ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Puji dan syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Esa sehingga karya ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini berjudul “Manajemen Pemanenan
dan Transportasi Hasil Panen Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan,
PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur”. Karya ilmiah ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Karya ilmiah ini memberikan deskripsi mengenai topik magang yang telah
dilakukan penulis sejak Februari-Juni 2014 di Kebun Blawan PTPN XII Bondowoso,
Jawa Timur.Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agrdan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan
dan saran-saran sehingga skripsi ini selesai.
3. Manajer Kebun Blawan, Bondowoso beserta staf dan karyawan yang telah
membimbing dan memberikan fasilitas dalam melaksanakan magang.
4. Direksi PTPN XII, Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan magang pada salah satu kebun di bawah pengelolaannya.
5. Ayah Susilo dan Ibu Suryantiningsih selaku orang tua, Kakak Indri, Agung dan
adik Suryo yang telah mendukung dan memberikan semangat selama kegiatan
magang dan pembuatan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting
dalam perekonomian Indonesia. Selain itu, komoditas tersebut juga berperan
penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan di sektor industri hilir dan
perdagangan. Komposisi bentuk usaha perkebunan kopi di Indonesia didominasi
oleh Perkebunan Rakyat (PR) dengan porsi 96% dari total area di Indonesia, dan
2% sisanya merupakan Perkebunan Besar Negara (PBN), serta 2% merupakan
Perkebunan Besar Swasta (PBS) (Kusmiati dan Windiarti 2011). Luas areal
perkebunan Kopi Arabika di Indonesia pada tahun 2008 seluas 285 897 ha, dengan
produksi 147 095 ton dan produktivitas 824 kg ha-1 kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2012 menjadi 306 086 ha dengan produksi 165 658 ton dan
produktivitas 859 kg ha-1 (Ditjenbun 2013). Permasalahan utama dalam usahatani
kopi Indonesia adalah penerapan teknik budidaya yang kurang intensif, penanganan
panen dan pasca panen yang belum memadai sehingga menyebabkan rendahnya
produktivitas dan mutu hasil tanaman kopi.
Kopi baru dapat dipanen hasilnya 3-4 tahun setelah tanam, sehingga
diperlukan faktor penentu produksi yang dapat menjamin hasil akhir yang
maksimal. Investasi yang dapat menghasilkan produksi kopi yang maksimal
ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik, dan
faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim dan kelas kesesuaian
lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas kelapa sawit yang
unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan, penanaman,
perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya sampai perawatan
terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi yang
maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah manajemen
pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik
dan benar akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti, untuk itu perlu
diperhatikan kriteria panen pada kebun kopi.
Kriteria panen biasanya dilihat dari jumlah buah kopi yang sudah berwarna
merah keseluruhan serta daging buah yang lunak dan berlendir (Suwarto dan
Octavianti 2010). Sebelum dan selama panen, areal disiapkan sebersih mungkin
khususnya di bawah pohon kopi. Jalan-jalan kontrol, pos-pos keamanan dan tempat
pengumpulan hasil (TPH) dipersiapkan sebaik mungkin. Areal dibagi menurut
tahun tanam/blok yang sudah ada dan dipersiapkan juga administrasi daftar rotasi
petik (PTP Nusantara XII (Persero), 2012). Tahap pemanenan pada buah kopi dapat
dibagi menjadi empat tahap yaitu: pemetikan selektif, pemetikan setengah selektif,
lelesan, racutan/rampasan. Pemetikan selektif dilakukan hanya pada buah yang
sudah matang/benar-benar masak. Pemetikan setengah selektif dilakukan pada
dompolan buah masak. Lelesan, yakni pemungutan terhadap buah kopi yang gugur
karena terlambat dipetik. Racutan/rampasan, yakni pemetikan terhadap semua buah
kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Tenaga pemanen yang dibutuhkan dalam satu hektar perkebunan kopi
biasanya sebanyak 2-4 orang. Kekurangan tenaga dapat diatasi dengan jam kerja
2
petik diperpanjang, petik hari libur dan menambah tenaga dari tempat lain, dengan
memperhatikan kapasitas pengolahan (Prastowo et al. 2010). Kopi yang sudah
dipetik harus segera diolah lebih lanjut dan tidak boleh dibiarkan selama lebih dari
12-20 jam karena buah kopi mudah rusak dan menyebabkan perubahan cita rasa
pada seduhan kopi (Panggabean 2011). Transportasi hasil panen juga harus
diperhatikan, karena ketidaklancaran dalam transportasi hasil akan menyebabkan
buah kopi yang masuk ke pabrik untuk diolah menjadi terlambat. Keterlambatan
buah kopi yang masuk ke pabrik untuk diolah, dapat mengurangi rendemen.
Transportasi hasil panen kopi dari kebun ke pabrik menggunakan kendaraan jenis
truck. Selama di perjalanan menuju pabrik, buah kopi harus diperhatikan
keamanannya.
Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan mempelajari teknis budidaya
tanaman kopi dan pengelolaan perkebunan kopi pada keadaan lapangan yang
sesungguhnya. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk menambah wawasan
pengetahuan dan melatih keterampilan kerja dan mempelajari secara mendalam
pengelolaan panen dan transportasi hasil panen kopi serta mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi dalam pemanenan berikut pemecahannya.
TINJAUAN PUSTAKA
METODE MAGANG
Sejarah
Kebun Blawan sejak awal merupakan Perkebunan Kopi Arabika yang
penanaman pertamanya dilaksanakan pada tahun 1894 sebagai milik warga
5
Wilayah Administratif
Kebun Blawan berada di kawasan Pegunungan Ijen yang lokasinya
berdekatan dengan kebun Kopi Arabika milik PTPN XII lainnya, yaitu Kebun
Kalisat/Jampit, Kebun Pancur/Angkrek, dan Kebun Kayumas. Lokasi Kebun
Blawan terletak di wilayah Desa Kalianyar, Desa Kaligedang dan Desa Sumberejo,
Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Jarak dari
Sempol sekitar 8 km, dari Kota Bondowoso 60 km dan dari Surabaya 298 km.
Kebun Blawan di sebelah timur berbatasan dengan dataran Tinggi Kawah Ijen, di
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sempol, di sebelah utara berbatasan
dengan Kebun Kali Sengon, di sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Kalisat
Jampit. Peta kebun dapat dilihat pada Lampiran 4.
Ketenagakerjaan
Berdasarkan sistem kerjanya, tenaga kerja di Kebun Blawan digolongkan
menjadi staf dan non staf. Tenaga staf di Kebun Blawan meliputi manajer, wakil
manajer, asisten tanaman, teknik dan pengolahan, kepala balai pengobatan. Tenaga
non staf di Kebun Blawan meliputi karyawan bulanan, karyawan harian tetap
(KHT), karyawan harian lepas (KHL).
Jumlah tenaga kerja Kebun Blawan sebanyak 2 666 per minggu ke 4 bulan
Juni 2014. Jumlah karyawan bulanan (mandor memiliki golongan) 76 orang, KHT
(karyawan kantor induk) berjumlah 36 orang dan KHL (mandor non golongan,
karyawan harian, operator dan sopir) berjumlah 2 540 orang. Rasio pekerja per ha
di Kebun Blawan adalah 0.56 HK ha-1, sehingga dapat dikatakan baik karena norma
indeks tenaga kerja (ITK) untuk perkebunan kopi adalah 1.38 HK ha-1. Komposisi
jumlah tenaga kerja Kebun Blawan tercantum pada Tabel 2.
8
Tabel 2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Blawan
2. Non staf
a. Karyawan harian tetap (KHT) 36
b. Karyawan bulanan 76
c. Karyawan harian lepas (KHL) 2 540
Total Tenaga Kerja 2 666
Sumber : Kantor Induk Kebun Blawan (2014)
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu sebagai
karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti
apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Pada saat apel pagi tersebut, setiap
mandor melakukan absensi kehadiran dan memberikan pengarahan untuk jenis
pekerjaan dan lokasi kerja yang dilakukan hari itu. Semua kegiatan dimulai pada
pukul 07.00-12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.00-16.00 WIB,
sedangkan untuk hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.00-11.30 dan
dilanjutkan kembali pukul 13.30-16.00. Sistem pengaturan jam kerja untuk
karyawan pabrik (pengolahan) dibagi dalam 3 shift, dengan masing-masing shift 7
jam kerja.
Pemeliharaan Pembibitan
Pembibitan merupakan tahap awal untuk mendapatkan kualitas kopi yang
baik sehingga pada saat ditanam akan menghasilkan tanaman kopi yang sehat dan
berproduksi tinggi. Kegiatan pembibitan di Kebun Blawan bertujuan untuk
menyediakan bahan sulaman melalui sambungan hipokotil kopi dan batang bawah
yang akan di sambung dengan entres. Bahan tanam untuk batang bawah berasal dari
benih kopi Excelsa (Coffea excelsa A. Chev), sedangkan batang atas berasal dari
kopi Arabika varietas USDA 762 dan komposit. Keuntungan penggunaan batang
bawah dari kopi Excelsa yaitu lebih tahan terhadap kekeringan dan nematoda. Pada
tahun 2013, bibit kopi yang siap sambung di Kebun Blawan berjumlah 15 000 bibit.
Kegiatan di pembibitan terdiri atas pembuatan bedengan persemaian,
pendederan benih, pemeliharaan kecambah kopi, pembuatan media tanam di
polybag, penanaman bibit di polybag dan pemeliharaan di pembibitan. Sebelum
dilakukan penanaman bibit di polybag, terlebih dahulu dilakukan pengambilan
pupuk kandang dan tanah, pengisian dan penataan polybag, panyambungan
9
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kopi yang dilaksanakan di Kebun Blawan, terdiri atas
pengendalian gulma, pembuatan rorak (gondang-gandung), pemupukan,
pemangkasan tanaman kopi, pemangkasan tanaman pelindung tetap, dan
10
pohon sesuai dengan dosis yang sudah direkomendasikan pada setiap tahun tanam.
Alat–alat yang digunakan oleh tenaga pemupuk yaitu ember untuk tempat pupuk,
takaran dosis/pohon yang terbuat dari wadah berbahan plastik dan cangkul.
Pemupukan dilaksanakan mulai pukul 07.00–12.00 WIB dengan cara
membuat alur pupuk berbentuk “L”. Pekerjaan pemupukan umumnya dilakukan
oleh tenaga kerja wanita dengan organisasi tugasnya yaitu pengangkutan,
pengeceran, penabur dan penutup lubang pupuk. Pengangkutan dimulai dari tempat
pencampuran pupuk, selanjutnya diecer ke masing–masing ember tenaga pemupuk.
Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan wadah yang sudah ditentukan
takaran dosis/pohonnya. Terakhir, melakukan penutupan pada lubang yang sudah
ditaburi pupuk dengan alat berupa cangkul.
Masalah yang biasanya timbul pada saat pemupukan yaitu pupuk tidak
diberikan secara tepat pada alur pupuk yang telah dibuat. Penutupan pupuk dengan
tanah yang kurang sempurna, sehingga dapat mengurangi efisiensi serapan pupuk
oleh tanaman kopi akibat penguapan atau hilang tercuci air. Proses pengangkutan
pupuk oleh tenaga pemupuk yang kurang sempurna sehingga pupuk jatuh di jalan.
Hal tersebut terjadi karena proses pengawasan yang kurang dari mandor terhadap
tenaga pemupuk. Selain itu, topografi lahan yang curam dan berbukit juga
menyulitkan tenaga pemupuk untuk mengangkut pupuk tersebut. Untuk kegiatan
pemupukan, penulis bekerja selama 5 hari dengan rata-rata 6 jam per hari dan
prestasi kerja penulis mencapai 68 tanaman per HK, prestasi karyawan 400 tanaman
per HK dan standar kebun 400 tanaman per HK.Kegiatan pemupukan tanaman kopi
dapat dilihat pada Gambar 4.
pembuangan tunas air. Pemangkasan lepas panen (PLP) dilaksanakan setahun sekali
setelah selesai panen (bulan September–November). Pemangkasan lepas panen
(PLP) pada dasarnya bertujuan mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman
yang diperoleh dari pemangkasan bentuk. Cabang–cabang yang dibuang adalah
cabang yang tidak produktif yaitu cabang mati, rusak, terserang hama dan penyakit,
cabang yang tumbuhnya berlawanan dengan cabang lainnya, cabang laki dan
cabang–cabang yang berbuah kurang dari empat dompol (B3). Selain itu, PLP juga
mendorong pertumbuhan cabang–cabang reproduktif menjadi cabang yang lebih
kuat dan beruas banyak dalam jumlah yang optimum guna memikul buah sesuai
dengan produksi yang dikehendaki. Pemangkasan dilakukan di depan titik tumbuh
cabang reproduksi.
Pemangkasan halus dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang terjadi
pada tanaman, sehingga dapat mengurangi gugur buah. Pemangkasan halus di
Kebun Blawan dilakukan bersamaan dengan pemangkasan seleksi kedua.
Pemangkasan halus dilakukan dengan membuang tunas air dan pemetikan daun
yang sudah tua yang tumbuh dekat buah. Alat yang digunakan gergaji dan gunting
pangkas.
Pemangkasan seleksi bertujuan mempersiapkan cabang pemikul buah untuk
persediaan tahun yang akan datang. Pemangkasan seleksi dilaksanakan dua kali
dalam setahun. Pemangkasan seleksi mulai dilakukan 2-3 bulan setelah PLP (bulan
Desember–Januari) dengan memilih cabang–cabang yang akan dipelihara pada
musim pembungaan yang akan datang. Pemangkasan seleksi kedua dilakukan dua
sampai tiga bulan setelah dilakukan pemangkasan seleksi pertama. Hal tersebut
dapat mempercepat pertumbuhannya tunas–tunas yang sudah terseleksi pada tahap
pemangkasan seleksi pertama dengan baik.
Pembuangan tunas air (rempel) adalah kegiatan menghilangkan tunas air agar
tidak mengurangi produktivitas cabang primer yang akan berakibat pada turunnya
produksi kopi. Pada kegiatan pembuangan tunas air penulis bekerja selama 3 hari
dengan rata–rata 4 jam per hari dan prestasi penulis rata–rata mencapai 100 pohon
per hari, prestasi karyawan 200 pohon per HK dan standar kebun 200 pohon per
HK. Kegiatan penulis pada saat melakukan pengamatan pemangkasan dapat dilihat
pada Gambar 5.
yaitu tanaman lamtoro klon L2,lamtoro degolia dan ramayana (Cassia spektabilis).
Tinggi tanaman pelindung yang baik yaitu dua kali tinggi tanaman kopi (3 – 3.5 m).
Pemangkasan tanaman pelindung tetap terdiri atas pemangkasan bentuk dan
pemangkasan pengaturan. Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara membuang
cabang–cabang yang tumbuh sebelum tanaman mencapai ketinggian 1.5 m,
sehingga pertumbuhan tanaman lurus dan mengarah ke atas. Pemangkasan
pengaturan terdiri atas pemenggalan (tokok) dan rempes. Tokok dilakukan pada
awal musim hujan (bulan November–Desember) dengan mencapai 50 % dari
jumlah tanaman pelindung tetap setinggi 1.5 m di atas tajuk tanaman kopi dan
dilakukan bergantian setiap tahun menurut larikan atau silangan.
Selanjutnya, dua sampai tiga bulan setelah ditokok dilakukan seleksi cabang
dan dipilih tiga cabang tanaman yang arahnya menyebar. Rempes dilakukan
dengan tujuan membuang cabang–cabang yang tumbuh selama musim hujan. Alat
yang digunakan untuk rempes adalah sabit dan gergaji. Pada kegiatan rempes,
penulis bekerja selama dua hari dengan rata–rata 6 jam kerja per hari dan prestasi
rata–rata penulis mencapai 20 tanaman per HK. prestasi karyawan sesuai dengan
standar kebun yaitu 330 tanaman per HK. Kegiatan pekerja pada saat melakukan
pemeliharaan tanaman penaung dapat dilihat pada Gambar 6.
Pemanenan
Tahapan pemanenan di Kebun Blawan meliputi taksasi buah, pertemuan
teknis panen, selamatan panen, persiapan panen, pembuatan jadwal panen dan
pelaksanaan panen. Taksasi buah di Kebun Blawan dilaksanakan dua bulan sebelum
panen. Pada tahun 2014, taksasi buah di Kebun Blawan dilakukan pada bulan
Februari.
Taksasi buah. Sebelum melakukan pemanenan terlebih dahulu dilakukan
taksasi untuk memperkirakan produksi buah kopi yang akan dicapai serta
memudahkan dalam penentuan biaya dan jumlah tenaga pemetik yang diperlukan
selama pemanenan dilakukan. Taksasi dilakukan pada buah kopi yang memiliki
ukuran maksimum. Untuk bisa disebut biji ukuran besar harus memenuhi
persyaratan tidak lolos pada ayakan ukuran 5.6 mm x 5.6 mm. Taksasi dilakukan
dua bulan sebelum dilaksanakan pemanenan. Taksasi dilakukan pada tiap blok per
tahun tanam. Metode yang dilakukan adalah mengelompokkan areal berdasarkan
tahun tanam, yaitu setiap blok yang memiliki tahun tanam yang sama, kemudian
diambil beberapa pohon untuk dijadikan sampel. Kegiatan pekerja dalam
melakukan taksasi buah dapat dilihat pada Gambar 8.
16
terserang bubuk buah. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja harian
tetap. Panen setengah selektif yaitu pemetikan dilakukan pada buah kopi yang
merah secara sporadis (warna merah pada kopi tidak merata) . Tenaga kerja yang
digunakan adalah tenaga kerja harian lepas. Sebagai contoh jumlah tenaga pemetik
di Afdeling Besaran, Kebun Blawan pada saat dilakukannya panen selektif jumlah
pemetik per hari nya berkisar antara 60-100 pemetik dengan luas areal petik 5-8 ha
per hari. Pengamatan juga dilakukan terhadap kemampuan pemetik melakukan
pemetikan (Tabel 4).
Racutan yaitu pemetikan semua buah kopi yang masih terdapat di pohon baik
yang bewarna merah, hijau maupun hitam. Lelesan yaitu pemungutan buah kopi
yang tercecer di tanah selama pemanenan berlangsung guna menghilangkan atau
mengurangi sumber infeksi bubuk buah.
Pemetikan buah kopi dilakukan hanya pada buah kopi yang telah memenuhi
kriteria panen, yaitu buah kopi yang berwarna merah. Pemetikan buah pada tiap
dompolan dilakukan satu persatu tidak boleh diracut. Apabila buah hijau yang
terpetik terlalu banyak, maka mandor yang mengawasi pemetik tersebut akan
mendapat teguran dari mandor besar atau asisten tanaman. Pemanenan hanya
dilakukan pada buah kopi yang masak tetapi bila ada buah kopi yang berwarna
hitam juga harus dipetik dan dipisahkan ketika sortasi. Buah kopi inferior yang
diperbolehkan ikut terpetik dibatasi maksimal 2% dari hasil panen pada hari yang
bersangkutan, yang termasuk buah kopi inferior yaitu buah merah kehitaman dan
buah hijau (Gambar 9).
19
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 9. Tingkat kematangan buah kopi : (a) buah kopi berwarna hijau, (b)
kuning kemerahan, (c) merah dan (d) merah kehitaman
Tabel 5. Komposisi buah kopi yang dipanen dan kualitas petikan tenaga
kerja pemetik
Buah Buah Merah
Buah Hijau Kuning Buah Merah Kehitaman
Blok Sampel
(a) Kemerahan (c) (d)
(b)
----------------------------------------------------(%)---------------------------------
-
1 0.50 61.20 36.00 2.30
2 0.60 74.40 23.80 1.20
3 0.20 72.30 25.70 1.80
4 0.90 65.70 31.80 1.60
5 1.70 74.20 21.30 2.80
Rata-rata 0.78 69.56 27.72 1.94
Sumber : Hasil pengamatan di lapangan
Keterangan : Buah kopi inferior = a+d = 2.72 %Standar buah kopi inferior < 2 %
Buah kopi superior = b+c = 97.28% Standar buah kopi superior > 90 %
Transportasi Panen
Transportasi panen buah kopi merupakan rangkaian dari kegiatan panen.
Pengangkutan buah perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas rendemen kopi.
Setiap pemanen mengumpulkan hasil panen di tempat pengumpulah hasil (TPH).
TPH di Afdeling Besaran ditentukan pada blok C dan blok Kalirejo. Setiap pemetik
membawa hasil panen menggunakan keranjang petik atau tekotek, kemudian
mengumpulkan dan menimbang hasil panen di TPH yang sudah ditentukan. Setelah
ditimbang, hasil panen disortasi untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung,
dengan masing-masing karung yang sudah diberikan nama blok. Kemudian karung
diangkut ke dalam truck untuk dibawa ke pabrik.
Transportasi panen per afdeling menggunakan kendaraan jenis truck yang
berkapasitas 7 ton. Untuk pembagian truck per afdeling disesuaikan dengan hasil
panen, afdeling yang memiliki hasil panen terbesar biasanya diberikan 4 unit truck.
Pada panen selektif, satu unit truck dapat mengangkut hasil panen di empat afdeling
berbeda. Prinsip untuk pengolahan buah kopi adalah sesegera mungkin diproses di
pabrik paling lambat jam 23.00 sudah sampai di pabrik.
Pengolahan Hasil
Pengolahan buah kopi terbagi atas dua cara yaitu pengolahan basah (wet
process) dan pengolahan kering (dry process). Dalam pengolahan kopi Arabika
dengan metode basah (wet processing) umumnya menggunakan dua cara fermentasi
yaitu fermentasi basah dan fermentasi kering, sedangkan pengolahan kering
21
Tabel 6. Sistem nilai cacat pada uji nilai mutu kopi di Kebun Blawan
Sistem nilai cacat, ditentukan oleh penilaian fisik biji kopi. Penentuan
besarnya kopi yang cacat dapat dilihat pada Tabel 7.
22
Cita rasa acidity diperoleh dari perombakan sukrosa yang terkandung dalam
daging buah kopi menjadi asam-asam organik sebagai hasil dari proses fermentasi.
Perubahan warna yang terjadi akibat proses browning, terjadi akibat oksidasi
polifenol sehingga warna biji menjadi sedikit kecoklatan dan abu-abu atau abu-abu
kebiruan. Fermentasi kering diterapkan dalam tahapan pengolahan kopi Arabika di
pabrik pengolahan Kebun Blawan PTPN XII. Dalam pengolahan kopi secara wet
process digunakan pulper untuk memisahkan kopi dari pulp yang terdiri atas daging
dan kulit buah. Berikut adalah gambar mesin pulper yang ada di pengolahan basah
(Gambar 11).
Aspek Manajerial
Aspek manajerial yang dipelajari penulis di Perkebunan Blawan, meliputi
manajerial tingkat mandor, asisten tanaman dan manajer. Tugas penulis selama
menjadi pendamping mandor, penulis hadir pada pukul 05.30 WIB untuk
mengabsen para KHL dan memberikan pengarahan untuk jenis pekerjaan yang
dilakukan hari itu kemudian pekerjaan selesai pada pukul 12.30 WIB. Penulis
melaporkan jumlah prestasi karyawan yang didapat pada hari tersebut dan penulis
juga menerima pengarahan dari mandor besar dan asisten tanaman tentang lokasi
dan jenis kegiatan yang akan dilakukan esok hari. Pada saat sebagai pendamping
mandor, penulis berperan sebagai mandor bedengan, mandor pengajiran, mandor
pembuatan lubang tanam, mandor pengendalian gulma manual, mandor
pengendalian gulma secara kimia, mandor pembuatan gondang-gandung, mandor
pemeliharaan naungan sementara, mandor pemupukan, mandor pemangkasan
pemeliharaan, mandor pemangkasan bentuk.
Manajer
Manajer bertanggungjawab untuk memimpin, mengkoordinir, dan mengawasi
semua kegiatan dalam bidang tanaman, proses produksi, administrasi, penguasaan
materi atau personal serta penanganan wilayah perkebunan termasuk harta dan
kekayaan perusahaan, melaksanakan perencanaan direksi dan memperhatikan
kesejahteraan karyawan. Wewenang yang dimiliki manajer meliputi memelihara
hubungan kerja sama yang baik dengan bawahannya, instansi pemerintahan dan
organisasi masyarakat mengenai hal hal-yang berhubungan dengan tugasnya.
Wakil Manajer
Wakil manajer bertugas membantu manajer dengan melakukan bimbingan,
pengawasan dan koordinasi kepada para sinder dalam pengelolaan kebun sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
24
Asisten Tanaman
Asisten tanaman bertugas untuk memimpin, mengelola serta
bertanggungjawab terhadap produksi yang dihasilkan afdeling yang dipimpinnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, asisten tanaman dibantu oleh mandor besar dan
mandor. Sebagai pendamping asisten tanaman, penulis menerima instruksi dan
bimbingan dari asisten tanaman dan manajer.
Selama kegiatan di kebun, asisten tanaman memberikan instruksi dan
petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada mandor besar dan mandor, mengawasi
kinerja mandor besar dan mandor serta menyusun anggaran kegiatan kebun. Asisten
tanaman juga menganalisis seluruh data kebun kemudian menyusun dan
melaporkannya kepada manajer dalam bentuk rencana kerja dan anggaran
perusahaan (RKAP) afdeling. Penulis bekerja sebagai pendamping asisten tanaman
selama 2 bulan dengan rata-rata 5 jam kerja/hari.
Pendamping Mandor
Sebagai pendamping mandor, penulis hadir pada pukul 05.30 WIB untuk
melaksanakan absensi para karyawan harian lepas (KHL) dan memberikan
pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilakukan. Setelah pekerjaan selesai pada
pukul 12.30 WIB, mandor melaporkan pekerjaan hari yang bersangkutan kepada
juru tulis afdeling dan menerima pengarahan dari mandor besar dan asisten tanaman
tentang lokasi dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan esok hari.
Pendamping mandor bedengan. Penulis bekerja sebagai pendamping
mandor bedengan selama tiga hari di bedengan dengan rata-rata 5 jam kerja/hari.
Penulis membawahi 5 orang KHL dan bertugas mengawasi kegiatan penjarangan
bibit di polybag, penyiangan gulma di pembibitan dan persemaian. Penulis hadir
pada pukul 05.30 WIB untuk mengabsen KHL dan memberikan pengarahan
tentang jarak antar bibit yang baik di polybag dan jenis gulma apa saja yang
harusnya disiangi. Setelah pekerjaan selesai pada pukul 12.30 WIB, penulis
melaporkan jumlah polybag yang dipindahkan dan luas lahan yang disiangi kepada
juru tulis afdeling dan menerima pengarahan dari mandor besar dan asisten tanaman
tentang lokasi dan jenis kegiatan yang akan dilakukan untuk esok hari. Untuk
kegiatan penyiangan gulma di pembibitan, prestasi karyawan sama dengan standar
kebun yaitu 2 000 polybag per HK.
25
pemeliharaan prestasi karyawan rata-rata 200 m per HK dan standar kebun 250 m
per HK.
Pendamping mandor pangkas bentuk. Pada kegiata pemangkasan bentuk,
penulis bekerja selama satu hari dengan jam kerja 5 jam kerja. Penulis mengawasi 3
orang KHL dan bertanggung jawab dalam menentukan jumlah tanaman kopi yang
perlu untuk dilakukan perlakuan kliping terutama untuk tanaman yang sulit
menumbuhkan cabang produktif. Pada kegiatan pangkas bentuk prestasi karyawan
sesuai dengan standar kebun yaitu 0.5 ha per HK.
PEMBAHASAN
selama ± 3 bulan untuk pembentukan primordia bunga. Untuk itu, bila bulan kering
terlalu besar maka pembentukan primordia bunga menjadi bunga dewasa akan
terhambat. Hasil analisis regresi ditunjukkan pada Lampiran 10.
Melihat hubungan erat antara CH dengan produktivitas, penulis juga
mengambil sampel data CH dari tahun 2009-2013 untuk dianalisis regresi.
Berdasarkan hasil analisis regresi, jumlah CH dengan produktivitas kopi di Kebun
Blawan juga tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil analisis
regresi dengan persamaan Y= 308+0.0452x dan diketahui P value= 0.073 yang
berarti P 0.073> α 10% dengan R-sq= 71.1%. Pada scatter plot digambarkan bahwa
curah hujan di Kebun Blawan memiliki hubungan positif dengan produktivitasnya
yaitu semakin besar curah hujan, maka semakin besar pula produktivitasnya. Bila
dilihat dari uji tersebut, maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa CH
berpengaruh terhadap produktivitas secara linier. Oleh sebab itu, dengan jumlah
rata-rata CH 1 504 mm/tahun yang dimiliki Kebun Blawan, tanaman kopi Arabika
masih dapat tumbuh dengan baik. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa tanaman kopi dapat tumbuh secara optimal pada curah hujan
2 000-3 000 mm/tahun (Muljana 1983). Hasil analisis regresi ditunjukkan pada
Lampiran 11.
Curah hujan dan hari hujan yang tinggi saat pembungaan mengakibatkan
penyerbukan terganggu karena serbuk sari menggumpal dan tidak dapat
menyerbuki putik, sehingga pembungaan akan gagal. Selain itu, gangguan cuaca
basah terhadap proses persarian bunga juga dapat menghasilkan buah tanpa biji
(kopong) dan buah berbiji tunggal lebih banyak sehingga dapat menurunkan mutu
biji kopi (Nur dan Wibawa 1994).
Selain faktor alam yang dijelaskan di atas, faktor pekerja juga menentukan
adanya fluktuasi panen karena penerapan teknik budidaya yang masih kurang
efektif dan efisien. Teknik budidaya yang dilakukan di Kebun Blawan masih
kurang efektif terutama pada pengendalian gulma dan pengendalian hama penyakit
yang ada di lapangan. Di Kebun Blawan masih dijumpai beberapa jenis tanaman
kopi yang terserang karat daun dan bubuk buah. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya pengawasan dari pihak kebun untuk menangani jenis hama dan penyakit
yang ada apabila sebagian tanamannya sudah terserang. Hal tersebut tidak akan
terjadi lagi, apabila sudah diantisipasi sejak dini yaitu dengan cara menyulam jenis
tanaman yang sudah terkena penyakit dan kiranya sudah tidak menghasilkan lagi.
Sebaiknya waktu tanam dan sulam kopi dilakukan pada waktu musim penghujan.
Selanjutnya pada proses penanaman, usahakan agar akar kopi tidak mengelompok
di suatu daerah saja tetapi akar harus terpencar dan melebar dalam lubang dan
permukaan lubang tidak boleh cekun (Martoredjo 1984).
berwarna merah dan disesuaikan dengan jadwal panen sehingga terdapat beberapa
kali rotasi pemanenan. Rotasi panen di Afdeling Besaran, Kebun Blawan umumnya
berkisar antara 10-12 hari.
Pada saat musim panen dalam kegiatan pemanenan di kebun, asisten tanaman
bertanggungjawab langsung. Asisten tanaman dibantu oleh mandor besar untuk
mengawasi kinerja mandor panen. Mandor panen bertugas mengawasi kinerja dari
para pemetik dalam kegiatan pemanenan agar tidak banyak buah yang tertinggal di
pohon dan tercecer di tanah karena hal tersebut akan mengurangi hasil panen. Pada
saat panen selektif, satu mandor panen biasanya mengawasi 9-12 orang pemetik.
Organisasi Panen
Sistem pemanenan yang dilakukan adalah sistem larikan yaitu setiap satu
pemetik diberi satu larikan tanaman, setelah selesai satu larikan pemetik
melaporkan ke mandor yang menjaga untuk ditempatkan pada larikan yang lain.
Oleh karena itu, setiap mandor panen harus membawa tongkat bambu dan bendera
yang berbeda warna yang dipasang dipinggir blok panen sebagai tanda bahwa blok
tersebut sedang dipanen serta untuk memudahkan kontrol. Setiap pemetik harus
membawa alat-alat panen yaitu kocok, kantung, karung plastik yang diberi identitas,
sapu, garuk, sabit, petok dan tanda pengenal pemetik, timbangan, lampu
petromax/emergency, bendera mandor dengan warna yang berbeda, bendera tempat
pengumpulan hasil (TPH), bendera lokasi petik dan kentongan.
Pengamatan dilakukan terhadap tenaga kerja pada tahap pemanenan. Rata-rata
jumlah tanaman kopi yang dipanen oleh seorang pemetik adalah 38 pohon/rotasi
petik dengan rata-rata hasil yang dicapai adalah 0.4190 kg/pohon per rotasi
petiknya (Tabel 4). Pada saat dilakukan pemanenan selektif digunakan tenaga
harian tetap dengan prestasi rata-rata pemetik hanya mencapai 16 kg per HK. Pada
saat dilakukannya panen selektif, perusahaan menetapkan agar setiap pemetik dapat
memetik buah kopi merah sebanyak 10 kg per HK. Hasil panen selektif di Afdeling
Besaran sudah sesuai standar perusahaan.
Pemanenan dilakukan pada buah kopi yang tepat matang dan ditandai dengan
kulit buah yang berwarna merah terang. Toleransi buah hijau dan buah lewat
matang/buah kopi inferior yang ditetapkan Kebun Blawan sebesar 2%. Berdasarkan
sampel hasil panen di kebun buah kopi inferior yang terpetik di atas batas toleransi,
yaitu rata-rata 2.72 % (Tabel 5). Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
presentase buah kopi hijau yang ikut terpetik antara lain kedisiplinan tenaga
pemetik dalam pemanenan. Hal tersebut ditunjang oleh kurangnya pengawasan oleh
mandor terhadap kinerja tenaga pemetik dalam melakukan pemanenan. Salah satu
cara untuk menekan jumlah buah kopi hijau yang terpetik pada masa panen raya
adalah dengan cara penetapan upah. Buah kopi hijau biasanya tidak masuk ke
dalam timbangan, sehingga dapat mengurangi jumlah kilogramnya pada saat
ditimbang karena buah kopi yang ditimbang hanya untuk buah kopi merah
kehitaman, merah dan kuning kemerahan (bancut). Setelah ditetapkannya upah
tersebut, para pemetik enggan untuk memetik buah kopi berwarna hijau, hasilnya
terlihat pada minggu ke-2 panen ketika buah masuk di tempat penimbangan.
Sebelum dilakukannya petik buah merah, lebih dulu para pemanen melakukan
petik bubuk. Petik bubuk dilakukan untuk mengatasi jumlah kehilangan hasil yang
lebih besar lagi karena serangan bubuk. Bubuk buah merupakan salah satu jenis
hama yang menyerang buah kopi dan sangat merugikan. Bubuk buah dapat
mengakibatkan pengguguran buah muda karena buah muda yang digerek akan
29
gugur dan dapat mencapai gugur buah sebesar 7-14 % dari produksi. Selain itu
hama tersebut juga mengakibatkan penurunan mutu kopi akibat biji kopi yang
berlubang dan serangan bisa mencapai 40-50% dari berat produksi kopi. Buah kopi
yang berlubang menyebabkan penyusutan berat kopi yang dapat mencapai 30-50%
dari berat biji yang diserang (Muljana 1983). Cara untuk mengendalikan jumlah
buah yang gugur akibat serangan hama tersebut yaitu dengan memutus daur hidup
H. hampeii yaitu dengan melakukan petik bubuk. Petik bubuk dilakukan bulan
Maret-Mei kurang lebih satu bulan menjelang panen. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi infeksi bubuk buah dipertanaman. Buah–buah kopi yang terserang dan
buah–buah yang telah masak lebih awal dipetik kemudian direndam dalam air panas
+ 5 menit. Pada saat memetik buah kopi para pemetk membawa kantong–kantong
tertutup untuk mencegah terbangnya bubuk buah yang berada dalam buah. Kegiatan
petik bubuk termasuk salah satu manajemen pemanenan pada buah kopi agar tidak
terjadi kehilangan hasil yang lebih banyak lagi (PTP Nusantara XII (Persero),
2012).
Transportasi Panen
Pada panen selektif, dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang baik
agar dapat menjamin buah tidak terlambat masuk ke pabrik. Pengangkutan buah
kopi yang dilakukan di Afdeling Besaran hanya membutuhkan satu unit truck
karena hasil panen yang diperoleh tidak begitu besar. Oleh karena itu, jumlah truck
yang digunakan pada saat panen selektif hanya dua buah truck. Pada saat panen
selektif, Afdeling Besaran mampu mengirim buah kopi ke pabrik sebanyak ±300
kg/hari.
Kesimpulan
Kegiatan magang yang dilakukan telah meningkatkan pengetahuan bagi
penulis mengenai teknik budidaya tanaman kopi. Penulis juga telah memperoleh
pengalaman dan keterampilan kerja mulai dari karyawan harian lepas (KHL),
mandor dan asisten tanaman dalam pengelolaan kopi secara teknis maupun
manajerial khususnya aspek pemanenan.
Kegiatan pemanenan di Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII
(Persero), Bondowoso, Jawa Timur dilaksanakan berdasarkan standar perusahaan.
Dalam pelaksanaan di lapangan masih terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dan dibenahi. Permasalahan yang terjadi dalam pemanenan antara lain
jumlah buah hijau yang terpetik masih di atas toleransi kebun dan manajemen
pelaksanaan panen selektif. Perencanaan panen yang tidak akurat dapat
menyebabkan taksasi dan realisasi yang didapat tidak sesuai, demikian pula
penggunaan tenaga pemetik juga harus disesuaikan dengan kondisi buah yang ada
di lapang. Berdasarkan hasil analisis regresi, bulan kering dan curah hujan tidak
berpengaruh terhadap produktivitas kopi di Kebun Blawan.
Saran
bahkan busuk. Perlunya sistem pembagian upah yang lebih besar untuk buah kopi
merah yang terpetik karena banyak pemanen yang memetik buah kopi berwarna
hijau. Pelaksanaan petik seleksi juga harus diawasi karena buah yang berwarna
kuning kemerahan ikut terpetik.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
32
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun Blawan, PTPN XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Standar Karyawan Penulis
-----------------------------(satuan/HK)--------------------
10/02/14 Tiba di Bondowoso - - -
11/02/14 Melapor ke Administrasi Kebun Blawan - - -
Melapor ke Asisten Tanaman
12/02/14 Taksasi buah 30 pohon 25 pohon 15 pohon Blok C
13/02/14 Taksasi buah 30 pohon 25 pohon 15 pohon Blok C
14/02/14 Penyambungan hipokotil 100 stek 100 stek 20 stek Pembibitan
15/02/14 Penanaman bibit 1 000 polybag 500 polybag 200 polybag Pembibitan
17/02/14 Penyambungan okulasi 100 stek 100 stek 20 stek Pembibitan
18/02/14 Penanaman bibit ke polybag 1 000 polybag 1 000 polybag 200 polybag Pembibitan
19/02/14 Mengisi dan menata polybag 500 polybag 500 polybag 200 polybag Pembibitan
20/02/14 Sambung entres 100 stek 100 stek 20 stek Pembibitan
21/02/14 Penyiangan gulma di pembibitan 2 000 polybag 2 000 polybag 500 polybag Pembibitan
Pengambilan sampel pengamatan - - 10 sampel Kalirejo 1989
22/02/14 Menyambung/stek hipokotil 100 stek 100 stek 30 stek Pembibitan
24/02/14 Pengambilan sampel pengamatan - - 10 sampel Kaliejo 2010
25/02/14 Penyiangan gulma di pembibitan 2 000 polybag 2 000 polybag 650 polybag Pembibitan
26/02/14 Pengambilan sampel pengamatan - - 10 sampel Blok C
27/02/14 Pengambilan sampel di blok Arabusta - - 10 sampel Blok arabusta
28/02/14 Simulasi pemangkasan 0.05 ha 0.05 ha 0.01 ha Blok arabusta
01/03/14 Simulasi pemangkasan 0.05 ha 0.05 ha 0.01 ha Kayu Manis
02/03/14 Pengambilan sampel pengamatan 10 sampel Kayu Manis
03/03/14 Pengamatan nematoda - - - Lab Tricoderma
04/03/14 Pembuatan media PDA
05/03/14 Pengamatan sampel tanah dari beberapa - - - Lab tricoderma
afdeling
06/03/14 Pengamatan di laboratorium cuptaste - - -
07/03/14 Jalan sehat bersama seluruh staf PTPN XII - - - Blok C
08/03/14 Stek hipokotil 100 stek 100 stek 20 stek Pembibitan
33
33
34
Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Kebun Blawan, PTPN XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur
Prestasi Kerja
Jumlah Tenaga
Tanggal UraianKegiatan Luas areal Lama
Kerja yang Lokasi
(ha) Kegiatan (jam)
Diawasi (orang)
10/03/14 Berantas mikania manual 4 4 6 Blok C
11/03/14 Wiwil kasar dan wiwil halus 3 9 6 Kayu Manis
12/03/14 Membuat gondang gandung 7 5 6 Blok C
13/03/14 Pemeliharaan tepro 15 10 6 Blok C
14/03/14 Penjarangan bibit 3 2 6 Pembibitan
15/03/14 Pangkas bentuk - 3 6 Kayu Manis
17/03/14 Penyiangan di pembibitan 5 1 6 Pembibitan
18/03/14 Simulasi Pangkas Lepas Panen (PLP) 10 3 6 Lorong anyar
19/03/14 Isi polybag dan tatapolibag 5 3 6 Pembibitan
20/03/14 Penyiangan di persemaian 5 0.2 6 Pembibitan
21/03/14 Sambung vegetasi kelengkeng - - 6 Blok C
22/03/14 Sambung tusuk jeruk - - 6 Blok C
25/03/14 Persiapan pupuk 24 0.25 6 Blok Kalirejo
26/03/14 Penyiangan kimiawi di TM - - 6 Lorong anyar
27/03/14 Anjir sabuk gunung - 10 6 Lorong anyar
28/03/14 Membuat lubang tanam 12 10 6 Lorong anyar
29/03/14 Membuat lubang tanam 10 10 6 Lorong anyar
01/04/14 Kesrik mulching 10 5 6 Blok Kalirejo
02/04/14 Membuat bulan-bulan 5 5 6 Lorong anyar
03/04/14 Penyiangan kimiawi di TM 10 0.35 6 Lorong anyar
04/04/14 Anjir tanaman pokok 3 5 6 Lorong anyar
05/04/14 Membuat gandungan (rorak) 5 5 6 Watu Capil
07/04/14 Pemupukan 60 2 6 Blok C
08/04/14 Pemupukan 60 2 6 Lorong anyar
09/04/14 Pemupukan 60 2 6 Lorong anyar
34
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten tanaman di Kebun Blawan, PT Perkebunan
Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur
PrestasiKerja
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor Luas areal Jam kerja Lokasi
yang Diawasi (ha) (jam)
10/04/14 Pengontrolan pemupukan 12 0.20 6 Lorong anyar
11/04/14 Pengontrolan pemupukan 12 0.20 6 Bltu ok C
12/04/14 Pengontrolan pemupukan 12 0.20 6 Blok C
13/04/14 Pengontrolan pemupukan 12 0.20 6 Blok C
15/04/14 Pengontrolan penganjiran tanaman pokok 4 5.00 6 Kayu Manis
16/04/14 Pengontrolan penganjiran tanaman pokok 4 5.00 6 Kayu Manis
17/04/14 Pengontrolan penganjiran tanaman pokok 4 5.00 6 Kayu Manis
21/04/14 Pengontrolan penilaian tanaman sengon 1 8.00 6 Blok C
22/04/14 Pengontrolan penilaian tanaman sengon 1 8.00 6 Blok C
23/04/14 Pengontrolan penilaian tanaman sengon 1 8.00 6 Blok C
24/04/14 Pengontrolan menyiang manual 2 2.00 6 Kalirejo
25/04/14 Pengontrolan menyiang manual 2 2.00 6 Kalirejo
26/04/14 Pengontrolan menyiang manual 2 2.00 6 Kalirejo
28/04/14 Mengikuti kegiatan pabrik - - - Pabrik
29/04/14 Mengikuti kegiatan pabrik - - - Pabrik
30/04/14 Mengikuti kegiatan pabrik - - - Pabrik
02/05/14 Pengontrolan brantas bubuk 9 9.00 6 Watu capil
03/05/14 Pengontrolan brantas bubuk 9 9.00 6 Watu Capil
05/05/14 Pengontrolan brantas bubuk 7 7.00 6 Watu capil
06/05/14 Pengontrolan brantas bubuk 7 7.00 6 Watu capil
07/05/14 Pengontrolan brantas bubuk 8 8.00 6 Watu capil
08/05/14 Pengontrolan brantas bubuk 8 8.00 6 Watu capil
09/05/14 Pengontrolan menyiang kimiawi 2 4.29 6 Watu capil
10/05/14 Pengontrolan menyiang kimiawi 2 4.29 6 Watu capil
11/05/14 Pengontrolan menyiang kimiawi 2 4.29 6 Watu Capil
12/05/14 Pengontrolan menyiang kimiawi 2 3.53 6 Watu capil
35
35
36
Lampiran 3. (Lanjutan)
PrestasiKerja
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor Luas areal Jam Kerja Lokasi
yang diawasi (ha)
13/05/14 Pengontrolan menyiang manual 2 2 6 Watu capil
14/05/14 Pengontrolan menyiang manual 2 2 6 Watu Capil
16/05/14 Pengontrolan pemeliharaan saluran air 4 2 6 Watu capil
17/05/14 Pengontrolan pemeliharaan saluran air 4 2 6 Watu capil
19/05/14 Pengontrolan pemeliharaansaluran air 3 5 6 Watu capil
20/05/14 Pengontrolan pemeliharaan saluran air 3 5 6 Watu capil
21/05/14 Pengontrolan pemeliharaan saluran air 3 5 6 Watu capil
22/05/14 Pengontrolan petak kopi 1 8 6 Watu capil
23/05/14 Pengontrolan wiwil halus 1 8 6 Watu Capil
24/05/14 Pengontrolan wiwil halus 1 8 6 Watu capil
26/05/14 Pengontrolan petak kopi 2 2 6 Watu capil
27/05/14 Jalan sehat bersama seluruh staf PTPN XII - - -
ke Kebun Kayu Mas
28/05/14 Pengontrolan brantasbubuk 11 5 6 Watu capil
30/05/14 Pengontrolan petak kopi 9 9 6 Watu Capil
31/05/14 Pengontrolan petak kopi 12 7 6 Watu capil
02/06/14 Pengontrolan panen kopi 12 7 6 Watu capil
03/06/14 Pengontrolan panen kopi 12 8 6 Watu capil
04/06/14 Pengontrolan panen kopi 12 5 6 Watu capil
05/06/14 Pengontrolan panen kopi 12 6 6 Watu capil
06/06/14 Pengontrolan panen kopi 12 5 6 Watu capil
07/06/14 Perizinan selesai Magang ke kantor induk
36
37
Lampiran 4. Letak wilayah administratif
PETA KEBUN BLAWAN
38
Lampiran 5. Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Afdeling Besaran Kebun Blawan, PT Perkebunan
NusantaraXII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur
Lampiran 6. Luas areal konsensi dan tata guna lahan kopi di Kebun Blawan, PT
Perkebunan Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur
40
Lampiran 7. Struktur organisasi di Kebunan Blawan PT Perkebunan Nusantara XII,
(Persero), Bondowoso, Jawa Timur
Manajer
Wakil Manajer
Mandor Besar
Lampiran 8. Pupuk anjuran tanaman kopi di Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), Bondowoso, JawaTimur
Lampiran 9. Hasil taksasi produksi kopi di Afdeling Besaran Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero),
Bondowoso, Jawa Timur
Taksiran Produksi
Taksiran
Populasi Tanaman Berdasarkan
Blok Tahun Tanam Luas (ha) Produktifitas
(pohon) Tanaman Contoh
(kg/ha)
(kg)
C 1986 17.74 25 139 8 785 353
LA.I 1986 6.39 12 860 4 209 838
Kalirejo 1989 15.01 14 839 7 299 443
Kayu Manis 1989 11.53 3 411 2 093 203
Kalirejo UL 2010 9.61 16 876 3 418 415
Kalirejo 2010 10.39 18 801 3 765 715
Jumlah 70.67 91 926 29 613 2 967
Sumber : Kantor Induk Kebun Blawan 2014
41
1
42
Lampiran 10. Scatter plot dan hasil analisis regresi produktivitas dan bulan kering
700
S 600
A Y= 569-32x
T
I R-sq= 14.3%
V
IT
K 500
U
D
O
R
P 400
300
200
0 1 2 3 4 5 6 7
BK (bulan)
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 26624 26624 0,50 0,530
Residual Error 3 159621 53207
Total 4 186245
2 43
Lampiran 11. Scatter plot dan hasil analisis regresi produktivitas dan curah hujan
700
600
S
A
T
O 500 Y= 308+0.0452x
R
P R-sq= 71.1%.
400
300
200
0 2000 4000 6000 8000 10000
CH (mm/th)
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 132333 132333 7,36 0,073
Residual Error 3 53912 17971
Total 4 186245
3
44
RIWAYAT HIDUP