Anda di halaman 1dari 22

Tugas Kelompok Hari : Jumat

MK. Program gizi masyarakat Tanggal : 02 Agustus 2019

Konsep Dasar Program Perbaikan Gizi

Disusun Oleh :

Cucu Yuliana Wahida P031813411045

Heni Adelina P031813411052

Indria Putri Nur Arfi P031813411053

Putri Azhura P031813411067

Sindy Angela P031813411071

Suci Tri Hartaty P031813411073

Dosen Pembimbing:

Hesti Atasasih, SP, MKM

POLTEKKES KEMENKES RIAU

JURUSAN GIZI

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat

yang hanya kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya

kepada-Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang telah

diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa

saja yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya petunjuk.

Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad SAW

yang telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan

kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam. Shalawat

dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang

meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga akhir zaman.

Ahlamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah Proram

Gizi masyarakat. Dalam menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit

kendala yang penulis hadapi.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak

demi perbaikan makalah ini.

Pekanbaru, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 1

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................ 2

1.1. Latar belakang ............................................................................................. 2

1.2. Tujuan ......................................................................................................... 3

1.3. Rumusan Makalah ..................................................................................... 3

Bab II Pembahasan ........................................................................................................ 3

2.1 Pengertian dan Jenis Program Perbaikan Gizi ..................................................... 3

2.2 Faktor yang dipertimbangkan dalam menyusun program Perbaikan Gizi........... 6

2.3 Peran Program Perbaikan gizi Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia......... 9

Bab III Penutup.............................................................................................................. 17

3.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 17

3.2 Saran ............................................................................................................... 17

Daftar pustaka ................................................................................................................ 18


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh

status gizi(supriasa 2010) . Status gizi balita perlu diperhatikan dalam gizi baik,dengan cara

memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbahan (path,2004).

Perkembngan masalah gizi di Indonesia semakin komplek saat ini,salah satunya yaitu

mengenai persoalan Balita pendek (stunting) .

Stunting dapat diagnosis melalui indek antropometri tinggi badan menurut umur yang

mencerminkan pertumbahan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan

indikasi kekurangan gizi jangka panjang,akibat dari gizi yang tidak memadai . Stunting

merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk dicapai potensi genetik sebagai akibat pola

makan yang buruk dan penyakit infeksi(ACC/SCN 2000) .

Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang kurang baik . Keadaan

gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi,saat ini di Indonesia

menghadapi masalah gizi ganda,yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi berlebih .

Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,kurangnya persediaan

pangan,kurang baiknya kualitas lingkungan dan sanitasi,kurangnya pengetahuan

masyarakat,menu seimbang dan kesehatan,dan adanya daerah miskin yang yang

menyebabkan sulitnya masyarakat untuk memperoleh makanan engan gizi baik . sebaliknya

masalah gizi lebih oleh disebabkan kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu

yang disertai dengan minimnya pengetahuan tentang fizi,menu seimbang,dan kesehatan.


Dengan demikian,sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian kesehatan guna mencegah

terjadinya gizi salah dan malnutrisi dan risiko untuk mrnjadi kurang gizi . Tingginya angka

kematian ini juga dampak dari kekurangan gizi pada penduduk mulai dari bayi

dilahirkan,masalahnya sudah mulai muncul,yaitu dengan banyaknya bayi lahir dengan berat

badan rendah . Masalah ini berlanjut dengan tingginya masalah gizi kurang pada balita,anak

usia sekolah,remaja,dewasa sampai dengan dengan usia lanjut . Masalah gizi pada hakikatnya

adalah masalah gizi masyarakat,namun penanggulangnya tidak dapat dilakukan dengan

pendekatan dan medis dan pelayanan kesehatan saja . Oleh karena itu perlu adanya kesadaran

masyarakat dan semuan instansi terkait untuk memahami masalah gizi ini dengan

serius,karena hal itulah pada makalah ini akan dibahas mengenai program perbaikan gizi

pada masyarakat .

1.2 Rumusan Masalah

1. apa saja yang dimaksud dengan program perbaikan gizi ?

2. apa saja faktor program perbaikan gizi?

3. bagaimana peran perbaikan gizi dalam meningkatkan sumberdaya manusia?

1.3 Tujuan

Memahami konsep dasar program perbaikan gizi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan

kesejahteraan manusia. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normaldari organ serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002). WHO

mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup.

Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang

diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh, dan

menghasilkan energi (Yuniastuti, 2008).

Zat gizi atau nutrient merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan digunakan

untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh. Berbagai zat gizi yang

diperlukan tubuh dapat digolongkan ke dalam enam macam yaitu (1) karbohidrat, (2) protein, (3)

lemak, (4) vitamin, (5) mineral dan (6) air. Sementara itu energi dapat diperoleh dari pembakaran

karbohidrat, protein dan lemak di dalam tubuh.Gizi baik menjadi landasan setiap individu

mencapai potensi maksimal yang dimilikinya. Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang.

Perbaikan gizi, khususnya penurunan stunting menjadi salah satu agenda prioritas pembangunan

kesehatan. Perbaikan gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada

1000 HPK yaitu mulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusuia 2 tahun. Sasaran

diperluas dengan mengembangkan jangkauan pelayanan gizi pada remaja puteri dan calon

pengantin melalui pemberian tablet tambah darah (TTD), sebagai persiapan periode kehamilan
Berbagai jurnal menyebutkan, kerugian materi dan imateri dari masalah gizi luar biasa besar.

Masalah gizi menyebabkan rendahnya status kesehatan dan gizi sehingga berpengaruh terhadap

rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), pencapaian pendidikan rendah, dan daya saing

bangsa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diperoleh angka stunting sebesar

30,8%. Hal ini menunjukkan bahwa masalah stunting masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat karena masih di atas ambang batas 20%.Demikian juga dengan meningkatnya angka

anemia pada ibu hamil sebesar 48,9% (Riskesdas, 2018) dari yang sebelumnya 37,1%

(Riskesdas, 2013). Masalah tersebut berhubungan dengan fakta yang menunjukkan 70-80% ibu

hamil belum tercukupi konsumsi energi dan proteinnya (Studi Diet Total, 2014).Perbaikan gizi

masih perlu dioptimalkan, upaya Kementerian Kesehatan dalam Program Indonesia Sehat

melalui Pendekatan Keluarga difokuskan pada 4 prioritas yaitu percepatan penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), perbaikan gizi khususnya penurunan

prevalensi stunting, serta penurunan penyakit menular dan tidak menular.Pendekatan keluarga

dilakukan sebagai strategi perubahan perilaku yang dimulai dari keluarga dan masyarakat dalam

penerapan gizi seimbang. Hal itu dilakukan dengan mengedepankan konsumsi ikan, sayur dan

buah, serta pengenalan terhadap risiko penyakit. Namun, perbaikan gizi melalui intervensi gizi

spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya

intervensi sensitif dari sektor non-kesehatan, seperti peningkatan produksi pertanian untuk

mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, perlindungan sosial untuk

pengentasan kemiskinan melalui program keluarga harapan (PKH), program nasional

pemberdayaan masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, serta program

pemberdayaan perempuan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian dan Jenis Program Perbaikan Gizi

A. Pengertian Program Perbaikan Gizi

Program perbaikan gizi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari i m p l e m e n t a s i

program kesehatan, baik di tingkat makro maupun mikro. Pada tingkat mikro, program perbaikan

gizi di puskesmas merupakan salah satu program dari tujuh program dasar yang ada, yaitu

program kesehatan ibu dan anak (KIA), program perbaikan gizi, program kesehatan lingkungan,

program promosi kesehatan, program pencegahan dan penanggulangan penyakit(P2P), program

pengobatan dan program spesifik Lokal. Berhasil tidaknya pelaksanaan ke tujuh program ini ,

semua tergantung dari pengelolaan atau penyelenggaraan yang termasuk pengelolaan program

perbaikan gizi.

Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat, rumusan tujuan

umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat

keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat dan status gizi

yang optimal. Menyadari faktor penyebab masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijakan

desentralisasi, maka perlu dirumuskan strategi program gizi khususnya pada program perbaikan

gizi makro, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor:

1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.

Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan,

perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa
akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan

penyakit infeksi.Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro.Masalah gizi makro

adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi

dan protein.

Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila

terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor

dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.

Program perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya

mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di

perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat,

meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan

meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.

Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan

keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan

petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan

pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK (kekurangan energi kronik).

Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program perbaikan gizi makro, yaitu dimulai dari

evaluasi input, proses, output dan impact dengan tujuan untuk menilai persiapan, pelaksanaan,

pencapaian target dan prevalensi status gizi pada sasaran.


B. Jenis Program Perbaikan Gizi

Keberhasilan suatu pemerintahan biasanya dapat dilihat salah satunya dengan melihat

status gizi masyarakatnya.Status gizi yang tidak baik menandakan kurang baiknya kecukupan

pangan suatu bangsa dan ketahanan pangannya.Setelah ketersediaan pangan terjawab yang

menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana status pangan atau makanan tersebut, baik

nilai ada gizinya atau tidak. Ketahanan pangan dan kecukupan nilai gizi harus didukung dengan

program-program pemerintah yang akan terwujudnya masyarakat tahan pangan dan cukup gizi.

Berikut ini adalah berbagai program pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi :

a. Pola Menu 4 Sehat 5 Sempurna

b. Pedoman Umum Gizi Seimbang

c. Pedoman Gizi Seimbang

d. Daftar bahan Penukar

e. Keluarga Sadar Gizi

f. Strategi dan Upaya Penanggulangan Akibat Kekurangan Iodium

g. Posyandu sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan

Masyarakat

h. Millenium Development Goals (MDGs)

i. Jampersal

j. Jamkesmas

k. Jamkesda .
3.2 Faktor-Faktor Yang Dipertimbngkan Dalam Menusun Progam Perbaikan Gizi

Mengapa kita perlu memajukan dan meningkatkan kesehatan gizi masyarakat indonesia?

Karena kesehatan dan gizi merupkan faktor penting yang secara langsung berpengaruh terhadap

kualitas sumber daya manusia (SDM).Negara yang hebat adalah negara yang memiliki sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas. Maka dari itu peran ahli gizi sangat diperlukan untuk

mengupayakan peningkatan status gizi dan kesehatan dari masyarakat melalui perbaikan gizi

agar dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat

berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor-faktor yang Mempengaruhi tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Keterbatasan anggaran

Berdasarkan hasil penelitiandanang telah dilakukan dalam kegiatan program perbaikan

gizi masyarakat sudah dianggarkan pemerintah dalam apbd kota pekanbaru tahun 2017, namun

demikian karena adanya pengurangan anggaran atau rasionalisasi anggaran pada Apbdp kota

pekanbaru tahun 2017, Maka tidak semua kegiatan dari program perbaikan gizi ada anggarannya.

Namun bukan berarti kegiatan itu tidak dijalankan.Seperti kegiatan kadarzi (keluarga sadar gizi)

yang sebenarnya ada pelatihan untuk kegiatan itu, tetapi karena keterbatasan dana, dinas

kesehatan lebih memprioritaskan untuk pelatihan mp-asi yang sasarannya untuk meningkatkan

pemberian asi pada balita secara eksklusif sehingga bila pemberian asi terpenuhi minimal

makanan untuk balita Itu tercukupi. Tetapi bukan berarti untuk kegiatan kadarzi tidak berjalan,

materi tentang kadarzi masih di selipkan dalam setiap pelatihan yang dilakukan oleh bagian

kesehatan masyarakat dinas kesehatan kota pekanbaru.


2. Kurangnya partisipasi masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan partisipasi dari masyarakat itu sendiri

untuk mengikuti semua program dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sangatlah

dibutuhkan, karena tanpa adanya partisipasi dan peran aktif dari masyarakat kegiatan yang telah

di rencanakan tidak akan berjalan. Dinas kesehatan bersama puskesmas, kader, telah melakukan

sosialisasi, terhadap kegiatan yang akan di lakukan, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang

kalau hanya sudah terjadi terkait masalah kesehatan saja baru datang ke puskesmas.Padahal

sebelum terjadinya penyakit tentu ada gejala terlebih dahulu, jika pemahaman masyarakat cukup

atau masyarakat aktif terhadap kegiatan berbaur kesehatan terutama soal gizi dankeluarga maka

tidak akan terjadi lambatnya terdeteksi penyakit.

Seperti pada masalah gizi buruk, ada beberapa kasus yang penyebabnya bukan karena

kasus gizi buruk dengan adanya penyakit penyerta, kalau bukan karena penyakit penyerta

penyebab terjadinya gizi buruk yaitu melalui faktor intek (makanan). Bila terjadi pada faktor ini,

untuk memudahkan dalam melakukan perbaikan status gizinya hingga menjadi status gizi baik,

seharusnya dibawa ke tfc atau tempat pemulihan gizi disitu akan diberi makanan, dilakukan

pemantauan langsung oleh ahli gizi, atau perawat yang sudah dibayar menjadi tenaga honorer

sampai dengan kondisi pasien pulih. Di tfc keluarganya juga dapat langsung tinggal, tetapi ada

beberapa penderita gizi buruk yang seharusnya bisa dengan dibawa ke tfc tidak mau dirawat di

tfc dan lebih memilih untuk dirawat jalan dirumah saja, alhasil pemantauan hanya dapat

dilakukan melalui kunjungan petugas puskesmas atau kader yang biasanya sekali seminggu, dan

pemantauan melalui via telfin saja. Kemudian bentuk kurangnya partisipasi masyarakat dapat

dilihat dari kegiatan posyandu setiap bulannya. Bila bayi telah melakukan semua imunisasi,

maka orang tua sudah tidak ada membawa anaknya ke posyandu. Padahal di posyandu tidak saja
kegiatan imunisasi yang kita lakukan, tetapi juga pemberian makanan tambahan bagi balita,

pemantauan status gizi dan perkembangannya, dan kegiatan lainnya,

3. Adanya penduduk pendatang

Adanya warga pendatang yang tinggalnya berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah

lainnya juga dapat menjadi Salah satu timbul permasalahan gizi. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan akibat lokasi wilayah pekanbaru merupakan daerah yang mobilisasi

penduduknya tinggi, terkadang untuk masalah pengetahuan tentang kesehatan dan lainnya yang

memang warga pekanbaru sudah paham ataupun tau dan diberi pengarahan baik itu bagaimana

kesehatan yang baik terutama soal gizi, maupun sistem pelaporan apabila terjadi masalah

kesehatan, tetapi ada warga pendatang yang tidak mau tau baik itu kelengkapan administrasi

kependudukannya, atau keikutsertaannya di masyarakat dengan kegiatan kesehatan seperti yang

telah dilakukan di posyandu setiap bulannya.

Namun ketika telah timbul permasalahan kesehatan barulah melapor ke puskesmas atau

sarana kesehatan lainnya. Ketika dilihat dari kelengkapan administrasi kependudukannya

ternyata bukan ktp Pekanbaru, atau belum punya kk Pekanbaru sementara sudah cukup lama

tinggal di pekanbaru, mereka juga tidak Ikut kegiatan di posyandu, permasalahan yang seperti ini

yang sering terjadi yang seperti ini yang mau tidak mau wajib di tangani karena berada di

wilayah kota Pekanbaru.

3.3 Peran Program Perbaikan Gizi Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia

Pengarahan yang dilakukan untuk program perbaikan gizi masyarakat di Kota pekanbaru

ini terdiri dari:


a) Bimbingan

Bimbingan merupakan pertolongan yang diberikan individu untuk menolong individu lain dalam

membuat keputusan ke arah yang dituju, dan mencapai tujuannya dengan cara yang paling baik

.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bentuk bimbingan yang diberikan dinas kesehatan

seperti pada kegiatan pemberian PMT pada balita. Pemberian makanan tambahan dilakukan oleh

petugas puskesmas dan kader, bersamaan dengan kegiatan posyandu yang dilakukan setiap

bulannya saat pengecekan, imunisasi, serta penimbangan balita di posyandu.

Kemudian pada kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) KLB gizi buruk, kegiatan

ini dilakukan dinas kesehatan, dan puskesmas, serta kader ketika terjadi penemuan kasus.

Kemudian kegiatan MP-ASI jika MP_ASI tersedia maka akan diberikan langsung kepada ibu

balita. Selain itu ada kegiatan pendampingan kasus gizi buruk. Pendampingan kasus gizi buruk

pada kegiatan ini yang lebih banyak terlibat juga puskesmas dan kader, karena petugas

puskesmas yang akan selalu melakukan pemantauan secara langsung terhadap KLB gizi buruk,

mulai dari kasus ditemukan, hingga perkembangan ketika kasus ditangani. Pihak puskesmas

memberikan bimbingan kepada orang tua tentang bagimana untuk perawatan balita gizi

buruk,tanda-tanda yang harus dipahami orang tua, karena berdasrkan hasil penelitian orang tua

untuk pengetahuan soal kesehatan terutama gizi masih rendah, untuk temuan kasus gizi buruk

setelah dilakukan kronologis kejadian, dilakukan pendataa, orang tua setelah kelahiran jarang

melakukan pemeriksaan pada anaknya. Kemudian ada kegiatan pembentukan pusat pemulihan

gizi, pusat pemulihan gizi dikelola oleh dinas kesehatan kota Pekanbaru mulai tahun 2014,

pemulihan status gizi yang dilakukan ditempat ini untuk penderita gizi buruk tetapi yang faktor

penyebabnya intek atau kekurangan makanan. Di tempat ini keadaan status gizi dilakukan oleh

ahli gizi atau perawat yang dibayar selama melakukan perawatan, di tempat ini juga keluarga

penderita gizi buruk juga dapat tinggal selama anaknya melakuakn perawatan.Kemudian untuk
kegiatan berikutnya adanya pelatihan keluarga sadar gizi, pelatihan ini dilakukan kepada kader-

kader yang telah ditunjuk di setiap wilayah yang ada di pekanbaru, pada pelatihan itu selain

tentang gizi yang baik, juga sekaligus membahas tentang kelompok pendukung ASI.Pelatihan

biasanya dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Kemudian dibentuknya Kelompok

Pendukung ASI, kelompok ini melalui kader dilakukan pelatihan dan bimbingan, kemudian

mereka melakukan sharing di masyarakat tentang ASI, kelompok ini dibentuk agar pemberian

ASI lebih meningkat, karena apabila ASI terpenuhi maka gizi pada anak akan tercukupi.

b) Saran

Saran adalah sebuah solusi yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tugas pemerintah untukperbaikan gizi

masyarakat di pekanbaru ini saran banyak diberikan oleh kader, karena kader yang berda lebih

dekat dengan masyarakat karena disetiap wilayah mempunyai minimal 5 orang kader. Kader

banyak meberikan masukan kepada masyarakat khususnya ibu dan balitanya untuk melakukan

dan mengikuti kegiatan-kegitan kesehatan yang dilakukan di posyandu seperti penimbangan

balita, pemantauan status gizi balita, konseling ASI, kelompok pendukung asi, pemberian

vitamin dan kegiatan lainnya. Kadang bila orang tua tidak membawa anaknya ke posyandu maka

kader akan melakukan pendekatan ke masyarakat dengan mendatangi rumah warga untuk

mengajak warga ikut kegiatan di posyandu.

c) Perintah-perintah

Perintah adalah suatu instruksi resmi dari seorang atasan kepada bawahan untuk

mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu, guna merealisasi tujuan yang ada.Ada 4 unsur

suatu perintah, yaitu instruksi resmi, dari atasan kepada bawahan, mengerjakan atau tidak

mengerjakan sesuatu hal, merealisasikan tujuan. Suatu perintah bisa berbentuk resmi baik lisan

ataupun tulisan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh

petugas puskesmas ataupun kader dalam menjalankan progam perbaikan gizi ini selalu

dilaporkan kepada dinas kesehatan. Kemudian bentuk perintah-perintah yang terjadi dapat dilihat

jelas dalam kasus penangan gizi buruk.Dari mulai kasus ditemukan sampai penanganan sudah

ada alur prosedur bagaimana untuk penanganan kasusnya.

Pertama ketika kasus ditemukan baik itu berdasarkan laporan dari penderita atau

berdasarkan laporan warga sekitar penderita kasus tinggal harus dilaporkan terlebih dahulu

kepada pihak puskesmas yang berada di wilayah itu, kemudian petugas puskesmas melaporkan

temuan kasus kepada dinas kesehatan kota pekanbaru yang diterima oleh seksi kesehatan dan

gizi masyarakat. Setelah laporan sampai kepada seksi kesehatan masyarakat dan gizi, laporan

akan dilaporkan kepada kepala bidangkesehatan masyarakat. Setelah itu bagian gizi bersama

puskesmas, dan kader akan menindak lanjuti kasus, kemudian memastikan kasus dengan

mengunjungi kasus. setelah kasus dikunjungi petugas puskesmas membuat laporan yang berisi,

bagaimana kondisi keluarga, bagaimana kejadian yang dirasakan sebelum terjadi gizi buruk,

kronologis kasus, sejauh mana pengetahuan keluarga tentang kesehatan,dan lain-lain. Dengan

kasus telah dikunjungi maka laporan yang telah di sampaikan seblumnya kepada kabid maka di

sahkan oleh kabid, dan menindak lanjuti penyebab epidemologinya. Kemudian Laporan di

serahkan kepada kepala dinas kesehatan Kota Pekanbaru untuk nantinya setelah diperiksa akan

di laporkan kepada dinas kesehatan Provinsi Riau. Nantinya seksi gizi akan melakukan

koordinasi lebih lanjut dengan lintas program dan lintas sektoral untuk penanganan kasus.
Setelah dilakukan koordinasi barulah untuk tahap awal kita penderita gizi buruk akan

diberikan PMT Gizi Buruk. Setelah penderita gizi buruk diberi PMT maka selanjutnya akan terus

dilakukan lakukan monitoring dan evaluasi kasus oleh petugas puskesmas dan kader kemudian

apapun perkembangannya petugas puskesmas akan memberi laporan kepada dinas kesehatan

melalui seksi kesehatan masyarakat dan gizi. Begitulah bentuk perintah-perintah yang terjadi

dalam penanganan kasus gizi buruk.

D. Pengawasan (Controling)

Controlling atau pengawasan sering juga disebut dengan pengendalian adalah salah satu

fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi terhadap

sesuatu sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan

maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

bentuk pengawasan yang dilakukan dinas kesehatan kota pekanbaru sebagai pelaksana program

perbaikan gizi di Kota Pekanbaru ini berperan penuh untuk mengawasi segala hal terkait

kegiatan-kegiatan yang ada, bila terjadi kendala di lapangan dinas kesehatan sudah

menyelesaikannya secara langsung dan cepat dengan instansi-instansi lain yang terlibat. Selain

itu bentuk pengawasan yang dilakukan dalam menjalankan kegiatan dalam program ini terlihat

dari terus berkordinasinya dinas kesehatan, bersama dengan puskesmas, kader, masyarakat serta

melibatkan juga instansi lintas sektoral terkait lainnya.


Disamping itu juga dilakukannya monitoring dan evaluasi di awal tahun dan akhir tahun

untuk membahas bagaimana pelaksanaan program, hasil dari kegiatan, dan apa saja kendala yang

dialami. Terakhir juga dilakukannya pelaporan bagaimana pelaksanaan program di dinas

kesehatan melalui kegiatan LOKMIN (Lokakarya Mini) dengan melibatkan semua puskesmas

yang ada di Kota Pekanbaru.

3.2 Faktor-faktor pertimbangan program perbaikan gizi

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan anggaran

Berdasarkan hasil penelitiandanang telah dilakukan dalam kegiatan program perbaikan

gizi masyarakat sudah dianggarkan pemerintah dalam APBD Kota Pekanbaru tahun 2017,

namun demikian karena adanya pengurangan anggaran atau rasionalisasi anggaran pada APBDP

Kota Pekanbaru tahun 2017, maka tidak semua kegiatan dari program perbaikan gizi ada

anggarannya. Namun bukan berarti kegiatan itu tidak dijalankan.

Seperti kegiatan KADARZI ( KeluargaSadar Gizi) yang sebenarnya ada pelatihan untuk

kegiatan itu, tetapi karena keterbatasan dana, dinas kesehatan lebih memprioritaskan untuk

pelatihan MP- ASI yang sasarannya untuk meningkatkan pemberian ASI pada balita secara

eksklusif sehingga bila pemberian ASI terpenuhi minimal makanan untuk balita itu tercukupi.
Tetapi bukan berarti untuk kegiatan KADARZI tidak berjalan, materi tentang KADARZI

masih di selipkan dalam setiap pelatihan yang dilakukan oleh bagian kesehatan masyarakat

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.

2. Kurangnya partisipasi masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan partisipasi dari masyarakat itu sendiri

untuk mengikuti semua program dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sangatlah

dibutuhkan, karena tanpa adanya partisipasi dan peran aktif dari masyarakat kegiatan yang telah

di rencanakan tidak akan berjalan. Dinas kesehatan bersama puskesmas, kader, telah melakukan

sosialisasi, terhadap kegiatan yang akan di lakukan, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang

kalau hanya sudah terjadi terkait masalah kesehatan saja baru datang ke puskesmas.

Padahal sebelum terjadinya penyakit tentu ada gejala terlebih dahulu, jika pemahaman

masyarakat cukup atau masyarakat aktif terhadap kegiatan berbaur kesehatan terutama soal gizi

dan keluarga maka tidak akan terjadi lambatnya terdeteksi penyakit. Seperti pada masalah gizi

buruk, ada beberapa kasus yang penyebabnya bukan karena kasus gizi buruk dengan adanya

penyakit penyerta, kalau bukan karena penyakit penyerta penyebab terjadinya gizi buruk yaitu

melalui faktor intek (makanan). Bila terjadi pada faktor ini, untuk memudahkan dalam

melakukan perbaikan status gizinya hingga menjadi status gizi baik, seharusnya dibawa ke TFC

atau tempat pemulihan gizi, disitu akan diberi makanan, dilakukan pemantauan langsung oleh

ahli gizi, atau perawat yang sudah dibayar menjadi tenaga honorer sampai dengan kondisi pasien

pulih. Di TFC keluarganya juga dapat langsung tinggal, tetapi ada beberapa penderita gizi buruk

yang seharusnya bisa dengan dibawa ke TFC tidak mau dirawat di TFC dan lebih memilih untuk

dirawat jalan dirumah saja, alhasil pemantauan hanya dapat dilakukan melalui kunjungan
petugas puskesmas atau kader yang biasanya sekali seminggu, dan pemantauan melalui via

telfon saja.

Kemudian bentuk kurangnya partisipasi masyarakat dapat dilihat darikegiatan posyandu

setiap bulannya. bilabayi telah melakukan semua imunisasi, maka orang tua sudah tidak ada

membawa anaknya ke posyandu. Padahal di posyandu tidak saja kegiatan imunisasi yang kita

lakukan, tetapi juga pemberian makanan tambahan bagi balita, pemantauan status gizi dan

perkembangannya, dan kegiatan lainnya,

3. Adanya penduduk pendatang

Adanya warga pendatang yang tinggalnya berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah

lainnya juga dapat menjadi salah satu timbul permasalahan gizi. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan akibat lokasi wilayah Pekanbaru merupakan daerah yang mobilisasi

penduduknya tinggi, terkadang untuk masalah pengetahuan tentang kesehatan dan lainnya yang

memang warga Pekanbaru sudah paham ataupun tau dan diberi pengarahan baik itu bagaimana

kesehatan yang baik terutama soal gizi, maupun sistem pelaporan apabila terjadi masalah

kesehatan, tetapi ada warga pendatang yang tidak mau tau baik itu kelengkapan administrasi

kependudukannya, atau keikutsertaannya di masyarakat dengan kegiatan kesehatan seperti yang

telah dilakukan di posyandu setiap bulannya.

Namun ketika telah timbul permasalahan kesehatan barulah melapor ke puskesmas atau

sarana kesehatan lainnya. Ketika dilihat dari kelengkapan administrasi kependudukannya

ternyata bukan KTP Pekanbaru, atau belum punya KK Pekanbaru sementara sudah cukup lama

tinggal di Pekanbaru, mereka juga tidak ikut kegiatan di posyandu, permasalahan yang seperti ini

yang sering terjadi yang seperti ini yang mau tidak mau wajib di tangani karena berada di

wilayah Kota Pekanbaru.


BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Untuk memperbaiki gizi masyarakat dari sektor pemerintah, memang harus adanya data-

data peran program dan factor-faktor pertimbangan program gizi, pemerintah harus selalu gencar

dalam mengadakan penyuluhan agar terciptanya gizi masyarakat yang seimbang

4.2 Saran

1. Pemerintah perlu gencar dalam melakukan perbaikan gizi pada bayidan balita

2. Pemerintah perlu meningkatkan mutu pangan pada masyarakatkhusunya bagi bayi dan ba

lita agar berbagai masalah gizi bisa dicegah.

3. Pemerataan program bulan vitamin A di Puskesmas dan Posyandu diseluruh Indonesia.

4. Pemberian penyuluhan kesehatan pada masa kehamilan bagi ibu hamil.

5. Meningkatkan kinerja program gizi dengan memperbaiki manajemen perencanaan, penga

daan, distribusi, dan pengawasan bantuan 1000 hari pertama kehidupan suplemen tablet z

at besi dan pemeberian makan tambahan.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/16855595/gizi_kesehatan_masyarakat?auto=download (diakses pada

30/7/2019)

http://ww1.gizi.net/?ts=fENsZWFuUGVwcGVybWludFJhaW5ib3d8fDcwY2NjfGJ1Y2tldDAy

NXx8YnVja2V0MDUwfHwzMDk1NzA0Mzh8fDVkM2ZiZDQ4NzBjMWV8fHwxNTY0N

DU4MzEyLjQ3MzJ8NWFkNTc1ZDYyMjVlODdhYThlY2M1MTUzOTU5NGY0ZGNlN2

MxZjQxZHx8fHx8MXx8fDB8NWQzZmJkNDg4YmExNWM0Yjk3OGI2M2MyfHx8MXx

8fHx8MHwwfHx8fHx8fHx8fDB8MXw1ZDNmYmQ0ODhiYTE1YzRiOTc4YjYzYzJ8MH

wwfDF8MHwwfFcxMD18fDE%3D&pcsa=false&query=pengertian+program+eraikan+gizi

&afdToken=3B1g2HeXRbfskERl0fXXvl2JkLF574gDrNs_12hPWKE1fPH3TMJJDZKcnyB

7L-oRGWXvscQF66iJgIsZvtYnccWz9kjpxWFF&search=1 (diakses pada 30/7/2019)

https://www.academia.edu/13392994/BERBAGAI_PROGRAM_UNGGULAN_PEMERINTAH

_DALAM_UPAYA_PENANGGULANGAN_MASALAH_KEKURANGAN_GIZI (diakses

pada 30/7/2019)

http://www.depkes.go.id/article/view/19011800004/perbaikan-gizi-bangsa-terus-

dioptimalkan.html (diakses pada 30/7/2019)

Anda mungkin juga menyukai