Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

RUKUN TUJUH SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN PARE GEDE


DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT
KASEPUHAN PASIR EURIH LEBAK BANTEN

SUPYAN SAORI DAN MUHAMMAD FATURROHMAN


Bidang Lomba Penelitian :
(ISH)

SEKOLAH MENENGAH ATAS SMA NEGERI 1 MUNCANG

KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

TAHUN 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

RUKUN TUJUH SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN PARE GEDE


DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT
KASEPUHAN PASIR EURIH LEBAK BANTEN

Oleh:
Supyan Saori, Muhammad Faturrohman

Karya Tulis ini Disusun untuk mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia(OPSI)
Tahun 2019

Disahkan pada :
Tanggal : 19 April 2019
Tempat : SMAN 1 Muncang

Mengetahui,

Kepala SMAN 1 Muncang Pembimbing

Drs. H. Sutarno, S.Sos. M.Pd Jemi Nurhadi, S.Pd


NIP. 196708061995021001 NIP. 197901232005021001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamiin, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah


SWT pada akhirnya karya ilmiah remaja dengan judul Rukun Tujuh Sebagai Upaya
Melestarikan Pare Gede Dalam Menjaga Ketahanan Pangan Masyarakat Kasepuhan
Pasir Eurih Lebak Banten dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Terselesainya KIR ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik materiil dan
spiritual. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

A. Drs. H. Sutarno,S.Sos M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Muncang yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian

B. Jemi Nurhadi, S.Pd, guru pembimbing yang telah membimbing dalam penyusunan
KIR

C. Guru dan staf TU SMA Negeri 1 Muncang atas supportnya dan dukungannya.

D. Bapak dan Ibu tercinta

E. Teman-teman, siswa-siswi SMA 1 Muncang

Penulis menyadari bahwa KIR ini jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi, masukan dan kritikan yang
membangun demi kemajuan bersama.

Muncang, 05 April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
Kebaruan............................................................................................... 4

BAB II TELAAH PUSTAKA..................................................................... 5


A. Kasepuhan Pasir Eurih…………………………………………… 5
B. Rukun Tujuh……………………………………………………… 6
C. Ketahanan Pangan ……………………………………………….. 6

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 7


A. Jenis Penelitian .............................................................................. 7
B. Metode Penelitian .......................................................................... 7
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 7
D. Lokasi dan Waktu .................................................................... ..... 8
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 8

BAB IV DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 8

iv
ABSTRAK

RUKUN TUJUH SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN PARE GEDE DALAM


MENJAGA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT KASEPUHAN PASIR
EURIH LEBAK BANTEN
Oleh
Supyan Saori, Muhammad Faturrohman
SMA Negeri 1 Muncang

Di kecamatan Sobang terdapat tradisi-tradisi yang masih dilestarikan dan diterapkan


disetiap waktu-waktu tertentu. Salah satunya adalah Rukun Tujuh. Rukun Tujuh adalah
rangkaian proses bertani (penanaman padi lokal atau pare gede) yang dijaga
kelestariannya, dari awal sampai akhir yang ada di kasepuhan Pasir Eurih. Tradisi rukun
tujuh merupakan salah satu kearifan lokal budaya yang bersifat turun-temurun yang
menjadi sebuah upaya dalam menjaga ketahanan pangan.
Tradisi rukun tujuh diyakini dapat menghasilkan hasil panen yang berkualitas dan tidak
akan pernah gagal panen selama ketujuh rukun tersebut dilaksanakan dengan baik dan
teratur, serta hal yang menarik adalah dalam tradisi rukun tujuh hal yang paling
ditekankan adalah rasa kebersamaan. Apabila dari rukun-rukun tersebut tidak dilakukan
secara bersama-sama seperti yang pernah terjadi dalam melestarikan pare gede di
kasepuhan pasir eurih, mereka mengalami gagal panen. Hal ini merupakan sebuah
keyakinan masyarakat kasepuhan bahwa dengan kebersamaanlah rukun tujuh tersebut
akan berlangsung dengan baik.
Diharapkan dengan adanya acuan dari tradisi rukun tujuh tersebut, masyarakat Muncang
dan umumnya masyarakat Indonesia dapat mengatasi permasalahan yang cukup serius
bagi kelangsungan hidup yakni mengenai ketahanan pangan..

Kata Kunci: Rukun Tujuh, Melestarikan pare gede dan Ketahanan Pangan

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketahanan pangan sampai saat ini masih menjadi masalah bagi Indonesia,
dimana Indonesia mengalami krisis pangan yang disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya sistem usaha tani yang masih terbelakang,biaya usaha tani, dan
kurangnya motivasi dari para petani. Ketersediaan pangan menyangkut masalah
produk, stok,ekspor dan impor, yang harus dikelola sedemikian rupa, sehinga
walaupun produksi pangan sebagian bersifat musiman, terbatas dan tersebar
antar wilayah, pangan yang tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan
jenisnya, serta stabil dari waktu ke waktu.
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus
dipenuhi setiap saat. Manusia membutuhkan asupan gizi yang layak dan harus
tercukupi. Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis
pangan ini merupakan makanan pokok utama.
Ketahanan pangan kita tidak lepas dari sifat produksi komoditi pangan itu
sendiri yang musiman dan berfluktuasikarena sangat mudah dipengaruhi oleh
iklim/cuaca. Perilaku produksi yang sangat dipengaruhi iklim tersebut sangat
mempengaruhi ketersediaan pangan nasional. Kalau perilaku produksi yang
rentan terhadap perubahan iklim tersebut tidak dilengkapi dengn kebijakan
pangan yang tangguh maka akan sangat merugikan, baik untuk produsen
maupun konsumen, khususnya produsen berskala produksi kecil dan konsumen
berpendapatan rendah. Karakteristik komoditi pangan yang mudah rusak, lahan
produksi tani yang terbatas, sarana dan prasarana pendukung pertanian yang
kurang memadai dan lemahnya penanganan panen dan pasca panen mendorong
pemerintah untuk melakukan intervensi dengan mewujudkan kebijakan
ketahanan pangan.
Berdasarkan informasi dan data yang telah didapat, contoh daerah yang
mengalami gagal panen dan menyebabkan ketahanan pangan terancam, yaitu
daerah Muncang, kecamatan Muncang, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Pada
dua tahun belakangan ini, yaitu tahun 2018 dan 2017 Desa Muncang mengalami

1
kegagalan panen, kualiats padi yang dihasilkan tidak sesuai harapan. Padi yang
dihasilkan dari panen tersebut kebanyakan tidak berisi atau didaerah Muncang
biasanya disebut dengan istilah Pare Hapa(Padi yang tidak berisi).
Fenomena tersebut terjadi akibat cuaca yang tidak mendukung karena
kondisi cuaca yang sedang kemarau sehingga sawah-sawah banyak yang
kekeringan. Disamping itu sebagian masyarakat Muncang juga mengalami
kesalahan dalam pengunaan pestisida yang berlebihan atau bahan-bahan kimia
yang dapat mempengaruhi kegagalan pertumbuhan padi ataupun malah
menghasilkan padi yang kurang bagus.
Dari masalah tersebut, kami menemukan solusi agar masyarakat Muncang
dan daerah-daerah yang mengalami masalah ketahanan pangan dan rangkaian
proses bertani bisa mengaplikasikan sebuah tradisi budaya yang masih dijunjung
dan diterapkan di sebuah kasepuhan yang ada di kecamatan Sobang.
Di kecamatan Sobang terdapat tradisi-tradisi yang masih dilestarikan dan
diterapkan disetiap waktu-waktu tertentu. Salah satunya adalah Rukun Tujuh.
Rukun Tujuh adalah rangkaian proses bertani (penanaman padi lokal atau pare
gede) yang dijaga kelestariannya, dari awal sampai akhir yang ada di kasepuhan
Pasir Eurih. Tradisi rukun tujuh merupakan salah satu kearifan lokal budaya
yang bersifat turun-temurun yang menjadi sebuah upaya dalam menjaga
ketahanan pangan.
Tradisi rukun tujuh diyakini dapat menghasilkan hasil panen yang
berkualitas dan tidak akan pernah gagal panen selama ketujuh rukun tersebut
dilaksanakan dengan baik dan teratur, serta hal yang menarik adalah dalam
tradisi rukun tujuh hal yang paling ditekankan adalah rasa kebersamaan. Apabila
dari rukun-rukun tersebut tidak dilakukan secara bersama-sama seperti yang
pernah terjadi dalam melestarikan pare gede di kasepuhan pasir eurih, mereka
mengalami gagal panen. Hal ini merupakan sebuah keyakinan masyarakat
kasepuhan bahwa dengan kebersamaanlah rukun tujuh tersebut akan berlangsung
dengan baik.
Diharapkan dengan adanya acuan dari tradisi rukun tujuh tersebut,
masyarakat Muncang dan umumnya masyarakat Indonesia dapat mengatasi
permasalahan yang cukup serius bagi kelangsungan hidup yakni mengenai

2
ketahanan pangan. Sehingga kami mengambil judul penelitian”Rukun Tujuh
Sebagai Upaya Melestarikan Pare Gede Dalam Menjaga Ketahanan
Pangan di Kasepuhan Pasir Eurih, Lebak Banten”

B. Rumusan Masalah
Penelitian dapat diakukan dengan baik sehingga perlu adanya
pembatasan masalah.Penelitian ini dibatasi pada Rukun Tujuh Sebagai Upaya
Melestarikan Pare Gede Dalam Menjaga Ketahanan Pangan di Kasepuhan
Pasir Eurih. Lebak Banten
Berdasarkan persoalan pokok maka masalah-masalah yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut dalam rumusan masalah sebagai berikut :
A. Bagaimanakah proses tradisi budaya rukun tujuh?
B. Bagaimana rukun tujuh dalam upaya melestraikan pare gede?
C. Bagaimana peran rukun tujuh dalam menjaga ketahanan pangan?.

C. Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian
sebagai berikut :
A. Menjelaskan proses tradisi budaya rukun tujuh
B. Menjelaskan tradisi rukun tujuh dalam upaya melestarikan pare gede
C. Menjelaskan peran rukun tujuh dalam menjaga ketahanan pangan

D. Manfaat Penelitian
A. Bagi masyarakat dapat mengetahui rukun tujuh dapat menjadi upaya dalam
menjaga ketahanan pangan
B. Bagi pemerintah dapat mengetahui rukun tujuh merupakan tradisi yang harus
dilestarikan dan sebagai media dalam menjaga ketahanan pangan, sehingga
dapat mengambil kebijakan yang tepat pada program ketahanan pangan.
C. Bagi akademisi sebagai referensi dan penelitian lanjutan mengenai rukun
tujuh tradisi sosial budaya melesatrika pare gede sebagai upaya menjaga
ketahanan pangan.

3
E. Kebaruan
Penelitian ini memiliki kebaruan yaitu belum ditemukan penelitian yang
membahas tentang Kasepuhan Pasir Eurih berkaitan dengan peranannya dalam
menjaga ketahanan pangan melalui tradisi yang mereka pegang teguh. Tradisi
tersebut adalah Rukun Tujuh, selain mempertahankan tradisi juga memeliki
peran dalam menjaga ketahanan pangan. Masyarakat Kasepuhan Pasir Eurih
dengan mempertahankan tradisi tersebut tidak mengalami kekurangan pangan.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Kasepuhan Pasir Eurih


Masyarakat Hukum Adat Kasepuhan di Banten Kidul, mungkin belum
banyak yang mengetahui keadaan terbaru atas keberadaan mereka. Masyarakat pada
umumnya menganggap bahwa masyarakat hukum adat yang tersisa di Pulau Jawa
adalah Masyarakat Hukum Adat Baduy. Padahal, daerah selatan Provinsi Banten
merupakan wilayah bermukim masyarakat Kasepuhan sejak zaman dahulu kala. Hal
ini pula yang membuat penasaranku untuk kembali menjelajahi salah satu adat tersisa
yang terdapat di Tanah Jawa.
Masyarakat Hukum Adat Kasepuhan Pasir Eurih yang terletak di Desa
Sindanglaya, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak yang kurang lebih berjarak 290
(dua ratus sembilan puluh) kilometer dari Jakarta. Kasepuhan Pasir Eurih sebagian
besar wilayahnya terletak di dalam Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
(TNGHS). Hal ini merupakan curahan hati masyarakat Kasepuhan pada umumnya,
karena mereka merasa tertekan dan tidak bisa secara leluasa menguasai dan
mengelola wilayah mereka. Menilik pada sejarah panjang wilayah tersebut, sejatinya
penduduk (MHA Kasepuhan) telah lama menduduki dan mendiami wilayah tersebut.
Dan lebih tegas lagi bahwa mereka telah mendapatkan pengakuan dari Pemerintah
Kabupaten Lebak melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2015
tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat (MHA) Kasepuhan di
Banten Kidul.
Pimpinan Adat tertinggi di MHA Kasepuhan Pasir Eurih adalah Abah
Aden. Beliau bertempat tinggal Imah Gede yang merupakan kediaman dari Abah

4
sebagai pemimpin adat. Omah Gede tidak hanya digunakan sebagai kediaman,
melainkan juga terkadang digunakan sebagai tempat berkumpulnya dan tempat
berbagi cerita serta pengalaman pembelajaran dari Abah kepada seluruh masyarakat
terutama generasi-generasi penerus dari MHA Kasepuhan Pasir Eurih.
(https://merdesainstitute.id/perjalanan-almanak-desa-kasepuhan-pasir-eurih: diakses 25
Januari 2019)

B. Rukun Tujuh
Rukun tujuh adalah rangkaian proses bertani (penanaman pare lokal atau
pare gede) yang dijaga kelestariannya, dari awal sampai akhir yang ada di
Kasepuhan Pasir Eurih. Proses-proses Rukun Tujuh adalah sebagai berikut:
1. Asup leuweung
Proses awal dimana masyarakat mulai masuki hutan untuk bertani di ladang atau
sawah.
2. Nibakeun
Proses penyemaian atau penananaman padi.
3. Ngubaran
Proses perawatan padi, memberikan obat padi dari hasil ritual adat yang
bahannya berasal dari padi.
4. Mapag pare bekah
Proses ritual adat yang dilakukan masyarakat ketika padi mulai muncul
Bunga/bunga padi mekar.
5. Beberes
Proses ritual adat ketika padi akan dipanen.
6. Ngadiukeun
Proses ritual adat ketika padi akan disimpan di leuit atau lumbung.
7. Seren taun
Proses akhir dari Rukun Tujuh dimana masyarakat melakukan banyak ritual adat
sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Sumber dari hasil wawancara dengan Abah Aden Kasepuhan Pasir Eurih tanggal
22 Deseember 2018. ( Rimbawan Muda Indonesia, 2018 :10-11 )

5
C. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang
untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan
jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman
kelaparan.[2] Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan
pada masa depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai faktor seperti
kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan
ekonomi, peperangan, dan sebagainya. Penilaian ketahanan pangan dibagi menjadi
keswadayaan atau keswasembadaan perorangan (self-sufficiency) dan
ketergantungan eksternal yang membagi serangkaian faktor risiko. Meski berbagai
negara sangat menginginkan keswadayaan secara perorangan untuk menghindari
risiko kegagalan transportasi, namun hal ini sulit dicapai di negara maju karena
profesi masyarakat yang sudah sangat beragam dan tingginya biaya produksi bahan
pangan jika tidak diindustrialisasikan.
Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai
peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu, Berdasarkan
definisi tersebut dijelaskan bahwa ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus
dipenuhi :
A. Berorientasi pada rumah tangga dan individu.
B. Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses.
C. Menekankan akses pangan rumah tangga dan individu
D. Berorientasi pada pemenuhan gizi.
E. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian ketahanan pangan bertujuan untuk
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan
secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4)
terjangkau. (https://id.wikipedia.org/wiki/ketahana-pangan: diakses pada tanggal 25
januari 2019)

6
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu jenis


penelitian yang bertujuan memberikan gambaran yang jelas tentang tradisi rukun
tujuh sebagai upaya melestarikan pare gede dalam menjaga ketahanan pangan di
Kasepuhan Pasir Eurih, Kecamatan Sobang Lebak Banten.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bercorak


etnografi. Metode ini dipilih didasarkan pada jenis data yang ingin diperoleh yaitu
data kualitatif. Etnografi adalah model dasar bagi penelitian sosial-budaya, karena
kemampuannya menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi berarti (make sense);
juga sebagai cara untuk melukiskan pengetahuan tentang kebudayaan (Suyono,
2009 : 67).

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder yang diperlukan merupakan dokumen yang terkait dengan
karakteristik masyarakat di lokasi penelitian, yaitu data profil desa, sumber daya
yang dimiliki oleh desa, luas dan batas desa, serta sarana yang dimiliki desa.
Sedangkan data primer diperoleh melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan
wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan atau narasumber.
Teknik yang kedua adalah observasi partisipasi dimana tinggal di lingkungan
Kasepuhan Pasir Eurih (selama tiga hari) yang merupakan obyek penelitian dan
terlibat dalam setiap kegiatan, sehingga dapat merasakan apa yang terjadi di
lapangan untuk selanjutnya dapat mendeskripsikan hasil dari observasi yang
dilakukan. Teknik yang ketiga adalah dokumentasi visual melalui foto-foto dan
pembuatan sketsa langsung kondisi lapangan..

7
D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kasepuhan Pasir Eurih, Desa Sindanglaya,


Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Kasepuhan ini dijadikan
sebagai obyek penelitian.Sedangkan waktu penelitian dimulai dari November
sampai dengan April 2019.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian adalah analisis data kualitatif secara
interaktif sampai selesai. Pada saat turun lapangan pertama, diperoleh data yang
bermacam-macam dan tidak tersusun dengan benar.Data tetap dikumpulkan dan
direduksi. Setelah itu, data diurutkan sehingga lebih mudah dipahami untuk
menentukan arah penelitian selanjutnya kemudian mendisplaykan data.Setelah
itu, penelitian dilanjutkan berdasarkan fokus penelitian tadi. Tahap selanjutnya
membuat suatu kesimpulan dari data yang diperoleh (Sugiono, 2009 : 90).

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, Kusnaka. 1992. Kasepuhan Yang Tumbuh Di Atas Yang Luruh:


Pengelolaan Lingkungan Secara Tradisional Di Kawasan Gunung Halimun, Jawa
Barat. Bandung: Tarsito.

Asep. 2000. Kesatuan Adat Banten Kidul : Dinamika Masyarakat dan Budaya Sunda
Kasepuhan Di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.

Humaedi, M. Alie. 2013. Penelitian Sosila Etnografi. Jakarta :LIPI.

Koentjaraningrat.2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia

Kurniawan, Benny. 2012. Ilmu Budaya Dasar.Tangerang Selatan: Jelajah Nusa.

Rimbawan Muda Indonesia. 2018. Cerita Masyarakat Adat Kasepuhan Pasir Eurih dan
Kasepuhan Cirompang. Bogor : Kemitraan.

Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.

8
https://www.google.com/search?q=pengertian+ketahanan+pangan&0q=pengertian+keta
hanan+&aqs=chrome.2.69i57j015.9292joja&sourceid=chrome&ie (di akses tanggal 25
Januari 2019)

https://id.wikipedia.org/wiki/ketahanan_pangan (diakses tanggal 25 januari 2019)

https://merdesainstitute.id/perjalanan-almanak-desa-kasepuhan-pasir-eurih: diakses 25
Januari 2019)

Anda mungkin juga menyukai