Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional tahun
2019/2020
Oleh:
NISN 0027910811
NIPY . 20151992051004
NIPY . 20161985011105
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis
ilmiah yang berjudul “PENGARUH MENGKONSUMSI MIE INSTAN
TERHADAP PERTUMBUHAN BERAT BADAN SISWA KELAS XI AL
BAYAN ANYER”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk mengikuti Ujian Nasional 2019/2020.
Dalam penyusunan karya tulisan ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Deden Ramdani, S. Pd, selaku kepala sekolah SMA PU AL
BAYAN ANYER yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
menyusun karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu Widi Pertiwi, S. Pd, selaku guru pembimbing karya tulis ilmiah ini
yang telah membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Orang Tua penulis yang telah memberikan motivasi dan do’a untuk
kelancaran menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Teman-teman AVENOMOUS yang telah membantu dan memberi
dukungan untuk menyusun karya tulis ilmiah ini.
Penulis masih menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan bila terdapat kekurangan penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis
sangat berharap adanya saran dan kritik yang membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kisi-kisi Angket .................................................................................... 14
Tabel 2.2 Teknik Analisis Data Skala Likert ........................................................ 14
Tabel 2.3 Kategori Interval ................................................................................... 14
Tabel 2.4 Tingkat Konsumsi Mie Instan Siswa Al-Bayan Anyer ......................... 15
Tabel 2.5 Pertumbuhan Berat Badan Siswa Sebelum dan Sesudah Mengkonsumsi
Mie Instan.............................................................................................................. 16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1
oleh kebanyakan siswa karena praktis, harga yang terjangkau, dan rasanya yang
lezat.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), mie instan adalah produk pangan
yang terbuat dari tepung terigu. Mie instan adalah salah satu alternatif pengganti
nasi/beras. Mie instan merupakan mie yang diproduksi sebagai makanan yang
praktis dalam pengolahannya dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Namun, efek yang kurang diperhatikan dalam mengkonsumsi mie instan adalah
kandungan minyak yang terdapat dalam mie instan yang dapat mencapai 30% dari
bobot kering. Hal tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan berat badan dan
perlu diwaspadai terutama bagi penderita obesitas atau mereka yang sedang
menjalani program penurunan berat badan. Menurut Dr. Marc Lande, dari
University of Rochester di New York, mengatakan, “Efek samping dari obesitas
adalah hipertensi yang berdampak pada fungsi otak dan mungkin memengaruhi
perkembangan otak pada anak-anak”. Hal tersebut sangat membahayakan bagi
semua orang terutama para remaja Indonesia saat ini dan banyak orang yang
meninggal pada saat usia remaja. Salah satu penyebab kematian manusia adalah
seringnya mengkonsumsi mie instan sehingga menjadi obesitas dan itu sangat
berbahaya.
Memiliki berat badan ideal merupakan salah satu idaman bagi semua orang
terutama para remaja saat ini. Karena selain enak dipandang, seseorang dengan
berat badan ideal berada dalam kondisi yang sehat. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan berat badan seseorang yaitu, faktor genetik, asupan
gizi, dan pergaulan lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi sejauh mana
pertumbuhan berat badan seseorang. Berdasarkan data dari berbagai penelitian,
berat badan ideal bagi laki-laki pada usia 15-18 tahun berkisar antara 57-62 kg.
Jika berat badan tidak ideal maka gangguan yang akan muncul yaitu, penyakit
kronis, menyebabkan gangguan pada tidur, gangguan pada lutut dan pinggang,
meningkatkan resiko terkena kanker, dan diskriminasi (tidak percaya diri).
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul karya tulis ilmiah
tentang “PENGARUH MENGKONSUMSI MIE INSTAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BERAT BADAN SISWA KELAS XI AL BAYAN
ANYER”.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tingkat konsumsi siswa Al-Bayan Anyer terhadap mie instan?
2. Apakah mengkonsumsi mie instan berpengaruh terhadap pertumbuhan berat
badan siswa Al-Bayan Anyer?
3. Bagaimana pengaruh mie instan terhadap pertumbuhan berat badan siswa Al-
Bayan Anyer?
3
BAB II
ISI
4
digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti nasi. Hal ini tentu sangat
menguntungkan ditinjau dari sudut penganekaragaman bahan pangan. Dengan
menganekaragamkan konsumsi bahan pangan, kita dapat terhindar dari
ketergantungan pada suatu bahan pangan terpopuler saat ini, yaitu beras. Bahan
baku utama yang terdapat di dalam mie instan antara lain tepung terigu, tepung
tapioka, dan air. Bahan yang pertama yakni tepung terigu yang berasal dari
gandum, dimana pada umunya gandum diklasifikasikan berdasarkan atas
kekerasan dari gandum dan protein yang dikandungnya dan warna butir gandum
itu sendiri. Kedua, tepung tapioka memiliki daya serap air besar sehingga
mempermudah proses dehidrasi yaitu granula pati kembali ke posisi ke posisi
semula. Ketiga, adalah air penambahan air dalam adonan berfungsi untuk
membentuk konsistensi adonan yang diinginkan. Umumnya air yang
ditambahkan dalam pembuatan mie antara 30-35%. Adapun bahan baku
tambahan pada kandungan mie instan adalah air alkali. Air alkali adalah air yang
digunakan pada mie instan air alkali haruslah air lunak yang bersih artinya air
yang memiliki persyaratan mutu air untuk industri yaitu air yang baik secara
kimiawi dan mikrobiologis. Fungsi air alkali sebagai bahan tambahan membuat
mie instan yakni sebagai media reaksi antara glutenin dan karbohidrat, larutan
garam, membentuk sifat kenyal pada glutein (Astawan, 2004).
5
a. Pewarna (Tartrazine CI 19140)
Tartrazin CI 19140 atau yang lebih dikenal sebagai Tartrazin merupakan
zat pewarna sintetik. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM No. 37
Tahun 2013 tentang BTP Pewarna, batas ADI (Acceptable Daily Intake)
atau asupan harian untuk Tartrazin adalahsebesar 0-7,5 mg/Kg berat
badan.
b. Antioksidan (TBHQ)
TBHQ atau tert-Butylhydroquinon (tert-Butilhidrokinon) merupakan salah
satu zat yang diizinkan penggunaannya sebagai BTP untuk mengawetkan
pangan. Akan tetapi, penggunaan TBHQ dalam pangan tentu saja
memiliki batasan. Di Indonesia, nilai ADI untuk penggunaan TBHQ
sebagai BTP adalah 0-0,7 mg/Kg berat badan.
c. Pengawet (Natrium Benzoat)
Natrium benzoat (Sodium benzoate) merupakan suatu bentuk garam
natrium dari asam fenilkarboksilat merupakan salah satu zat yang
diizinkan penggunaannya sebagai pengawet pangan. Dalam Peraturan
Kepala Badan POM No. 36 Tahun 2013, nilai ADI untuk Natrium benzoat
sebagai pengawet adalah 0-0,5 mg/Kg berat badan.
d. Pengawet (Natrium Metabisulfit)
Natrium metabisulfit, atau yang juga dikenal dengan nama natrium
disulfit, merupakan salah satu bahan pengawet dari golongan sulfit yang
diizinkan untuk digunakan sebagai BTP. Nilai ADI untuk Natrium
metabisulfit sebagai pengawet pangan adalah 0-0,7 mg/Kg berat badan.
e. Penguat Rasa (Monosodium L-Glutamate/MSG)
Monosodium L-glutamate atau Mononatrium L-glutamat merupakan salah
satu zat yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai bahan tambahan
penguat rasa. Mononatrium glutamat atau yang lebih familiar dikenal
dengan singkatan (MSG) merupakan bentuk garam natrium dari senyawa
asam glutamate. Meskipun di Indonesia tidak dinyatakan nilai ADI untuk
penggunaan Monosodium L-glutamat, berdasarkan penyataan keamanan
MSG sebagai BTP yang dikeluarkan oleh FDA (FDA Advisory No. 2013 –
058, tanggal 28 November 2013) penggunaan MSG pada pangan dibatasi
6
dengan jumlah atau konsentrasi terkecil yang diperlukan untuk
menimbulkan manfaat yang diinginkan pada pangan yang ditambahkan
MSG tersebut.
7
d. Mie Instan
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), mie instan didefenisikan sebagai
produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan tambahan yang
diizinkan, berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak atau
diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mie ini dibuat dengan
penambahan beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap
tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan pengeringan. Kadar air mie
instan umumnya mencapai 5-8% sehingga memiliki daya simpan yang
cukup lama.
8
wadah styrofoam”, kata Shin pada. Penelitian telah menunjukan BPA
mengganggu cara hormon mengirim pesan melalui tubuh, khususnya ekstrogen.
Maka itu, Dr.Shin sangat menghimbau wanita pada khususnya untuk tidak
mengkonsumsi mie instan. “Konsumsi ramen relatif tinggi pada populasi Asia,
penelitian difokuskan terutama di Korea Selatan. Karena kecenderungan
rakyatnya mengkonsumsi mie instan merupakan yang tertinggi di dunia. Dalam
beberapa tahun terakhir, buktinya Korea Selatan telah mengalami penigkatan
resiko penyakit jantung dan dewasa obesitas” Dr.Shin (Susanto, 2014).
9
kelebihan energi. Kedua, pola konsumsi makanan. Pola makanan masyarakat
perkotaan cenderung mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan lemak serta
rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Ketiga, faktor
hormonal. Menurut hipotesa para ahli, Depo Medroxy Progetseron Acetat
(DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu makan ada di hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto, 2004).
Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain di otak,
sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi darah. Dua bagian
hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makanan yaitu hipotalamus lateral
(HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan), dan hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas menggerakkan nafsu makan (pemberian pusat
kenyang). Dari hasil suatu penelitian diadapat bahwa jika HL rusak atau hancur
maka individu menolak untuk makan atau minum (diberi infus). Sedangkan
kerusakan pada bagian HVM maka seseorang tersebut akan menjadi rakus dan
kegemukan (Mu’tadin, 2002).
Pertumbuhan fisik seseorang dipengaruhi oleh dua faktor dominan yaitu
lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat muncul secara optimal jika
didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif, yang dimaksud dengan faktor
lingkungan di sini adalah intake gizi. Apabila terjadi tekanan terhadap dua faktor
di atas, maka muncullah growth faltering. Secara umum terdapat dua faktor utama
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu (Soetjiningsih, 1998).
a. Faktor Internal (Genetik)
Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses
pertumbuhan. Melalui genetik yang berada di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini
ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang.
b. Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor lingkungan juga dapat bepengaruh terhadap pembentukan ukuran
tubuh anak, baik lingkungan pralahir anak maupun lingkungan pasca lahir.
Kekurangan gizi, merokok, tekanan batin yang dialami ibu yang sedang
10
mengandung dan masih banyak faktor lain lagi yang terjadi di dalam
lingkungan pralahir ternyata dapat mempengaruhi besar kecilnya ukuran
bayi ketika dilahirkan dan pengaruh ini akan berlangsung secara terus
menerus sampai anak tersebut mencapai ukuran akhirnya.
2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 Lokasi Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis melakukan penelitian di
SMA PU AL BAYAN ANYER. Penelitian ini dilakukan selama sepekan dari
tanggal 25 Februari hingga 4 Maret 2019.
11
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat-sifatnya (Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI Al-Bayan Anyer yang berjumlah 45 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang dianggap mewakili populasi karena memiliki ciri atau
karakteristik yang sama (Sugiyono, 2008). Sampel pada penelitian ini
adalah sebagian siswa kelas XI Al-Bayan Anyer yang berjumlah 10 orang.
12
b. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab mengenai objek penelitian dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang
sedang diteliti (Sugiyono, 2010). Metode ini digunakan untuk memperoleh
data tentang berat badan siswa.
13
Variabel Indikator Butir Pernyataan Jumlah
Frekuensi Tingkat Kesenangan 1, 3, 5, 6, 7, 11, 12 7
Mengkonsumsi Mie Alasan (faktor pendukung) 2, 4, 8, 9, 10, 13 6
Instan Pada Siswa
Jumlah 13
Interval Kategori
81-100% Sangat Tinggi
61-80% Tinggi
41-60% Cukup
21-40% Rendah
0-20% Sangat Rendah
14
No Nama Responden Skor Kategori
1 Responden 1 Tinggi
2 Responden 2 Tinggi
3 Responden 3 Tinggi
4 Responden 4 Tinggi
5 Responden 5 Tinggi
6 Responden 6 Tinggi
7 Responden 7 Tinggi
8 Responden 8 Tinggi
9 Responden 9 Cukup
10 Responden 10 Cukup
15
No Kategori Nama Berat Badan Siswa Berat Badan Siswa
Konsumsi Responden Sebelum Sesudah
Mie Instan Mengkonsumsi Mie Mengkonsumsi Mie
Instan Instan
1 Responden 1 58 kg 59 kg
2 Responden 2 62 kg 63 kg
3 Responden 3 90 kg 92 kg
4 Responden 4 86 kg 88 kg
5 Tinggi Responden 5 84 kg 85 kg
6 Responden 6 72 kg 73 kg
7 Responden 7 72 kg 73 kg
8 Responden 8 90 kg 92 kg
9 Responden 9 95,5 kg 96 kg
10 Cukup Responden 10 71 kg 71,5 kg
16
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan penulis, penulis telah membuat kesimpulan
bahwa:
a. 8 dari 10 responden siswa kelas XI Al-Bayan Anyer memiliki tingkat
konsumsi mie instan dengan kategori yang relatif tinggi, sedangkan 2
responden lainnya memiliki tingkat konsumsi mie instan dengan kategori
yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi mie instan
siswa kelas XI Al-Bayan Anyer pada kategori yang tinggi.
b. 8 dari 10 responden siswa kelas XI Al-Bayan Anyer yang memiliki tingkat
konsumsi mie instan pada kategori yang tinggi mengalami pertumbuhan
berat badan dengan rentang 1-2 kg, sedangkan 2 responden lainnya yang
memiliki tingkat konsumsi yang cukup mengalami pertumbuhan berat
badan berkisar 0,5 kg. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi mie
instan terhadap pertumbuhan berat badan sangat berpengaruh.
3.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
BPOM (2015) Bahaya BPT Bahan Tambahan Pangan pada Mie Instan tersedia:
http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/Bahaya%20BPT_Bahan%20Tambahan%20Pang
an_%20pada%20Mi%20Instan%20.pdf
18
BIOGRAFI
19