“PENCEGAHAN STUNTING”
Disusun oleh:
Bilqis Ar-Rohman P1337424721005
Nur Hilda Oktaviana P1337424721008
Lilik Asmawati P1337424721023
Ni Luh Desi Mahariani P1337424721027
Veronica Simajuntak P1337424721030
Raharni Rosfiyanti Meta P1337424721035
Berdasarkan data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021,
kejadian stunting Nasional sejumlah 24,4%, di Provinsi Jawa Tengah
sejumlah 27,7%, dan di Kabupaten Jepara tahun adalah 25,0%. Indonesia
saat ini tengah bermasalah dengan stunting. Penurunan prevalensi stunting
pada balita adalah program utama pemerintah Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengkoordinasikan upaya
percepatan pencegahan stunting agar konvergen, baik pada perencanaan,
pelaksanaan, termasuk pemantauan dan evaluasinya di berbagai tingkat
pemerintahan, termasuk desa hingga mencapai 14%.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan pengumpulan data
dengan penangungjawab SDM, bahwa kegiatan penyuluhan masih sangat
jaarang dilakukan di RSUD RA Kartini, sehingga penulis tertarik untuk
membuat satuan acara penyuluhan dengan metode ceramah, diskusi, dan
dokumentasi dalam upaya pencegahan stunting.
8. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum /TIU
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan ibu
hamil dan ibu balita dapat mengetahui dan memahami bagaimana
mencegah stunting.
b. Tujuan Instruksional Khusus/ TIK
Setelah dilakukan penyuluhan pencegahan stunting selama 60
menit diharapkan ibu hamil dan ibu balita dapat mengetahui tentang:
1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
9. Kegiatan
NO Langkah –
Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
langkah
1. Pembukaan ( 10 menit ) 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
keterangan penyaji
3. Menjelaskan maksud dan 3. Menyampaikan
tujuan penyuluhan pengetahuan tentang
Menggali pengetahuan peserta materi yang
tentang materi yang akan disampaikan
Disampaikan
2. Penyajian ( 20 menit) Menjelaskan tentang : 1. Memperhatikan
1. Defenisi Stunting 2. Mendengarkan
2. Penyebab stunting keterangan penyaji
3. Dampak stuntig
4. Cara mencegah stunting
5. Zat Gizi Mikro yang Berperan
untuk Menghindari
Stunting
(Pendek)
3. Evaluasi (20 menit) 1. Memberikan kesempatan 1. Aktif bertanya
untuk bertanya 2. Mendengarkan
2. Menjawab pertanyaan 3. Menjawab pertanyaan
3. Post test yang diberikan
4. Penutup (10 menit ) 1. Menyimpulkan materi yang 1. Mendengarkan dan
disampaikan oleh penyuluh Memperhatikan
2. Meminta / memberi pesan 2. Memberikan pesan
dan kesan dan kesan
3. Salam Penutup 3. Menjawab salam
10. Metode : Ceramah, diskusi, dan dokumentasi
11. Media dan Alat Bantu : Leaflet, powerpoint, laptop, dan proyektor
12. Setting tempat :
3
2 1 2
2 2
2 2
Keterangan:
1. Penyuluh
2. Sasaran (masyarakat)
3. LCD
A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh
tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting
(tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga
melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan
populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh
anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak.
Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi
badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai
pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka
panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk
mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan
penyakit.
Stunting atau anak pendek berdasarkan umur merupakan salah satu
indikator kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah lima tahun
(balita) akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang
terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari
janin hingga anak berusia 23 bulan. Hal ini adalah indikator kesehatan
anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada
masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak
merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa
kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan
proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted
terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan
penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan
menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR),
sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan
disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit
infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta
mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada
anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and
Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh
banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama
lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai
berikut :
Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi
dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air).
Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
Riwayat penyakit.
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat
satu konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi,
kecacatan atau disability dan kematian.
• Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek
lebih dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin,
kekurangan asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan
protein.
• Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama
kalori dan protein dan infeksi penyakit.
• Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu
penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan
kekurangan gizi akut dan kematian.
• Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis
juga menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
• Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi
penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas
pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama
maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil,
kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya
pemberian Air Susu Ibu.
C. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ),
sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan
sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara
pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang
berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak
dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita
stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi
juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa,
sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika,
seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari
yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan
motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen
& Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada
masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan
sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka
waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi
mikro. Menurut WHO dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi
menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang.
1. Dampak Jangka Pendek.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal;
dan
c. Peningkatan biaya kesehatan.
2. Dampak Jangka Panjang.
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek
dibandingkan pada umumnya);
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
c. Menurunnya kesehatan reproduksi
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa
sekolah; dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
6. Remaja
Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi
narkoba; dan
Pendidikan kesehatan reproduksi.
7. Dewasa Muda
Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba.