D DENGAN APENDISITIS
OLEH KELOMPOK 3 :
DOSEN PENGAMPUH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akan meningkat pula. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) yaitu ulkus gaster
yang masih banyak ditemukan terutama dalam kelompok umur di atas 45 tahun.
Ulkus peptikum didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang
berbatas tegas yang dapat menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan
Suatu perforsi dapat terjadi akiba trauma dan non trauma. Non trauma
benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam maupun trauma
lambung dapat disebabkan ulkus peptic atau yang biasa disebut tukak lambung.
Sementara itu tukak duodenum lebih sering terjadi dua kali dari tukak lambung
(NMS Surgery 5th Edition, 2008). Pada kebanyakan kasus tingkat kematiannya
merupakan lesi yang dalam yang terjadi pada mukosa dan muskularis mukosa
saluran cerna. Ulkus peptikum yang sering terjadi adalah ulkus gastritis dan ulkus
terjadi secara klinis dan terjadi pada semua usia. Diperkirakan penyakit ini
akan mempunyai pengaruh global yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien
(Radhika, 2012).
Indonesia mencapai 0,99 persen yang didapatkan dari angka kematian 8,41 per
100,000 penduduk. Pada tahun 2005-2008, tukak lambung menempati urutan ke-
10 dalam kategori penyebab kematian pada kelompok umur 45-54 tahun pada
laki-laki menurut BPPK Depkes pada tahun 2008 (Aditya Kafi, 2014). Tingginya
perforasi dan perdarahan. Perforasi sering diakibatkan oleh konsumsi obat anti
inflamasi non steroid (OAINS) yang berlebihan (Hill, 2001). Risiko tukak
lambung dan tukak duodenum berkisar antara 11%-30% pada pasien dengan
menderita ulkus peptikum dan 70% diantaranya berusia 25-64 tahun. Sebanyak
48% penderita ulkus peptic disebabkan karena infeksi Helicobacter pylori dan
24% karena penggunaan obat NSAID. Infeksi Helicobacter pylori jarang terjadi
sekitar 4 juta orang menderita ulkus peptikum dengan prevalensi 1.84% (US
Di Indonesia tukak peptik ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50 tahun.
Terutama pada lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis pada orang
dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul
prevalensi tukak lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada anak-
anak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28%, sedangkan pada umur diatas 15 tahun
antara 36.54,3%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, maka
penderita tukak lambung karena H. pylori lebih banyak ditemukan pada etnik
Data dari Rekam Medis Ruang Cempaka RSUD. Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda sendiri didapatkan data jumlah pasien yang dirawat pada 6 bulan
terakhir (Januari - 29 Juni 2015) yaitu 1929 orang. Dari banyaknya jumlah pasien
(perforasi gaster).
Pada Bapak S Yang Menjalani Pasca Operasi Laparatomi Dengan Indikasi Ulkus
B. Rumusan Masalah
Peptikum e.c perforasi gaster Di ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Sjahranie Samarinda.
2. Tujuan Khusus
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan atau pun penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah dengan menggunakan metode deskriftif dan pendekatan studi
1. Wawancara
Untuk memperoleh data dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
(auskultasi).
4. Studi dokumentasi
5. Studi kepustakaan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis mendapat informasi dari
E. Sistematika Penulisan
2. Bab II Tinjauan Pustaka berisi teori-teori yang mendukung isi Karya Tulis
3. Bab III Tinjauan Kasus berisi pelaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri
evaluasi keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pada tahun 350 SM, Diocles Of Carystos dipercaya sebagai orang yang
pada tahun 1586 menjadi orang pertama yang mendeskripsikan ulkus lambung
secara autopsi. Pada tahun 1737, Morgagni juga menyebutkan kondisi ulkus pada
Istilah ulkus peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan mukosa
di bagian mana saja di saluran GI, tetapi biasanya di lambung atau duodenum.
Ulkus gaster atau tukak lambung adalah istilah untuk ulkus di lambung (Corwin,
2010)
erosi, walaupun sering kali dianggap juga sebagai ulkus(Fry, 2005). Menurut
definisi, ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang
Ulkus peptikum diklasifikasikan atas ulkus akut dan ulkus kronik, hal tersebut
Aziz, 2008).
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus”
(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak
pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
yang berbatas tegas yang dapat menembus lapisan serosa sehingga terjadi
B. Etiologi
selresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa
Mutaqqin, 2011).
berikut:
duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan
sering dua kali lipat dari normal.Walaupun setengah dari peningkatan asam
saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi
2. Golongan darah
pengalaman dari Chusing, erosi akut dan tukak pada edofagus, lambung dan
4. Inflamasi bakterial
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus
peptikim menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa lambung, dan
maka infeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman diberantas
dan
mencernakan epitel, bahkan juga jaringan – jaringan di sekitarnya.Keadaai
5. Inflamasi non-bakterial
bulbus duedeni yang mana dapat disebutkan juga antara gastritis, sering
6. Infark
infark, karena asam gelah lambung dan dapat pula ditunjukkan adanya
Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi HCO3- sehingga
memperlemah perlindungan mukosa (Sibernagl, 2007). Efek lain dari obat ini
adalah merusak mukosa local melalui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa.
9. Herediter
Berdasarkan penelitian didalam keluarga ternyata bahwa tukak peptik ini ada
menderita tukak, jika dibandingkan dengan mereka yang orang tuanya sehat.
a. Hernia diafrakmatika
b. Sirosis hati
duodeni pada kaum wanita dengan sirosis biliaris ternyata bertambah, jika
c. Penyakit paru-paru
C. Epidemiologi
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia
terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden
pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus
peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus
lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan (Sylvia A. Price, 2006).
D. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan
asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa
Menurut Price (2006), sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau
rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
c. Fase usus
neurogenik dan
hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam
hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar
dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi
bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas.Kira-kira
Diare dan stiatore (lemak yang tidak diserap dalam feces) dapat
stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal
atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara
fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma
lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress
berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya.Pola ini khas
pada ulserasi stress. Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari
otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan
biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling
sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas (Sylvia A. Price,
2006).
E. Tanda dan gejala
hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat
mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang
tanpa adanya manifestasi yang mendahului. Berikut tanda dan gejala ulkus
1. Nyeri
diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum
mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri
dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali
tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat
pada epigastrium.
3. Muntah
terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang
akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan
dan pemberian obat dalam lingkungan yang rileks.Selain itu dalam upaya
3. Penghentian Merokok
sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran Gl.hal ini dapat
makan ekstrak, alkohol, dan kopi.Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi
5. Obat-obatan
asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari asam atau
G. Komplikasi
adalah :
3. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa lambung
hepatik.
4. Obstruksi pilorik terjadi bila areal distal pada sfingter pilorik menjadi
jaringan parut dan mengeras kar ena spasme atau edema atau karena
H. Pemeriksaan diagnostik
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan
lokasinya.
3. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif
atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan
adanya ulkus.
kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Neurosensori
Gejala: Pusing atau tidak, penglihatan baik atau tidak, pendengaran baik
atau tidak.
b. Sirkulasi
c. Pernafasan
d. Nyeri/ Ketidaknyamanan
e. Makanan/ Cairan
Tanda: Turgor kulit, edema, porsi makan, dan mukosa bibir pasien lembab.
f. Eliminasi
g. Seksualitas
tingkat kepuasan.
h. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam
i. Hygiene
j. Integritas Ego
k. Interaksi Sosial
pendukung.
l. Penyuluhan/ Pembelajaran
m.Safety
n. Discharge Planning
dengan faktor yang berhubungan atau resiko atau tanda gejala yang paling
3. Perencanaan
pasien, dan orang terdekat untuk mengatasi masalah pasien dan membuat
memecahkan masalah.
keperawatan.
e. Menentukan kriteria hasil yang merupakan tolak ukur keberhasilan
tindakan keperawatan.
4. Pelaksanaan
kemajuan (Potter & Perry, 2005). Ada empat alternative dalam menafsirkan
hasil evalusai:
telah ditetapkan.
d. Timbul masalah yang baru: Masalah yang timbul atau muncul yang baru
6. Dokumentasi
a. Definisi
dipertanggung jawabkan.
b. Prinsip – prinsip pencatatan
Prinsip pencatatan di tinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi dan dari
teknik pencatatan.
1) Isi pencatatan
gugatan.
pasien,
2) Teknik pencatatan
dipakai
g) Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi
tanda tangan.
h) Jika pencatatan bersambung pada halamn baru, tanda tangani dan
j) Jelaskan apa yang terlihat, terdengar, terasa dan tercium pada saat
A. Kesimpulan
Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang dilaksanakan selama
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian yang ditemukan pada klien tidak selalu sama karena respon
individu berbeda – beda satu sama lainnya. Pada kasus ini pengkajian pada
hari pertama terhadap bapak S yang menjalani post operasi laparatomi ulkus
mengatakan nyeri.
2. Diagnosa Medis
pengkajian tanggl 25-27 Juni 2015 pada bapak S yang menjalani post operasi
3. Perencanaan
keperawatan.
4. Pelaksanaan
dan keluarga.
5. Evaluasi
kriteria evaluasi dapat teratasi dengan kondisi klien serta keadaan saat ini.
B. Saran-saran
baru karena kebanyakan buku yang ada dari tahun 90an sedangkan referensi
2. Bagi Mahasiswa
diterapkan pada saat praktek dan memudahkan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.