Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KELUARGA BINAAN PADA NY.H.L.

G UMUR 27 TAHUN
DENGAN PENDIDIKAN PEMENUHAN GIZI SEIMBANG PADA
BALITA DI DESA PARSINGGURAN II KEC. POLLUNG
KAB.HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2023

Dosen Pengampu : Lidia Silaban, S.Kep.,Ns,M.K.M

Disusun Oleh :

Nama : Jesika Yohana Sitorus


Nim : 2115010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


JL.BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunianya saya bisa menyelesaikan laporan responsi ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Secara singkat laporan responsi ini saya buat untuk
memenuhi penugasan yang telah diberikan oleh dosen kepada kami. Laporan
Responsi ini juga saya tujukan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami
lebih jelas mengenai “Pemenuhan Nutrisi Pada Balita” yang terdapat pada
praktek Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Dengan adanya Laporan ini diharapkan mahasiswa dapat mengutip


manfaat dan dapat mengembangkan potensi dirinya. Laporan ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas laporan Kuliah Kerja Nyata. Laporan ini tidak akan
tersusun tanpa adanya pihak-pihak yang mendukung proses pelaksanaan
Responsi Pertama . Penulis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak-
pihak yang mendukung penyusunan laporan ini, terkhusus Dosen Pembimbing,
Lidia Silaban S.Kep,Ns,M.KM. Yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan Laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis berharap saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dimasa yang
akan datang. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi Penulis, khususnya
bagi pembaca. Semoga apa yang kami tuangkan dalam dalam laporan ini bisa
bermanfaat bagi semua.

Parsingguran II, 11 September 2023

Penulis,

Jesika Yohana Sitorus

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2. Tujuan................................................................................................................ 2
1.3. Manfaat .............................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gizi Seimbang ................................................................................. 4


2.2. Gizi seimbang bagi balita ................................................................................... 4
2.3. Tujuan Gizi Bagi Balita ...................................................................................... 6
2.4. Cara Mengelola Makanan Balita ........................................................................ 6
2.5. Faktor- faktor yang memepengaruhi makanan balita .......................................... 7
2.6. Pengaruh Status gizi pada balita ......................................................................... 8
2.7. Menu Seimbang Bagi Balita ............................................................................. 11

BAB III METODE SURVEY

3.1. Waktu Pelaksanaan .......................................................................................... 12


3.2. Lokasi Survey .................................................................................................. 12
3.3. Sasaran Target dan Keluarga Binaan ................................................................ 12
3.4. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................................... 12
3.5. Analisa Data .................................................................................................... 12

BAB IV TINJAUAN KASUS

4.1. Pengkajian Data ................................................................................................. 13


4.2. Masalah Kebutuhan............................................................................................ 14
4.3. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial ........................................................... 15
4.4. Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera/ Kolaborasi ........................................ 15
4.5. Perencanaan ....................................................................................................... 16
4.6. Pelaksanaan ....................................................................................................... 17
4.7. Evaluasi ............................................................................................................. 17

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 18


5.2. Saran .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19


Lampiran ...................................................................................................................... 20
- SAP .............................................................................................................................. 21
- Leaflet .......................................................................................................................... 28
- Dokumentasi ................................................................................................................. 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi, meliputi keseimbangan
antara jumlah asupan zat gizi dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai
fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas atau produktivitas,
pemeliharaan kesehatan dan lain-lain (Kemenkes RI, 2017). Berat badan dan tinggi badan
digunakan dalam mengindikasi status gizi balita. Adapun klasifikasi masalah status gizi
berdasarkan antropometri terdiri dari; wasting (BB/TB < -2 SD), stunting (TB/U < -2 SD),
dan underweight (BB/U < -2 SD) (Permenkes No. 2 Tahun 2020).
Masalah gizi Balita di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasting sebesar 7,7% dan Balita stunting
21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi risiko KEK pada Wanita
Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada Ibu hamil sebesar 17.3%. Selain itu
prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%.
Masalah gizi disebabkan oleh berbagai faktor. Kekurangan asupan makanan bergizi dan
atau seringnya terinfeksi penyakit menjadi salah satu penyebab langsung terjadinya masalah
gizi. Pola asuh yang kurang tepat, kurangnya pengetahuan, sulitnya akses ke pelayanan
kesehatan, kondisi sosial ekonomi juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap akses
makanan bergizi dan layanan kesehatan.Sementara itu, lebih dari separuh Ibu hamil memiliki
asupan energi sangat kurang (<70% angka kecukupan energi) dan sekitar separuh Ibu hamil
juga mengalami kekurangan asupan protein (<80% angka kecukupan yang dianjurkan).
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi pada Ibu hamil juga dilakukan melalui
Antenatal Care Terpadu (ANC Terpadu). Berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018, cakupan
pelayanan ANC Ibu hamil (K4) cenderung meningkat yaitu dari 70% menjadi 74,1%. Untuk
mencapai target 100% pada tahun 2024, cakupan pelayanan ANC masih perlu ditingkatkan.

1
Intervensi gizi dalam pelayanan ANC Terpadu diantaranya pengukuran status gizi
(timbang badan dan ukur panjang/tinggi badan, ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA),
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), konseling gizi dan edukasi kepada Ibu hamil
tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi selama kehamilan. Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah satu strategi penanganan masalah
gizi pada Balita dan ibu hamil. Kegiatan PMT tersebut perlu disertai dengan edukasi gizi dan
kesehatan untuk perubahan perilaku misalnya dengan dukungan pemberian ASI, edukasi dan
konseling pemberian makan, kebersihan serta sanitasi untuk keluarga.
Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian pangan
dan gizi keluarga secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia
dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 30 jenis ikan, 6
jenis daging, 4 jenis unggas; 4 jenis telur, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buahbuahan,
228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu (Badan Ketahanan Pangan, 2020 dan
Neraca Bahan Makanan, 2022). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan
pangan lokal sangat terbuka luas termasuk untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk
untuk perbaikan gizi Ibu hamil dan balita. Namun demikian ketersediaan bahan pangan yang
beraneka ragam tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sebagaibahan dasar Makanan
Tambahan (MT).
Kementerian Kesehatan RI menyediakan pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan PMT
berbahan pangan lokal melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Namun demikian,
pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan serupa dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai
acuan pelaksanaan kegiatan tersebut, telah disusun Petunjuk Teknis Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal Bagi Balita dan Ibu Hamil.

1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Meningkatnya status gizi balita melalui pemberian makanan tambahan berbasis pangan
lokal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

2
1.2.1 Tujuan Khusus

1. Mengetahui artinya pemenuhan gizi pada balita ?


2. Mengerti dan mengetahui apa saja kebutuhan gizi pada balita ?
3. Mengetahui factor – factor yang menyebabkan masalah gizi ?
4. Mengetahui menu seimbang untuk balita ?
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Responden
Hasil pengkajian ini dapat memberikan informasi dan dijadikan sumber pengembangan
ilmu pengetahuan mengenai pentingnya Pemenuhan nutrisi pada balita.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil pengkajian ini dapat digunakan sebagai referensi, sumber bacaan, dan acuan
pengkajian selanjutnya mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi pada balita untuk
mencegah timbulnya berbagai masalah kesehatan pada anak balita.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa terutama mengenai pentingnya
Pemenuhan nutrisi pada balita dan mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh dibangku
kuliah.yangdiberikan agar dapat menjaga kebersihan lingkungan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.4 Masalah Gizi pada Balita


1.4.1 Pengertian balita
Balita adalah anak yang berumur di bawah lima tahun, tidak termasuk bayi karena
bayi mempunyai karakter makan yang khusus (Irianto dalam Wahyuni, 2018). Menurut
Peraturan Menteri Nomor 25 tahun 2014 pasal 1 ayat 4, anak balita adalah anak umur 12
bulan sampai dengan 59 bulan. Menurut Maria Montessori menyatakan bahwa pada
rentang usia lahir sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan (golden age) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitive menerima berbagai rangsangan.
Gizi seimbang diartikan sebagai susunan makanan setiap hari yang memiliki
kandungan zat gizi dalam jumlah serta jenis yang sama dengan kebutuhan pada tubuh
seseorang serta dengan mempertimbangkan prinsip makanan bervariasi, aktivitas dari
segi fisik, kebersihan makanan, dan berat badan yang ideal atau status gizi baik. Tubuh
manusia membutuhkan zat gizi untuk menghasilkan energi dalam rangka melaksanakan
aktivitas sehari-hari dalam bentuk kegiatan fisik. Zat gizi diperlukan manusia sebagai
penghasil tenaga, proses tumbuh kembang, mengganti jaringan tubuh yang telah rusak,
sebagai zat pembangun, zat pengatur, mencegah penyakit, serta untuk memenuhi
kebutuhan tubuh.
Status gizi berhubungan dengan intake makronutrien serta energi. Energi
diperoleh dengan cara mengonsumsi zat makronutrien berupa karbohidrat, protein serta
lemak. Pada masa balita, asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan menjadi hal krusial, tidak hanya dalam rangka menjaga kehidupan
manusia tetapi juga untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Status gizi
dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan akademik selain dari acuan kesehatan
masyarakat secara umum.
Gizi seseorang walaupun untuk beberapa penelitian lain gagal menemukan
hubungan ini. Asupan gizi kurang pada jangka waktu relatif lama berhubungan dengan
pola pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Menurut UNICEF, status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan makanan
dan penyakit infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal dapat
menimbulkan masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada balita antara lain
kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), anemia gizi besi
(AGB), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan gizi lebih (Susilowati dan
Kuspriyanto. 2016). Masalah gizi lain pada balita adalah stunting (Kemenkes RI, 2018).
Kecukupan gizi: Golongan umum: 1-3 tahun → BB 12 kg, TB 89 cm, Energi 1220

4
Kkal,Protein 23 gram, 4-6 tahun → BB 18 kg, TB 108 cm, Energi 1720 Kkal, Protein 32
gram. Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan
badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak balita justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan
gizi. Bila mengalami gizi buruk balita maka perkembangan otaknya pun kurang dan itu akan
berpengaruh kepada kehidupannya di usia sekolah dan pra sekolah.

Melaksanakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan balita yang
bertujuan sebagai berikut:

1. Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan, memelihara kesehatan dan


memulihkannya jika sakit, melaksanakan berbagai jenis aktivitas, pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta psikomotorik.
2. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan
yang diperlukan.

1.5 Gizi Seimbang Bagi Balita


Seorang anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan normal. Secara fisik,
anak sehat dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan yang teratur dan
proporsional. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam
tubuh. Sehat tampak aktif, gesit dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam
tubuh. Meskipun kekurangan gizi bukan merupakan hal baik bagi balita, bukan berarti
apabila seorang balita diberikan asupan gizi secara berlebih (misalnya memberikan berbagai
pil vitamin) akan membuat tubuhnya menjadi kebal terhadap berbagai penyakit. Tubuh balita
justru akan mengalami kehilangan kemampuan untuk ’membentengi’ tubuh, sehingga
mempermudah masuknya penyakit.
Sejak masa kanak-kanak, otak manusia sudah mempunyai dendrit yang berfungsi
untuk mengantarkan rangsangan. Lebih banyak dendrit yang terbentuk dalam otak berarti
lebih banyak sinapsis yang berkempuan dalam belajar.
5
Jika pada puncak pembentukan dendrit gizi yang tersedia tidak cukup maka jumlah sinapsis
yang terbentuk akan berkurang sehingga mengakibatkan fungsi mentalnya berkurang seperti:
daya ingat dan kapasitas belajar kurang. Pada anak usia dua sampai tiga tahun mulai
mendapatkan masukan gizi-gizi yang khusus, seperti seng dan vitamin A.

1.6 Tujuan Gizi Bagi Balita


a) Memberitahukan bahwa gizi sangat penting bagi kesehatan tubuh.
b) Memberikan pada ibu dan calon ibu untuk berhati-hati dalam pemilihan makanan untuk
sang buah hati.
c) Memberitahukan pada masyarakat bahwa gizi merupakan suatu kebutuhan yang
mendesak bagi tubuh sehingga perlu dipenuhi agar tubuh menjadi sehat.
d) Menjelaskan berbagai faktor fisiologis yang mempengaruhi keadaan gizi anak balita.
e) Menyebutkan kebutuhan berbagai zat gizi terhadap perkembangan berbagai organ tubuh
anak balita.
f) Menjelaskan faktor di masyarakat yang dapat mempengaruhi keadaan gizi anak balita.
g) Menjelaskan pengaruh faktor sosioekonomi orangtua pada keadaan gizi anak balita.
h) Menjelaskan pengaruh faktor pendidikan orangtua pada keadaan gizi anak balita.
i) Menyebutkan masalah perkembangan tubuh pada anak balita.

1.7 Cara Mengelola Makanan Bagi Balita


Pemberian makanan pada balita, sebagaimana halnya kelompok usia lain yang lebih tua,
harus memenuhi kebutuhan balita itu, yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat-zat
gizi utama yang meliputi 5 komponen dasar, yakni hidrat arang, protein, lemak, mineral dan
vitamin (termasuk air dalam jumlah yang cukup). Kesemua zat gizi ini memiliki fungsi
masing-masing, serta harus terdapat secara bersamaan pada suatu waktu.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi
dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.

6
Pembentukan pola makanan perlu diterapkan sesuai pola makanan keluarga. Peranan
orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu
dalam hal ini harus mengetahui, mau dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau
sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orang tua dan orang-
orang disekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya dengan apa yang diberikan pada jam diantara
makanan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima
porsi makan karena anak susah makan. Namun pemberian yang berlebihan pada makanan
selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran,
tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, pizza dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan
selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang,
dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktifitas anak pada usia balita.

Ciri-ciri gizi buruk :

 Kurus, rambut kemerahan.


 Perut kadang-kadang buncit.
 Wajah konfase (cekung) untuk monkey fase (keriput).
 Cengeng.
 Kurang respons.

1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Makanan Balita


Faktor-faktornya dipengaruhi oleh:
 Umur
 Berat badan
7
 Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan)
 Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan
 Kebiasaan makan, kesukaan, dan ketidaksukaan, akseptabilitas terhadap jenis makanan
dan toleransi anak terhadap makanan yang dilberikan
 Jenis dan jumlah makanan yang diberikan
 Kapan saan yang tepat pemberian makanan

Faktor makanan balita juga disebabkan oleh gangguan atau kelainan nafsu makan:
a. Anoreksian
Anoreksian adalah keadaan nafsu makan atau sama sekali tidak ada. Merupakan keluhan
yang sering dikemukakanoleh banyak orang tua mengenai anaknya.Anoreksia disebabkan
oleh berbagai factor, berupa penyakit organis, psikologis atau pengaturan makanan yang
kurang baik. Keluhan anoreksia tanpa penyakit organis yang nyata lebih sering
ditemukan pada tunggal, anak yang umurnya banyak berbeda dengan kakaknya dan pada
anak yang orang tuanya telah berusia lanjut. Anoreksia yang menyertai penyakit organis
akan menghilangkan bila anak telah sembuh dari penyakit primernya.
Berbagai penyakit infeksi baik yang mendadak maupun yang menahun, kelainan
bawaan misalnya pada jantung dan saluran pencernaan serta mungkin pula karena
defisiensi gizi sendiri, misalnya defisiensi besi sering kali menjadi penyebab anoreksia
pada anak. Gangguan psikologis terdapat anak keluarga yang sedang mengalami
kesulitan rumah tangga, suasana makan yang kurang menyenangkan, tidak pernah makan
bersama dengan orang tua, dipaksa makan-makanan yang tidak disukai. Anoreksia perlu
segera mendapat perhatian karena mungkin merupakan segala sesuatu penyakit yang
harus segera diobati. Anoreksi mungkin hanya bersifat sementara, sebagai variasi normal
dalam nafsu makan sehari-hari. Anoreksia munkin bersifat sesungguhnya, yaitu bila anak
sebenarnya masih menyukai jenis makanan yang lain. Kadang-kadang terdapat anak yang
hanya menyukai jenis makanan tertentu dan tudak bernafsu untuk mencoba makanan
baru, lebih-lebih pola makanan yang baru tersebut berbeda banyak dalam hal warna,
bentuk, konsistensi dibandingkan dengan makanan yang disukainya.

8
Pengobatan terhadap anoreksia terdiri dari:
1 Memperbaiki faktor pnyebabnya, baik karena gangguan organis maupun psikolosis.
2 Memperbaiki defisiensi gizi yang telah terjadi dengan pengaturan makanan yang sesuai dan
pemberian preparat vitamin.
3 Obat-obat perangsang nafsu makan misalnya Cyproheptadine, Pizotifen dan sebagainya
hanya diberikan bila perlu dan jelas tidak ditemukan penyebab yang nyata dari anoreksia
tersebut.

b. Pika
Pika ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan terhadap
berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong maka, misalnya tanah, pasir,
rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat keing, dingding tembok dan
sebagainya. Terdapat golongan anak dibawah umur 3 tahun, biasanya diatas 1 tahun,
sebab bayi yang sedang belajar merangkak dan anak sapihan wajar bila suak memasukan
benda-benda yang dipegangnya kedalam mulutnya.Keadaan tersebut merupakan gejqala
normal, sebagai suatu tahap perkembangan oral dalam usaha memperoleh pengalaman
keputusan dan mengadakan eksporasi dunia luar dengan jalan menggunakan mulutnya.
Pada penderita pika, tingkah laku demikian sering disertai kesukaan untuk bermain
dengan benda-beda kotor termasuk eksterna. Pika mungkin terdapat penderita yang
menderita defisiensi gizi, mungkin pula pada penderita retardasi mental. Tetapi pika
terdiri pengawasan yang ketat agar penderita tidak memakan benda-benda yang mungkin
berbahaya untuk kesehatannay, misalnya mengakibatkan keracunan dan infeksi. Selain
itu kepada penderita diberikan obyek yang tidak berbahaya, yang dapat digunakan untuk
menggigit, mengunyah dan dipermainkan dengan mulutnya. Bila terdapat defisiensi izi,
hendaknya diberikan terapi yang sesuai.
3. Diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai sebab, baik kelainan usus maupun diluar usus,
tetapi mungkin pula karena makanan yang kurang cocok komposisinya. Diare juga lebih
sering ditemukan pada bayi dan balita yang minum susu botol karena kontaminasi.

9
4. Kolik
Kolik ialah suatu kumpulan gejala, terutama berupa serangan paroksiamal dari perasaan
nyeri perut yang dapat disertai dengan wajah kemerahan atau kebiruan. Kelaiana ini
dapat terjadi pada masa bayai muda, biasanya dibawah 3 bulan. Penyebabnya mungkin
terlalu banyak mengandung karbohidrat, gangguan emosi an lain-lain.Dengan
memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut diatas, umumnya tidak akan
terjadi banyak kekeliruan dalam mengatur makanan untuk seorang bayi maupun anak
balita.
1.9 Pengaruh Status Gizi Pada Balita
1. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih memahami makanan
dan memiliki makanan yang baik untuk anak balita.
2. Sosial Budaya
Ada sebagian masyarakat yang mempunyai adat istiadat tertentu terutama tentang
pemberian makanan yang boleh dan tidak boleh. Misalnya, tidak boleh makan telur jika
ada luka, karena akan menyebabkan terjadinya pembusukan pada luka dan lain
sebagainya. Seharusnya telur merupakan sumber gizi yang tnggi kadar protein dan baik
untuk penyembuhan luka.
3. Serat Makanan
Serat baik untuk kesehatan pencernaan. Anak-anak yang diberi makanan yang berserat
akan baik untuk untuk kesehatan dan pertumbuhannya.
4. Kemudahan Cerna
Nutrient dalam bahan makanan yang lazim tersedia biasanya mudah dicerna. Persentase
nutrien yang dapat diasimilasi dalam sebagian besar bahan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari cukup tinggi, misalnya untuk karbohidrat 97% dan lemak 95%. Walaupun
demikian beberapa faktor dapat dipengaruhi proses kemudahan cerna tersebut,
diantaranya cara menyimpan, mengolah dan memasak bahan makanan, serta terdapatnya
bahan senyawa lain secara bersamaan.

10
5. Rasa Kenyang
Selain terhadap kepuasan dan terpenuhnya rasa kenyang, pemberian makanan harus dapat
pula memenuhi persyaratan segi kesehatan. Beberapa jenis makanan mempunyai nilai
rasa kenyang yang tinggi, berarti cepat memberikan rasa kenyang, seperti susu, telur,
makanan yang berlemak. Sedangkan roti, kentang, daging tanpa lemak, ikan, sayur buah
mempunyai nilai rendah.
6. Sumber Makanan
Tersedianya makanan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Semakin sulit atau
jauh mendapat makanan yang mengandung gizi akan semakin sulit juga bagi seseorang
untuk mendapatkan makanan yang mengandung cukup gizi atau gizi yang baik.
1.11 Menu Seimbang Bagi Balita
1. Karbohidrat
Seperti nasi, roti, sereal, kentang atau mie.
2. Buah dan Sayur
Seperti pisang, pepaya, jeruk, tomat, dan wortel. Jenis sayuran beragam mengandung zat
gizi yang berbeda.
3. Susu dan Produk Olahan Susu
Susu pertumbuhan, produk olahan susu seperti susu dan yoghurt. Pastikan balita ibu
mendapatkan asupan kalsium yang cukup dan konsumsi susunya.
4. Protein
Seperti ikan, susu, daging, telur, dan kacang-kacangan.
5. Lemak dan Gula
Seperti yang terdapat dalam minyak, santan, dan mentega, roti, dan kue juga mengandung
Omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.

11
BAB III

METODE SURVEY

2.1 Waktu Pelaksanaan


Waktu dilaksanakannya keluarga binaan pada tanggal 11 September 2023.

2.2 Lokasi Survey


Lokasi dilaksanakan di Rumah Masyarakat Desa Parsingguran II, Dusun Sibaragas ,
Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.

2.3 Sasaran Target dan Keluarga Binaan


Sasarannya yaitu Ny.L.G dengan binaan mengenai Pendidikan Pemenuhan Nutrisi Pada
Balita.

2.4 Teknik Pengumpulan Data


Data didapatkan melalui pengkajian yang diperoleh dengan langsung mengunjungi
Rumah Responden. Data terkumpul dengan cara memberikan penjelasan kepada
Responden tentang tujuan kunjungan rumah tersebut serta meminta persetujuan untuk
menjadi responden. Responden yang bersedia kemudian diberi penjelasan tentang PHBS.
Dan membuat tanya jawab antara Responden dan Penyuluh. Survey ini menggunakan
leaflet dan flipchart kepada Ny.L.G.

2.5 Analisa Data


Data yang diperoleh dari hasil penyuluhan dan tanya jawab yang dilakukan oleh
penyuluh kepada responden secara lisan yang diolah dalam bentuk laporan.

12
BAB IV
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data


A. Identitas Responden
Nama : Ny.L.G
Umur : 27 tahun
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Alamat : Dusun III,Parsingguran II
B. Data Anggota Keluarga Yang Hidup
NO Nama Umur Agama Keluarga Pendidikan Pekerjaan Alamat
1. Tn. S.L.B 39 Kristen Suami SLTA Petani Sibaragas
Tahun
2. Ny.H.L.G 27 Kristen Isteri SLTA Petani Sibaragas
Tahun
3. An. H.LB 6 Kristen Anak TK Pelajar Sibaragas
Tahun
4. An.G.L.B 4 Kristen Anak Belum - Sibaragas
Tahun Sekolah

C. Data keluarga yang meninggal dalam 1 tahun


Tidak Ada
D. Data Kesehatan
KeluargaBaik.
E. Pola Kebiasaan Keluarga
1. Pengadaan makanan sehari-hari seperti Nasi,
ikan,Sayur dan buah
2. Makanan pokok keluarga adalah Nasi
13
3. Frekuensi 3x sehari
4. Penyajian menu makanan keluarga nasi, ikan, sayur dan kadang buah.
5. Keluarga makan protein nabati yaitu tahu, tempe 2 kaliseminggu
6. Keluarga makan protein hewani seperti ikan, telur daging 1x seminggu
F. Data Kesehatan Lingkungan
a. Status kepemilikan rumah : Milik sendiri

b. Bentuk bangunan : Permanen


c. Komposisi ruangan :Ruang
Tamu, Ruang Keluarga, Ruang tidur, Dapur,
dan Kamar Mandi
d. Luas bangunan : 15x 14 meter
e. Penerangan rumah : Listrik
f. Ventilasi rumah : Jendela
g. Lantai rumah : Keramik
h. Kebersihan rumah : Bersih
G. Sarana Sanitasi Rumah
a) Sumber air minum : Mata air
b) Air untuk mencuci : Mata air
c) Keadaan air : Bersih
d) Air limbah : Tidak ada
e) Pembuangan kotoran : Septi tank
f) Pengolahan sampah : Dibakar

H. Pemanfaatan Sarana Kesehatan


a) Apabila ada keluarga yang sakit berobat ke : Puskesmas
b) Jarak rumah kefasilitas kesehatan : ± 1,5 Km

14
I. Fasilitas yang dimiliki Keluarga
a) Fasilitas Transfortasi : Sepeda motor
b) Fasilitas komunikasi : Handphone
c) Pemeriksaan kesehatan : Bidan
d) Tempat kesehatan : Puskesmas

J. Data Sosial Ekonomi Budaya Spiritual


1. Pendapat perbulan : ± 3.000.000
2. Apakah dapat memenuhi keluarga : Ya
3. Siapa yang menentukan penggunaan uang : Istri
4. Apakah ada pembagian tugas dikeluarga : Ada
5. Kegiatan dimasyarakat yang diikuti : Ada
6. Kegiatan ibadah : Teratur
7. Keadaan komunikasi : Baik

4. Masalah Kebutuhan
Diagnosa : Mengkaji Ny. H. Lumban Gaol
Dasar : Ingin memberikan pengetahuan Pentingnya
pemenuhan nutrisi pada balita.

Masalah : Dari data yang saya peroleh ibu ingin


mengetahui tentang pemenuhan nutrisi pada balita
5. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Tidak Ada.
6. Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera/ Kolaborasi
Tidak Ada.

15
7. Perencanaan
1. Beritahu Pengertian Gizi pada Balita
2. Jelaskan Tujuan Gizi Seimbang pada Balita
8. Pelaksanaan
1. Memberikan informasi tentang Gizi Pada Balita
Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukan
pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang
tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita justru merupakan
kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Bila
mengalami gizi buruk balita maka perkembangan otaknya pun kurang dan
itu akan berpengaruh kepada kehidupannya di usia sekolah dan pra
sekolah.
2. Tujuan Gizi Seimbang Pada Balita
1. Memberitahukan bahwa gizi sangat penting bagi kesehatan tubuh.
2. Memberikan pada ibu dan calon ibu untuk berhati-hati dalam pemilihan
makanan untuk sang buah hati.
3. Memberitahukan pada masyarakat bahwa gizi merupakan suatu
kebutuhan yang mendesak bagi tubuh sehingga perlu dipenuhi agar
tubuh menjadi sehat.
4. Menjelaskan berbagai faktor fisiologis yang mempengaruhi keadaan
gizi anak balita.
5. Menyebutkan kebutuhan berbagai zat gizi terhadap perkembangan
berbagai organ tubuh anak balita.
6. Menjelaskan faktor di masyarakat yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi anak balita.
7. Menjelaskan pengaruh faktor sosioekonomi orangtua pada keadaan gizi
anak balita.

16
8. Menjelaskan pengaruh faktor pendidikan orangtua pada keadaan gizi
anak balita.
9. Menyebutkan masalah perkembangan tubuh pada anak balita.

9. Evaluasi
1. Ibu telah mengerti dan mengetahui tentang Gizi Seimbang Bagi Balita
2. Ibu telah memahami dan mau melakukan anjuran yang
telah diberikan.

17
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Balita mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai
peka/sensitive menerima berbagai rangsangan. Usia balita merupakan masa pertumbuhan tubuh
dan otak yang terjadi sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Setelah manusia
lahir, apa yang dimakan oleh bayi sejak usia dini merupakan fondasi yang penting bagi
kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Balita akan sehat jika awal kehidupannya sudah
diberi makanan sehat dan seimbang sehingga kualitas sumber daya yang dihasilkan optimal.
Asupan makanan merupakan salah satu penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi
seseorang. Asupan makanan merupakan informasi penting tentang jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Asupan makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan, baik kualitas maupun kuantitas akan menimbulkan masalah gizi
(Brown dalam Septiani ).
Asupan makanan pada balita dipengaruhi ketersediaan dan pola konsumsi pangan dalam
rumah tangga dan pola pengasuhan anak. Ketersediaan pangan dalam rumah tangga mengacu
pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
rumah tangga (Simangunsong). Dalam hal ini, orang tua terutama ibu sangat berperan dalam
menjaga pola makan yang sehat dan seimbang bagi anak karena biasanya anak akan meniru pola
makan yang ada di keluarga. Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam makanan
seimbang adalah keanekaragaman pangan yaitu konsumsi beragam jenis pangan termasuk
proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan
secara teratur.

4.2 Saran
Pada pembuatan laporan Kelbin ini berjudul Pemenuhan nutrisi pada balita, saya
mengetahui bahwa Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat
berharap saran serta kritik dari para pembaca semuanya, tetapi saya juga berharap laporan ini
dapat dijadikan sebagia referensi pembelajaan terkhususnya mahasiswa kebidanan

18
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, P. et al. (2022) Stunting Pada Anak. Padang: PT. Global Eksekutif
Teknologi.
Eka Dian Y (2022) Pilar Utama Dalam Prinsip Gizi Seimbang. Available at:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/179/pilar-utama-dalamprinsip-gizi-seimbang.
Kementerian Kesehatan RI (2020a) Buku 3: Materi Inti Pelatihan Pencegahan
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Sinaga, et al. (2022) Gizi dalam Siklus Kehidupan. Medan: Yayasan Kita
Menulis
Sri Winda A dkk (2019) Gizi Seimbang Bagi Bayi dan Balita, Academia.edu.

19
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN PEMENUHAN GIZI


SEIMBANG PADA BALITA

Pokok Bahasan : Pemenuhan Gizi Seimbang Pada Balita


Sub Pokok Bahasan : Pemenuhan Gizi Balita
Sasaran : Ny.L.G (27 Tahun)
Target : Balita
Waktu : 30 Menit
Hari / Tanggal : 11 September 2023
Tempat : Posyandu
Penyuluh : Jesika Yohana Sitorus

A. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga mampu memahami
tentang pemenuhan gizi seimbang pada balita.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang pemenuhan gizi seimbang pada
balita, diharapkan keluarga dapat :
1. Menjelaskan pengertian pemenuhan gizi balita
2. Mengerti dan mengetahui apa saja kebutuhan gizi pada balita
3. Mengetahui factor – factor yang menyebabkan masalah gizi
4. Mengetahui menu seimbang untuk balita
B. Strategi Pelaksanaan
1. Metode

20
a. Ceramah dan Tanya Jawab
2. Media
b. Leaflet
c. Flip Chart
3. Setting Tempat : Duduk berhadapan antara penyuluh dan peserta penyuluh

C. Proses Pelaksanaan
NO Kegiatan Respon Masyarakat Waktu
1 Pendahuluan a. Membalas salam 10 Menit
a. Penyampaian
b. Memperhatikan
Salam
b. Perkenalan c. Memperhatikan
c. Menjelaskan topic
d. Memperhatikan
penyuluhan
d. Menjelaskan e. Memperhatikan
tujuan
e. Menjelaskan
waktu pelaksanaan
2 Penyampaian Materi Penyampaian Materi 15 Menit
1. Materi
a. Menyampaikan materi
tentang pemenuhan gizi
pada balita.
b. Menjelaskan kebutuhan gizi
balita
c. Menjelaskan faktor-faktor
yang menyebabkan masalah
gizi pada balita
d. Menjelaskan menu
makanan seimbang pada
balita
3 Penutupan c. Memperhatikan 5 Menit
a. Menyimpulkan
d. Menjawab salam
hasil penyuluhan
b. Mengakhiri
dengan salam

21
D. EVALUASI
1. Menjelaskan pengertian pemenuhan gizi balita
2. Mengerti dan mengetahui apa saja kebutuhan gizi pada balita
3. Mengetahui factor – factor yang menyebabkan masalah gizi
4. Mengetahui menu seimbang untuk balita
E. MATERI (Terlampir)
1. Pengertian Gizi Seimbang
Gizi seimbang diartikan sebagai susunan makanan setiap hari yang memiliki
kandungan zat gizi dalam jumlah serta jenis yang sama dengan kebutuhan pada tubuh
seseorang serta dengan mempertimbangkan prinsip makanan bervariasi, aktivitas dari
segi fisik, kebersihan makanan, dan berat badan yang ideal atau status gizi baik.
Tubuh manusia membutuhkan zat gizi untuk menghasilkan energi dalam rangka
melaksanakan aktivitas sehari-hari dalam bentuk kegiatan fisik. Zat gizi diperlukan
manusia sebagai penghasil tenaga, proses tumbuh kembang, mengganti jaringan tubuh
yang telah rusak, sebagai zat pembangun, zat pengatur, mencegah penyakit, serta untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
Status gizi berhubungan dengan intake makronutrien serta energi. Energi
diperoleh dengan cara mengonsumsi zat makronutrien berupa karbohidrat, protein serta
lemak. Pada masa balita, asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan menjadi hal krusial, tidak hanya dalam rangka menjaga kehidupan
manusia tetapi juga untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Gizi seimbang adalah susunan asupan makanan sehari-hari yang jenis dan jumlah
zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemenuhan zat gizi yang diperoleh dari
makanan sehari-hari harus memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas
fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal guna mencegah
masalah gizi.

22
Pada prinsipnya gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang merupakan upaya
untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan
mengontrol berat badan secara teratur. Adapun 4 (empat) pilar gizi seimbang tersebut,
adalah: 1) Konsumsi makanan dengan beraneka ragam; 2) Pola hidup aktif dan berolah
raga; 3) Menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan, 4) Menjaga berat badan ideal (Eka
Dian Y, 2022).
Anak balita merupakan anak berusia di bawah lima tahun dan dikelompokan
menjadi 2 kelompok besar, yaitu anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Kebutuhan zat gizi balita mengalami peningkatan karena masih berada pada masa
pertumbuhan dan terjadinya peningkatan aktivitas fisik. Anak usia 2-5 tahun sudah
mempunyai kemampuan memilih makanan yang disukai. Selain itu, anak balita sudah
mulai sering keluah rumah sehingga rentan terkena penyakit infeksi (Ernawati Naya dkk,
2022).
2. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara
kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh
usia, jenis kelamin, akti/itas, berat badan, dantinggi badan. Antara
asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh
status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap
bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat +KMS).
1. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
2. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya
relatif lebih kecil.

23
3. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring
dengan bertambahnya usia.
4. Beberapa hal yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya
gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai
penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi
dan anak usia dibawah lima tahun+balita) adalah tidak sesuainya
jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan
tubuh mereka.

3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Gizi


Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga
yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan
yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian
gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik+cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan
tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga,
khususnya makanan anak balita.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi
tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas
akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan
makanan itu.
24
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan
harkat keluarga. 5 jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, /vitamin A dan protein
dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang
dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu
atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan
tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
d. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak
yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang
hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya
tidak dapat merawatnya secara baik.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Makanan Bagi Balita
Faktor-faktornya dipengaruhi oleh:
 Umur
 Berat badan
 Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan)
 Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan
 Kebiasaan makan, kesukaan, dan ketidaksukaan, akseptabilitas terhadap jenis
makanandan toleransi anak terhadap makanan yang dilberikan
 Jenis dan jumlah makanan yang diberikan
 Kapan saan yang tepat pemberian makanan

25
Faktor makanan balita juga disebabkan oleh gangguan atau kelainan nafsu makan:

a. Anoreksian
Anoreksian adalah keadaan nafsu makan atau sama sekali tidak ada. Merupakan
keluhan yang sering dikemukakanoleh banyak orang tua mengenai anaknya.Anoreksia
disebabkan oleh berbagai factor, berupa penyakit organis, psikologis atau pengaturan
makanan yang kurang baik. Keluhan anoreksia tanpa penyakit organis yang nyata lebih
sering ditemukan pada tunggal, anak yang umurnya banyak berbeda dengan kakaknya
dan pada anak yang orang tuanya telah berusia lanjut. Anoreksia yang menyertai penyakit
organis akan menghilangkan bila anak telah sembuh dari penyakit primernya.
Berbagai penyakit infeksi baik yang mendadak maupun yang menahun, kelainan
bawaan Pengobatan terhadap anoreksia terdiri dari:
 Memperbaiki faktor pnyebabnya, baik karena gangguan organis maupun psikolosis.
 Memperbaiki defisiensi gizi yang telah terjadi dengan pengaturan makanan yang
sesuai dan pemberian preparat vitamin.
 Obat-obat perangsang nafsu makan misalnya Cyproheptadine, Pizotifen dan
sebagainya hanya diberikan bila perlu dan jelas tidak ditemukan penyebab yang
nyata dari anoreksia tersebut.
b. Pika
Pika ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan terhadap
berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong maka, misalnya tanah, pasir,
rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat keing, dingding tembok dan
sebagainya. Terdapat golongan anak dibawah umur 3 tahun, biasanya diatas 1 tahun,
sebab bayi yang sedang belajar merangkak dan anak sapihan wajar bila suak memasukan
benda-benda yang dipegangnya kedalam mulutnya.Keadaan tersebut merupakan gejqala
normal, sebagai suatu tahap perkembangan oral dalam usaha memperoleh pengalaman
keputusan dan mengadakan eksporasi dunia luar dengan jalan menggunakan mulutnya.
Pada penderita pika, tingkah laku demikian sering disertai kesukaan untuk bermain
dengan benda-beda kotor termasuk eksterna.

26
Pika mungkin terdapat penderita yang menderita defisiensi gizi, mungkin pula pada
penderita retardasi mental. Tetapi pika terdiri pengawasan yang ketat agar penderita tidak
memakan benda-benda yang mungkin berbahaya untuk kesehatannay, misalnya
mengakibatkan keracunan dan infeksi. Selain itu kepada penderita diberikan obyek yang
tidak berbahaya, yang dapat digunakan untuk menggigit, mengunyah dan dipermainkan
dengan mulutnya. Bila terdapat defisiensi izi, hendaknya diberikan terapi yang sesuai.
c. Diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai sebab, baik kelainan usus maupun diluar usus,
tetapi mungkin pula karena makanan yang kurang cocok komposisinya. Diare juga lebih
sering ditemukan pada bayi dan balita yang minum susu botol karena kontaminasi.
d. Kolik
Kolik ialah suatu kumpulan gejala, terutama berupa serangan paroksiamal dari perasaan
nyeri perut yang dapat disertai dengan wajah kemerahan atau kebiruan. Kelaiana ini
dapat terjadi pada masa bayai muda, biasanya dibawah 3 bulan. Penyebabnya mungkin
terlalu banyak mengandung karbohidrat, gangguan emosi an lain-lain.
Dengan memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut diatas, umumnya
tidak akan terjadi banyak kekeliruan dalam mengatur makanan untuk seorang bayi
maupun anak balita.
5. Menu Seimbang Pada Balita
Kelompok bahan makanan sumber zat gizi makro dan mikro yang dapat
diberikan diberikan sebagai MP ASI adalah sebagai berikut (Kemenkes RI,
2020):
 Sumber karbohidrat Bahan makanan sumber karbohidrat yang dianjurkan
diberikan dalam MP ASI adalah kelompok bahan makanan pokok yang kaya
akan polisakarida seperti serealia, biji-bijian, umbi-umbian, dan
tepungtepungan.
 Sumber protein hewani Bahan makanan sumber protein hewani yang
dianjurkan diberikan dalam MP ASI adalah susu, ikan, daging sapi, unggas,
hati, dan telur. Dalam MP ASI, pemberian sumber protein hewani lebih
diprioritaskan.
27
Hal ini disebabkan oleh bioavailabilitas dan tingkat absorpsi sumber protein
hewani lebih baik dibandingkan sumber protein nabati. Selain itu, sumber
protein hewani mengandung asam amino yang lengkap.
 Sumber protein nabati Bahan makanan sumber protein nabati yang dianjurkan
diberikan dalam MP ASI adalah aneka kacang-kacangan seperti kacang hijau,
kedelai, kacang tanah, kacang polong, tahu, tempe, dll. Namun, sebelum
memberikan kacang-kacangan pada bayi, kacang-kacangan harus diolah
dengan tepat berupa perendaman, pemanasan, dan fermentasi. Sebab kacang-
kacangan mengandung asam fitat yang tinggi yang menghambat absorpsi besi
dan mineral lainnya.
 Sumber lemak Lemak merupakan sumber energi yang efisien bagi bayi.
Dengan menambahkan lemak pada MP ASI, kandungan energi MP ASI dapat
meningkat tanpa harus meningkatkan volumenya secara signifikan. Sumber
lemak yang dianjurkan diberikan dalam MP ASI adalah berbagai minyak
nabati seperti minyak kelapa, minyak wijen, minyak kedelai, minyak kelapa
sawit, dan margarin serta lemak hewani seperti mentega. Bahan makanan
sumber protein hewani yang mengandung lemak esensial omega 3 dan omega
6 adalah ikan. Asam lemak esensial tersebut sangat penting dalam
perkembangan otak. Asam lemak esensial dapat diperoleh dari ikan yang
berasal dari perairan laut dalam seperti ikan tuna, kembung, sardine, tongkol,
kerapu, tenggiri, kakap, serta ikan salmon.
 Sumber vitamin dan mineral Vitamin A dan C dapat ditemukan dalam jumlah
yang berlimpah dalam buah dan sayuran berwarna kuning, oranye, dan hijau,
tetapi juga mengandung banyak serat. Buah dan sayuran hanya diperkenalkan
dalam jumlah kecil karena bayi dan anak kecil memiliki kebutuhan serat yang
sangat kecil. Karbohidrat, protein hewani, dan protein nabati merupakan
sumber makanan yang dapat memenuhi kebutuhan vitamin. Kekurangan zat
besi dan seng adalah kekurangan mineral yang paling umum pada bayi dan
anak-anak. Daging merah dan hati ayam merupakan sumber zat besi dan seng
yang mudah diabsorpsi.
28
LAMPRAN

1.Leaflet
2. Flipchart

3. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai