E DENGAN
MASALAH RHEMATOID ATRITIS DI DESA SAITNIHUTA
TAHUN 2024
KELOMPOK 2:
JEREMIA PURBA (2114023)
NANI ISSA PADANG (2114022)
MELISA HASUGIAN (2114014)
PUTRI SIMAMORA (2114015)
PENDAHULUAN
perubahan metabolisme, dan kekakuan sendi. (Ackly,B.J Ladwig, G.B & Makic
M.B.F, 2017)
Hingga saat ini masih belum ditemukan pasti apa penyebab remathoid atritis
yang menyebabkan respon imun menyimpang pada pejamu yang rentan secara
1
2
Menurut hasil riskedas 2018 prevalensi penyakit sendi berdasakan diagnosa nakes
diindonesia 7,3% dan untuk wilayah Jawa timur terdapat 5,2 % untuk penderita
Riskesdas (2018) mencatat bahawa ada sekitar 3.8 % pengidap penyakit sendi
Menurut badan kesehtan dunia WHO (2012) menjelakan bahwa sekitar 335 juta
penduduk dunia mengidap penyakit rematik, itu artinya dari enam orang satu di
kesehatan (2012). Saat ini belum ada angka pasti tentang jumlah penderita
indonesia sendiri pengidap reumatoid atritis sering kali di idap oleh penduduk
sendi terjadi dalam 2 tahun pertama perjalanan penyakit. Kerusakan dapat dicegah
kecacatan.Di sisi lain sering didapati kendala dalam diagnosa dinipenyakit ini
yaitu pada masa dini sering belum ditemukan karakteristik Gejala RA. Gejala
reumathoid atritis versi indonesia berdasarkan data pola klinis atritis di indonesia
di masa depan.
Hambatan mobilitas fisik yaitu keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
(Heriana,2014).
1.3 TUJUAN
pasuruan.
4
rejo Kab.Pasuruan
Kab.Pasuruan
Kab.Pasuruan
1.5.1 Metode
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan
1 Wawancara
Data diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim
Kesehatan lainnya
2 Observasi
3 Pemeriksaan
6
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
3. Studi Kepustakaan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Bagian ini terdiri dari dua bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab
berikut ini:
b. Bab 2: tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
masalah.
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari
kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Chairudin,
2003).
2.1.2 Etiologi
yaitu:
b. Endokrin
8
9
c. Autoimun
d. Metabolic
e. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan (gaya hidup dan mandi malam).
Pada saat ini, reumathoid atritis diduga disebabkan oleh factor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; factor infeksi mungkin
disebakan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteroid yang
sendi penderita.
leukosit
e) Visera
2.1.3 Patofisiologi
ini biasanya terdapat pada orang yang mengalami RA, disebut Factor
dengan antigen target mereka dlam darah dan membran sinovial, membentuk
11
2.1.4. Pathway
selama 1 jam
meradang(inflamasi)
gejala-gejala meningkat.
bersamaan.
l. perkembanganpanas.
2.1.8 Penatalaksanaan
makanan yang boleh dimakan seperti tempe, tahu, daging sapi, daging
perjalananpenyakit
dini untuk
digunakan adalah:
sakit.
2.2.1 Definisi
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat olehhubungan
darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selaluberinteraksi satu
sama lain (Mubarak, 2011). Bailon dan Maglaya (1997) dalam Susanto (2012)
mengatakan bahwakeluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung
16
karenahubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
keluargaadalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang
ikatanemosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya.
keluargaadalah:
1. Tradisional
c. Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
d. Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek) dan
keponakan.
g. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota biasa berkumpul
dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktu- waktu tertentu.
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
i. Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
j. Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau salingberdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: Dapur,
k. Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan membesarkan
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karenapilihannya
2. Non Tradisional
18
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa menikah.
c. Commune Family
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan aktivitas
pernikahan.
f. Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai hidup berdekatan satu
h. Foster Family
19
waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
i. Homeless Family
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
j. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
lain:
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa
yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun
tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya
yang lazim.
kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengubah
2. Sosialisasi
masalah.
3. Reproduksi
4. Ekonomi
21
masyarakat.
sakit.
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan, maka keluarga juga mempunyai tugas dalam
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu mencatat dan memperhatikan
2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
yang menyenangkan.
6. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center
families )
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua.
a. Mempertahankan kesehatan.
dan pendapatan.
Hambatan mobilitas fisik adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
(Heriana,2014).
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurafif & Hardi, 2015).
pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Menurut Atoilah, 2013, secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas
antara lain :
a. Imobilitas fisik, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik
25
sebagaimana mestinya. Ini terjadi misalnya pada kerusakan otak karena proses
seseorang yangdicintai.
Keletihan dan kelemahan menjadi penyebab paling umum yang sering terjadi dan
menjadi keluhan bagi lanjut usia. Sekitar 43% lanjut usia telah diidentifikasi memiliki
gaya hidup kurang gerak yang turut berperan terhadap intoleransi akivitas fisik dan
penyakit, sekitar 50% penurunan fungsional pada lanjut usia dikaitkan dengan
ketergantungan kepada orang lain (Stanley dan Beare, 2007). Berdasarkan Nursing
Outcome Classification and Nursing Intervension Classification (NOC & NIC) 2015
tindakankeperawatan
1) Faktor Internal
Faktor internal yang dapat menyebabkan imobilitas atau gangguan aktivitas adalah:
a) Penurunan fungsi muskuloskeletal: Otot (adanya atrofi, distrofi, atau cedera), tulang
artritis dantumor)
tumor,trauma,obat-obatan,penyakitvaskulersepertistroke,penyakitdemielinasi seperti
kronis dantrauma.
d) Jatuh
e) Perubahan fungsisosial
f) Aspekpsikologis
tersebut adalah:
danrestrain.
1) Faktor-faktor mekanis dapat mencegah atau pergerakan tubuh atau bagian tubuh
dengan penggunaan peralatan eksternal (misalnya gips dan traksi) atau alat-alat
b) Karakteristik tempat tinggal: tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok
teman sebaya klien dapat mempengaruhi pola mobilitas dan perilakunya. Dalam
suatu studi tentang status mobilitas pada penghuni panti jompo, mereka yang dapat
berjalan dianjurkan untuk menggunakan kursi roda karena anggapan para staf untuk
penghuni yangpasif.
staf yang adekuat dengan suatu komitmen untuk menolong lansia mempertahankan
mobilitas.Hambatanfisiktermasukkurangnyaalatbantuyangtersediauntuk mobilitas,
pengetahuan dalam menggunakan alatbantumobilitas tidak adekuat, lantai yang licin, dan
tidak adekuatnya sandaran untuk kaki. Sering kali, rancangan arsitektur rumah sakit atau
panti jompo tidak memfasilitasi atau memotivasi klien untuk aktif dan tetap
dapatbergerak.
f) Kebijakan - kebijakan institusional: faktor lingkungan lain yang penting untuk lansia
padamobilitas.
Menurut NANDA (2015) kriteria hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan
kekuatan otot adalah klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari
(walker).
4. JenisImobilitas
1. Imobilitasfisik
yang tidak mampu mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat
2. Imobilitasintelektual
3. Imobilitasemosional
perubahan secara tiba – tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stres
kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai
4. Imobilitassosial
kehidupansosial.
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti
perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), perubahan
a. PerubahanMetabolisme
tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate (BMR) yang
menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel – sel tubuh, sehingga dapat
reabsorbsi kalium.
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein
dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat – zat makanan pada tingkat sel
menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen
d. Gangguan FungsiGastrointestinal
eliminasi.
e. Perubahan SistemPernapasan
ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaanparu.
f. Perubahankardiovaskular
32
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi
saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskular akan menurun
kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam
keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan
g. Perubahan SistemMuskuloskletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskletal sebagai dampak dari imobilitas
otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat
menyebabkan atropi pada otot. Sebagai conoh, otot betis seseorang yang telah
dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan
tanda lemahataulesu
merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang
karena reabsobsi tulang semakin besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium
kedalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine
semakinbesar.
h. Perubahan SistemIntegumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis
jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang
integritas kulit
i. PerubahanEliminasi
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
j. PerubahanPrilaku
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan
kekuatan otot, menurunnya kontrol otot dan koordinasi serta gangguan fisik
a. PosisiFowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
Cara :
a) Jelaskan prosedur yang akandilakukan
b) Dudukkanpasien
c) Berikan sandaran / bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk
b. PosisiSim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk
Cara :
posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha
dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan kedada.
c. PosisiTrendelenburg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran
darah ke otak.
Cara:
dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal di bawah lipatanlutut.
c) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
d. Posisi DorsalRecumbent
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan
d) Pasangselimut
e. PosisiLithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia
Cara:
d) Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomi
38
e) Pasangselimut
f. Posisi GenuPectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
Cara:
Menurut Junaidi (2011) setelah keadaan pasien membaik dan kondisinya telah
b) Atur posisi lengan pasin dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk denganlengan
c) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
39
pergelangan tanganpasien
b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengrah ketubuhnya
degan tanganlainnya
b) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dan pegang tanganpasien
dengan tanganlainnya.
e) Kembalikan ke posisisemula.
40
menghadap kearahnya.
g) Kembalikan ke posisisemula
c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
e) Kembalikan ke posisisemula
c) Kembalikan ke posisisemula
lain memegangkaki
e) Kembalikan ke posisisemula
b) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan
d) Kembalikan ke posisisemula
e) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain
f) Kembalikan ke posisisemula
b) Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu
tangan yang lain diatas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks
d) Kembalikan ke posisisemula
b) Letakkan atu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
f) Kembalikan ke posisisemula
43
e) Kembalikan ke posisisemula
tangan padatumit
c) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
e) Kembalikan ke posisisemula
4) LatihanAmbulasi
pasien
c) Berdirilah disamping tempat tidur dan letakkan tangan pada bahu pasien
kepada pasien
f) Letakkan kedua tangan anda disamping kanan dan kiri pinggang pasien
g) Ketika kaki pasien menapak dilantai, tahan lutut anda pada lutut pasien
7) Membantu berjalan
Prosedur kerja:
kepada pasien
lengan bahupasien
2.3.1 Pengkajian
sebagai berikut:
1) Identitas Klien
Jenis kelamin: Penelitian dari Mayo Clinic yang dilakukan di Amerika Serikat
54.000 -100.000 orang, sedangkan pria hanya 29.000 dari 100.000 orang
(Situmorang, 2017).
Umur : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
2) Riwayat Kesehatan
dapat fokus pada keluhan utama seperti pada nyeri sendi atau dapat menjadi
bagian pengkajian kegiatan total. Jika pasien memiliki masalah dengan struktur
faktor yang memprediksi titrasi dan meredakan, dan semua gejala terkait, catat
faktor keturunan yang terdapat (HLA) atau antigen limfosit manusia yang tinggi.
(HLA) terdapat rematik yang menunjukan adanya hubungan aloagen sel B yang
lebih dikenal anti bodi monoklonal dengan status rematik atau rentan terkena
Pola makan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya kekambuhan. Di
mana pola makan yang sehat sebaiknya dimulai dengan mengadakan perubahan-
perubahan kecil pada makanan yang kita pilih, juga mengurangi makanan dapat
seperti susu kacang, kacang buncis, organ dalam hewan seperti; usus, hati, limpa,
paru, otak, dan jantung, makanan kaleng seperti, sarden, kornet sapi, makanan
durian, air kelapa muda, minuman seperti alkohol dan sayur seperti kangkung dan
4) Kebersihan Diri
Penyebab salah satunya yang sering terjadi rematik inilah alasan mengapa mandi
malam dilarang tetapi semata-mata bukan karena mandi malam. Karena air dan
udara yang dingin memicu pengaruh terhadap kapsul sendi sehingga membuat
mandi air dingin tetapi yang dianjurkan adalah air hangat (Syam S, 2012).
Rematik sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang berlebihan dan
melakukan pekerjaan yang banyak dalam jangka waktu yang lama dengan posisi
jalan maupun berdiri dengan rentan yang lama karena terjadi penekanan yang
berlebihan pada sendi lutut, semakin berat aktivitas yang dilakukan oleh
6) Pengkajian Musculoskeletal
pengkajian total atau sendiri untuk pasien yang diketahui atau dicurigai
muskuloskeletal adalah inspeksi palpasi dan pengukuran massa otot dan rentang
Kaji sendi untuk pembengkakan, nyeri, kemerahan, hangat, crepitus, dan ROM.
Hanya kaji ROM pada setiap sendi jika pasien memiliki masalah muskuloskeletal;
akan tetapi, mengkaji satu sendi atau lebih merupakan bagian umum asuhan
Inspeksi postur tubuh dan gaya berjalan. Postur tubuh harus tegak; gaya berjalan
2. Pengkajian sendi
48
Kaji ROM sendi dengan meminta pasien untuk melakukan aktivitas spesifik untuk
Jari:
Anda".
Siku:
Supinasi 90 derajat: "tekuk siku Anda 90 derajat, dan putar telapak tangan ke
atas".
Pronasi 90 derajat: "tekuk siku Anda 90 derajat dan turunkan kepalan tangan ke
bawah".
Pergelangan kaki:
berfikir dan penalaran yang dipergaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
keperawatan klien.
lambat dan intensitas ringan hingga berat dan konsisten, yang berlangsung
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
tertekan Objektif
1. Tampak
2. meringis
50
Subjektif
berulang Objektif
2. Waspada
4. anoreksia
5. Fokus menyempit
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
Subjektif
ekstremitas Objektif
Subjektif
bergerak Objektif
1. Sendi kaku
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
terpapar informasi
Subjektif
dihadapi objektif
Subjektif
(Tidak
tersedia)
objektif
agitasi histeria)
2.4.5 Intervensi Keperawatan
52
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi Terapeutik
- fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(misal pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (misal duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)
1. Nyeri kronis b.d Kondisi Luaran Utama Intervensi utama
musculoskeletal kronis Manajemen nyeri
1. Tingkat nyeri Observasi
Setelah dilakukan intervensi selama 24 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
jam, maka tingkat nyeri menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil: - Identifikasi skala nyeri
a) Kemampuan menuntaskan aktivitas - Identifikasi respons nyeri non verbal
meningkat - Identifikasi faktor yang memberatkan dan memperingan nyeri
b) keluhan nyeri menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
c) Meringis menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
d) Sikap protektif menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
e) Gelisah menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
f) Kesulitan tidur menurun - Monitor efek samping penggunaan
g) Berfokus pada diri sendiri menurun analgetik Terapeutik
h) Perasaan depresi (tertekan) menurun - Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
i) Perasaan takut mengalami cedera (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
berulang menurun terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
j) Anoreksia menurun hangat atau dingin, terapi bermain)
53
k) Frekuensi nadi membaik - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
l) Pola nafas membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
m) Fokus membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
n) Pola tidur membaik - pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- Perawatan
kenyamanan Observasi
- Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. Mual, nyeri,
gatal, sesak)
- Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
- Identifikasi masalah emosional dan
spiritual Terapeutik
- Berikan posisi yang nyaman
- Berikan kompres dingin atau hangat
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Berikan pemijatan
- Berikan terapi akupresur
- Berikan terapi hypnosis
- Dukungan keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi atau
pengobatan
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi atau pengobatan
yang diinginkan
Edukasi
- Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi atau pengobatan
- Ajarkan terapi relaksasi
- Ajarkan latihan pernafasan
- Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi
terbimbing Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus, antihistamin, jika
perlu
Terapi relaksasi
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat nyeri, ketidakmampuan
54
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah Latihan
- Monitor respons terhadap terapi
relaksasi Terapeutik
- Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Menggunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
- jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (,mis. Musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
55
56
Pelaksana adalah inisiatif dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian yang dilakukan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak belum berhasil maka perlu disusun
Inflamasi non-bakterialdisebabkanolehinfeksi,
endokrin, autoimun, metabolic, danfaktor
genetic, sertafaktorlingkungan
ArtritisReumatoid
Hambatanmob Gangguan
ilitasfisik mekanis dan
Nyeri
fungsional pada
sendi
Tinjauan kasus
3.1 Penkajian
observasi.
I. Data Umum
1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. H
2. Pekerjaan KK : karyawan swasta
3. Pendidikan KK : SLTA/sederajat
4. Diagnosa medis : Rhematoid Atritis
5. Sdri.R P Anak 15 SD
59
Genogram :
Tn.R Ny.k
tn. c Ny.D
NY.I Tn.H Tn.H Ny.K Ny.E Ny.S Ny.e Tn.F Ny.E Ny.y
Ket :
tn.H Ny.E
: perempuan
: Laki-laki
: meninggal
Sdr.s : tinggal serumah
nn.t Sdri.S :garis perkawinan
: garis keturunan
: klien
1. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. H tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan rumah
ruang keluarga, 1 dapur dan 1 kamar mandi + wc. Kondisi rumah kurang
cukup dan pada malam hari penerangan memakai listik dengan bola lampu
Di TPA.
Hubungan Tn. H dengan tetangga kurang baik, keluarga juga jarang ikut
Anggota keluarga lain dalam keluarga saling mendukung bila ada masalah.
1. Struktur peran
Dalam keluarga terdiri dari satu agama, dan tidak ada nilai-nilai tertentu dan
V. Fungsi keluarga
kedepannya.
tetangga yang datang kerumah. Interaksi keluarga Tn. H dan Ny. E dengan
keputusan Tn. H memiliki peran yang besar namun selalu adil kepada
kesehatan yang terjadi bila ada anggota keluarga yang sakit. Keluarga
mampu mengambil keputusan yang tepat jika ada anggota keluarga yang
Berat badan 80 Kg 67 Kg 76 kg 89 kg 63 Kg
Mata Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak
ikterus ikterus ikterus ikterus ikterus
Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
peradangan peradangan peradangan peradangan peradangan
Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
sekret Tidak sekret Tidak sekret Tidak sekret Tidak sekret Tidak
ada kelainan ada kelainan ada kelainan ada kelainan ada kelainan
Telinga Bersih, tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ada serumen, serumen serumen serumen serumen
fungsi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pendengaran luka, fungsi luka, fungsi luka, fungsi luka, fungsi
baik pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik Baik baik
64
Leher/ Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tenggorokan benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan, benjolan, benjolan,
ada bekas ada bekas tidak ada tidak ada tidak ada
luka, tidak ada luka, tidak ada bekas luka, bekas luka, bekas luka,
pelebaran vena pelebaran tidak ada tidak ada tidak ada
jugularis, tidak vena jugularis, pelebaran pelebaran pelebaran
ada tidak ada vena vena vena
jugularis, jugularis, jugularis,
tidak ada tidak ada tidak ada
Dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada simetris dada simetris dada dada dada
Suara nafas Suara nafas simetris simetris simetris
vesikuler vesikuler Suara nafas Suara nafas Suara nafas
Perkusi sonor Perkusi sonor vesikuler vesikuler vesikuler
Tidak ada Tidak ada Perkusi Perkusi Perkusi
ronkhi Tidak ronkhi Tidak sonor Tidak sonor Tidak sonor Tidak
ada stridor ada stridor ada ronkhi ada ronkhi ada ronkhi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
wheezing wheezing stridor stridor stridor
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
suara suara wheezing wheezing wheezing
tambahan tambahan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
suara suara suara
tambahan tambahan tambahan
V. Harapan keluarga
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah Tn. H dengan memberi edukasi dan
bimbingan tentang perawatan pasien rematik kepada Ny.E sehingga dapat
sembuh dan menjalankan kegiatan seperti biasanya.
65
No Data Masalah
1. DS : 1. Ny.E mengatakan “saya sering merasa sakit pada Gangguan
lutut kanan dan jari dikaki kanan” mobilitas fisik
2. Ny.E mengatakan jika sakitnya parah,
susah berjalan.
3. Ny.E mengatakan “kalau ketika saya berjalan
tiba-tiba nyeri lutut, langsung berhenti dulu duduk
mba sampai sakitnya hilang”
4. Ny.E mengatakan “ biasanya saya Cuma
minum obat yang di berikan di puskesmas dan
sedikit di pijat-pijat saya tidak tau cara lain
untuk mengurangi nyerinya”
Tabel 3.4 Skoring Prioritas Masalah keperawatan keluarga Gangguan mobilitas fisik
b.d gangguan musculo skletsal.
Tabel 3.3 Skoring Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga Nyeri Kronis b.d Kondisi
musculoskeletal kronis
No. Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran
1. Sifat masalah : Ny. E sudah 4 bulan
Aktual 3 mengalami nyeri pada sendi
Resiko 2 1 3/3x1=1 lutut dan jari-jari tangan.
Potensial 1
total 4
68
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (berjalan dari rumah ke warung)
69
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.terapi pijat, aromaterapi,
kompres hangat atau dingin)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri dengan
Teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
70
71
No Hari, Implementasi
tanggal/jam
1. 13 1. membina hubungan saling percaya
Novemb 2. mengidentifikasi adanya
er 2023 nyeri atau keluhan fisik
14.00 P : nyeri sendi
Q: nyeri cekot-cekot
R:dilutut kanan dan jari
kaki S : Skala 3
T : saat berjalan dan bangun
tidur Respon : klien menjawab
dengan kooperatif
3. mengukur TTV
14.15 TD : 120/80
mmhg N : 88
x/menit RR :
20 x/menit
S : 36,7 ºC
Respon : pasien mau
melakkan pemeriksaan
14.30 4. Menjelaskan tujuan mobilisasi
5. Mengajarkan pasien
tentang ROM pasif
6. menganjurkan untuk
menggunakan alat bantu
jalan seperti krug atau
walker.
7. Melibatkan keluarga
untuk membantu klien
2. 14 dalam meningkatkan
November pergerakan.
2023 1. mengidentifikasi adanya nyeri
14.00 atau keluhan fisik
P : nyeri sendi
Q: nyeri cekot-cekot
R:dilutut kanan dan jari
kaki
S : Skala 2
14.17 T : saat berjalan dan bangun
14.35 tidur Respon : klien menjawab
dengan kooperatif
2. klien cemas saat mengerakan lutut
3. mengukur TTV
TD : 110/70
mmhg N : 82
x/menit RR :
20 x/menit
S : 36,5 ºC
Respon : pasien mau
melakukan pemeriksaan
4. klien mengetahui tujuan mobilisasi
5. klien berolahraga dipagi hari dengan melakukan
72
gerakan pemanasan ringan sebelum beraktivitas
6. klien menggunakan alat bantu jalan walker.
73
3. 15 1. mengidentifikasi adanya
November nyeri atau keluhan fisik
2023 P : nyeri sendi
Q: nyeri cekot-cekot
R:dilutut kanan dan jari
kaki
S : Skala 2
T : bangun tidur
Respon : klien menjawab dengan
kooperatif
4. mengukur TTV
TD : 120/70
mmhg
N : 89 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8 ºC
Respon : pasien mau
melakukan pemeriksaan
5. klien mengetahui tujuan mobilisasi
6. klien melakukan ROM psif
dipagi hari dengan
melakukan gerakan
pemanasan ringan sebelum
beraktivitas
7. klien menggunakan alat bantu
jalan walker.
8. Melibatkan keluarga
untuk membantu klien
dalam
meningkatkan pergerakan.
1. 13 1. Mengkaji nyeri secara
November 2023 komprehensif. P: nyeri sendi.
Q:nyeri cekot-cekot dan terbakar.
14.35 R: Di lutut dan jari tangan.
S: Skala 3
T: Saat beraktifitas berat dan bangun tidur.
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
14.45 2. Mengukur TTV
TD : 110/80
mmhg N : 80
x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 ◦C
Respon : Klien mau untuk dilakukan
14.50 pemeriksaan
3. Monitor faktor yang memberatkan
dan memperingan nyeri
Respon : Nyeri bertambah saat melakukan
14.55 aktivitas berat
4. Menganjurkan kompres hangat atau dingin
untuk mengurangi rasa nyeri
Respon : klien mengikuti hal yang dianjurkan
15.00 perawat
5. menganjurkan klien untuk istirahat saat
nyeri timbul
74
Respon : klien mengikuti hal yang dianjurkan
75
15.05 perawat
5. menganjurkan teknik relaksasi napas dalam
Respon : klien mengikuti hal yang
15.10 dianjurkan perawat
6. menganjurkan klien minum OAINS secara
tepat dan teratur (Natrium Diclofenac 50 mg)
Respon : klien mengikuti hal
yang dianjurkan perawat
3.6 Evaluasi
Tabel 3.6 evaluasi
No Tanggal Daiagnosa Evaluasi
keperawatan
1 13 Gangguan S:
Novembe mobilitas b.d P : klien mengatakan sering
r 2023 ketidakmampua merasa sakit pada lutut
n keluarga kanan dan jari dikaki kanan
merawat Q : nyeri terasa cekot-cekot R :
keluarga yang nyeri di lutut kanan dan
sakit jari kaki kanan
T : saat berjalan dan bangun
tidur
O:
1. TTV :
TD :110/80 mmhg
Nadi : 88 x/menit RR
:20 x/menit
S : 36,7ºC
2. Berjalan nampak pincang
3. Klien merasa cemas saat
menggerakan kaki nya.
4. Skala nyeri 5
5. K/U composmentis
6. Klien nampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervesi 2,3,4,5,6,7
2. 13 Nyeri kronis S:
Novembe b.d Kondisi P: klien mengatakan masih nyeri pada lutut
r 2023 musculoskeleta dan jari tangannya
l kronis Q: nyeri terasa cekot-cekot dan terbakar
R: nyeri di lutut dan jari tangan
T: hilang timbul
O:
1. TTV:
TD: 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR: 20x/menit
S :36,5°C
1. Tidur menjadi tidak nyenyak
2. S: skala nyeri 3
3. Aktivitas menjadi terganggu
4. Ekspresi wajah meringis
A: Masalah nyeri kronis belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 6,7,8,9
77
3. 14 Gangguan S:
November Mobilitas Fisik P : klien mengatakan sakit pada
2023 b.d gangguan lutut kanan dan jari dikaki
musculoskelet kanan berkurang sedikit
Q : nyeri terasa cekot-cekot R :
al
nyeri di lutut kanan danjari kaki
kanan
5. 15 Gangguan S:
Novemb Mobilitas Fisik P : klien mengatakan sakit pada
er 2023 b.d gangguan lutut kanan dan jari dikaki
musculoskelet kanan berkurang
Q : nyeri terasa cekot-cekot R :
al
nyeri di lutut kanan dan
jari kaki kanan
T : saat berjalan dan bangun
tidur
O:
1. TTV :
TD : 120/70 mmhg Nadi
: 89 x/menit RR :20
x/menit
S : 36,8ºC
2. Klien berjalan
menggunakan walker
3. Klien tidak cemas saat
menggerakan kaki nya.
• Skala nyeri 2
K/U composmentis
79
BAB IV
PENUTUP
Artritis Reumatoid.
5.1 Simpulan
pada Klien dengan diagnosa medis Artritis Reumatoid, maka penulis dapat
1.1.1 Pengkajian
meringis dan juga pincang saat berjalan karena terjadi nyeri pada sendi
lutut dan jari kaki, nyeri cekot-cekot hilang timbul dengan skala nyeri 5,
aktivitas klien terganggu Klien mengatakan bahwa dari keluarga tidak ada
terpapar informasi.
Identifikasi adanya nyeri atau kleuhan fisik lainya mengunkan skala nyeri
klien (0-10), skala nyeri dapat menentukan kualitas nyeri yang klien
dipagi hari)
klien untuk diam sekitar 30 menit saat bangun tidur pagi hari,
1.1.5 Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya Kerjasama
yang baik antara klien, keluarga dan tim Kesehatan. Hasil evaluasi pada
intervensi dihentikan.
1.2 Saran
hubungan yang baik dan keterlibatan klien, keluarga, dan tim Kesehatan
lainnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Iqbal Mubarak, Wahit. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Junaidi, I, 2013, Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Nurwulan, E. 2017. Pengaruh Senam Rematik terhadap Tingkat Nyeri Sendi pada
Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis, 1–15
Meliny, D. 2018. Analisis Faktor Risiko Rematik Usia 45-54 Tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,2(2), 1-7.
PPNI, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Putri, I. R. R., & Priyanto, S. 2019. Penerapan Terapi Back Massage terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri pada Keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Ridha, M. R. & Putri, M. E., 2015. Pengaruh Latihan ROM Aktif Terhadap
Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Koni Kota Jambi. Jurnal Akademika
Baiturrahim, 4(2), pp. 45-52.
Rohmah, Nikmatur, Walid & Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.