Anda di halaman 1dari 26

Persepsi Petani Terhadap Potensi Budidaya Sorgum Di Desa

Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten


Mempawah

PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Metode Penelitian

Dosen Pengampu: Dr. Nurliza, SP., MM

Disusun Oleh:

Wulzazur (C1021211001)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
Persepsi Petani Terhadap Potensi Budidaya Sorgum Di Desa Sungai Bakau Kecil
Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah. Peneliti telah melakukan secara
maksimal dalam menyelesaikan proposal ini. Namun, peneliti menyadari proposal ini
masih terdapat kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan proposal ini. Dalam
menyusun proposal penelitian ini, peneliti banyak menemui kesulitan dan hambatan.
Namun, atas bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak, peneliti dapat
menyelesaikan proposal ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih terutama kepada:

1. Dr. Nurliza, SP., MM selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metode Penelitian
yang telah memberikan arahan, masukan, dan bimbingan dalam penyusunan
proposal penelitian ini;
2. Semua Dosen Agribisnis di Universitas Tanjungpura Pontianak yang telah
memberikan ilmu kepada peneliti;
3. Seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini.

Peneliti berharap agar proposal ini dapat menjadi masukan bagi kita semua dan
berguna bagi peneliti dan semua orang yang membacanya. Akhirnya dengan hati
yang tulus dan ikhlas, peneliti memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
membalas budi baik dan jasa Bapak/Ibu serta rekan sekalian.

Pontianak, 16 Maret 2023

Peneliti,

Wulzazur
C1021211001

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ....................................................................................................... 5
2.1.1 Sorgum .............................................................................................................. 5
2.1.2 Budidaya Sorgum ............................................................................................ 6
2.1.3 Sorgum Sebagai Sumber Pakan, Pangan dan Industri ................................ 7
2.1.4 Pekembangan Sorgum di Indonesia............................................................... 9
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 10
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 14
2.4 Hipotesis ................................................................................................................ 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 18
3.1 Metode, Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 18
3.2 Data dan Jenis Data ............................................................................................. 19
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 19
3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................................ 20
3.5 Variabel dan Pengukuran .................................................................................... 20
3.6 Analisis Data ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 22

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sorgum merupakan jenis tanaman serelia yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan di wilayah Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas,
khususnya pada lahan marginal beriklim kering di Indonesia. Tanaman sorgum
toleran terhadap kekeringan dan genangan air, produktivitas tinggi dan
ketahanannya yang lebih tinggi terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan
tanaman pangan lainnya. Selain budidayanya yang mudah, sorgum mempunyai
manfaat sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan industri.

Tanaman sorgum sudah sejak lama dikenal di Indonesia, tetapi pengembangannya


tidak sebaik padi dan jagung. Hal ini dikarenakan masih sedikit daerah yang
memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Dalam masyarakat, sorgum
telah lama dikenal oleh petani, khususnya di Jawa, NTB dan NTT. Sorgum dikenal
dengan nama cantel yang sering ditanam oleh petani sebagai tanaman tumpangsari
dengan tanaman lainnya. Tanaman ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan. Namun, dalam realitanya belum optimal dan secara umum produk
sorgum belum terlalu populer di masyarakat karena terdapat proses pengupasan biji
sorgum yang masih cukup sulit untuk dilakukan (Sudaryono, 1996).

Sorgum adalah tanaman yang masih belum dikenal oleh masyarakat dan telah
dibudidayakan di Indonesia, khususnya di Provinsi Kalimantan Barat. Salah satu
kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang membudidayakan tanaman sorgum,
yakni Mempawah. Pada tahun 2019, Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten
Mempawah berhasil memproduksi sorgum dengan produktivitas yang cukup tinggi.

Kabupaten Mempawah memiliki sembilan kecamatan dan hanya satu kecamatan


yang berhasil membudidayakan sorgum, yaitu Kecamatan Mempawah Timur.
Namun, ada satu kecamatan yang pada tahun 2022 melakukan uji coba penanaman
sorgum, yakni Kecamatan Sungai Pinyuh. Dari data Dinas Pertanian, Ketahanan
Pangan dan Perikanan Kabupaten Mempawah diperoleh informasi bahwa masih

1
banyak petani yang belum membudiayakan sorgum di Kabupaten Mempawah
karena tanaman sorgum masih belum banyak dikenal oleh masyarakat. Sehingga
hampir tidak ditemukan petani maupun kelompok tani di daerah tersebut mengenal
sorgum bahkan menanam sorgum. Dilihat dari manfaat, nilai kandungan, daya
adaptasi serta budidaya sorgum yang mudah dan murah, Kabupaten Mempawah
memiliki potensi untuk dilakukannya penanaman sorgum, khususnya Kecamatan
Mempawah Timur karena memiliki tanah gambut yang bagus, kemudian terdapat
petani yang sangat berpengalaman dalam membudidayakan tanaman sorgum.
Menurut hasil survei dan wawancara pendahuluan kepada Pak Joko Purwanto
selaku pengawas benih tanaman dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan
Perikanan Kabupaten Mempawah diperoleh informasi bahwa sorgum telah
dibudidayakan sebelumnya yakni sebelum tahun 2019 dan pemanfaatannya masih
sebatas sumber karbohidrat pengganti beras saja.

Pada tahun 2019, luas tanam sorgum di Kecamatan Mempawah Timur hanya 9 m x
9 m dan pada tahun 2023 akan dilakukan penambahan 2 ha serta akan
dikembangkan sorgum di lahan 70 ha dari Pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat.
Kecamatan Mempawah Timur memiliki enam desa dan hanya satu desa yang
membudidayakan sorgum pada tahun 2019, yakni Desa Sungai Bakau Kecil. Petani
sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil sebagai pengelola usaha agribisnis sorgum
tentunya memiliki alasan serta harapan untuk menjalankan usahanya. Terlihat
bahwa di Kabupaten Mempawah masih belum banyak petani yang
membudidayakan sorgum. Ada alasan-alasan kenapa petani sekitar tidak
membudidayakan sorgum, padahal ada usaha bududiaya sorgum di sekitar rumah
mereka. Alasannya dapat dilihat dari persepsi yang beragam, sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti tentang persepsi petani terhadap potensi budidaya sorgum di
Desa Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah,
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap
potensi budidaya sorgum, alasan petani sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil
Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah dalam membudidayakan

2
sorgum, menganalisis harapan dan kenyataan serta problematika yang dihadapi
petani dalam agribisnis sorgum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi petani terhadap potensi budidaya sorgum di Desa Sungai
Bakau Kecil Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap
potensi budidaya sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah
Timur Kabupaten Mempawah?
3. Apa alasan petani membudidayakan sorgum?
4. Bagaimana harapan dan kenyataan yang dihadapi petani dalam agribisnis sorgum
serta problematikanya?
5. Apa upaya yang harus dilakukan dalam mengembangkan sorgum sebagai pangan
alternatif untuk mendukung ketahanan pangan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut maka yang akan menjadi tujuan dalam
penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Menganalisis persepsi petani terhadap potensi budidaya sorgum di Desa Sungai
Bakau Kecil Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah
2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap
potensi budidaya sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah
Timur Kabupaten Mempawah
3. Menganalisis alasan petani membudidayakan sorgum.
4. Menganalisis harapan dan kenyataan yang dihadapi petani dalam agribisnis
sorgum serta problematikanya.
5. Merekomendasikan upaya mengembangkan sorgum sebagai pangan alternatif
untuk mendukung ketahanan pangan.

3
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis, di antarannya:

1.4.1 Manfaat Teoritis


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca untuk
mengetahui perkembangan sorgum di Kabupaten Mempawah.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi petani, diharapkan dapat membantu dalam menangani masalah dalam
agribisnis sorgum sehingga sorgum dapat berkembang di Desa Sungai Bakau
Kecil Kecamatan Mempawah Timur serta di Kabupaten Mempawah.
2. Bagi pembaca, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah sumber
literatur mengenai agribisnis sorgum.
3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan baik dalam
mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan disiplin ilmu serta
berguna untuk memperluas wawasan dan pengetahuan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sorgum
Sorgum merupakan tanaman serelia yang sudah sejak lama diusahakan petani di
Indonesia meskipun dengan luasan yang relatif sempit (Bambang dan Nana, 2011).
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang
toleran terhadap kekeringan dan genangan air sehingga mempunyai potensi besar
untuk dikembangkan di Indonesia. Selain mempunyai daerah adaptasi yang luas,
tanaman sorgum dapat berproduksi pada lahan marginal (suboptimal) dan relatif
tahan terhadap gangguan hama/penyakit. Di dunia, tanaman sorgum menempati
urutan kelima, setelah gandum, beras, jagung, dan barley (Nana Sutrisna, 2013).

Menurut Sirappa dalam (Syafruddin et al., 2015), sorgum (Sorghum bicolor L.)
merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia, karena mempunyai daerah adaptasi yang luas,
khususnya pada lahan marginal. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan
genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap
gangguan hama/penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta
bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat
(MSG), asam amino, dan industri minuman.

Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat tumbuh pada berbagai keadaan
lingkungan sehingga potensial dikembangkan, khususnya pada lahan marginal
beriklim kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasinya
yang luas, toleran terhadap kekeringan, produktivitas tinggi, dan lebih tahan
terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain
budidaya yang mudah, sorgum mempunyai manfaat yang luas, antara lain untuk
pakan, pangan, dan bahan industri (Yulita dan Risda, 2006 dalam (Andriani et al.,
n.d., 2013).

5
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa sorgum merupakan tanaman serelia yang dapat tumbuh pada lahan
marginal beriklim kering seperti Indonesia. Tanaman sorgum toleran terhadap
kekeringan, genangan air dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit
dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain itu, sorgum juga dapat
digunakan untuk pakan, pangan dan bahan industri.

2.1.2 Budidaya Sorgum


Sorgum mudah dibudidayakan dengan biaya produksi yang relatif murah, dapat
ditanam monokultur maupun tumpangsari, produktivitas sangat tinggi dan dapat
diratun (dapat dipanen lebih dari satu kali dalam sekali tanam) dengan hasil yang
tidak jauh berbeda, bergantung pada pemeliharaan tanaman. Sorgum memiliki
daya adaptasi luas, mulai dari dataran rendah, sedang, sampai dataran tinggi pada
daerah dengan iklim tropis-kering (semi arid) sampai daerah beriklim basah. Hasil
biji yang tinggi biasanya diperoleh dari varietas berumur 100-120 hari. Varietas
sorgum berumur dalam cenderung cocok digunakan sebagai tanaman pakan ternak
(forage sorghum) (Arsyad Biba n.d., 2015).

Tanaman sorgum merupakan tanaman semusim yang mudah dibudidayakan,


walaupun diusahakan pada lahan-lahan yang kurang subur dan kekurangan air
(Santoso et al., n.d. 2008). Menurut Beti et al dalam (Santoso et al., n.d.2008)
sorgum dapat tumbuh pada semua jenis tanah, kecuali tanah podzolik merah
kuning yang masam. Tanah grumosol, aluvial, andosol, regusol dan mediteranian
umumnya sesuai untuk tanaman sorgum. Sorgum beradaptasi baik pada tanah yang
sedikit masam (pH=5,0) hingga sedikit basa (pH=7,5). Untuk memperoleh
pertumbuhan yang optimal, areal pertanaman sorgum harus memiliki drainase
yang baik atau budidaya pada lahan mengandung pasir dengan bahan organik yang
cukup. Produksi sorgum yang tinggi sangat ditentukan oleh cara pertanaman dan
pemeliharaan tanaman (Singgih, 2004 dalam Santoso et al., n.d., 2008).

Berdasarkan dari pemaparan beberapa ahli yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa tanaman sorgum merupakan tanaman yang mudah untuk

6
dibudidayakan dan tidak memerlukan banyak biaya dalam memproduksinya.
Tanaman sorgum merupakan tanaman semusim yang sering dibudidayakan pada
lahan yang kurang subur atau lahan yang kering.

2.1.3 Sorgum Sebagai Sumber Pakan, Pangan, dan Industri


Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan lahan kering yang potensial
dikembangkan di Indonesia. Sorgum dapat digunakan sebagai pangan, pakan, dan
bioenergi (bioetanol). Sorgum juga mampu beradaptasi pada lahan marginal dan
membutuhkan air relatif lebih sedikit karena lebih toleran terhadap kekeringan
dibanding tanaman pangan lain. Biji sorgum mempunyai kualitas nutrisi sebanding
dengan jagung dan beras, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi, tetapi
kandungan lemaknya lebih rendah. Oleh karena itu, sorgum dimanfaatkan sebagai
penyangga pangan penduduk di lebih 30 negara. Selain sebagai bahan pangan, biji
sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri pangan seperti gula,
monosodium glutamate, asam amino, minuman, dan hijauannya digunakan sebagai
pakan ternak. Bahkan saat ini sorgum juga digunakan sebagai bahan baku energi,
terutama sorgum manis (Yulia Tri S, 2022).

Biji sorgum merupakan salah satu sumber kalori penting sebagai pangan yang
mencapai 332 kalori, jumlah karbohidrat yang mencapai 73,0 g; protein 11,0 g;
lemak 3,3 g; kalsium 28 mg; fosfor 287 mg; zat besi 4,4 mg; vitamin B1 0,38 mg.
Berdasarkan kandungan nilai gizi yang dimiliki sorgum, sudah selayaknya
tanaman ini dimanfaatkan secara luas sehingga kebutuhan gizi masyarakat dapat
terpenuhi. Namun konsumsi sorgum sebagai pangan pengganti beras di Indonesia
masih sangat rendah (Elvira Sari Dewi dan Muhammad Yusuf, 2017). Sorgum
tidak hanya dapat dikonsumsi sebagai pangan utama, tetapi juga dapat digunakan
untuk roti, tortila, pop sorgum, dan juga makanan ringan. Biji sorgum juga banyak
digunakan untuk pakan ternak, baik secara langsung maupun sebagai bahan
tambahan pembuatan pakan ternak jadi. Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh
biji sorgum, pengembangannya akan menjadi solusi terhadap krisis pangan.
(Reddy et al, 1995 dalam (Elvira Sari Dewi dan Muhammad Yusuf, 2017).

7
Sebagai bahan pangan, biji sorgum dapat dibuat tepung yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai jenis kue kering, kue
basah, dan mie. Salah satu kelebihan dari tepung sorgum adalah memiliki nilai gizi
yang lebih tinggi dibanding tepung beras, jagung, dan ubi kayu. Kelebihan lain
dari tepung sorgum adalah daya kembangnya yang sangat tinggi dan mudah larut
dalam air (Bambang dan Nana, 2011).

Di samping biji dan tepung sorgum dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri makanan, limbah tanaman sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak. Batang dan daun sorgum memiliki rasa manis dan renyah serta dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak terutama sapi. Di Australia, batang dan daun
sorgum telah dikembangkan menjadi forage sorgum dan sweet sorgum untuk
pakan ternak. Potensi batang dan daun sorgum dapat mencapai 30-40 ton/ha berat
basah. Sedangkan sorgum manis dapat menghasilkan 20 ton/ha berat basah dan
sekitar 14-16 persen dapat dijadikan pakan ternak atau setara dengan sekitar 3 ton
daun segar (Soebarinoto dan Hermanto, 1996 dalam Bambang dan Nana, 2011).

Perakitan varietas sorgum yang dilakukan oleh Badan Litbang saat ini diarahkan
bukan hanya untuk pangan tetapi juga untuk produksi bioetanol. Etanol yang
dihasilkan biasanya digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak, farmasi,
dan substitusi premium. Umumnya, etanol yang diperoleh berasal dari nira yang
terdapat pada batang, terutama pada varietas sorgum manis. Nira yang diperoleh
dari batang varietas sorgum manis berpotensi sebagai sumber alternatif bahan baku
gula cair. Produksi gula cair ini empat kali lebih murah dibandingkan dari gula
tebu (Elvira Sari Dewi dan Muhammad Yusuf, 2017).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, peneliti menarik kesimpulan bahwa


sorgum dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan industri. Sorgum sebagai
pangan alternatif yang memiliki nutrisi yang lebih dibandingkan dengan pangan
lainnya. Batang sorgum dapat diolah menjadi gula cair dan ampasnya dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Tanaman sorgum dapat diolah menjadi tepung
yang akan digunakan untuk pembuatan kue dan sejenisnya.

8
2.1.4 Perkembangan Sorgum di Indonesia
Menurut Admin dalam (Talanca et al., 2016), sorgum dibawa oleh orang Belanda
ke Indonesia pada tahun 1925 dan disebarluaskan ke daerah-daerah kering sebagai
komoditas pangan alternatif pada musim paceklik atau persediaan pangan telah
habis. Ada kemungkinan sorgum masuk ke Indonesia jauh lebih awal, sekitar abad
VIII, dibawa oleh orang Asia Selatan/India, karena sorgum telah berkembang di
India sebelum abad VIII. Tanaman ini kemudian beradaptasi di Indonesia dan
masyarakat memberi nama yang berbeda sesuai bahasa setempat, misalnya
gandrung, cantel, orean, dan jagung cakul.

Tanaman sorgum sudah lama diusahakan oleh petani di Indonesia baik secara
monokultur, tumpangsari, dan tumpang gilir dengan tanaman semusim yang lain.
Budidaya sorgum awalnya diproduksi untuk mencukupi kebutuhan pangan
masyarakat terutama sebelum tahun 1970 karena kondisi masih rawan kekurangan
pangan. Sejalan dengan berkembangnya program swasembada, pangan yang
memprioritaskan kepada tanaman padi (beras) membawa dampak kepada
penurunan luas pertanaman sorgum. Lahan-lahan yang dulunya sebagai wilayah
penghasil sorgum, lambat laun dialihkan untuk tanaman pangan terutama padi,
jagung, dan kedelai (Subagio et al., 2013).

Perkembangan luas panen sorgum di Indonesia dalam periode 2007-2009


berfluktuasi. Seiring dengan terjadinya krisis energi dunia, sorgum kembali
populer pada tahun 2012-2013. Tanaman sorgum mampu menghasilkan etanol dan
dapat beradaptasi luas pada lahan kering, padang alang-alang, dan bekas hutan
(Talanca et al., 2016). Sorgum mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Potensi
dan keunggulan yang dimiliki sorgum antara lain dapat ditanam pada lahan
suboptimal (lahan kering, rawa, dan lahan masam yang tersedia cukup luas di
Indonesia, sekitar 38,7 juta hektar) dengan produktivitas yang cukup tinggi, dan
kandungan protein lebih tinggi dari beras. (Warta IPTEK, 2012 dalam Susilowati
& Saliem, 2013).

9
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan
bahwa sorgum merupakan tanaman yang dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia
untuk dikembangkan sebagai komoditas pangan alternatif. Tanaman sorgum sudah
lama diusahakan oleh petani di Indonesia baik secara monokultur, tumpangsari,
dan tumpang gilir dengan tanaman semusim yang lain. Namun saat ini, luas
penanaman sorgum berkurang dikarenakan petani lebih memilih untuk menanam
padi sebagai makanan pokok orang Indonesia.

2.2 Penelitian Terdahulu


Pada bagian ini akan dijelaskan hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa dijadikan
acuan dalam topik penelitian ini. Penelitian terdahulu telah dipilih sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian ini, sehingga diharapkan mampu menjelaskan dan
memberikan referensi bagi penulis dalam meyelesaikan penelitian ini. Berikut
dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang telah dipilih.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

1. Strategi Pengembangan Sarana Produksi Dalam Budidaya Sorgum.


Oleh: (Wijaya putra et al., 2022)
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan Metode yang digunakan Analisis SWOT pada
untuk mengetahui dalam penelitian ini pembahasan strategi
perkembangan strategi menggunakan metode pengembangan sarana
sarana produksi budidaya deskriptif kuantitatif. produksi budidaya sorgum
sorgum dalam Kelompok di Kelompok Wanita Tani
Wanita Tani Selakaso. Selakaso dapat
disimpulkan strategi
sebagai berikut: (1)
Penggunaan teknologi
yang menunjang sarana
produki; (2) Pengawasan

10
berkala; (3) Pembinaan
rutinan; (4) Variasi
metode pembinaan; (5)
Pemberian edukasi dari
lembaga yang
bersangkutan.
2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Sorgum
di Kabupaten Situbondo.
Oleh: (Murti Mulyo Aji, 2022)
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan Penelitian ini bersifat Rata-rata pendapatan
untuk menganalisa kuantitatif dengan metode usahatani sorgum dalam
pendapatan dan faktor- analitis dan metode setahun sebesar Rp
faktor yang deskriptif. Data penelitian 55.184.836,-/ha.
mempengaruhi yang dikumpulkan Sedangkan pendapatan
pendapatan usahatani meliputi data primer dan per musim tanam 3 kali
sorgum di Kabupaten data sekunder. Sampel panen Rp 33.110.901,-/ha.
Situbondo. ditentukan dengan teknik Usahatani sorgum di
sampling kuota. Kabupaten Situbondo
tergolong
menguntungkan.
Kemudian, faktor yang
berpengaruh secara parsial
terhadap pendapatan
petani sorgum di
Kabupaten Situbondo
adalah produksi, harga
jual dan biaya produksi.

11
3. Respon Petani Terhadap Pengembangan Tanaman Sorgum di Desa Pledo
Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur.
Oleh: (Syamsuddin et al., 2022)
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan Penelitian ini Respon anggota kelompok
untuk mengetahui: menggunakan metode tani terhadap usaha tani
Respon anggota kelompok survey, penentuan lokasi sorgum tergolong “baik”
tani terhadap penelitian dilakukan dengan skor rata-rata 3,69
pengembangan tanaman secara sengaja (purposive dan pencapaian skor
sorgum. sampling). Penentuan maksimum sebesar 74%.
sampel dilakukan Hal ini berarti
menggunakan metode pengembangan sorgum di
sensus (sampling jenuh). Desa Pledo menjadi
pilihan usaha tani yang
baru dan inovatif untuk
kondisi lahan di desa
penelitian.

4. Persepsi Petani Di Kabupaten Belu (NTT) Terhadap Potensi Budidaya


Sorgum.
Oleh: (Rachmadiyanto, 2018)
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan Metode penelitian yang Kabupaten Belu
untuk mengetahui digunakan adalah merupakan salah satu
persepsi masyarakat purposive sampling kabupaten di Indonesia
(petani) terhadap dengan kuisioner dan yang memiliki potensi
budidaya dan potensi wawancara langsung. pengembangan tanaman
pengembangan sorgum di sorgum. Kondisi iklim
Kabupaten Belu. (suhu dan curah hujan)

12
dan lingkungannya
mendukung untuk
budidaya sorgum.
Memiliki lahan pertanian
yang cukup luas berupa
lahan tadah hujan, tegal,
kebun dan tanah kering
sementara yang belum
digunakan merupakan
modal yang cukup besar.
Luasnya lahan didukung
dengan jumlah penduduk
yang 60% bekerja sebagai
petani. Hanya saja, perlu
membangun persepsi baik
petani terhadap budidaya
sorgum dan pasca
panennya. Hal ini
memerlukan bantuan dan
kerjasama dari berbagai
pemangku kepentingan
dan pemerintah untuk
meningkatkan potensi
pengembangan sorgum.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu oleh Rachmadiyanto tahun


2018, yakni persepsi petani terhadap budidaya tanaman sorgum. Tetapi
perbedaannya, yakni pada lokasi. Pada penelitian Rachmadiyanto (2018) memilih
lokasi di Kabupaten Belu Provinsi NTT. Sedangkan dalam penelitian ini, yakni di

13
Desa Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu yakni lokasi serta peneliti
fokus untuk menjelaskan persepsi petani terhadap budidaya sorgum, seperti
menjelaskan alasan teknis, sosial, ekonomi dan inisiatif petani dalam
membudidayakan sorgum dan menganalisis harapan dan kenyataan yang dihadapi
petani dalam agribisnis sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah
Timur Kabupaten Mempawah.

2.3 Kerangka Pemikiran


Tanaman sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mulai
dikembangkan oleh sebagian petani di Kecamatan Mempawah Timur. Hal ini
dikarenakan tanaman sorgum merupakan tanaman yang potensial untuk
dikembangkan sebagai sumber karbohidrat lain yang memiliki nilai kandungan yang
hampir sama dengan beras. Selain itu, tanaman sorgum juga dapat diambil
batangnya sebagai bahan baku gula cair, gula padat, dan bioetanol. Tanaman sorgum
juga diharapkan dapat berfungsi sebagai pangan alternatif pengganti beras.
Sehingga pengembangan olahan tanaman sorgum mampu meningkatkan
kesejahteraan petani.

Prospek budidaya sorgum dan pengembangan sorgum di Kabupaten Mempawah


cukup sulit. Hal ini dikarenakan masyarakat masih bergantung kepada beras sebagai
sumber pangan utama dan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap manfaat
tanaman sorgum. Sehingga budidaya sorgum masih kurang berkembang. Hal
tersebut dapat terlihat dari kurangnya jumlah petani yang memmbudidayakan
sorgum dalam usahataninya. Minat petani terhadap pengembangan budidaya
sorgum sedikit.

Persepsi yaitu menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diperoleh dari
suatu objek, peristiwa atau hubungan. Persepsi yang terbentuk dalam diri petani
akan mempengaruhi cara pandangannya terhadap suatu objek. Pada dasarnya, petani
dalam mengambil keputusan untuk membudidayakan sorgum dan mengembangkan
hasil budidaya sorgum tidak terlepas dari persepsinya. Adanya persepsi petani yang

14
kurang baik terhadap prospek serta keuntungan dari budidaya sorgum dapat
berdampak pada kurang tertariknya petani untuk melakukan budidaya sorgum
secara lebih intensif. Dari uraian tersebut, maka perlu diketahui persepsi petani
terhadap potensi budidaya sorgum, faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi
petani terhadap potensi budidaya sorgum, alasan petani sorgum membudidayakan
sorgum, serta harapan, kenyataan, dan problematika yang dihadapi petani dalam
agribisnis sorgum.

Analisis pertama dilakukan oleh peneliti yakni menganalisis persepsi petani


terhadap potensi budidaya sorgum dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Peneliti memiliki tujuan yakni ingin mengetahui persepsi petani terhadap
potensi budidaya sorgum. Analisis kedua yakni menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan persepsi petani terhadap potensi budidaya sorgum dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Peneliti memiliki tujuan
yakni ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani
terhadap potensi budidaya sorgum. Analisis ketiga yakni menganalisis alasan teknis,
sosial, ekonomi, dan inisiatif petani dalam membudidayakan sorgum dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Peneliti memiliki tujuan yakni ingin
menganalisis alasan petani dalam melakukan budidaya sorgum hingga saat ini.
Analisis keempat yakni menganalisis harapan, kenyataan yang dihadapi oleh petani
dalam agribisnis sorgum serta problematikanya dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Tujuan peneliti yakni ingin mengetahui harapan petani dalam
agribisnis sorgum dan kenyataan yang dihadapi petani serta problematikanya.
Analisis kelima yakni merekomendasikan upaya pengembangan sorgum sebagai
alternatif beras untuk mendukung ketahanan pangan. Peneliti menggunakan analisis
deksriptif kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan pada uraian di atas, maka alur
kerangka pemikiran dapat dilihat sebagai berikut:

15
Sorgum

Banyak petani yang masih belum membudidayakan


tanaman sorgum di Kabupaten Mempawah

Persepsi Petani Terhadap Alasan petani Harapan petani dalam


Potensi Budidaya Sorgum membudidayakan sorgum agribisnis sorgum

Teknis
Problematika
Faktor-faktor pembentuk Sosial
persepsi petani:
Ekonomi
1. Usia
Kenyataan yang
2. Pendidikan Formal Inisiatif dihadapi petani sorgum
3. Pendidikan Nonformal
4. Pengalaman
5. Pendapatan

Upaya mengembangkan sorgum menjadi alternatif


beras

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Peneliti

16
2.4 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka berpikir di atas maka
diajukan hipotesis sebagai berikut:

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik petani dengan persepsi
petani terhadap potensi budidaya sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil Kecamatan
Mempawah Timur Kabupaten Mempawah.

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan
analisa kuantitatif. Pendekatan kualitatif yang dimaksud adalah untuk memahami
fenomena tentang persepsi petani tehadap potensi budidaya sorgum di Desa Sungai
Bakau Kecil melalui observasi dan wawancara terstruktur kepada petani/kelompok
tani dan seorang petugas lapangan dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan
Perikanan di daerah tersebut. Sehingga nantinya akan mendapatkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para petani yang dijadikan subjek penelitian.
Penelitian ini juga menggunakan analisa kuantitatif, yaitu berupa data faktor-faktor
pembentukan persepsi petani (karakteristik petani) yang akan diuji melalui analisis
Korelasi Rank Spearman dibantu program Microsft Excel dan SPSS IBM 26.

Peneliti melakukan penelitian berlokasi di Desa Sungai Bakau Kecil Kecamatan


Mempawah Timur Kabupaten Mempawah. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut
karena sorgum merupakan tanaman yang masih sedikit petani budidayakan, tetapi
pada Kabupaten Mempawah sudah ada yang membudidayakan dan di daerah
tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk membudidayakan sorgum. Selain
itu, sorgum juga memiliki kaya akan manfaat sehingga dapat dijadikan pangan
alternatif pengganti beras. Berdasarkan informasi yang diperoleh, lokasi ini
memiliki potensi cukup besar untuk membudidayakan sorgum dibandingkan dengan
kecamatan lain yang ada di Kabupaten Mempawah. Peneliti memilih lokasi tersebut
dengan tujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap potensi budidaya sorgum.

Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksanaan


penelitian, sampai pembuatan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di bulan
Februari 2023 sampai dengan bulan Maret 2023.

18
3.2 Data dan Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer penelitian ini meliputi observasi dan
wawancara terstruktur, yaitu wawancara akan dilakukan kepada para
petani/kelompok tani sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil dan kepada petugas
lapangan dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten
Mempawah. Sedangkan sumber data sekunder penelitian ini didapat dari buku-
buku, literatur, dan artikel yang memiliki relevansi terhadap objek penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dengan datang secara langsung ke Desa Sungai
Bakau Kecil untuk mengoptimalkan data mengenai persepsi petani terhadap
potensi budidaya sorgum.
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan
(quisioner) dan wawancara langsung kepada para petani/kelompok tani dan
seorang petugas lapangan dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan
Kabupaten Mempawah, dengan maksud untuk mendapatkan gambaran lengkap
mengenai topik yang diteliti. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi mengenai persepsi petani terhadap potensi
budidaya sorgum di Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah Timur
Kabupaten Mempawah.
3. Dokumentasi
Dokumen yang akan dikumpulkan adalah berupa gambar/foto lahan yang
digunakan untuk membudidayakan sorgum, hasil panennya, dan para petani yang
dijadikan subjek penelitian.

19
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah para petani di Desa Sungai Bakau Kecil
Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah, baik yang membudidayakan
sorgum maupun yang tidak membudidayakannya.
Jumlah sampel adalah sebanyak 20 responden. Penentuan jumlah sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Sedangkan untuk pengambilan sampel dari jumlah sampel yang telah diperoleh
dilakukan dengan cara tidak acak atau ditentukan.

3.5 Variabel dan Pengukuran


Adapun variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Karakteristik responden yang mencakup identitas responden, meliputi:
a. Umur, yaitu usia dari responden
b. Jenis Kelamin, yaitu laki-laki atau perempuan
c. Tingkat pendidikan, yaitu dilihat dari pendidikan terakhir yang ditempuh
responden
d. Pekerjaan, yaitu pekerjaan yang dijalani oleh responden
2. Pengetahuan petani terhadap tanaman sorgum yaitu pengetahuan dasar dari
petani mengenai tanaman sorgum.
a. Petani mengetahui adanya budidaya sorgum di Desa Sungai Bakau Kecil
b. Tanaman sorgum yang memiliki manfaat lebih dibandingkan pangan
lainnya
c. Tanaman sorgum mudah untuk dibudidayakan
d. Tanaman sorgum yang dapat dimanfaatkan dari biji, batang, dan daunnya
e. Tanaman sorgum yang sedikit terserang hama penyakit bila dibandingkan
dengan tanaman lainnya
f. Tanaman sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan
3. Sikap petani terhadap tanaman sorgum.
a. Keinginan petani untuk membudidayakan sorgum
b. Keinginan masyarakat untuk membeli dan mengonsumsi sorgum

20
c. Pentingnya sosialisasi dan penyuluhan untuk tanaman sorgum

Seluruh pengukuran respon dalam penelitian ini diukur melalui item pertanyaan
dengan 5 poin Skala Liker dari Sangat Tidak Setuju (STS) sampai Sangat Setuju
(SS).

3.6 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang terjadi
antar berbagai variabel untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Data
dianalisis dengan metode deskriptif dan metode inferensia. Analisis deskriptif
dilakukan dengan cara menggambarkan secara rinci data yang diperoleh dengan
membuat tabulasi hasil jawaban responden lalu dipresentasikan. Analisis deskriptif
dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan persepsi petani terhadap
budidaya sorgum. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik petani dengan
persepsi petani terhadap potensi budidaya sorgum dianalisis melalui analisis
Korelasi Rank Spearman.

21
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A., Muzdalifah, D., Penelitian, I. B., & Serealia, T. (n.d.). Morfologi dan Fase
Pertumbuhan Sorgum. Retrieved March 4, 2023, from
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/11/avivmus.pdf
Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl Ratulangi, M., & Selatan, S. (n.d.).
Prospek Pengembangan Sorgum untuk Ketahanan Pangan dan Energi.
Bambang dan Nana. (2011). Prospek Pengembangan Sorgum di Jawa Barat Mendukung
Diversifikasi Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29, 99–113.
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/5210/Prospek%20Pen
gembangan%20Sorgum%20di%20Jawa%20Barat%20Mendukung%20Diversifikas
i%20Pangan.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Elvira Sari Dewi dan Muhammad Yusuf. (2017). sorgum sebagai pakan.pangan,industri.
Agroteknologi, 7, 27–32.
Jawab Ir Nandang Sunandar, P., Kepala BPTP Jawa Barat Penyusun, M., Sutrisna, N., &
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Balai Besar Pengkajian Dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian, B. (n.d.). USAHATANI SORGUM.
Murti Mulyo Aji, J. (2022). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN USAHA TANI SORGUM DI KABUPATEN SITUBONDO
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE INCOME OF SORGUM
FARMING BUSINESS IN SITUBONDO DISTRICT. In Jurnal Pertanian Agros
(Vol. 24, Issue 2).
Rachmadiyanto, N. (2018). Persepsi petani di Kabupaten Belu (NTT) terhadap potensi
budidaya Sorgum.
Santoso, S. B., Singgih, S., Penelitian, B., Serealia, T., Ratulangi, J., & 274, N. (n.d.).
PROSPEK PENGEMBANGAN SORGUM MANIS SEBAGAI BAHAN BAKU
BIOETANOL.
Subagio, H., Aqil, M., Penelitian, B., & Serealia, T. (2013). PENGEMBANGAN
PRODUKSI SORGUM DI INDONESIA. In Seminar Nasional Inovasi Teknologi
Pertanian.
Susilowati, H., & Saliem, H. P. (2013). Perdagangan Sorgum di Pasar Dunia dan Asia
serta Prospek Pengembangannya di Indonesia.
Syafruddin, M., Harisudin, M., & Widiyanti, E. (2015). STRATEGI
PENGEMBANGAN SORGUM DI KABUPATEN WONOGIRI. SEPA, 12(1), 70–
81.

22
Syamsuddin, S., Levis, L. R., & Bernadina, L. (2022). RESPON PETANI TERHADAP
PENGEMBANGAN TANAMAN SORGUM DI DESA PLEDO KECAMATAN
WITIHAMA KABUPATEN FLORES TIMUR (Farmers’ Response towards the
Extensification of Sorgum Crops at Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Kabupaten
Flores Timur). Buletin Ilmiah IMPAS, 23, 44–51.
Talanca, A. H., Andayani, N. N., Penelitian, B., & Serealia, T. (2016). Perkembangan
Perakitan Varietas Sorgum di Indonesia. Perkembangan Perakitan Varietas Sorgum
di Indonesia.
Wijaya putra, F., Sukmawani, R., & Meilani, E. H. (2022). STRATEGI
PENGEMBANGAN SARANA PRODUKSI DALAM BUDIDAYA SORGUM
STUDI KASUS DI KELURAHAN BABAKAN KECAMATAN CIBEREUM
KOTA SUKABUMI. Agrivet : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Dan Peternakan
(Journal of Agricultural Sciences and Veteriner), 10(1), 97–102.
https://doi.org/10.31949/agrivet.v10i1.2288
Yulia Tri S. (2022, October 25). Sorgum Berpotensi Untuk Dikembangkan Karena Kaya
Manfaat. Cyberextension.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/99695/Sorgum-Berpotensi-Untuk-
Dikembangkan-Karena-Kaya-Manfaat/

23

Anda mungkin juga menyukai