TAHUN 2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Supyan Saori, Muhammad Faturrohman
Karya Tulis ini Disusun untuk mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia(OPSI)
Tahun 2019
Disahkan pada :
Tanggal : 19 April 2019
Tempat : SMAN 1 Muncang
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Terselesainya KIR ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik materiil dan
spiritual. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
A. Drs. H. Sutarno,S.Sos M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Muncang yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian
B. Jemi Nurhadi, S.Pd, guru pembimbing yang telah membimbing dalam penyusunan
KIR
C. Guru dan staf TU SMA Negeri 1 Muncang atas supportnya dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa KIR ini jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi, masukan dan kritikan yang
membangun demi kemajuan bersama.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
ABSTRAK
Kata Kunci: Rukun Tujuh, Melestarikan pare gede dan Ketahanan Pangan
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan pangan sampai saat ini masih menjadi masalah bagi Indonesia,
dimana Indonesia mengalami krisis pangan yang disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya sistem usaha tani yang masih terbelakang,biaya usaha tani, dan
kurangnya motivasi dari para petani. Ketersediaan pangan menyangkut masalah
produk, stok,ekspor dan impor, yang harus dikelola sedemikian rupa, sehinga
walaupun produksi pangan sebagian bersifat musiman, terbatas dan tersebar
antar wilayah, pangan yang tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan
jenisnya, serta stabil dari waktu ke waktu.
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus
dipenuhi setiap saat. Manusia membutuhkan asupan gizi yang layak dan harus
tercukupi. Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis
pangan ini merupakan makanan pokok utama.
Ketahanan pangan kita tidak lepas dari sifat produksi komoditi pangan itu
sendiri yang musiman dan berfluktuasikarena sangat mudah dipengaruhi oleh
iklim/cuaca. Perilaku produksi yang sangat dipengaruhi iklim tersebut sangat
mempengaruhi ketersediaan pangan nasional. Kalau perilaku produksi yang
rentan terhadap perubahan iklim tersebut tidak dilengkapi dengn kebijakan
pangan yang tangguh maka akan sangat merugikan, baik untuk produsen
maupun konsumen, khususnya produsen berskala produksi kecil dan konsumen
berpendapatan rendah. Karakteristik komoditi pangan yang mudah rusak, lahan
produksi tani yang terbatas, sarana dan prasarana pendukung pertanian yang
kurang memadai dan lemahnya penanganan panen dan pasca panen mendorong
pemerintah untuk melakukan intervensi dengan mewujudkan kebijakan
ketahanan pangan.
Berdasarkan informasi dan data yang telah didapat, contoh daerah yang
mengalami gagal panen dan menyebabkan ketahanan pangan terancam, yaitu
daerah Muncang, kecamatan Muncang, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Pada
dua tahun belakangan ini, yaitu tahun 2018 dan 2017 Desa Muncang mengalami
1
kegagalan panen, kualiats padi yang dihasilkan tidak sesuai harapan. Padi yang
dihasilkan dari panen tersebut kebanyakan tidak berisi atau didaerah Muncang
biasanya disebut dengan istilah Pare Hapa(Padi yang tidak berisi).
Fenomena tersebut terjadi akibat cuaca yang tidak mendukung karena
kondisi cuaca yang sedang kemarau sehingga sawah-sawah banyak yang
kekeringan. Disamping itu sebagian masyarakat Muncang juga mengalami
kesalahan dalam pengunaan pestisida yang berlebihan atau bahan-bahan kimia
yang dapat mempengaruhi kegagalan pertumbuhan padi ataupun malah
menghasilkan padi yang kurang bagus.
Dari masalah tersebut, kami menemukan solusi agar masyarakat Muncang
dan daerah-daerah yang mengalami masalah ketahanan pangan dan rangkaian
proses bertani bisa mengaplikasikan sebuah tradisi budaya yang masih dijunjung
dan diterapkan di sebuah kasepuhan yang ada di kecamatan Sobang.
Di kecamatan Sobang terdapat tradisi-tradisi yang masih dilestarikan dan
diterapkan disetiap waktu-waktu tertentu. Salah satunya adalah Rukun Tujuh.
Rukun Tujuh adalah rangkaian proses bertani (penanaman padi lokal atau pare
gede) yang dijaga kelestariannya, dari awal sampai akhir yang ada di kasepuhan
Pasir Eurih. Tradisi rukun tujuh merupakan salah satu kearifan lokal budaya
yang bersifat turun-temurun yang menjadi sebuah upaya dalam menjaga
ketahanan pangan.
Tradisi rukun tujuh diyakini dapat menghasilkan hasil panen yang
berkualitas dan tidak akan pernah gagal panen selama ketujuh rukun tersebut
dilaksanakan dengan baik dan teratur, serta hal yang menarik adalah dalam
tradisi rukun tujuh hal yang paling ditekankan adalah rasa kebersamaan. Apabila
dari rukun-rukun tersebut tidak dilakukan secara bersama-sama seperti yang
pernah terjadi dalam melestarikan pare gede di kasepuhan pasir eurih, mereka
mengalami gagal panen. Hal ini merupakan sebuah keyakinan masyarakat
kasepuhan bahwa dengan kebersamaanlah rukun tujuh tersebut akan berlangsung
dengan baik.
Diharapkan dengan adanya acuan dari tradisi rukun tujuh tersebut,
masyarakat Muncang dan umumnya masyarakat Indonesia dapat mengatasi
permasalahan yang cukup serius bagi kelangsungan hidup yakni mengenai
2
ketahanan pangan. Sehingga kami mengambil judul penelitian”Rukun Tujuh
Sebagai Upaya Melestarikan Pare Gede Dalam Menjaga Ketahanan
Pangan di Kasepuhan Pasir Eurih, Lebak Banten”
B. Rumusan Masalah
Penelitian dapat diakukan dengan baik sehingga perlu adanya
pembatasan masalah.Penelitian ini dibatasi pada Rukun Tujuh Sebagai Upaya
Melestarikan Pare Gede Dalam Menjaga Ketahanan Pangan di Kasepuhan
Pasir Eurih. Lebak Banten
Berdasarkan persoalan pokok maka masalah-masalah yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut dalam rumusan masalah sebagai berikut :
A. Bagaimanakah proses tradisi budaya rukun tujuh?
B. Bagaimana rukun tujuh dalam upaya melestraikan pare gede?
C. Bagaimana peran rukun tujuh dalam menjaga ketahanan pangan?.
C. Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian
sebagai berikut :
A. Menjelaskan proses tradisi budaya rukun tujuh
B. Menjelaskan tradisi rukun tujuh dalam upaya melestarikan pare gede
C. Menjelaskan peran rukun tujuh dalam menjaga ketahanan pangan
D. Manfaat Penelitian
A. Bagi masyarakat dapat mengetahui rukun tujuh dapat menjadi upaya dalam
menjaga ketahanan pangan
B. Bagi pemerintah dapat mengetahui rukun tujuh merupakan tradisi yang harus
dilestarikan dan sebagai media dalam menjaga ketahanan pangan, sehingga
dapat mengambil kebijakan yang tepat pada program ketahanan pangan.
C. Bagi akademisi sebagai referensi dan penelitian lanjutan mengenai rukun
tujuh tradisi sosial budaya melesatrika pare gede sebagai upaya menjaga
ketahanan pangan.
3
E. Kebaruan
Penelitian ini memiliki kebaruan yaitu belum ditemukan penelitian yang
membahas tentang Kasepuhan Pasir Eurih berkaitan dengan peranannya dalam
menjaga ketahanan pangan melalui tradisi yang mereka pegang teguh. Tradisi
tersebut adalah Rukun Tujuh, selain mempertahankan tradisi juga memeliki
peran dalam menjaga ketahanan pangan. Masyarakat Kasepuhan Pasir Eurih
dengan mempertahankan tradisi tersebut tidak mengalami kekurangan pangan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
4
sebagai pemimpin adat. Omah Gede tidak hanya digunakan sebagai kediaman,
melainkan juga terkadang digunakan sebagai tempat berkumpulnya dan tempat
berbagi cerita serta pengalaman pembelajaran dari Abah kepada seluruh masyarakat
terutama generasi-generasi penerus dari MHA Kasepuhan Pasir Eurih.
(https://merdesainstitute.id/perjalanan-almanak-desa-kasepuhan-pasir-eurih: diakses 25
Januari 2019)
B. Rukun Tujuh
Rukun tujuh adalah rangkaian proses bertani (penanaman pare lokal atau
pare gede) yang dijaga kelestariannya, dari awal sampai akhir yang ada di
Kasepuhan Pasir Eurih. Proses-proses Rukun Tujuh adalah sebagai berikut:
1. Asup leuweung
Proses awal dimana masyarakat mulai masuki hutan untuk bertani di ladang atau
sawah.
2. Nibakeun
Proses penyemaian atau penananaman padi.
3. Ngubaran
Proses perawatan padi, memberikan obat padi dari hasil ritual adat yang
bahannya berasal dari padi.
4. Mapag pare bekah
Proses ritual adat yang dilakukan masyarakat ketika padi mulai muncul
Bunga/bunga padi mekar.
5. Beberes
Proses ritual adat ketika padi akan dipanen.
6. Ngadiukeun
Proses ritual adat ketika padi akan disimpan di leuit atau lumbung.
7. Seren taun
Proses akhir dari Rukun Tujuh dimana masyarakat melakukan banyak ritual adat
sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Sumber dari hasil wawancara dengan Abah Aden Kasepuhan Pasir Eurih tanggal
22 Deseember 2018. ( Rimbawan Muda Indonesia, 2018 :10-11 )
5
C. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang
untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan
jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman
kelaparan.[2] Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan
pada masa depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai faktor seperti
kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan
ekonomi, peperangan, dan sebagainya. Penilaian ketahanan pangan dibagi menjadi
keswadayaan atau keswasembadaan perorangan (self-sufficiency) dan
ketergantungan eksternal yang membagi serangkaian faktor risiko. Meski berbagai
negara sangat menginginkan keswadayaan secara perorangan untuk menghindari
risiko kegagalan transportasi, namun hal ini sulit dicapai di negara maju karena
profesi masyarakat yang sudah sangat beragam dan tingginya biaya produksi bahan
pangan jika tidak diindustrialisasikan.
Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai
peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu, Berdasarkan
definisi tersebut dijelaskan bahwa ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus
dipenuhi :
A. Berorientasi pada rumah tangga dan individu.
B. Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses.
C. Menekankan akses pangan rumah tangga dan individu
D. Berorientasi pada pemenuhan gizi.
E. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian ketahanan pangan bertujuan untuk
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan
secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4)
terjangkau. (https://id.wikipedia.org/wiki/ketahana-pangan: diakses pada tanggal 25
januari 2019)
6
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Metode Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder yang diperlukan merupakan dokumen yang terkait dengan
karakteristik masyarakat di lokasi penelitian, yaitu data profil desa, sumber daya
yang dimiliki oleh desa, luas dan batas desa, serta sarana yang dimiliki desa.
Sedangkan data primer diperoleh melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan
wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan atau narasumber.
Teknik yang kedua adalah observasi partisipasi dimana tinggal di lingkungan
Kasepuhan Pasir Eurih (selama tiga hari) yang merupakan obyek penelitian dan
terlibat dalam setiap kegiatan, sehingga dapat merasakan apa yang terjadi di
lapangan untuk selanjutnya dapat mendeskripsikan hasil dari observasi yang
dilakukan. Teknik yang ketiga adalah dokumentasi visual melalui foto-foto dan
pembuatan sketsa langsung kondisi lapangan..
7
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik analisis data pada penelitian adalah analisis data kualitatif secara
interaktif sampai selesai. Pada saat turun lapangan pertama, diperoleh data yang
bermacam-macam dan tidak tersusun dengan benar.Data tetap dikumpulkan dan
direduksi. Setelah itu, data diurutkan sehingga lebih mudah dipahami untuk
menentukan arah penelitian selanjutnya kemudian mendisplaykan data.Setelah
itu, penelitian dilanjutkan berdasarkan fokus penelitian tadi. Tahap selanjutnya
membuat suatu kesimpulan dari data yang diperoleh (Sugiono, 2009 : 90).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Asep. 2000. Kesatuan Adat Banten Kidul : Dinamika Masyarakat dan Budaya Sunda
Kasepuhan Di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Rimbawan Muda Indonesia. 2018. Cerita Masyarakat Adat Kasepuhan Pasir Eurih dan
Kasepuhan Cirompang. Bogor : Kemitraan.
8
https://www.google.com/search?q=pengertian+ketahanan+pangan&0q=pengertian+keta
hanan+&aqs=chrome.2.69i57j015.9292joja&sourceid=chrome&ie (di akses tanggal 25
Januari 2019)
https://merdesainstitute.id/perjalanan-almanak-desa-kasepuhan-pasir-eurih: diakses 25
Januari 2019)