Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing:
JURUSAN GIZI
Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat
yang hanya kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya
kepada-Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa
saja yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya petunjuk.
Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad SAW
yang telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan
kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam. Shalawat
dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
Gizi masyarakat. Dalam menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
Penulis
DAFTAR ISI
2.3 Peran Program Perbaikan gizi Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia......... 9
3.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
Di Negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh
status gizi(supriasa 2010) . Status gizi balita perlu diperhatikan dalam gizi baik,dengan cara
memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbahan (path,2004).
Perkembngan masalah gizi di Indonesia semakin komplek saat ini,salah satunya yaitu
Stunting dapat diagnosis melalui indek antropometri tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbahan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang,akibat dari gizi yang tidak memadai . Stunting
merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk dicapai potensi genetik sebagai akibat pola
Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang kurang baik . Keadaan
gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi,saat ini di Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda,yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi berlebih .
menyebabkan sulitnya masyarakat untuk memperoleh makanan engan gizi baik . sebaliknya
masalah gizi lebih oleh disebabkan kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu
terjadinya gizi salah dan malnutrisi dan risiko untuk mrnjadi kurang gizi . Tingginya angka
kematian ini juga dampak dari kekurangan gizi pada penduduk mulai dari bayi
dilahirkan,masalahnya sudah mulai muncul,yaitu dengan banyaknya bayi lahir dengan berat
badan rendah . Masalah ini berlanjut dengan tingginya masalah gizi kurang pada balita,anak
usia sekolah,remaja,dewasa sampai dengan dengan usia lanjut . Masalah gizi pada hakikatnya
pendekatan dan medis dan pelayanan kesehatan saja . Oleh karena itu perlu adanya kesadaran
masyarakat dan semuan instansi terkait untuk memahami masalah gizi ini dengan
serius,karena hal itulah pada makalah ini akan dibahas mengenai program perbaikan gizi
pada masyarakat .
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
pertumbuhan, dan fungsi normaldari organ serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002). WHO
mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup.
Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang
Zat gizi atau nutrient merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan digunakan
untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh. Berbagai zat gizi yang
diperlukan tubuh dapat digolongkan ke dalam enam macam yaitu (1) karbohidrat, (2) protein, (3)
lemak, (4) vitamin, (5) mineral dan (6) air. Sementara itu energi dapat diperoleh dari pembakaran
karbohidrat, protein dan lemak di dalam tubuh.Gizi baik menjadi landasan setiap individu
mencapai potensi maksimal yang dimilikinya. Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang.
Perbaikan gizi, khususnya penurunan stunting menjadi salah satu agenda prioritas pembangunan
kesehatan. Perbaikan gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada
1000 HPK yaitu mulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusuia 2 tahun. Sasaran
diperluas dengan mengembangkan jangkauan pelayanan gizi pada remaja puteri dan calon
pengantin melalui pemberian tablet tambah darah (TTD), sebagai persiapan periode kehamilan
Berbagai jurnal menyebutkan, kerugian materi dan imateri dari masalah gizi luar biasa besar.
Masalah gizi menyebabkan rendahnya status kesehatan dan gizi sehingga berpengaruh terhadap
rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), pencapaian pendidikan rendah, dan daya saing
bangsa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diperoleh angka stunting sebesar
30,8%. Hal ini menunjukkan bahwa masalah stunting masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena masih di atas ambang batas 20%.Demikian juga dengan meningkatnya angka
anemia pada ibu hamil sebesar 48,9% (Riskesdas, 2018) dari yang sebelumnya 37,1%
(Riskesdas, 2013). Masalah tersebut berhubungan dengan fakta yang menunjukkan 70-80% ibu
hamil belum tercukupi konsumsi energi dan proteinnya (Studi Diet Total, 2014).Perbaikan gizi
masih perlu dioptimalkan, upaya Kementerian Kesehatan dalam Program Indonesia Sehat
melalui Pendekatan Keluarga difokuskan pada 4 prioritas yaitu percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), perbaikan gizi khususnya penurunan
prevalensi stunting, serta penurunan penyakit menular dan tidak menular.Pendekatan keluarga
dilakukan sebagai strategi perubahan perilaku yang dimulai dari keluarga dan masyarakat dalam
penerapan gizi seimbang. Hal itu dilakukan dengan mengedepankan konsumsi ikan, sayur dan
buah, serta pengenalan terhadap risiko penyakit. Namun, perbaikan gizi melalui intervensi gizi
spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya
intervensi sensitif dari sektor non-kesehatan, seperti peningkatan produksi pertanian untuk
mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, perlindungan sosial untuk
pemberdayaan masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, serta program
pemberdayaan perempuan.
BAB III
PEMBAHASAN
program kesehatan, baik di tingkat makro maupun mikro. Pada tingkat mikro, program perbaikan
gizi di puskesmas merupakan salah satu program dari tujuh program dasar yang ada, yaitu
program kesehatan ibu dan anak (KIA), program perbaikan gizi, program kesehatan lingkungan,
pengobatan dan program spesifik Lokal. Berhasil tidaknya pelaksanaan ke tujuh program ini ,
semua tergantung dari pengelolaan atau penyelenggaraan yang termasuk pengelolaan program
perbaikan gizi.
Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat, rumusan tujuan
umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat
keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat dan status gizi
yang optimal. Menyadari faktor penyebab masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijakan
desentralisasi, maka perlu dirumuskan strategi program gizi khususnya pada program perbaikan
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa
akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan
penyakit infeksi.Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro.Masalah gizi makro
adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi
dan protein.
Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang
Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila
terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor
dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.
Program perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya
mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan
keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan
petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan
pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK (kekurangan energi kronik).
Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program perbaikan gizi makro, yaitu dimulai dari
evaluasi input, proses, output dan impact dengan tujuan untuk menilai persiapan, pelaksanaan,
Keberhasilan suatu pemerintahan biasanya dapat dilihat salah satunya dengan melihat
status gizi masyarakatnya.Status gizi yang tidak baik menandakan kurang baiknya kecukupan
pangan suatu bangsa dan ketahanan pangannya.Setelah ketersediaan pangan terjawab yang
menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana status pangan atau makanan tersebut, baik
nilai ada gizinya atau tidak. Ketahanan pangan dan kecukupan nilai gizi harus didukung dengan
program-program pemerintah yang akan terwujudnya masyarakat tahan pangan dan cukup gizi.
Berikut ini adalah berbagai program pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi :
g. Posyandu sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan
Masyarakat
i. Jampersal
j. Jamkesmas
k. Jamkesda .
3.2 Faktor-Faktor Yang Dipertimbngkan Dalam Menusun Progam Perbaikan Gizi
Mengapa kita perlu memajukan dan meningkatkan kesehatan gizi masyarakat indonesia?
Karena kesehatan dan gizi merupkan faktor penting yang secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM).Negara yang hebat adalah negara yang memiliki sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Maka dari itu peran ahli gizi sangat diperlukan untuk
mengupayakan peningkatan status gizi dan kesehatan dari masyarakat melalui perbaikan gizi
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor-faktor yang Mempengaruhi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Keterbatasan anggaran
gizi masyarakat sudah dianggarkan pemerintah dalam apbd kota pekanbaru tahun 2017, namun
demikian karena adanya pengurangan anggaran atau rasionalisasi anggaran pada Apbdp kota
pekanbaru tahun 2017, Maka tidak semua kegiatan dari program perbaikan gizi ada anggarannya.
Namun bukan berarti kegiatan itu tidak dijalankan.Seperti kegiatan kadarzi (keluarga sadar gizi)
yang sebenarnya ada pelatihan untuk kegiatan itu, tetapi karena keterbatasan dana, dinas
kesehatan lebih memprioritaskan untuk pelatihan mp-asi yang sasarannya untuk meningkatkan
pemberian asi pada balita secara eksklusif sehingga bila pemberian asi terpenuhi minimal
makanan untuk balita Itu tercukupi. Tetapi bukan berarti untuk kegiatan kadarzi tidak berjalan,
materi tentang kadarzi masih di selipkan dalam setiap pelatihan yang dilakukan oleh bagian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan partisipasi dari masyarakat itu sendiri
untuk mengikuti semua program dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sangatlah
dibutuhkan, karena tanpa adanya partisipasi dan peran aktif dari masyarakat kegiatan yang telah
di rencanakan tidak akan berjalan. Dinas kesehatan bersama puskesmas, kader, telah melakukan
sosialisasi, terhadap kegiatan yang akan di lakukan, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang
kalau hanya sudah terjadi terkait masalah kesehatan saja baru datang ke puskesmas.Padahal
sebelum terjadinya penyakit tentu ada gejala terlebih dahulu, jika pemahaman masyarakat cukup
atau masyarakat aktif terhadap kegiatan berbaur kesehatan terutama soal gizi dankeluarga maka
Seperti pada masalah gizi buruk, ada beberapa kasus yang penyebabnya bukan karena
kasus gizi buruk dengan adanya penyakit penyerta, kalau bukan karena penyakit penyerta
penyebab terjadinya gizi buruk yaitu melalui faktor intek (makanan). Bila terjadi pada faktor ini,
untuk memudahkan dalam melakukan perbaikan status gizinya hingga menjadi status gizi baik,
seharusnya dibawa ke tfc atau tempat pemulihan gizi disitu akan diberi makanan, dilakukan
pemantauan langsung oleh ahli gizi, atau perawat yang sudah dibayar menjadi tenaga honorer
sampai dengan kondisi pasien pulih. Di tfc keluarganya juga dapat langsung tinggal, tetapi ada
beberapa penderita gizi buruk yang seharusnya bisa dengan dibawa ke tfc tidak mau dirawat di
tfc dan lebih memilih untuk dirawat jalan dirumah saja, alhasil pemantauan hanya dapat
dilakukan melalui kunjungan petugas puskesmas atau kader yang biasanya sekali seminggu, dan
pemantauan melalui via telfin saja. Kemudian bentuk kurangnya partisipasi masyarakat dapat
dilihat dari kegiatan posyandu setiap bulannya. Bila bayi telah melakukan semua imunisasi,
maka orang tua sudah tidak ada membawa anaknya ke posyandu. Padahal di posyandu tidak saja
kegiatan imunisasi yang kita lakukan, tetapi juga pemberian makanan tambahan bagi balita,
Adanya warga pendatang yang tinggalnya berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah
lainnya juga dapat menjadi Salah satu timbul permasalahan gizi. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan akibat lokasi wilayah pekanbaru merupakan daerah yang mobilisasi
penduduknya tinggi, terkadang untuk masalah pengetahuan tentang kesehatan dan lainnya yang
memang warga pekanbaru sudah paham ataupun tau dan diberi pengarahan baik itu bagaimana
kesehatan yang baik terutama soal gizi, maupun sistem pelaporan apabila terjadi masalah
kesehatan, tetapi ada warga pendatang yang tidak mau tau baik itu kelengkapan administrasi
Namun ketika telah timbul permasalahan kesehatan barulah melapor ke puskesmas atau
ternyata bukan ktp Pekanbaru, atau belum punya kk Pekanbaru sementara sudah cukup lama
tinggal di pekanbaru, mereka juga tidak Ikut kegiatan di posyandu, permasalahan yang seperti ini
yang sering terjadi yang seperti ini yang mau tidak mau wajib di tangani karena berada di
3.3 Peran Program Perbaikan Gizi Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia
Pengarahan yang dilakukan untuk program perbaikan gizi masyarakat di Kota pekanbaru
Bimbingan merupakan pertolongan yang diberikan individu untuk menolong individu lain dalam
membuat keputusan ke arah yang dituju, dan mencapai tujuannya dengan cara yang paling baik
.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bentuk bimbingan yang diberikan dinas kesehatan
seperti pada kegiatan pemberian PMT pada balita. Pemberian makanan tambahan dilakukan oleh
petugas puskesmas dan kader, bersamaan dengan kegiatan posyandu yang dilakukan setiap
Kemudian pada kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) KLB gizi buruk, kegiatan
ini dilakukan dinas kesehatan, dan puskesmas, serta kader ketika terjadi penemuan kasus.
Kemudian kegiatan MP-ASI jika MP_ASI tersedia maka akan diberikan langsung kepada ibu
balita. Selain itu ada kegiatan pendampingan kasus gizi buruk. Pendampingan kasus gizi buruk
pada kegiatan ini yang lebih banyak terlibat juga puskesmas dan kader, karena petugas
puskesmas yang akan selalu melakukan pemantauan secara langsung terhadap KLB gizi buruk,
mulai dari kasus ditemukan, hingga perkembangan ketika kasus ditangani. Pihak puskesmas
memberikan bimbingan kepada orang tua tentang bagimana untuk perawatan balita gizi
buruk,tanda-tanda yang harus dipahami orang tua, karena berdasrkan hasil penelitian orang tua
untuk pengetahuan soal kesehatan terutama gizi masih rendah, untuk temuan kasus gizi buruk
setelah dilakukan kronologis kejadian, dilakukan pendataa, orang tua setelah kelahiran jarang
melakukan pemeriksaan pada anaknya. Kemudian ada kegiatan pembentukan pusat pemulihan
gizi, pusat pemulihan gizi dikelola oleh dinas kesehatan kota Pekanbaru mulai tahun 2014,
pemulihan status gizi yang dilakukan ditempat ini untuk penderita gizi buruk tetapi yang faktor
penyebabnya intek atau kekurangan makanan. Di tempat ini keadaan status gizi dilakukan oleh
ahli gizi atau perawat yang dibayar selama melakukan perawatan, di tempat ini juga keluarga
penderita gizi buruk juga dapat tinggal selama anaknya melakuakn perawatan.Kemudian untuk
kegiatan berikutnya adanya pelatihan keluarga sadar gizi, pelatihan ini dilakukan kepada kader-
kader yang telah ditunjuk di setiap wilayah yang ada di pekanbaru, pada pelatihan itu selain
tentang gizi yang baik, juga sekaligus membahas tentang kelompok pendukung ASI.Pelatihan
Pendukung ASI, kelompok ini melalui kader dilakukan pelatihan dan bimbingan, kemudian
mereka melakukan sharing di masyarakat tentang ASI, kelompok ini dibentuk agar pemberian
ASI lebih meningkat, karena apabila ASI terpenuhi maka gizi pada anak akan tercukupi.
b) Saran
Saran adalah sebuah solusi yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tugas pemerintah untukperbaikan gizi
masyarakat di pekanbaru ini saran banyak diberikan oleh kader, karena kader yang berda lebih
dekat dengan masyarakat karena disetiap wilayah mempunyai minimal 5 orang kader. Kader
banyak meberikan masukan kepada masyarakat khususnya ibu dan balitanya untuk melakukan
balita, pemantauan status gizi balita, konseling ASI, kelompok pendukung asi, pemberian
vitamin dan kegiatan lainnya. Kadang bila orang tua tidak membawa anaknya ke posyandu maka
kader akan melakukan pendekatan ke masyarakat dengan mendatangi rumah warga untuk
c) Perintah-perintah
Perintah adalah suatu instruksi resmi dari seorang atasan kepada bawahan untuk
mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu, guna merealisasi tujuan yang ada.Ada 4 unsur
suatu perintah, yaitu instruksi resmi, dari atasan kepada bawahan, mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu hal, merealisasikan tujuan. Suatu perintah bisa berbentuk resmi baik lisan
ataupun tulisan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh
petugas puskesmas ataupun kader dalam menjalankan progam perbaikan gizi ini selalu
dilaporkan kepada dinas kesehatan. Kemudian bentuk perintah-perintah yang terjadi dapat dilihat
jelas dalam kasus penangan gizi buruk.Dari mulai kasus ditemukan sampai penanganan sudah
Pertama ketika kasus ditemukan baik itu berdasarkan laporan dari penderita atau
berdasarkan laporan warga sekitar penderita kasus tinggal harus dilaporkan terlebih dahulu
kepada pihak puskesmas yang berada di wilayah itu, kemudian petugas puskesmas melaporkan
temuan kasus kepada dinas kesehatan kota pekanbaru yang diterima oleh seksi kesehatan dan
gizi masyarakat. Setelah laporan sampai kepada seksi kesehatan masyarakat dan gizi, laporan
akan dilaporkan kepada kepala bidangkesehatan masyarakat. Setelah itu bagian gizi bersama
puskesmas, dan kader akan menindak lanjuti kasus, kemudian memastikan kasus dengan
mengunjungi kasus. setelah kasus dikunjungi petugas puskesmas membuat laporan yang berisi,
bagaimana kondisi keluarga, bagaimana kejadian yang dirasakan sebelum terjadi gizi buruk,
kronologis kasus, sejauh mana pengetahuan keluarga tentang kesehatan,dan lain-lain. Dengan
kasus telah dikunjungi maka laporan yang telah di sampaikan seblumnya kepada kabid maka di
sahkan oleh kabid, dan menindak lanjuti penyebab epidemologinya. Kemudian Laporan di
serahkan kepada kepala dinas kesehatan Kota Pekanbaru untuk nantinya setelah diperiksa akan
di laporkan kepada dinas kesehatan Provinsi Riau. Nantinya seksi gizi akan melakukan
koordinasi lebih lanjut dengan lintas program dan lintas sektoral untuk penanganan kasus.
Setelah dilakukan koordinasi barulah untuk tahap awal kita penderita gizi buruk akan
diberikan PMT Gizi Buruk. Setelah penderita gizi buruk diberi PMT maka selanjutnya akan terus
dilakukan lakukan monitoring dan evaluasi kasus oleh petugas puskesmas dan kader kemudian
apapun perkembangannya petugas puskesmas akan memberi laporan kepada dinas kesehatan
melalui seksi kesehatan masyarakat dan gizi. Begitulah bentuk perintah-perintah yang terjadi
D. Pengawasan (Controling)
Controlling atau pengawasan sering juga disebut dengan pengendalian adalah salah satu
fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi terhadap
sesuatu sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
bentuk pengawasan yang dilakukan dinas kesehatan kota pekanbaru sebagai pelaksana program
perbaikan gizi di Kota Pekanbaru ini berperan penuh untuk mengawasi segala hal terkait
kegiatan-kegiatan yang ada, bila terjadi kendala di lapangan dinas kesehatan sudah
menyelesaikannya secara langsung dan cepat dengan instansi-instansi lain yang terlibat. Selain
itu bentuk pengawasan yang dilakukan dalam menjalankan kegiatan dalam program ini terlihat
dari terus berkordinasinya dinas kesehatan, bersama dengan puskesmas, kader, masyarakat serta
untuk membahas bagaimana pelaksanaan program, hasil dari kegiatan, dan apa saja kendala yang
kesehatan melalui kegiatan LOKMIN (Lokakarya Mini) dengan melibatkan semua puskesmas
1. Keterbatasan anggaran
gizi masyarakat sudah dianggarkan pemerintah dalam APBD Kota Pekanbaru tahun 2017,
namun demikian karena adanya pengurangan anggaran atau rasionalisasi anggaran pada APBDP
Kota Pekanbaru tahun 2017, maka tidak semua kegiatan dari program perbaikan gizi ada
Seperti kegiatan KADARZI ( KeluargaSadar Gizi) yang sebenarnya ada pelatihan untuk
kegiatan itu, tetapi karena keterbatasan dana, dinas kesehatan lebih memprioritaskan untuk
pelatihan MP- ASI yang sasarannya untuk meningkatkan pemberian ASI pada balita secara
eksklusif sehingga bila pemberian ASI terpenuhi minimal makanan untuk balita itu tercukupi.
Tetapi bukan berarti untuk kegiatan KADARZI tidak berjalan, materi tentang KADARZI
masih di selipkan dalam setiap pelatihan yang dilakukan oleh bagian kesehatan masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan partisipasi dari masyarakat itu sendiri
untuk mengikuti semua program dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sangatlah
dibutuhkan, karena tanpa adanya partisipasi dan peran aktif dari masyarakat kegiatan yang telah
di rencanakan tidak akan berjalan. Dinas kesehatan bersama puskesmas, kader, telah melakukan
sosialisasi, terhadap kegiatan yang akan di lakukan, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang
kalau hanya sudah terjadi terkait masalah kesehatan saja baru datang ke puskesmas.
Padahal sebelum terjadinya penyakit tentu ada gejala terlebih dahulu, jika pemahaman
masyarakat cukup atau masyarakat aktif terhadap kegiatan berbaur kesehatan terutama soal gizi
dan keluarga maka tidak akan terjadi lambatnya terdeteksi penyakit. Seperti pada masalah gizi
buruk, ada beberapa kasus yang penyebabnya bukan karena kasus gizi buruk dengan adanya
penyakit penyerta, kalau bukan karena penyakit penyerta penyebab terjadinya gizi buruk yaitu
melalui faktor intek (makanan). Bila terjadi pada faktor ini, untuk memudahkan dalam
melakukan perbaikan status gizinya hingga menjadi status gizi baik, seharusnya dibawa ke TFC
atau tempat pemulihan gizi, disitu akan diberi makanan, dilakukan pemantauan langsung oleh
ahli gizi, atau perawat yang sudah dibayar menjadi tenaga honorer sampai dengan kondisi pasien
pulih. Di TFC keluarganya juga dapat langsung tinggal, tetapi ada beberapa penderita gizi buruk
yang seharusnya bisa dengan dibawa ke TFC tidak mau dirawat di TFC dan lebih memilih untuk
dirawat jalan dirumah saja, alhasil pemantauan hanya dapat dilakukan melalui kunjungan
petugas puskesmas atau kader yang biasanya sekali seminggu, dan pemantauan melalui via
telfon saja.
setiap bulannya. bilabayi telah melakukan semua imunisasi, maka orang tua sudah tidak ada
membawa anaknya ke posyandu. Padahal di posyandu tidak saja kegiatan imunisasi yang kita
lakukan, tetapi juga pemberian makanan tambahan bagi balita, pemantauan status gizi dan
Adanya warga pendatang yang tinggalnya berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah
lainnya juga dapat menjadi salah satu timbul permasalahan gizi. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan akibat lokasi wilayah Pekanbaru merupakan daerah yang mobilisasi
penduduknya tinggi, terkadang untuk masalah pengetahuan tentang kesehatan dan lainnya yang
memang warga Pekanbaru sudah paham ataupun tau dan diberi pengarahan baik itu bagaimana
kesehatan yang baik terutama soal gizi, maupun sistem pelaporan apabila terjadi masalah
kesehatan, tetapi ada warga pendatang yang tidak mau tau baik itu kelengkapan administrasi
Namun ketika telah timbul permasalahan kesehatan barulah melapor ke puskesmas atau
ternyata bukan KTP Pekanbaru, atau belum punya KK Pekanbaru sementara sudah cukup lama
tinggal di Pekanbaru, mereka juga tidak ikut kegiatan di posyandu, permasalahan yang seperti ini
yang sering terjadi yang seperti ini yang mau tidak mau wajib di tangani karena berada di
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Untuk memperbaiki gizi masyarakat dari sektor pemerintah, memang harus adanya data-
data peran program dan factor-faktor pertimbangan program gizi, pemerintah harus selalu gencar
4.2 Saran
1. Pemerintah perlu gencar dalam melakukan perbaikan gizi pada bayidan balita
2. Pemerintah perlu meningkatkan mutu pangan pada masyarakatkhusunya bagi bayi dan ba
daan, distribusi, dan pengawasan bantuan 1000 hari pertama kehidupan suplemen tablet z
30/7/2019)
http://ww1.gizi.net/?ts=fENsZWFuUGVwcGVybWludFJhaW5ib3d8fDcwY2NjfGJ1Y2tldDAy
NXx8YnVja2V0MDUwfHwzMDk1NzA0Mzh8fDVkM2ZiZDQ4NzBjMWV8fHwxNTY0N
DU4MzEyLjQ3MzJ8NWFkNTc1ZDYyMjVlODdhYThlY2M1MTUzOTU5NGY0ZGNlN2
MxZjQxZHx8fHx8MXx8fDB8NWQzZmJkNDg4YmExNWM0Yjk3OGI2M2MyfHx8MXx
8fHx8MHwwfHx8fHx8fHx8fDB8MXw1ZDNmYmQ0ODhiYTE1YzRiOTc4YjYzYzJ8MH
wwfDF8MHwwfFcxMD18fDE%3D&pcsa=false&query=pengertian+program+eraikan+gizi
&afdToken=3B1g2HeXRbfskERl0fXXvl2JkLF574gDrNs_12hPWKE1fPH3TMJJDZKcnyB
https://www.academia.edu/13392994/BERBAGAI_PROGRAM_UNGGULAN_PEMERINTAH
_DALAM_UPAYA_PENANGGULANGAN_MASALAH_KEKURANGAN_GIZI (diakses
pada 30/7/2019)
http://www.depkes.go.id/article/view/19011800004/perbaikan-gizi-bangsa-terus-