanaman yang tidak mendapatkan cahaya akan tumbuh ke atas untuk
mendapatkan cahaya serta unsur hara yang cukup sehingga mampu tumbuh dan
melakukan proses asimilasi dengan lebih baik yang pada akhirnya mampu
mengeluarkan daun lebih banyak.

30 cm x 15 cm 30 cm x 20 cm 30 cm x 30 cm

60
Jumlah Daun (Helai)

50
40
30
20
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur (MST)

Gambar 3. Jumlah daun tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan
jarak tanam umur 4-12 MST

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


jumlah cabang tanaman jintan hitam (Gambar 4). Menurut Budiastuti (2000),
beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak
tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata berpengaruh pada
jumlah cabang dan jumlah daun. Berkaitan dengan tinggi tanaman dan jumlah
daun jintan hitam, Suhartini (2011) berpendapat bahwa pemanjangan ruas
tercermin pada panjang batang ataupun jumlah cabang, sementara cabang adalah
tempat tumbuhnya daun. Apabila jumlah cabang sedikit, maka jumlah daun yang
dihasilkan juga sedikit.

30 cm x 15 cm 30 cm x 20 cm 30 cm x 30 cm

30
25
Jumlah Cabang

20
15
10
5
0
5 6 7 8 9 10 11 12
Umur (MST)

Gambar 4. Jumlah cabang tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan
jarak tanam umur 5-12 MST
15

Jarak tanam 30 cm x 15 cm memberikan pertumbuhan yang optimum pada


tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Pertumbuhan vegetatif tanaman
masih maksimum hingga umur 12 MST atau umur awal panen. Hal ini karena
tanaman jintan hitam termasuk dalam tipe pertumbuhan indeterminate. Menurut
Irwan (2006), tipe indeterminate dicirikan dengan pucuk batang tanaman masih
bisa tumbuh daun walaupun tanaman sudah mulai berbunga.

Fase Generatif

Umur Berbunga dan Jumlah Bunga Antesis

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


umur berbunga dan jumlah bunga antesis tanaman jintan hitam (Tabel 1). Waktu
berbunga pada penelitian ini terbilang lebih cepat 36,9% jika dibandingkan
dengan hasil penelitian Malhotra dan Vashishta (2008) yang menunjukkan jika
tanaman jintan hitam yang ditanam di India membutuhkan waktu untuk 50%
berbunga selama 76,6 HSS pada jarak antar baris 30 cm. Waktu inisiasi bunga
tanaman jintan hitam di daerah tropika lebih cepat dibanding daerah subtropika
(Putra, 2017). Cepatnya proses pembungaan yang terjadi di daerah tropika
disebabkan karena suhu dan intensitas cahaya lebih tinggi dibandingkan di daerah
asalnya (Ridwan, 2014).

Tabel 1. Umur berbunga dan jumlah bunga antesis per tanaman jintan hitam
(Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak tanam
Jumlah bunga antesis
Perlakuan Umur berbunga (MST)
(tangkai)
Jarak tanam
30 cm x 15 cm 3,90 23,77
30 cm x 20 cm 4,20 24,31
30 cm x 30 cm 4,22 20,16
Uji F tn tn
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah bunga antesis terbanyak terdapat pada jarak tanam yang lebih
rapat. Hal ini dapat disebabkan pada jarak tanam yang rapat menghasilkan jumlah
cabang yang lebih banyak sehingga dapat menghasilkan jumlah bunga yang lebih
banyak. Tejasarwana dan Rahardjo (2009) menyatakan dalam penelitian bunga
mawar potong bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi hasil
produksi bunga per petak.

Jumlah Kapsul Total, Jumlah Kapsul Isi, dan Jumlah Kapsul Hampa

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


jumlah kapsul total, jumlah kapsul isi, dan jumlah kapsul hampa (Tabel 2).
Jumlah kapsul total per tanaman hasil penelitian ini terbilang jauh lebih sedikit
52,2% jika dibandingkan dengan jumlah kapsul per tanaman hasil penelitian
Malhotra dan Vashishta (2008) di India yang dapat mencapai 32,48 buah kapsul
16

per tanaman pada perlakuan jarak antar baris 30 cm. Rendahnya jumlah kapsul
yang dihasilkan bisa disebabkan karena perbedaan varietas yang digunakan dan
pengaruh iklim lingkungan tumbuhnya. Menurut Hashemi et al. (1998), seiring
kepadatan tanaman meningkat, mengakibatkan komponen tanaman menurun
seperti jumlah buah dan jumlah biji per tanaman. Namun dalam beberapa kasus,
beberapa komponen tidak mengikuti pola ini.

Jumlah kapsul Jumlah kapsul Jumlah kapsul


Perlakuan
total (buah) isi (buah) hampa (buah)
Jarak tanam
30 cm x 15 cm 5,40 4,21 1,32
30 cm x 20 cm 5,49 3,99 2,22
30 cm x 30 cm 5,20 3,83 1,50
Uji F tn tn tn
Waktu panen
6 MSA 3,58b 3,06b 0,81
7 MSA 7,71a 6,26a 1,60
8 MSA 4,85b 2,84b 2,18
Uji F ** ** tn
Interaksi ** ** tn
Tabel 2. Jumlah kapsul total, jumlah kapsul isi, dan jumlah kapsul hampa per
tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak tanam
dan waktu panen
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, ** = berbeda sangat nyata pada uji lanjut
DMRT 5%, tn = tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, MSA = Minggu
setelah antesis

Perlakuan waktu panen dan interaksi antara jarak tanam dan waktu panen
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah kapsul total dan jumlah
kapsul isi namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah kapsul
hampa (Tabel 2). Jumlah kapsul total dan isi pada waktu panen 7 MSA
menunjukkan jumlah kapsul yang 50% lebih tinggi dibandingkan jumlah kapsul
total dan isi pada waktu panen 6 dan 8 MSA. Hal ini diduga karena bunga untuk
kapsul panen 8 MSA ditandai pada umur 5 MST atau pada tahap awal
pembungaan dan untuk kapsul 6 MSA ditandai pada tahap akhir pembungaan
yang diduga dapat menyebabkan jumlah kapsul untuk waktu panen 8 MSA dan 6
MSA yang terbentuk sedikit karena banyaknya bunga yang rontok pada tahap
pembungaan tersebut.

Panjang Kapsul, Diameter Kapsul, Jumlah Folikel, dan Jumlah Biji per
Kapsul

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang


kapsul dan jumlah folikel per kapsul, namun tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap diameter kapsul dan jumlah biji per kapsul (Tabel 3). Perlakuan
17

waktu panen dan interaksi antara jarak tanam dan waktu panen tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap panjang kapsul, diameter kapsul, jumlah folikel per
kapsul, dan jumlah biji per kapsul (Tabel 3).
Jumlah biji per kapsul hasil penelitian ini terbilang lebih sedikit 33,4% jika
dibandingkan dengan jumlah biji per kapsul hasil penelitian Malhotra dan
Vashishta (2008) di India yang dapat mencapai jumlah biji sebanyak 72,64 butir
per kapsul pada jarak antar baris 30 cm. Perbedaan jumlah biji yang dihasilkan
bisa disebabkan perbedaan varietas yang digunakan dan iklim lingkungan
tumbuhnya.

Tabel 3. Panjang kapsul, diameter kapsul, jumlah folikel, dan jumlah biji per
kapsul jintan hitam (Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak tanam dan
waktu panen
Jumlah folikel Jumlah biji
Panjang Diameter
Perlakuan per kapsul per kapsul
kapsul (cm) kapsul (mm)
(buah) (butir)
Jarak tanam
30 cm x 15 cm 1,05a 0,79 4,83ab 50,08
30 cm x 20 cm 0,91b 0,82 4,97a 49,36
30 cm x 30 cm 0,94b 0,76 4,59b 45,36
Uji F * tn * tn
Waktu panen
6 MSA 0,96 0,78 4,91 49,90
7 MSA 0,99 0,81 4,81 50,00
8 MSA 0,95 0,78 4,67 45,33
Uji F tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, * = berbeda nyata pada uji lanjut DMRT
5%, tn = tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, MSA = Minggu setelah
antesis

Bobot Biji per Tanaman, Bobot 1000 Biji, dan Produktivitas

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


bobot biji per tanaman, namun memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot
1000 biji dan produktivitas (Tabel 4). Jarak tanam 30 cm x 15 cm dapat
meningkatkan bobot 1000 biji hingga 13% dan meningkatkan produktivitas
hingga 34% dibandingkan perlakuan jarak tanam lainnya. Boroomand et al.
(2009) melaporkan adanya peningkatan bobot 1000 biji dalam sebuah penelitian
di provinsi Zanjan mengenai efek tanggal tanam dan kepadatan tanaman pada
karakteristik morfologi dan persentase saripati. Peningkatan pada masing-masing
karakter seperti berat daun, jumlah cabang, dan jumlah kapsul pada tanaman
berkontribusi dalam meningkatkan berat 1000 biji secara bertahap. Hal ini karena
tingginya jumlah batang dapat meningkatkan jumlah daun pada tanaman yang
mana daun tersebut dapat meningkatkan tingkat klorofil yang memfasilitasi lebih
18

banyak fotosintesis dan menyediakan makanan lebih banyak untuk tanaman


sehingga mempengaruhi bobot dan volume benih.
Bobot biji per Bobot 1000 biji Produktivitas
Perlakuan
tanaman (g) (g) (kg ha-1)
Jarak tanam
30 cm x 15 cm 0,59 2,59a 49,94a
30 cm x 20 cm 0,50 2,25b 32,91ab
30 cm x 30 cm 0,41 2,12b 25,93b
Uji F tn ** *
Waktu panen
6 MSA 0,46b 2,23 32,76
7 MSA 0,71a 2,21 49,03
8 MSA 0,35b 2,52 28,91
Uji F * tn tn
Interaksi tn tn tn

Tabel 4. Bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji, dan produktivitas jintan hitam
(Nigella sativa L.) pada perlakuan jarak tanam dan waktu panen
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, * = berbeda nyata pada uji lanjut DMRT
5%, ** = berbeda sangat nyata pada uji lanjut DMRT 5%, tn = tidak berbeda nyata
pada uji lanjut DMRT 5%, MSA = Minggu setelah antesis

Nilai produktivitas yang lebih tinggi pada jarak tanam 30 cm x 15 cm


atau pada jarak tanam yang rapat menunjukkan jika jumlah populasi
mempengaruhi nilai produktivitas tanaman jintan hitam. Namun produktivitas
jintan hitam pada penelitian ini terbilang jauh lebih kecil 86% jika dibandingkan
dengan hasil penelitian Malhotra dan Vashishta (2008) di India yang
produktivitasnya bisa mencapai 786 kg ha-1 pada perlakuan jarak antar baris 30
cm. Rendahnya produktivitas pada hasil penelitian ini bisa disebabkan karena
banyaknya tanaman yang mati karena terserang penyakit busuk akar dan
banyaknya serangan hama belalang yang menyerang kapsul tanaman sehingga
mengurangi produksi biji dari tanaman jintan hitam.
Perlakuan waktu panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap
bobot biji per tanaman namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
bobot 1000 biji dan produktivitas (Tabel 4). Waktu panen 7 MSA menghasilkan
bobot biji per tanaman lebih tinggi 35% dibandingkan pada waktu panen lainnya.
Hal ini diduga karena jumlah kapsul total dan isi terbanyak terdapat pada waktu
panen 7 MSA sehingga waktu panen tersebut memberikan jumlah bobot biji per
tanaman lebih tinggi dibandingkan pada waktu panen lainnya. Interaksi antara
jarak tanam dan waktu panen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji, dan produktivitas (Tabel 4).
19

Bobot Basah dan Bobot Kering

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap


bobot basah dan kering bagian akar, batang, dan daun tanaman jintan hitam (Tabel
5). Hasil penelitian menunjukkan batang adalah organ tanaman yang paling tinggi
mengakumulasikan hasil fotosintesis kemudian daun dan akar. Menurut Suryadi
(2014), bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan
produk dari hasil proses fotosintesis. Rendahnya bobot basah dan bobot kering
pada tanaman jintan hitam diduga disebabkan oleh belum teradaptasinya tanaman
di iklim tropis (Ridwan et al., 2014).

Tabel 5. Bobot basah dan bobot kering tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.)
pada perlakuan jarak tanam
Bobot basah (g)
Perlakuan
Akar Batang Daun
Jarak tanam
30 cm x 15 cm 0,16 1,39 0,40
30 cm x 20 cm 0,15 1,28 0,31
30 cm x 30 cm 0,12 0,96 0,30
Uji F tn tn tn
Bobot kering (g)
Jarak tanam
30 cm x 15 cm 0,13 1,26 0,36
30 cm x 20 cm 0,12 1,17 0,28
30 cm x 30 cm 0,11 0,91 0,29
Uji F tn tn tn
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%.

Menurut Prasetya et al. (2009), bobot segar tanaman dipengaruhi oleh


tinggi tanaman dan luas daun, semakin tinggi tanaman dan semakin besar luas
daunnya maka bobot segar tanaman akan semakin tinggi. Menurut Mardiyana
(2009), pengaturan jarak tanam juga dimaksudkan untuk menekan atau
meminimalkan kehadiran gulma pada tanaman budidaya karena apabila jarak
tanam yang dipakai terlalu lebar, maka akan memunculkan lebih banyak gulma
yang berarti persaingan dalam memperebutkan unsur hara antara tanaman
budidaya dan gulma akan semakin besar.

Pengujian Mutu Benih

Kadar Air, Daya Berkecambah, Potensi Tumbuh Maksimum, Indeks Vigor,


dan Kecepatan Tumbuh

Pemanenan kapsul jintan hitam dilakukan pada umur kapsul 6, 7, dan 8


MSA. Kapsul yang berumur 6 MSA memiliki ciri-ciri kapsul berwarna hijau utuh
dengan semburat coklat (Gambar 15a), kapsul yang berumur 7 MSA memiliki
20

ciri-ciri kapsul berwarna coklat utuh (Gambar 15b), dan kapsul yang berumur 8
MSA memiiki ciri-ciri kapsul berwarna coklat keseluruhan dengan kulit kapsul
sedikit kering berkerut (Gambar 15c). Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik
atau dipotong dengan menggunakan gunting.

(a) (b) (c)

a. Kapsul berumur 6 MSA


b. Kapsul berumur 7 MSA
c. Kapsul berumur 8 MSA

Gambar 15. Kapsul tanaman jintan hitam aksesi NS-US-16 pada perlakuan waktu
panen 6, 7, dan 8 MSA

Pengecambahan benih jintan hitam dilakukan di atas cawan petri dengan


jumlah benih jintan hitam sebanyak 50 butir per cawan petri dengan media tanam
berupa tiga lapis tissue. Benih jintan hitam mulai berkecambah pada umur 6 HSS.
Kecambah jintan hitam mengalami etiolasi (Gambar 16a) karena kurangnya
cahaya di germinator standar dengan suhu 20 °C hingga 25 °C. Kecambah normal
benih jintan hitam dicirikan dengan ukuran panjang batang mencapai lebih dari
empat kali panjang benihnya dan kecambah abnormal dicirikan dengan panjang
batang dan akar yang pendek dan tidak tumbuh dengan baik (Gambar 16b).

Normal Abnormal

(a) (b)
a. Kecambah jintan hitam di dalam cawan petri yang mengalami etiolasi
b. Keragaan kecambah jintan hitam normal dan abnormal

Gambar 16. Kecambah jintan hitam aksesi NS-US-16 untuk pengujian mutu benih

Nilai daya berkecambah (Tabel 6) mencapai 41,3% hingga 73,3% dengan


perlakuan perendaman benih menggunakan larutan KNO3 0,2% selama 3 jam
21

dengan suhu ruang berkisar antara 20 °C hingga 25 °C yang jauh berbeda jika
dibandingkan dengan daya berkecambah benih jintan hitam tanpa perendaman
larutan KNO3 dengan suhu ruang berkisar antara 26 °C hingga 32 °C pada
ekogerminator (Lampiran 3) yang daya berkecambahnya hanya berkisar antara
2% hingga 10% saja. Perbedaan nilai daya berkecambah ini dapat disebabkan
karena faktor penggunaan KNO3 dan suhu ruang yang digunakan. Nilai daya
berkecambah yang dapat mencapai 73-75% lebih baik jika dibandingkan dengan
kondisi awal pengecambahan benih.
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
indeks vigor namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air,
daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan kecepatan tumbuh benih
jintan hitam (Tabel 6). Jarak tanam 30 cm x 15 cm dapat meningkatkan persen
indeks vigor sebesar 41,6% jika dibandingkan pada jarak tanam 30 cm x 20 cm
dan 2,8% jika dibandingkan pada jarak tanam 30 cm x 30 cm. Hal ini dapat terjadi
karena pengaruh bobot benih. Copeland dan Mc Donald (1985) menyatakan
bahwa ketersediaan cadangan makanan dalam benih dan aktivitas mitokhondria
berkolerasi positif dengan berat benih. Bobot 1000 benih yang tinggi
menunjukkan cadangan makanan yang tinggi pada jarak tanam rapat sehingga
dapat menghasilkan energi yang besar saat proses perkecambahan.

Tabel 6. Kadar air, daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor,
dan kecepatan tumbuh benih tanaman jintan hitam (Nigella sativa L.)
pada perlakuan jarak tanam dan waktu panen
Potensi Kecepatan
Daya
Kadar tumbuh Indeks tumbuh
Perlakuan berkecambah
air (%) maksimum vigor (%) benih
(%)
(%) (% etmal-1)
Jarak tanam
30 cm x 15 cm 12,4 69,5 82,8 53,1a 9,3
30 cm x 20 cm 13,0 53,5 71,1 31,0b 7,8
30 cm x 30 cm 11,0 67,5 78,6 51,6a 8,0
Uji F tn tn tn ** tn
Waktu panen
6 MSA 13,9a 41,3b 56,0b 27,5b 5,3b
7 MSA 13,2a 75,8a 89,8a 57,1a 9,2a
8 MSA 9,2b 73,3a 86,8a 51,1a 10,6a
Uji F * ** ** ** **
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, * = berbeda nyata pada uji lanjut DMRT
5%, ** = berbeda sangat nyata pada uji lanjut DMRT 5%, tn = tidak berbeda nyata
pada uji lanjut DMRT 5%, MSA = Minggu setelah antesis

Perlakuan waktu panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar


air dan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya berkecambah,
potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, serta kecepatan tumbuh benih jintan
22

hitam (Tabel 6). Interaksi antara perlakuan jarak tanam dan waktu panen tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, daya berkecambah, potensi
tumbuh maksimum, indeks vigor, serta kecepatan tumbuh benih jintan hitam
(Tabel 6). Sadjad (1980) menyatakan bahwa untuk memperoleh benih yang
bermutu tinggi dan seragam, maka penentuan waktu panen perlu diketahui.
Penentuan waktu panen dapat berdasarkan warna buah, kekerasan buah,
rontoknya buah atau biji, pecahnya buah ataupun dengan mempelajari proses
pembentukan buah atau biji mulai dari antesis (persarian) sampai benih masak.
Waktu panen 8 MSA dapat menurunkan kadar air sebesar 34%
dibandingkan pada waktu panen 6 MSA dan 30,6% dibandingkan pada waktu
panen 7 MSA. Kadar air benih jintan hitam tergolong lebih tinggi serta daya
berkecambah tergolong lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar air
maksimal pada umumnya yaitu sebesar 8% dan daya berkecambah benih minimal
pada umumnya sebesar 80% berdasarkan standar kelulusan sertifikasi benih
tanaman sayuran (Dirjen Hortikultura, 2007). Menurut Widajati et al. (2013),
kadar air benih menentukan tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan,
kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya selama di penyimpanan serta
menentukan lulus tidaknya dalam pengujian benih bersertifikasi. Benih jintan
hitam termasuk dalam benih ortodoks. Menurut Hasanah (2002), benih ortodoks
umumnya dimiliki oleh spesies tanaman setahun dan dua tahun dengan ukuran
benih yang kecil serta dapat tahan terhadap pengeringan sampai kadar air 5%.
Tingginya kadar air pada penelitian ini diduga karena cara penyimpanan benih
yang kurang tepat.
Waktu panen 7 MSA dapat meningkatkan daya berkecambah sebesar
45,4% dibandingkan pada waktu panen 6 MSA dan 3,2% dibandingkan pada
waktu panen 8 MSA. Potensi tumbuh maksimum sebesar 37,6% dibandingkan
pada waktu panen 6 MSA dan 3,3% dibandingkan pada waktu panen 8 MSA.
Daya berkecambah adalah kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal
yang berproduksi normal dalam keadaan optimum (Widajati et al., 2013).
Rendahnya daya berkecambah bisa disebabkan oleh mutu fisik benih perendaman
KNO3, atau media pengecambahan.
Waktu panen dapat meningkatkan Indeks vigor sebesar 51,8%
dibandingkan pada waktu panen 6 MSA dan 10,4% dibandingkan pada waktu
panen 8 MSA. Waktu panen 8 MSA dapat meningkatkan kecepatan tumbuh benih
sebesar 50,1% dibandingkan pada waktu panen 6 MSA dan 12,9% dibandingkan
pada waktu panen 7 MSA. Benih jintan hitam memiliki nilai potensi tumbuh
maksimum dan indeks vigor yang cukup tinggi yaitu mencapai 89,8% dan 57,16%
pada waktu panen 7 MSA. Hal ini diduga karena benih pada waktu panen 7 MSA
telah mencapai masak fisiologis. Delouche (1983) mengemukakan bahwa benih-
benih yang sudah mampu berkecambah sebelum mencapai masak fisiologis
mempunyai vigor yang rendah. Menurut Immawati et al. (2013), vigor diartikan
sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan yang
suboptimal dan vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, hal ini berarti
bahwa benih yang memiliki vigor tinggi akan dapat mencapai tingkat produksi
yang tinggi.
Kecepatan tumbuh benih yaitu maksimum hanya mencapai 10,6% pada
perlakuan waktu panen 8 MSA tergolong rendah jika dibandingkan dengan
pendapat Sadjad (1994), yang memberi kriteria bila benih mempunyai kecepatan
23

tumbuh lebih besar dari 30% memiliki vigor kecepatan tumbuh yang kuat.
Menurut Lesilolo et al. (2013), kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuh benih karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang suboptimal. Rendahnya kecepatan tumbuh bisa
dipengaruhi oleh mutu fisik benih, perendaman KNO3, atau media
pengecambahan.
Benih jintan hitam pada waktu panen 7 MSA telah masak fisiologis
sehingga panen bisa dilakukan pada umur 7 MSA, namun kadar air terendah atau
di bawah 10% terdapat pada benih jintan hitam dengan waktu panen 8 MSA
sehingga jika untuk penyimpanan yang aman lebih baik panen dilakukan pada
umur 8 MSA karena mutu benih jintan hitam pada waktu panen 8 MSA tidak
berbeda nyata dengan waktu panen 7 MSA. Delouche (1983) menyatakan bahwa
masak fisiologis benih merupakan saat panen yang tepat, karena pada saat tersebut
bobot kering dan vigor benih dalam keadaan maksimum. Penundaan panen yang
terlalu lama sesudah masak fisiologis akan menyebabkan kerugian baik dalam
hasil maupun mutu benih.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan jarak tanam 30 cm x 15 cm memberikan hasil terbaik pada


panjang kapsul yaitu 1,05 cm, bobot 1000 biji yaitu 2,59 g, produktivitas 49,94 kg
ha-1, dan indeks vigor 53,1%. Perlakuan waktu panen 7 MSA memberikan hasil
terbaik pada jumlah kapsul total yaitu 7,71 buah, jumlah kapsul isi yaitu 6,26
buah, bobot biji per tanaman yaitu 0,71 g, daya berkecambah yaitu 75,8%, potensi
tumbuh maksimum yaitu 89,8%, dan indeks vigor yaitu 57,1%. Interaksi antara
perlakuan jarak tanam dan waktu panen tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap produktivitas dan pengujian mutu benih.

Saran

Tanaman jintan hitam aksesi NS-US-16 sebaiknya ditanam pada jarak


tanam 30 cm x 15 cm karena dapat menghasilkan produktivitas biji tertinggi dan
dipanen pada umur 7 MSA karena dapat menghasilkan daya berkecambah
tertinggi. Penelitian lebih lanjut dengan jarak tanam yang lebih rapat juga perlu
dilakukan untuk mendapatkan nilai produktivitas yang lebih tinggi.
24

DAFTAR PUSTAKA

Arshad H., Rizvi, Khan M.M.A.A., Saxena G. and Naqvi A.A. 2012. A
comparative study on the chemical composition of oil obtained from whole
seeds and crushed seeds of Nigella sativa L. from India. J. Biol. Chem.
Research. 29:44-51.
Boroomand R. Z., Rezvani M. P., and Rashed M. H. 2009. Effect of implanting
date and plant density over morphological characters and essence
percentage of Zenian. Iran Agri Sci J 40(4):161-174.
Botnick I., Xue W., Bar E., Ibdah M., Schwartz A., Joel D. M., Lev E., Fait A.
and Lewinsohn E. 2012. Distribution of primary and specialized
metabolites in Nigella sativa seeds, a spice with vast traditional and
historical uses. J. Molecules. 17:10159-10177.
Budiastuti M. S. 2000. Penggunaan triakontanol dan jarak tanam pada tanaman
kacang hijau (Phaseolus radiataus L.). Jurnal Agrosains. 2(2): 53-59.
Copeland L.O. and Mc Donald M.B. 1985. Principles of Seed Science and
Technology. Burgess Publishing. Minneapolis, Minnesota.
Delouche J. C. 1983. Seed Maturation. In JC. Delouche and AH Boyd (ed.)
References Seed Operation Workshop secondary Food Crops Seed. Seed
Tech. Lab. Mississippi.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2007. Sertifikasi Benih Tanaman Sayuran.
Gholinezhad E. and Abdolrahimi B. 2014. International journal of Advanced
Biological and Biomedical Research.Volume 2, Issue 4: 919-930.
Ghosheh O.A., Houdi A.A. and Crooks P.A. 1999. High performance liquid
chromatographic analysis of the pharmacologically active quinones and
related compounds in the oil of the black seed (Nigella sativa L.). J.
Pharm. Biomed. Anal. 19:757-762.
Ghouzhdi H.G. 2010. Indigenous knowledge in agriculture with particular
reference to black cumin (Nigella sativa) production in Iran. Scientific
Research and Essays Vol. 5(25), pp. 4107-4109.
Gomez K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. (Terjemahan). E. Syamsudin dan J. S.Baharsjah. UI Press.
Jakarta.
Hanafi. 2005. Pengaruh tingkat naungan pada berbagai pastura campuran terhadap
produksi hijauan. Karya Ilmiah Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara.
Harjadi S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Hasanah M., Darwati I. dan Rahayu H. 1994. Pengaruh tingkat kemasakan dan
ukuran buah terhadap viabilitas benih ketumbar (Coriandrum sativum L.).
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 9(1): 46-51.
Hasanah M. 2002. Peran mutu fisiologik benih dan pengembangan industri benih
tanaman industri. Jurnal Litbang Pertanian. 21(3).
Hashemi D. A., A. Koucheki, and M. Banayan Aval. 1998. Increasing crops
yields. Jahad-e Daneshghahi Press, Mashad, Iran, pp. 287.
Hosseinzadeh H., Jaafari M.R., Khoei A.R. and Rahmani M. 2006. Anti-ischemic
effect of Nigella sativa L. seed in male rats. Iranian Journal of
Pharmaceutical Research. 1:53-58.
25

Hurairah U. 2014. Black Seeds (Nigella sativa) The Miraculus Healing Power for
All Diseases [terhubung berkala]. http://nigellasativa.weebly.com. (4
Desember 2016).
Immawati D. R., Purwanti S. dan Prajitno D. 2013. Daya simpan benih kedelai
hitam (Glycine max (L) Merrill) hasil tumpangsari dengan sorgum manis
(Shorgum bicolor (L) Moench). Vegetalika. 2(4): 25-34.
Iqbal M.S., Qureshi A.S. and Ghafoor A. 2010. Evaluation of Nigella sativa L. for
genetic variation and ex-situ conservation. Pak. J. Bot. 42(4): 2489-2495.
Irfan M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap Pengolahan
Tanah dan Kerapatan Tanam pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Irwan A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran,
Jatinangor. Bandung.
[ISTA] International Rules for Seed Testing. 2014. Switzerland: The International
Seed Testing Association. Bassersdorf.CH
Khan M.A., Chen H.C., Tania M. and Zhang D.Z. 2011. Anticancer activities of
Nigella sativa (black cumin). Afr. J. Tradit Complement Altern Med.
8(S):226-232.
Khoulenjani M.B. and Salamati M.S. 2011. Morphological reaction and yield of
Nigella sativa L. to Fe and Zn. African Journal of Agricultural Research.
Vol 7(15): pp.2359-2362.
Lesilolo M.K., Riry J. dan Matatula E. A. 2013. Pengujian viabilitas dan vigor
benih beberapa jenis tanaman yang beredar di pasaran kota Ambon.
Agrologia. 2(1): 1-9.
Malhotra S.K. and Vashishta B.B. 2008. Response of nigella (Nigella sativa L.)
variety NRCSS AN 1 to different agro-techniques. Journal of Spices and
Aromatic Crops. Volume 17 (2): 190-193.
Mansi K.M.S. 2006. Effects of oral administration of water extract of Nigella
sativa on the hypothalamus pituitary adrenal axis in experimental diabetes.
Intl. J.Pharmacol. 2(1):104-9.
Mardiyana N. 2009. Pengaruh pengaturan jarak tanam pada pertumbuhan dan
hasil tanaman talas (Colocasia esculenta L. Schoot.) varietas Antiquorum. J.
Produksi Tanaman. 2(3): 11-14.
Matthaus B. and Ozcan M.M. 2011. Fatty acid, tocopherol, and sterol contents of
some Nigella species seed oil. Czech J. Food Sci. Vol. 29 No.2: 145-150.
Moneim A.A., Morsy B.M., Mahmoud A.M., Seif M.A.A. and Zanaty M.I. 2013.
Beneficial therapeutic effects of Nigella sativa and or Zingiber officinale
in HCV patients in Egypt. EXCLI Journal. 12:943-955-ISSN 1611-2156.
Muhtasib H.G., Najjar N.E. and Stock R.S. 2006. The medicinal potential of black
seed (Nigella sativa) and its components. M.T.H. Khan and A. Ather (eds).
Lead Molecules from Natural Product. p 133.
Norsharina I., Maznah I., Aied A.A. and Ghanya A.N. 2011. Thymoquinone rich
fraction from Nigella sativa and thymoquinone are cytotoxic towards
colon and leukemic carcinoma cell lines. Journal of Medicinal Plants
Research. Vol. 5(15), pp. 3359-3366 – ISSN 1996-0875.
Nuraini L. 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta: Rajawali
Press.
26

Nurlaili. 2010. Respon pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) dan gulma
terhadap berbagai jarak tanam. Agronobis 2: 19-29.
Ozel A., Demirel U., Guler I. and Erden K. 2009. Effect of different row spacing
and seed rates on black cumin (Nigella sativa L.) yields and some
agricultural charecters. J. Agric. Fac. HR. U. 13(1): 17-25.
Parhizkar S., Latiff L.A., Rahman S.A., Dollah L.A. and Parichehr H. 2011.
Assessing estrogenic activity of Nigella sativa in ovariectomized rats using
vaginal cornification assay. African J. of Pharmacy and Pharmacology.
5(2): 137-142.
Prasetya B., Kurniawan S. dan Febrianingsih M. 2009. (Brassica juncea L.) pada
entisol. Jurnal Agritek. 17 (5): 1022-1029.
Putra B. P. 2017. Pengaruh pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi
jintan hitam (Nigella sativa L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rajsekhar S. and Kuldeep B. 2011. Pharmacognosy and pharmacology of Nigella
sativa – a review. International Research Journal of Pharmacy. 2(11):36-
39.
Rana S., Singh P.P., Naruka I.S. and Rathore S.S. 2012. Effect of nitrogen and
phosphorus on growth, yield and quality of black cumin (Nigella sativa
L.). International J. Seed Spices 2(2):5-8.
Randhawa K., Houck H. and Lawrence R. 2005. Real-time polymerasi chain
reaction detection of herpes simplex virus in cerebrospinal fluid and cost
seving from earlier hospital discharge. Jurnal Mol. Vol 7: 512-516.
Ridwan T. 2014. Karakter agro-fisiologi dan senyawa sekunder tanaman jintan
hitam (Nigella sativa L.) dengan aplikasi pupuk kandang sapi dan fosfat
alam. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ridwan T., Ghulamahdi M. dan Kurniawati A. 2014. Laju pertumbuhan dan
produksi jintan hitam (Nigella sativa L.) dengan aplikasi pupuk kandang
sapi dan fosfat alam. Jurnal Agronomi Indonesia. 2(2): 158 – 165.
Sadjad S. 1980. Panduan pembinaan mutu benih tanaman kehutanan di Indonesia.
IPB Bogor.Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: PT. Gramedia.
Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta: Gramedia.
Sharma N.K., Ahirwar D., Jhade D. and Gupta S. 2009. Medicinal and
Pharmacological of Nigella sativa: A Review. Ethnobotanical Review.
13:944-55.
Suhartini T. H. 2011. Keragaman karakter morfologis garut (Marantha
arundinaceae L.). Buletin Plasma Nutfah. 17(1): 24 –30.
Suryadi R. 2014. Karakter morfologi dan pemupukan N dan P anorganik terhadap
pertumbuhan dan produksi bioaktif thymoquinone jintan hitam (Nigella
sativa L.). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Talafih K.A., Haddad N.I., Hattar B.I. and Kharallah K. 2007. Effect of some
agricultural practices on the productivity of black cumin (Nigella sativa L.)
grown under rainfed semi-arid conditions. Jordan Journal of Agricultural
Sciences. 3:385-397.
Tejasarwana R. dan Rahardjo I. B. 2009. Pengaruh formula pupuk dan jarak
tanam terhadap hasil dan kualitas bunga mawar potong. Jurnal Hortikultura.
19(3): 287-293.
27

Tuncturk M., Ekin Z. and Turkozu D. 2005. Response of black cumin (Nigellla
sativa L.) to different seed rates growth yield components and essential oil
content. Journal of Agronomy. 4:216-219.
Tuncturk R., Tuncturk M. and Ciftci V. 2012. The effects of varying nitrogen
doses on yield and some yield components of black cumin (Nigella sativa
L.). Advances in Environmental Biology. 6(2):855-858.
University Farm. 2015. Peta unit lapangan pasir sarongge. http://uf.ipb.ac.id/. [25
Oktober 2017].
Wahyuni S. 2009. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Puslitbangbun. Bogor. 15(1): ISSN 0853-8204.
Wajid A., Hussian A., Ahmad A., Goheer A.R., Ibrahim M. and Mussaddique M.
(2004). Effect of sowing date and plant population on biomass, grain yield
and yield component of wheat. Journal of Agricultural Biology. 6, 1003-5.
Widajati E., Murniati E., Palupi, E. R., Kartika T., Suhartanto M. R. dan Qadir A.
2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press, Bogor.
28
29

LAMPIRAN
30
31

Lampiran 1. Layout rancangan percobaan produksi biji dan benih jintan hitam
(Nigella sativa L.)

J1U1 J 3U 1 J2U1
U

J3U2 J2U2 J1U2


B T

JT2U3 J 1U 3 J3U3
S

J1U4 J3U4 J2U4

Keterangan:
J1: Perlakuan jarak tanam 30 cm x 15 cm U1: Ulangan ke-1
J2: Perlakuan jarak tanam 30 cm x 20 cm U2: Ulangan ke-2
J3: Perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm U3: Ulangan ke-3
U4: Ulangan ke-4

Luas satuan percobaan: 2 m x 1,5 m


32

Lampiran 2. Rekapitulasi sidik ragam


Perlakuan
Umur
Peubah Jarak Waktu Interaksi KK (%)
(MST)
Tanam Panen (JxW)
Tinggi tanaman 4 tn 21,03
5 tn 16,45
6 tn 10,61
7 tn 12,74
8 tn 16,09
9 tn 14,69
10 tn 17,02
11 tn 15,37
12 tn 17,08
Jumlah daun 4 tn 9,87
5 tn 9,76
6 tn 15,18
7 tn 21,05
8 tn 24,05
9 tn 24,78
10 tn 20,73
11 tn 23,16
12 tn 20,92
Jumlah cabang 5 tn 82,96
6 tn 36,88
7 tn 28,08
8 tn 22,75
9 tn 31,43
10 tn 26,28
11 tn 23,93
12 tn 25,98
Umur berbunga tn 8,18
Jumlah bunga antesis tn 29,48
Jumlah kapsul total per tanaman tn ** ** 35,61
Jumlah kapsul isi tn ** ** 15,75
Jumlah kapsul hampa tn tn tn 107,21
Panjang kapsul * tn tn 11,58
Diameter kapsul tn tn tn 9,08
Jumlah folikel * tn tn 6,86
Jumlah biji per kapsul tn tn tn 21,66
Bobot biji per tanaman tn * tn 51,78
Bobot 1000 biji ** tn tn 14,70
Produktivitas * tn tn 60,23
Bobot basah akar tn 71,75
Bobot basah batang tn 37,20
Bobot basah daun tn 46,71
Bobot basah akar tn 68,39
Bobot basah batang tn 35,44
Bobot basah daun tn 47,00
Kadar air tn * tn 38,38
Daya berkecambah tn ** tn 32,93
Potensi tumbuh maksimum tn ** tn 25,99
Indeks vigor ** ** tn 37,56
Kecepatan tumbuh benih tn ** tn 30,23
Keterangan: * = berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, ** = berbeda sangat nyata pada uji lanjut DMRT
5%, tn = tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5%, MST = Minggu setelah tanam
33

Lampiran 3. Daya berkecambah benih jintan hitam (Nigella sativa L.) tanpa
perlakuan perendaman KNO3 dengan suhu di dalam ekogerminator
berkisar antara 26 °C hingga 32 °C

Perlakuan
Daya bekecambah (%)
Jarak tanam (cm) Waktu panen (MSA)
6 2
30 x 15 7 10
8 10
6 0
30 x 20 7 0
8 4
6 0
30 x 30 7 2
8 0
34

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama lengkap Septia Catur Wahyuni lahir di Kotabumi,


Lampung Utara pada tanggal 17 September 1995 dari pasangan ayah Sarno dan
ibu Siti Ratmini. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2013
penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kotabumi, Lampung Utara, dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) jalur undangan. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan dan kepanitiaan di IPB. Organisasi yang aktif diikuti penulis yaitu
Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura periode 2014-2015 dan
kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti penulis yaitu Panggung Pertunjukkan
Agronomi dan Hortikultura tahun 2014, Euphoria Pertanian Indonesia tahun 2014,
Panen Raya dan Pembinaan Himagron tahun 2015, dan Anggota Pekan Kreatifitas
Mahasiswa DriedHort (Buah dan Sayur Kering) sebagai Peningkat Nilai Tambah
dan Konsumsi Makanan Sehat tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai