Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA

PENYULUHAN PENCEGAHAN
STUNTING

Dosen Pengampu:
Sulastri, M. Kep., Sp. Jiwa

Pembimbing Lahan:
Ns. Evy Kurniasih.,S.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Tri Pujiati 2314901082


2. Serli Diani 2314901066
3. Delvi Treesia Lona 2314901012
4. Berliana Oktavia 2314901011
5. Aldo Angga Putra 2314901091
6. Regina Novita Sari 2314901060
7. Wayan Yuli 2314901086
8. Sinta Rizqiani 2314901072
9. Alfiaturrohmi 2314901004
10. M. Luthfan Amirudin 2314901043

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN

STUNTING

Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting


Sub Pokok Bahasan : Gambaran tentang Stunting
1. Definisi Stunting

2. Penyebab stunting

3. Dampak stunting

4. Cara mencegah stunting

5. Zat gizi mikro yang berperan


untuk menghindari stunting

Sasaran : Orang tua balita


Waktu : 30 menit (09:30 – 10.00 WIB)
Hari/tgl Pelaksanaan :
Tempat :
Penyuluh : Kelompok 1

A. Latar Belakang

Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek


berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2
standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi
dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat
dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai
usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi
badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang
dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Menurut Supriyantoro, persoalan stunting tidak bisa dipandang
sepele. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat
kecerdasan yang rendah. Tidak hanya itu, pada usia produktif, individu
yang pada balita dalam kondisi stunting berpenghasilan 20 persen lebih
rendah. Kerugian negara akibat stunting diperkirakan mencapai sekitar
Rp300 triliun per tahun. Stunting pun dapat menurunkan produk
domestic bruto negara sebesar 3 persen.

B. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan ini diharapkan orangtua balita dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.

C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dankeluarga pasien
dapat mengetahui tentang:
 Defenisi stunting
 Penyebab stunting
 Dampak stunting
 Cara mencegah stunting
 Zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting

D. Materi
1. Definisi stunting

2. Penyebab stunting

3. Dampak stunting

4. Cara mencegah stunting

5. Zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting


E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media
1. PPT
2. Proyektor
3. Leaflet

G.Strategi Pelaksanaan
1) Persiapan
a. Membuat satuan penyuluhan tentang pencegahan stunting
b. Mempersiapkan materi dan media
c. Mempersiapkan ruangan
d. Mempersiapkan sasaran

2) Pelaksanaan
a. Memberikan penyuluhan tentang stunting
b. Memberikan sesi tanya jawab

H.Setting Tempat
3) Langkah-langkah Kegiatan/Strategi

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta


1. Pembukaan Memberi salam Menjawab salam
1 menit Memperkenalkan diri Mendengarkan
09.00 – 09.01 Menjelaskan tujuan Memperhatikan
Kontrak waktu Menyetujui

Apersepsi Menyampaikan tujuan Memperhatikan


2. 1 menit pembelajaran untuk memotifasi Bertanya
09.01 – 09.02 tentang pentingnya mempelajari Menjawab
materi ini.

Kegiatan Inti Menjelaskan materi tentang : Mendengarkan


3. 15 menit - Defenisi stunting
09.02 – 09.17
- Penyebab stunting

- Dampak stunting

- Cara mencegah stunting


- Zat gizi mikro yang
berperan untuk menghindari
stunting
10 menit Bertanya
09.17 – 09.27 Membuka sesi tanya jawab Menjawab

4. Penutup 3 menit Memperhatikan


- Merangkum materi
09.27 – 09.30 Menjawab
- Mengevaluasi
Menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan
dengan mengucapkan salam
I. Evaluasi

Struktur :
- 1 hari sebelum penyuluhan sudah di konsultasikan kepada dosen pembimbing
dan sudah dilakukan kontrak dengan individu yang bersangkut.
- Semua persiapan sudah dilakukan sebelum hari H
- Materi sudah dikuasai sebelum penyuluhan

Proses:
- Masyarakat mengetahui apa itu stunting
- Masyarakat mengetahui penyebab stunting
- Masyarakat mengetahui dampak dari stunting
- Masyarakat mengetahui cara mencegah stunting
- Masyarakat mengetahui zat gizi mikro yang berperan
untuk menghindari stunting

Hasil :
- Masyarakat memahami tentang penyuluhan yang disampaikan.
- Masyarakat berantusias untuk bertanya.

J. Pengorganisasian dan Uraian Tugas


1. Pembimbing Akademik : Sulastri, M.Kep.,Sp.Jiwa
2. Pembimbing Lahan : Ns. Evy Kurniasih, S.Kep

3. Moderator : …………
Uraian Tugas:
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta
b. Mengatur proses dan lamanya penyuluhan
c. Menutup acara penyuluhan
4. Penyaji : ……..

Uraian Tugas:
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan
c. Memotivasi peserta untuk bertanya

5. Observer : …………..
Uraian Tugas:
a. Mencatat nama dan jumlah peserta serta menempatkan diri
b. Mengamati jadinya proses penyuluhan
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama
proses penyuluhan
d. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan
e. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta

6. Dokumentator : ……
Uraian Tugas:
a. Mengabadikan setiap momen jalannya acara
b. Menyimpan dan melaporkan hasil kegiatan yang telah diabadikan

7. Narasumber : …….
Uraian Tugas:
a. Memberikan informasi kepada peserta penyuluhan
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta

8. Fasilitator: ……….
Uraian Tugas:
a. Ikut bergabung dan duduk bersama diantara peserta
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah atau hal-hal yang dirasa
kurang jelas bagi peserta
K. Evaluasi

1. Apa pengertian stunting?


2. Apa saja penyebab terjadinya stunting?
3. Bagaimana dampaknya bila anak terkena stunting?
4. Bagaimana cara mencegah terjadinya stunting?
5. Apa saja zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting?
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak
sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek)
adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD
dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi
internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur
rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak
– anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang
menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat
sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk
gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi
yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier
yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang
buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan
atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang
kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami
intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang
gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit
untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya
stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor
utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi
dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air).
 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
 Riwayat penyakit.
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu
konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau
disability dan kematian.
• Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek
lebih dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin,
kekurangan asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan
protein.
• Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama
kalori dan protein dan infeksi penyakit.
• Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu
penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan
kekurangan gizi akut dan kematian.
• Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis
juga menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
• Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi
penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas
pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama
maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil,
kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya
pemberian Air Susu Ibu.
Tanda dan Gejala Stunting :
 Pertumbuhan tulang pada anak yang tertunda.
 Berat badan rendah apabila dibandingkan dengan anak seusianya.
 Sang anak berbadan lebih pendek dari anak seusianya.
 Proporsi tubuh yang cenderung normal tapi tampak lebih muda/kecil
untuk seusianya.
C. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila
mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan
tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah
(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan.
Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang
lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya
kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek
estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari
yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik
yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,
2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini
akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Mencegah Stunting pada balita


Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani
masalah gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja
keras untuk menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s
tahun 2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada
balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan
tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan
optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting
dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada
remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi
stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain
itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan
dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan
benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat
dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung,
serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya
beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan
dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak
berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga
terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak
yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan
cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)


a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering,
belut, susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,
udang, dan kerang.
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan
dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink :
hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara
lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.
Lampiran 2
DAFTAR PUSTAKA

Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).


(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-
stunting.html). Diakses pada tanggal 24 April 2016.
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia.Oktober 2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013.
Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil.(
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385-88-
juta-anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 20 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai