Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Stunting


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting
Sasaran : Ny.R.Tambunan
Waktu : 35 menit
Tempat : Rumah Tn Warisal Lumban Gaol
Hari/Tgl : Senin, 11 September 2023
Nama Penyuluh : Jeremia Purba

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang “ Stunting pada Balita” diharapkan
peserta mampu mengerti dan memahami apa itu stunting pada balita
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 Menit, diharapkan sasaran dapat :
a. Menyebutkan Pengertian tentang stunting
b. Menyebutkan penyebab stunting
c. Menyebutkan risiko kesehatan pada balita stunting
d. Menyebutkan cara penecegahan stunting
e. Menyebutkan dampak stunting

B. Strategi Pelaksanaan
Metode : Ceramah, Tanya Jawab
Media : Flip Chart
Setting Tempat : Berhadapan dengan Peserta
C. Materi (Terlampir)
D. Kegiatan / Proses Penyuluhan

No Langkah – Langkah Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan


Sasaran
1. Pendahuluan 5 Menit Pembukaan : a. Menjawab
(Orientasi ) a. Memberi salam salam
b. Memperkenalkan
b. Mendengarkan
diri
dan memperhatikan
c. Menjelaskan
tujuan penyuluhan
d. Menyebutkan
Materi/ Pokok
Pembahasan
yang akan
disampaikan.
2 Kegitan/Penyajian 15 Menjelaskan Menyimak dan
Menit dMateri Memperhatikan
Penyuluhan
secara berurutan dan
teratur tentang :
a. Menyebutkan
pengertian
stunting
b. Menyebutkan
penyebab
stunting
c. Menyebutkan
tanda dan
gejala stunting
d. Faktor
resiko stunting
e. Menyebutkan cara
pencegahan dari
stunting
3 Evaluasi 10 Evaluasi : - Mendengarkan
Menit - Memperhatikan
a. Memberi
kesempatan pada Menjawab
peserta untuk Salam
bertanya
b. Menyimpulkan
Hasil
Penyuluhan
Mengucapkan salam
E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
- Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
- Media dan alat memadai
- Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan
2. Evaluasi Proses
- Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan jadwal yang direncanakan
- Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi
selama proses penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
80 % pertanyaan dapat dijawa boleh klien
F. Daftar Pustaka

1. KemenKes (2018). Buletin Stunting. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.
2. Aryu , Candra (2020) Buku Epidemiologi Stunting. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. ISBN 978-623-7222-
63-7
3. Atikah, R. et al. (2018). Stunting dan Upaya Pencegahannya. Yogyakarta
: CV Mine. ISBN: 978-602-52833-1-4
Lampiran Materi
STUNTING PADA BALITA
1. Pengertian
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini
menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih
rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di
bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan
hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi
berusia dua tahun. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stu
nting ini merupakan masalah kurang gizi dengan periode yang cukup
lama sehingga muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak
yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya
Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada
anak menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan
keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal
pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang
rendah,kemampuan berbahasa yang ren dah, dan adanya ketidakseimbangan
fungsional
2. Penyebab Stunting
Secara umum, kekerdilan atau stunting ini disebabkan oleh gizi buruk pada ibu,
praktik pemberian dan kualitas makanan yang buruk, sering mengalami infeksi
sertatidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Stunting dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Status Gizi
Gizi merupakan sebuah penilaian keadaan gizi yang diukur oleh seseorang pada
satu waktu dengan mengumpulkan data. Status gizi menggambarkan kebutuhan
tubuh seseorang terpenuhi atau tidak. Salah satu penelitian menunjukan bahwa
status gizi dalam masyakarat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
sosial ekonomi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anak dalam
keluarga, dan pola asuh.
b. Kebersihan Lingkungan
Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak.
Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
infeksi (Kemenkes RI, 2018). Penerapan hygiene yang tidak baik mampu
menimbulkan berbagai bakteriyang mampu masuk ke dalam tubuh yang
menyebabkan timbul beberapa penyakitseperti diare, cacingan, demam, malaria
dan beberapa penyakit lainnya. faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
stunting akibat lingkungan rumah adalah kondisi tempat tinggal, pasokan
air bersih yang kurang dan kebersihan lingkungan yang tidak memadai. Kejadian
infeksi dapat menjadi penyebab kritis terhambatnya pertumbuhan dan perkemba
ngan. Penyediaan toilet,perbaikan dalam praktek cuci tangan dan perbaikan kuali
tas air adalah alat penting untuk mencegah tropical enteropathy dan dengan demi
kian dapat mengurangi risiko hambatan pertumbuhan tinggi badan anak.
c. Makanan Pendamping ASI
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai
dariumur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal Makanan
PendampingASI (MP-ASI) yang mana pemberian MP-ASI untuk menunjang
pertambahan sumber zat gizi disamping pemberian ASI hingga usia dua
tahun. Makanan pendamping harus diberikan dengan jumlah yang cukup,
sehingga baik jumlah,frekuensi, dan menu bervariasi bisa memenuhi kebutuhan
anak.
d. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu
setelah melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak
bayi dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan
atau minuman lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin
dan obat. ASI mengandung enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan
pada bayi sangat mudah untuk mencerna dan menyerap ASI, kata
lain organ pencernaan bayi belum memiliki enzim yang cukup untuk mencerna
makanan lain selain ASI. Komposisi ASI dengan konsentrasi sesuai dengan
pencernaan bayi akan membuat bayi tumbuh dengan badan yang seimbang.
Seorang anak yang minum ASI eksklusif mempunyai tumbuh kembang yang
baik, hal ini di karenakan di dalam ASI terdapat antibodi yang baik sehingga
membuat anak tidak mudah sakit, selain itu ASI juga mengandung beberapa
enzim dan hormone.
e. Berat Badan Lahir
Berat bayi lahir rendah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejad
ian stunting. Dikatakan BBLR jika berat < 2500 gram. Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) merupakan faktor risiko yang paling dominanterhadap kejadian
stunting pada anak baduta. Karakteristik bayi saat lahir (BBLR atau BBL
normal) merupakan hal yang menentukan pertumbuhan anak Anak dengan
riwayat BBLR mengalami pertumbuhan linear yang lebih lambat dibandingkan
Anak dengan riwayat BBL normal.
f. Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga mampu meningkatkan risiko terj
adinya malnutrisi pada anak. Tingkat pendidikan orang tua merupakan
salah satu penyebab terjadinya stunting hal ini dikarenakan pendidikan yang tin
ggi dianggap mampu untuk membuat keputusan dalam meningkatkan gizi
dankesehatan anak anak. Pengetahuan yang tinggi juga mempengaruhi orang
tua dalam menentukan pemenuhan gizi keluarga dan pola pengasuhan anak,
dimanapola asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko kejadian stunting.
g. Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian stunting. Hal ini dikarenakan keluarga dengan pendapatan yang
rendahakan mempengaruhi dalam penyediakan pangan untuk keluarga. Daya be
li keluarga tergantung dengan pendapatan keluarga, dengan adanya pendapatan
yang tinggi maka kemungkinan terpenuhinya kebutuhan makan bagi keluarga.
3. Risiko Kesehatan pada Anak Stunting
Berikut adalah beberapa risiko kesehatan pada anak stunting:
 Stunting dikaitkan dengan otak yang kurang berkembang dengan
konsekuensiberbahaya untuk jangka waktu lama, termasuk kecilnya
kemampuan mental dan kapasitas untuk belajar, buruknya prestasi sekolah
di masa kecil, dan mengalami kesulitan mendapat pekerjaan ketika
dewasa yang akhirnya mengurangi pendapatan, serta peningkatan risiko
penyakit kronis terkait gizi seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
 Memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang penyakit, bahkan
kematian dini
 Kekerdilan dapat menurun pada generasi berikutnya, disebut siklus
kekurangan gizi antargenerasi
 Ketika dewasa, seorang wanita stunting memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi selama persalinan karena panggul mereka lebih
kecil, dan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
4. Cara Mencegah Stunting
Stunting dapat di cegah dengan hal-hal berikut (Atikah 2018) :
a. Seorang ibu harus mengonsumsi nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan
nutrisiyang dibutuhkan selama menyusui.
b. Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Buah Hati, seperti memberikan
ASI eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usia.
c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum
makan, meminum air yang aman, mencuci peralatan makan dan peralatan
dapur,membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil, serta memiliki
sanitasi yang ideal (toilet yang bersih).
Menjaga asupan nutrisi yang ideal dan bervariatif ditambah
denganperilaku hidup bersih dan sehat memegang peranan yang krusial bagi
kesehatanibu hamil, terutama bagi janin. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kekerdilandemi kelangsungan hidup anak dalam jangka pendek
dan dalam jangka panjangyang sehat, serta untuk memastikan anak tumbuh
menjadi orang dewasa yangkuat, terdidik, dan produktif.
5. Dampak Stunting
Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan
juga ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya
perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolis
me padatubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit,
munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemuk
an, kanker, stroke,disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang
baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah (Kemenkes RI, 2016).
Kejadian stunting menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jika
dikaitandengan adanya angka kesakitan dan kematian yang besar, kejadian
obesitas, buruknya perkembangan kognitif, dan tingkat produktivitas pendapa
tan yang rendah. Berbagaipermasalahan ini sangat mudah ditemukan di
negara – negara berkembang seperti Indonesia. Stunting pada anak yang harus
disadari yaitu rusaknya fungsi kognitif sehingga anak dengan stunting
mengalami permasalahan dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal. Stunting pada anak ini juga menjadi faktor risikoterhadap
kematian, perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa
yangrendah, dan ketidakseimbangan fungsional.

Anda mungkin juga menyukai