Anda di halaman 1dari 43

SIKAP KONSUMEN TERHADAP SAGU BASAH DI DESA

BARAMAMASE KECAMATAN WALENRANG


KABUPATEN LUWU

YENSI
19.023.54.201.004

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
TAHUN AJARAN
2022
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa proposal bagi mahasiswa:

Nama : YENSI

NIM : 19.023.54.201.004

Program Studi : AGRIBISNIS

Fakultas : PERTANIAN

Judul Skripsi : Sikap Konsumen Terhadap Sagu basah di Desa


Baramamase Kecamatan Walenrang Kabupaten
Luwu

Telah diperiksa dan disetujui mengikuti seminar proposal.

Palopo, 2022

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

INTISARI, SP., M.Si ROSNINA, SP., M.Si

NIDN : NIDN :

i
SIKAP KONSUMEN TERHADAP SAGU BASAH DI DESA
BARAMAMASE KECAMATAN WALENRANG
KABUPATEN LUWU

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Andi Djemma Palopo

Oleh :

YENSI

19.023.54.201.004

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
TAHUN AJARAN
2022

LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : YENSI

No. Stambuk : 19.023.54.201.004

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Judul Skripsi : Sikap Konsumen Terhadap Sagu Basah


Didesa Baramamase Kecamatan Walenrang
Kabupaten Luwu

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini merupakan karya


sendiri dengan benar keasliannya, apabila ternyata dikemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan peraturan tata tertib di
Universitas Andi Djemma Palopo.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Palopo, 2023

YENSI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING..........................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................3

1.3. Tujuan Penelitian.................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian...............................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Konsumen ..............................................................5

2.2. Sikap Konsumen..................................................................10

2.3. Penelitian Terdahulu............................................................12

2.4. Sagu.....................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian............................................18

3.2. Jenis dan Sumber Data......................................................18

3.3. Metode Pengumpulan Data................................................19

3.4. Populasi dan Sampel..........................................................19

3.5. Metode Analisis Data.........................................................21

3.6. Definisi Oprasional..............................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................23

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan Rahmat, maka proposal penelitian dengan judul: “Sikap
Konsumen Terhadap Sagu Basah di Desa Baramamase kecamatan
Walenrang Kabupaten Luwu.” Dapat terselesaikan dengan baik.

Proposal Penelitian ini diajukan untuk memenuhi syarat akademik


dalam menyelesaikan program Strata satu sarjana ilmu Agribisnis.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, hal ini dikerenakan adanya
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Atas segala kekurangan
dalam penelitian ini, penulis sangat mengharapkan adanya masukan, kritik
dan saran yang bermanfaat membangun dan mengarahkan pada
penyempurnaan penelitian ini.

Banyak kesulitan yang penulis alami dalam proses penulisan, namun


puji Tuhan semuanya dapat penulis lewati dengan baik Selama
menyelesaikan penelitian ini, penulis telah banyak menerima dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan Terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu,
khususnya kepada ibu Dosen Intisari, SP., M.Si dan Rosnina, Sp .,M.Si
selaku dosen pembimbing.

Palopo, 22 Oktober 2022

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sagu (Metroxylon sp.) merupakan salah satu makanan pokok

masyarakat Indonesia bagian timur. Di Indonesia bagian timur, sebagian

penduduk sudah lama menggunakan sagu sebagai makanan pokok,

Kindangen dan Malia( 2006). Selain sebagai hidangan utama, sagu juga

dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan berbagai makanan

ringan yang lezat seperti sempolet, lempeng sagu, bagea dan banyak

makanan olahan lainnya.

Sagu sebagai bahan baku industri rumah tangga pangan dapat di

pergunakan untuk menambah penghasilan rumah tangga. Teknologi

budidaya dan pengolahan sagu di anggap serius oleh pemerintah, karena

sagu merupakan potensi yang sangat besar untuk pemenuhan kebutuhan

pokok masyarakat sebagai sumber daya energi.

Sulawesi Selatan sendiri sudah mengenal pemanfaatan sagu sejak

lama. Di beberapa tempat, terutama daerah yang memiliki tanaman sagu

seperti Tana Luwu, makanan berbahan dasar sagu masih menjadi

makanan favorit sebagian orang dan masih ada di meja makan setiap

hari. Namun sagu sebagai bahan pangan alternatif tidak kehilangan

peran pentingnya di kalangan masyarakat sekitar, bahkan di kota

Makassar yang terkenal dengan keragaman kulinernya, kapurung yang

1
terbuat dari sagu menjadi makanan khas dan hidangan unik yang sejajar

dengan kelezatan kuliner khas lainnya.

Kecamatan Walenrang juga diketahui sebagai salah satu

daerah produksi dan pemasok sagu basah yang dipasarkan di pinggir

jalan dan warung-warung terutama di pasar-pasar yang bahan pokoknya

melimpah salah satunya sagu basah yang juga menjadi fokus masyarakat

dikelola dan diolah serta digunakan sebagai alat perdagangan, terutama

di warung makan (kapurung, bagea, Dange, dll).

Kemudian daripada hal tersebut melihat dari banyaknya peminat dari

olahan sagu ini, maka penulis tertarik melakukan penelitian dari segi

konsumen sebelum melakukan pembelian seperti apa tanggapan mereka

dalam menyikapi tentang sagu basah ini. Dalam melakukan pembelian

tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah

sikap konsumen terhadap produk, menurut Gordon Allpor dan Hartono

Sastro Wijoyo, (2005) Sikap adalah mempelajari kecenderungan

memberikan tanggapan pada suatu objek baik disenangi maupun tidak

disenangi secara konsisten.

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tingkah laku, baik

tingkah laku perorangan, kelompok, sikap yang menunjukkan atau

memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan

norma-norma yang berlaku dan tidak merugikan konsumen. Dengan

demikian Desa baramamase adalah desa yang terbilang mempunyai

masyarakat yang setiap harinya tidak ketinggalan yang namanya olahan

2
sagu baik dalam bentuk kapurung maupun dibuat dalam bentuk cemilan

atau jajanan pasaran. Oleh karena itu tentunya pandangan dari

masyarakat tentu berbeda beda mengenai cara mereka dalam menyikapi

sagu basah ini. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian

mengenai hal tersebut.

Berdasarkan survei awal ada konsumen yang menyukai sagu karena

harganya yang relatif murah, ada juga konsumen yang loyal, konsumen

yang sering membeli tapi tidak mengkonsumsi, ada juga yang suka

mengkonsumsi atau sering mengolah, dan ada juga yang melakukan

pembelian berulang, adapula konsumen yang membeli karena

mempercayai produk tersebut dan adapula yang tidak mengonsumsi

olahan sagu tetapi sering membeli.

Berdasarkan uraian penelitian ini maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih mendalam tentang “Sikap Konsumen

Terhadap Sagu Basah di Desa Baramamase Kecamatan Walenrang

Kabupaten Luwu”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini yaitu

bagaimana sikap konsumen terhadap sagu basah di Desa Baramamase

Kecamatan Walenrang?

3
1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap konsumen

terhadap sagu basah di Desa Baramamase Kecamatan Walenrang

Kabupaten Luwu.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini :

1. Sebagai bahan referensi atau literatur dan bahan studi tambahan

untuk penelitian selanjutnya dengan kajian yang sama.

2. Sebagai acuan bagi peneliti dan masyarakat umum yang ingin

mengetahui sikap konsumen terhadap sagu basah.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Perilaku konsumen

Perilaku konsumen adalah sesuatu aktivitas melibatkan langsung

proses memperoleh, proses memakai, serta menilai apakah produk

tersebut memiliki manfaat sesuatu dengan kebutuhan dan keinginan, di

mana terkait pula dengan proses memutuskan apa yang didahulukan dan

disusul oleh tindakan. Pendapat yang dituangkan Zeithaml, et al dalam

Nana triapnita, dkk. (2020) menyatakan bahwa disiplin ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang, golongan serta suatu organisasi

dalam menentukan pilihan, melakukan pembelian, menggunakan serta

mendapatkan manfaat nilai suatu produk, gagasan, maupun pengalaman

terkait memuaskan kebutuhan maupun keinginan mereka. Banyak definisi

tentang perilaku konsumen, akan tetapi pada dasarnya sama, hanya

berbeda cara mengartikannya. Menurut AMA (American Marketing

Assosiation) dalam. Triapnita dkk, (2020), Consumers behavior adalah

suatu interaksi dan hubungan dinamis diantara perilaku, afeksi, kognisi,

dan lingkungannya, yang mana manusia mampu melakukan aktivitas

barter dalam hidup mereka. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat

tiga hal yang penting perlu diperhatikan yaitu:

1. Perilaku konsumen yang sifatnya dinamis, oleh sebab itu sudah

dimengerti ataupun diprediksi

5
2. Interaksi dilibatkan yang meliputi: perilaku, afeksi, kognisi, dan

lingkungan konsumen

3. Terdapat barter yang dimaksud di sini adalah adanya pertukaran

barang milik penjual dengan uang yang dimiliki konsumen.

Perilaku konsumen secara umum menurut Nora & Sinulinga, (2021)

dibagi menjadi dua antara lain:

1. Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional

Merupakan suatu pertimbangan pembelian yang di lakukan

konsumen dapat di katakan rasional jika konsumen mempertimbangkan

barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal atau bermanfaat

sebaik mungkin bagi konsumen.

Adapun Ciri-ciri dari Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional

adalah sebagai berikut:

a) Konsumen memilih barang berdasarkan kebutuhan dengan memilih

barang melalui pemikiran rasional akan menghemat biaya hidup.

b) Barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal bagi

konsumen gunanya untuk bermanfaat tepat pada sasaran yang

dibutuhkan.

c) Konsumen memilih barang yang mutunya terjamin

d) Konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan

kemampuan konsumen, hal ini karena dengan membeli secara

rasional uang yang dimiliki akan tercukupi dengan kebutuhan

lainnya.

6
2. Perilaku konsumen yang bersifat irrasional

Merupakan sikap konsmen terhadap suatu pertimbangan

pembelian yang di lakukan pembeli dapat dikatakan irrasional jika

konsumen tersebut membeli barang tanpa memikirkan apa kegunaan

barang yang telah dibeli oleh konsumen tersebut.

Ciri-ciri perilaku konsumen yang bersifat irrasional dapat dilihat dari

segi sebagai berikut:

a) Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di media

cetak maupun elektronik

b) Konsumen memilik barang-barang bermerk atau branded yang

sudah dikenal luas Konsumen memilih barang bukan berdasarkan

kebutuhan, melainkan gengsi atau prestise.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen dalam

membuat keputusan pembelian menurut Kotler (Didalam Nanang, 2022)

yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologi.

1. Faktor Kebudayaan

mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap

perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan

oleh budaya, sub- budayanya, dan kelas sosial pembeli.

a. Budaya

Budaya adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan

perilaku yang dipelajari dari anggota suatu masyarakat,keluarga

7
dan institusi penting lainnya.Yang termasuk dalam budaya ini

adalah pergeseran budaya dan nilai-nilai dalam keluarga.

b. Sub budaya

Subbudaya adalah pola-pola kultural yang menonjol, dan

merupakan bagian atau segmen dari populasi masyarakat yang

lebih luas dan lebih kompleks.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur

dalam suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat,

dan perilaku yang sama. Kelas sosial diukur sebagai kombinasi

pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel

lainnya.Kelas sosial memperlihatkan preferensi produk dan merek

yang berbeda.

2. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial

seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.

a. kelompok kecil

adalah Kelompok Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak

kelompok kecil. Kelompok yang berpengaruh langsung dan

dimana seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok

keanggotaan (kelompok referensi).

b. Keluarga

8
Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling

berpengaruh. Bahkan jika pembeli sudah tidak berhubungan lagi

dengan orang tua, pengaruh terhadap perilaku pembeli tetap ada.

c. Status sosial

Peran dan Status Kedudukan seseorang dalam tiap kelompok

dapat ditentukan ditentukan dari segi peran dan status.Tiap peran

membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh

masyarakat.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

seperti

umur dan tahap daur-hidup pembeli,jabatan, keadaan ekonomi, gaya

hidup,

kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan.

a. Usia dan Tahap Siklus Hidup Orang akan mengubah barang dan

jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan

dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia.

Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga.

b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang juga memengaruhi barang dan

jasa yang dibelinya. Dengan demikian para pemasar dapat

mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan jabatan

yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa

mereka.

9
c. Gaya Hidup Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan

orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat,

dan pendapat (opini) yang bersangkutan.

d. Kepribadian Tiap orang mempunyai kepribadian yang khas dan ini

akan memengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu

pada karakteristik psikologi yang unik yang menimbulkan

tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya sendiri.

4. Faktor Psikologi

Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologi

yang

utama, yaitu faktor motivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan

dan sikap.

a. Motivasi Kebanyakan dari kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak

cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk bertindak pada

suatu saat tertentu. Su kebutuhan akan berubah jadi motif apabila

kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu.

b. Proses Belajar (Learning) Menurut Kotler dan Armstrong (2002),

menyatakan bahwa pembelajaran menggambarkan perubahan

dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman.

Kepercayaan dan Sikap Kepercayaan adalah suatu pemikiran

deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Sedangkan

sikap adalah organisasi dari motivasi, perasaan emosional,

persepsi dan proses kognitif kepada suatu

10
c. aspek. Kepercayaan dapat berupa pengetahuan, pendapat atau

sekedar percaya. Kepercayaan inilah yang akan membentuk citra

produk dan merk. Sedangkan sikap menentukan orang untuk

berperilaku serta relatif konsisten terhadap objek yang sama.

1.2. Sikap konsumen

Dalam komponen sikap konsumen ini, yang termasuk ke dalam sikap

konsumen selain mengenai kualitas produk juga meliputi harga produk

atau jasa tersebut. Jika harga suatu produk tidak terlalu tinggi, maka

konsumen tidak akan terlalu lama membutuhkan waktu untuk memikirkan

dan melakukan aktivitas perilaku konsumen (Nana Triapnita Nainggolan,

Munandar et al., 2020). Namun, jika harga suatu barang atau jasa

tersebut bisa dibilang tinggi atau mahal, maka konsumen tersebut akan

memberikan effort lebih terhadap barang tersebut. Pembeli tersebut akan

semakin lama melakukan sikap konsumen, seperti melihat, menanyakan,

mengevaluasi, dan mempertimbangkan terkait produk yang dibeli. Sikap

konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat

keputusan pembelian (Sudirman. Efendi dan Harini, 2020). Ketika

memutuskan akan membeli suatu barang atau produk, tentu Anda

sebagai konsumen selalu memikirkan terlebih dahulu barang yang akan

Anda beli. Mulai dari harga, kualitas, fungsi atau kegunaan barang

tersebut, dan lain sebagainya. Kegiatan memikirkan, mempertimbangkan,

dan mempertanyakan barang sebelum membeli merupakan atau

11
termasuk ke dalam perilaku konsumen. Adanya sikap konsumen

dilakukan berdasarkan suatu proses sebelum dan sesudah seorang

konsumen melakukan proses pembelian suatu barang maupun jasa.

Dalam sikap konsumen tersebut, seorang pembeli akan melakukan

penilaian yang kemudian pada akhirnya akan mempengaruhi proses

pengambilan keputusannya atas pembelian barang atau jasa tersebut.

Sikap merupakan salah satu konsep yang paling penting yang

digunakan perusahaan untuk memahami konsumen. Perusahaan sangat

berkepentingan pada sikap konsumen terhadap produknya, karena sikap

yang positif akan menghasilkan pembelian, bukan saja dari konsumen

yang bersangkutan tetapi rekomendasi kepada teman-teman maupun

keluarganya juga akan membuahkan pembelian yang menguntungkan

perusahaan (Sudirman, Alaydrus, et al, 2020). Sebaliknya, sikap negatif

terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap yang demikian

ini akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain.

Sikap konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen

untuk membuat keputusan pembelian. Ketika memutuskan akan membeli

suatu barang atau produk (Nana Triapnita Nainggolan, Munandar et al,

2020). Mulai dari harga, kualitas, fungsi atau kegunaan barang tersebut,

dan lain sebagainya. Kegiatan memikirkan, mempertimbangkan, dan

mempertanyakan barang sebelum membeli merupakan atau termasuk ke

dalam sikap konsumen.

12
1.3. Penelitian terdahulu

Dindha Amelia,(2020) Telah melakukan penelitian yang berjudul

“Respon Konsumen Terhadap Perubahan Harga Sagu Di Desa Pombakka

Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara”Penelitian ini

bertujuan untuk 1) Mengetahui Respon Konsumen Terhadap Perubahan

Harga Sagu di Desa Pombakka Kecamatan Malangke Barat Kabupaten

Luwu Utara. 2) Untuk Mengidentifikasi Faktor Penyebab Perubahan

Harga sagu di Desa Pombakka Kecamatan Malangke Barat Kabupaten

Luwu Utara. Analisis dan yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Data penelitian disusun

secara sederhana dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa respon konsumen terhadap perubahan

harga sagu yaitu: (a) dari segi kemasan rata-rata responden lebih banyak

pada kategori cukup sesuai, (b) dari segi kualitas responden yang paling

banyak berada pada kategori tahan terhadap suhu, kelembaban dan

udara lingkungan (c) dari segi harga jumlah responden yang paling

banyak berada pada kategori sesuai (d) kemudian dari segi lokasi

penelitian rata-rata responden memilih kategori terjangkau (e) prilaku yang

diberikan produsn berada pada kategori cukup baik. Faktor yang

menyebabkan perubahan harga sagu yaitu, kualitas sagu, biaya produksi,

transportasi serta persaingan.

Idaman dan Lilik Noor Yuliati (2012) melakukan penelitian berjudul

“ sikap konsumen terhadap beras organik” Tujuan penelitian ini adalah (1)

13
menganalisis atribut-atribut produk yang dipentingkan oleh konsumen

terhadap beras organik di Kabupaten Sukabumi. (2) menganalisis

kontribusi sikap terhadap perilaku pembelian beras organik (attitude

toward behavior), norma subjektif (subjective norms), dan kontrol perilaku

(perceived behavioral control) terhadap minat y(intention) membeli beras

organik di Kabupaten Sukabumi, (3) merumuskan implikasi manajerial

yang dapat diambil dari hasil penelitian untuk meningkatkan minat

membeli beras organik di Kabupaten Sukabumi. Analisis data dilakukan

terhadap 151 responden yang dikumpulkan dari empat kecamatan di

Kabupaten Sukabumi menggunakan metode convenience-sampling.

Analisis yang digunakan adalah deskriptif, Cochran dan structural

equation modelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga

atribut yang dipentingkan oleh konsumen di Kabupaten Sukabumi dalam

membeli beras organik, serta kontribusi yang besar dari dua konstruk

dalam membentuk minat membeli beras organik di Kabupaten Sukabumi.

Widiyanti (2019) melakukan penelitian yang berjudul sikap

konsumen terhadap multi-atribut produk domino pizza dengan metode

Fishbein di depok”. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif

dengan 100 responden berdasarkan convenience sampling dengan

menyebarkan kuesioner di Depok. Data pembayaran menggunakan

metode fishbein dengan atribut tekstur, lapisan kulit pizza, topping,

harga, dan kemasan. Dari hasil penelitian didapatkan tentang tingkat

minat konsumen terhadap produk pizza yaitu topping, tekstur, ketebalan

14
kulit pizza, harga dan kemasan akhir. Tingkat Berdasarkan kepercayaan

terhadap produk Domino, pizza yang didahulukan adalah harga,

sedangkan produk Pizza adalah Topping. Sedangkan analisis sikap

terhadap keseluruhan atribut produk pizza domino sebesar 74,34 dan

pada produk pizza sebesar 80,17. Dengan demikian, semua konsumen

lebih menyukai produk pizza tetapi dari produk pizza domino.

Meskipun produk pizza lebihunggul dalam atribut atribut karena topping

masih kalah dengan produk pizza, atribut topping memiliki kepentingan

yang paling tinggi, sehingga jika semua atribut dipertimbangkan maka

konsumen lebih memilih menggunakan produk pizza hut.

1.4. Sagu

Sagu (Metroxylon sp.) adalah tanaman asli Indonesia, dan

merupakan sumber pangan yang paling tua bagi masyarakat di berbagai

daerah. Sagu diduga berasal dari Maluku dan Irian; karena itu sagu

mempunyai arti khusus sebagai pangan tradisional bagi penduduk

setempat. Hingga saat ini belum ada data pasti yang mengungkapkan

kapan awal mula sagu ini dikenal. Diduga, budidaya sagu di kawasan Asia

Tenggara dan Pasifik Barat sama kunonya dengan pemanfaatan kurma di

Mesopotamia. Di wilayah Indonesia Bagian Timur, sagu sejak lama

dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya,

terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidaya dan

15
pengolahan sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia (Kindangen

dan Malia 2006, ).

Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di indonesia

sebelum beras mulai di kenal masyarakat seperti sekarang ini . Sagu

dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam olahan lain.

Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan

dikemas dengan daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah

menjadi mi. Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena

diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat alami rumbia). Kondisi ini memiliki

keuntungan ekologis tersendiri, walaupun secara ekonomis kurang

menguntungkan (menyulitkan distribusi).

sagu adalah  tepung atau olahan yang diperoleh dari

pemrosesan teras batang rumbia atau "pohon sagu "(Metroxylon

sagu Rottb.). Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan

tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit

diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka sehingga namanya sering

kali dipertukarkan, meskipun kedua tepung ini berbeda.

Adapun sagu dipanen dengan tahap sebagai berikut:

1. Pohon sagu dirubuhkan dan dipotong hingga tersisa batang

saja.

2. Batang dibelah memanjang sehingga bagian dalam terbuka.

3. Bagian teras batang dicacah dan diambil.

16
4. Teras batang yang diambil ini lalu dihaluskan dan disaring.

5. Hasil saringan dicuci dan patinya diambil.

6. Pati diolah untuk dijadikan tepung atau dikemas dengan daun

pisang (dinamakan "basong" di Kendari).

Pohon sagu dapat tumbuh hingga setinggi 20 m, bahkan 30 m.Dari

satu pohon dapat dihasilkan 150 sampai 300 kg pati. Suatu survei

di Kabupaten Kendari menunjukkan bahwa untuk mengolah dua pohon

sagu diperlukan 4 orang yang bekerja selama 6 hari. Tanaman sagu dapat

berperan sebagai pengaman lingkungan karena dapat mengabsorbsi

emisi gas karbondioksida yang berasal dari lahan rawa dan gambut ke

udara (Bintoro, 2008)

Di Sulawesi Selatan pemanfaatan sagu juga telah dikenal sangat

lama. Di sebagian masyarakat, khususnya pada daerah yang banyak

ditemukan tumbuhan sagu seperti Tana Luwu, makanan berbahan sagu

bagi sebagian masyarakat masih merupakan makanan favorit dan setiap

hari masih ada di meja makan. Namun sagu sebagai bahan pangan

alternatif tetap tidak kehilangan peran pentingnya. Bahkan di Kota

Makassar yang sangat dikenal dengan keragaman kulinernya, kapurung

yang merupakan makanan khas berbahan sagu telah menjadi salah satu

makanan khas dan unik yang sejajar dengan kuliner khas lainnya.

Dorothea Agnes Rampisela( 2018).

Sagu basah merupakan hasil penebangan pohon sagu yang belum

dikeringkan atau diolah, dan sagu basah ini kemudian dikemas dalam

17
anyaman yang terbuat dari daun sagu, plastik, atau karung berbagai

ukuran yang dipasarkan langsung oleh produsen atau pengelola sagu.

a. Zat Kimia dalam Sagu

Tanamn sagu adalah salah satu sumber karbohidrat, ini terjadi

karena kandungan pati yang tinggi didalam teras batang maupun proses

pemanennnya. Sagu merupakan bahan pangan yang memiliki peran

penting didalam iversifikasi pangan. Didalam sagu terdapat rata-rata

kandungan karbohidrat sebesar 94 gram, protein sebesar 0,2 gram, serat

sebesar 0,5 gram kalsium sebesar 10 mg, zat besi sebesar 1,2 mg, dan

lemak dalam jumlah yang sangat kecil. 100 gram sagu kering setara

dengan 355 kalori.

b. Komposisi pati sagu basah

Tabel 1.1. komposisi kimia pati sagu basah (jading et al., 2011)

Komponen Komposisi Sagu Basah

Kadar air (% b.b) 45,51%


Kadar abu (% b.k) 0,20%
Kadar lemak (% b.k) 0,63%
Kadar protein (%b.k) 0,45%
Kadarkarbohidrat (% b.k) 56,22%
Energi(kkal/100g) 232,31g

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu danTempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari sampai dengan

Maret 2023. Penelitian dilaksanakan di Desa Baramamase Kecamatan

Walenrang, Kabupaten Luwu. Mengingat tempat tersebut merupakan

salah satu tempat yang masyarakatnya cenderung menjadikan sagu

sebagai bahan makanan pokok dan sebagai mata pencaharian mereka.

3.2. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang di gunakan pada penelitian ini adalah:

a. Data primer merupakan data yang bersumber dari hasil

wawancara langsung dengan beberapa konsumen sagu di Desa

Baramamase dengan menggunakan kuisioner, kuisioner yang di

bagikan berisi tentang karasteristik responden dan pertanyaan-

pertanyaan lain yang berhubungan dengan partisispasi. Data ini

bersumber dari responden sagu basah.

b. Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari berbagai

sumber mengenai informasi-informasi topik yang di bahas

sumber data sekunder didapat dari buku, jurnal penelitian artikel

majalah, dan internet.

19
3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu :

a. Observasi, yaitu pengumpulan informasi dilakukan dengan

pengamatan langsung, populasi adalah jumlah keseluruhan unit

atau objek analisis yang sifat-sifatnya harus dievaluasi.

b. Wawancara yaitu melakukan wawancara tatap muka dengan

konsumen sagu basah tentang sikap konsumen terhadap sagu

basah di Desa Baramamase, kecamatan Walenrang kabupaten

Luwu.

c. Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data yang di

lakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (sugiyono,

2019).

3.4. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut

masalah yang di teliti (Nursalam. 2003). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua orang yang mengetahui tentang sagu basah di Desa

Baramamase Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu.

Berdasarkan penentuan jumlah populasi yang tidak di ketahui

maka pengambilan sampel dilakukan dengan metode nonprobabilitas

20
(non-probability sampling) artinya bahwa tidak semua unit populasi

memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian, dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu untuk lebih mengetahui

sikap konsumen terhadap sagu basah Di Kecamatan Walenrang

Kabupaten Luwu, dengan anggapan bahwa konsumen yang tahu telah

memakan produk olahan, atau sering membeli dan mengkonsumsi,

adalah orang yang tahu atau memiliki banyak pengetahuan tentang sagu

ini, sehingga mereka memiliki sikap terhadap sagu basah. Seperti yang

dikatakan moleong J.L. (2006) bahwa penelitian seperti motivasi,

persepsi, sikap tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan (purposive

sampling).

Untuk mendapatkan responden yang memenuhi kriteria populasi

maka pemilihan sampel akan dikombinasikan dengan teknik snowball

informasi yang diperlukan oleh responden. Dalam teknik snowball, mula-

mula jumlahnya kecil, kemudian besar, dipilih beberapa orang, kemudian

tiap orang tersebut diminta memilih teman-teman untuk dijadikan sampel.

Pada uji organoleptik, responden diminta untuk memberikan penilaian

atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui

tingkat kesukaannya terhadap produk.

Roscoe dalam buku Research methods for Business (1992)

memberikan saran tentang ukuran sampel yaitu ukuran sampel yang layak

digunakan dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 (sugiyono,

2004). Hair et al (1995) mengatakan bahwa jumlah responden ditentukan

21
paling sedikit lima kali parameter estimasi yang digunakan. Dalam

penelitian ini penentuan ukuran sampel mengikuti saran dari Hair, yaitu

lima dikali jumlah indikator.

3.5. Variable penelitian

langkah pertama dalam metode fishbein adalah menentukan salient

belief, yaitu menentukan atribut yang menonjol saja. Atribut yang

telah ditentukan bisa dilihat pada tabel 2 berikut:

tabel 2. Variable penelitian

No Variable indikator

1. Evaluasi 1. Warna

2. Harga murah

3. Tekstur lembut

4. Ukuran/takaran

5. Aroma /bau

6. Kemasan menarik

7. Langganan

8. Iklan/promosi

9. Motivasi

10. Kualitas

11. Jarak/lokasi

12. Kebersihan

2. Kepercayaan 1. Warna

22
2. Harga murah

3. Tekstur lembut

4. Ukuran

5. Aroma/bau

6. Kemasan menarik

7. Langganan

8. Kegunaan/manfaat

9. Iklan/promosi

10. Motivasi

11. Persepsi

3. Sikap 1. 1. Sangat tidak percaya

2. 2. Tidak Percaya

3. 3. Netral

4. 4. Percaya

5. 5. Sangat Percaya

3.6. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap sagu basah maka

digunakan pengukuran sikap model Fishbein (simamora, 2004) dengan

menggunakan Model Atribut yaitu:

Attitudeᵒ = ∑ bi ei

23
Dimana :

Attitudeᵒ = sikap terhadap sagu basah

Bi = tingkat kepercayaan

ei = Dimensi Evaluasi Terhadap Produk

untuk menginterpretasikan hasil analisis model fishbein, digunakan skala

interval jdengan rumus sebagai berikut:

Skala interval = {a ( m-n ) } / b

Di mana :

a = jumlah atribut

m = skor tinggi yang mungkin terjadi

n = skor rendah yang mungkin terjadi

b = jumlah skala penelitian yang ingin di bentuk

langkah pertama adalah menentukan pengukuran terhadap

komponen kepercayaan menggambarkan seberapa kuat konsumen

percaya bahwa objek memiliki atribut. Kekuatan kepercayaan diukur

menggunakan skala likert dengan 5 (lima) angka dimulai dari sangat

percaya (5), percaya (4), cukup percaya (3), tidak percaya (2), dan sangat

tidak percaya (1).

Sangatpercaya ___5_____4_____3_____2____1_____sangat tidak

percaya

Langkah kedua adalah menentukan pengukuran terhadap

komponen kepentingan yang mengambarkan seberapa kuat kepentingan

24
konsumen terhadap atribut. Kekuatan kepercayaan biasanya diukur pada

skala likert dengan 5 (lima) angka, dimana hal tersebut menunjukkan nilai

sangat penting (5), penting (4), cukup penting (3), tidak penting (2) dan

sangat tidak penting (1).

Sangat penting _____5____4___3____2___1___sangat tidak

penting maka besarnya range untuk rata-rata tingkat kepercayaan dan

tingkat kepentingan per atribut adalah:

t−r
Skala interval =
b

25
3.7. Defenisi operasional

Pada penelitian ini penulis membahas tentang sikap konsumen

terhadap sagu basah di Desa Baramamase Kecamatan Walenrang

Kabupaten Luwu.

1. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen dalam

rumah tangga yang mengetahui tentang sagu di Desa

Baramamase, kec. Walenrang kabupaten Luwu.

2. Sikap adalah perasaan sangat percaya atau tidak percaya

konsumen terhadap sagu basah

3. Sikap konsumen sikap (attitude) menggambarkan evaluasi,

perasaan dan tendensi/ kecenderungan yang relatif konsisten

dari konsumen terhadap produk.

4. Sagu basah merupakan hasil penebangan pohon sagu yang

belum dikeringkan atau diolah, dan sagu basah ini kemudian

dikemas dalam anyaman yang terbuat dari daun sagu, plastik,

atau karung beagai ukuran yang dipasarkan langsung oleh

produsen atau pengelola sagu.

5. Kualitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas

dari segi warna sagu yang bisa dijadikan acuan untuk

konsumen lain.

26
BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi geografis

Desa Baramamase merupakan salah satu desa di Kecamatan

Walenrang Kabupeten Luwu, provinsi sulsel, memiliki luas 6 km 2. Desa

baramamase adalah bagian dari kecamatan walenrang yang mempunyai

6 dusun, yaitu: dusun baramamase, dusun karetan, dusun buntu buku,

dusun kampung baru, dusun tangsimoe dan dusun lemo tua. secara

goeografis desa Baramamase berbatasan dengan wilayah sebagai

berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kalibamamase

- Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Tanete

- Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kota Palopo

- Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Tombang

secara umum tipologi desa terdiri dari persawahan, perkebunan,

Pertambangan/galian, kerajinan dan industri kecil, industri sedang, jasa

dan perdagangan. Tofografis desa baramamase secara umum termasuk

daerah yang rata berada diatas dataran rendah dan berdasarkan

ketinggian wilayah desa baramamase diklasifikaskan 1 m sampai 5m

diatas permukaan laut.

27
4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di desa Baramamse sebanyak 2.527 jiwa,

diantaranya berjenis kelamin laki-laki 1.251 jiwa dan berjenis kelamin

perempuan sebanyak 1.276, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak

681 kk.

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari kantor desa setempat, jumlah

penduduk ditempat penelitian ini adalah 2.527 jiwa dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 681 kk, yang terdiri dari 1.251 orang laki-laki dan 1.276

orang perempuan untuk lebih jelasnya dalam tabel 4.1

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa

Baramamase Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu,

2022.

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase(%)

1 Pria 1.251 49.59

2 perempuan 1.276 50.49

Jumlah 2.527 100

Sumber: Kantor Desa Baramamase, 2022.

Tabel 4.1 diatas menunjukkan kondisi jumlah penduduk yang tinggal di

Desa Pembuniang yaitu 620 jiwa dengan jumlah pers entase sebesar 100

28
persen. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan lebih

banyak dari pada penduduk laki-laki, jumlah penduduk perempuan

sebanyak 1.276 jiwa dengan jumlah persentase sebesar 50,49 persen,

sedangkan penduduk laki laki sebanyak 1.251 jiwa dengan jumlah

persentase sebesar 49,59 persen.

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan tingkat Pendidikan

Kondisi penduduk menurut jenjang pendidikan dapat digunakan untuk

mengetahui kualitas sumber daya alam manusia (SDM) dan kemampuan

penduduk dalam menyerap teknologi yang ada maupun yang baru di

daerah tersebut. Kondisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa

baramamase tingkat Pendidikan dapat dilihat pada 4.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

baramamase Kecamatan walenrang Kabupaten Luwu,

2022.

No Tingkat Jumlah(Jiwa) Persentase(%)

Pendidikan

1 TK 7 2,95

2 SD 95 39,48

3 SMP 75 31,15

4 SMA 50 20,97

5 D1-D3 4 1,67

29
6 S1 10 4,12

Total 241 100

Sumber : kantor Desa Baramamase, 2022.

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa tingkat pendidikan yang paling

banyak di atas adalah lulusan SD, yaitu sebanyak 95 jiwa dengan jumlah

persentase sebesar 39,48 persen. Sedangkan tingkat pendidikan paling

sedikit adalah D1-D3 yaitu sebanyak 4 jiwa dengan jumlah persentase

sebesar 1,67 persen.

4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Kondisi penduduk menurut mata pencaharian untuk mengetahui

tingkat sosial ekonomi dengan melihat mata pencaharian yang di tentukan

untuk mengetahui kebutuhannya. Kondisi penduduk menurut mata

pencaharian di Desa Baramamase dapat di lihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut mata Pencaharian di Desa

Baramamse Kecamatan walenrang Kabupaten Luwu,

2022.

No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani 617 82,27

2 Swasta 7 0,94

3 PNS 63 8,4

30
4 Guru 49 6,53

5 Pedagang 14 1,87

Total 7 100

Sumber : Kantor Desa Baramamase, 2022.

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah mata pencaharian paling

banyak yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 617 jiwa dengan

jumlah persentase sebesar 82, 27 persen. Sedangkan jumlah mata

pencaharian paling sedikit yang bekerja sebagai Pegawai Swasta

sebanyak 7 jiwa dengan jumlah persentase sebesar 0,94 persen.

4.3 Sarana dan prasarana

Kondisi sarana dan prasarana di suatu daerah merupakan salah

satu faktor yang mendukung kelancaran kegiatan ekonomi dan pelayanan

sosial bagi masyarakat. Peningkatan produksi dan pendapatan usahatani

memerlukan pengelolaan yang baik karena memerlukan sarana dan

prasarana.

31
Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana di Desa Baramamase Kecamatan

Walenrang Kabupaten Luwu, 2022.

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Kantor Desa 1

2 Masjid 4

3 TK 1

4 SD 1

5 SMP 1

6 Pustu 1

7 SMA 1

8 Gereja 2

9 Posyandu 3

Total 15

Sumber : Kantor Desa Baramamase, 2022.

Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang ada di

Desa Pembuniang ada 15 unit. Sarana gedung yang terdiri dari 1 unit

kantor desa, 4 unit mesjid, 1 unit TK, 1 unit SD, 1 unit SMP, 1 unit SMA, 1

unit pustu, 1 unit posyandu dan 2 unit gereja .

32
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas responden merupakan gambaran suatu kondisi atau

keadaan konsumen dalam menyikapi sebuah produk dalam melakukan

suatu kegiatan pembelian dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

umur konsumen dan tingkat pendidikan konsumen.

5.1.1 Umur responden

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi salah

satunya kegiatan seseorang dalam menjalankan suatu bidang usaha atau

ketika hendak melakukan suatu kegiatan, pada umumnya seseorang

yang masih muda dan masih sehat dapat memiliki kemampuan fisik kuat

dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih tua. Usia konsumen

sagu basah dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Persentase umur responden sagu basah di Desa

baramamase Kecamatan walenrang Kabupaten Luwu

Umur Jumlah Persentase %

25-35 25 22,73

36-45 20 18,19

33
46-55 30 27,28

56-65 20 18,19

67- 75 15 13,64

Jumlah 110 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2023

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur responden sagu basah yang paling

besar sebanyak 30 jiwa dan interval 46-55 tahun dengan jumlah

persentase sebesar 27,28 persen. Sedangkan usia konsumen yang

paling kecil sebanyak 15 jiwa dan interval 67-75 tahun dengan jumlah

persentase sebesar 13,64 persen.

5.1.2 Tingkat pendidikan

Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan salah satu input dalam

proses produksi yaitu tenaga kerja agar dapat bekerja secara produktif

karena memiliki kualitas yang baik, dengan demikian pendidikan

diharapkan dapat mengatasi ketertinggalan dan dapat termotivasi untuk

berprestasi terutama dalam bidang pemasaran yang tentunya sangat baik

dalam menyikapi sesuatu hal dbanding dengan tingkat pendidikan yang

minim.

Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan dari responden sagu basah

dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut:

34
Tabel 5.2 Persentase tingkat pendidikan di Desa Baramamase

Kecamatan walenrang Kabupaten Luwu

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase%

SD 51 46,36

SMP 35 31,82

SMA 19 17,27

S1 5 4,55

Jumlah 110 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2023

Tabel 5.2 menunjukkan sebaran responden berdasarkan tingkat

pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tamat

SD sebanyak 51 jiwa dengan jumlah persentase sebesar 43,36 persen.

dan tingkat pendidikan responden paling rendah adalah S1 sebanyak 5

jiwa dengan jumlah Persentase sebesar 4,55 persen.

35
DAFTAR PUSTAKA

Dindha Amelia. 2020. “Respon Konsumen Terhadap Perubahan Harga


Sagu Di Desa Pombakka Kecamatan Malangke Barat Kabupaten
Luwu Utara.” 21(1): 1–9. j

Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc. 2018. “Kajian Pengembangan Dan


Pengolahan Sagu Di Sulawesi Selatan.” badan penelitian dan
pengembangan daerah makassar.

Idaman, Northa, and dan Retnaningsih Lilik Noor Yuliati. 2012. “Sikap
Konsumen Terhadap Beras Organik Northa Idaman *)1 , Lilik Noor
Yuliati **) , Dan Retnaningsih **).” Jurnal Manajemen & Agribisnis
9(2): 117–26. northa.idaman@gmail.com.

Ii,A Landasan Teori. 2013. “Perilaku Konsumen.” : 6–65.

Manajemen, Departemen, and Universitas Indonesia. “Metode


Pengambilan Sampel.”

nana triapnita nainggolan, dkk. 2020. Perilaku Konsumen Di Era Digital.


ed. Janner Simarmata. Yayasan Kita Menulis.

Nanang, A S. 2022. “Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Kantung


Plastik Berbayar: Studi Kasus Pada Ritel Modern Di Kota Malang.”
Peradaban Journal of Economic and … 1(1): 25–38.

Nora Annisa BR Sinulinga, Hengki Tamando Sihotang. 2021. Sikap


Konsumen. ed. Tigor Demita Sihotang. Yogyakarta: IOCS.

Pt, K E et al. 2021. “Desa Mappedeceng , Kecamatan Mappedeceng ,


Istitut Agama Islam Negeri Ke Pt . Mayora ( Studi Kasus Usaha
Agussalim Di Desa Mappedeceng , Kecamatan Mappedeceng ,.”

Widiyanti, Wiwik. 2019. “Sikap Konsumen Terhadap Multiatribut Produk

36
Domino Pizza Dengan Metode Fishbein Di Depok.” Jurnal Humaiora
Bina Sarana Informatila 19(1): 107–12.

37

Anda mungkin juga menyukai