Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan yang Diampu
Oleh :
Ibu Dedah Ningrum, MKM.

Oleh Kelompok 5
Tingkat 2B
Sri Oktavia Erlina (1902509)
Fuji Fauziah Hidayat (1902500)
Ade Widya Nursa’adah (1902496)
Rena Siti Nurlatifah (1902495)
Desma Rahmawati (1902507)
Idzni Jatnika (1902503)
Intan Susilawati (1902498)
Rossalia Indah Puspitasari (1902499)
Taufikqurahman Saleh (1902506)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi Penyuluhan : Pencegahan Stunting


Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting
Sasaran : Orang Tua Anak
Hari/Tanggal : April 2018
Waktu : 30 menit
Tempat : Aula Desa. Kebonkalapa

1. LATAR BELAKANG
Stanting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya stanting atau tubuh pendek adalah keadaan tubuh yang sangat pendek
hingga melampaui defisit 2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan populasi yang
menjadi referensi internasional. stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur
rendah atau keadaan di mana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak usia
lainnya (MCN 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan
yang normal dan sehat sesuai usia anak merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan di masa lalu dan digunakan sebagai indikator yang jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.
Stanting dapat didiagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi
kekurangan gizi sangat panjang akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Minggu sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita standing atau tubuh pendek karena kurang gizi
data riset kesehatan dasar atau riskesdas 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional
mencapai 3 7,2% angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6% ( Risma, 2016) oleh karena itu
dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya dengan penyuluhan
bagaimana cara mencegah stanting diberikan kepada orang tua anak.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stanting.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang:
1) Definisi Stunting
2) Penyebab Stunting
3) Dampak Stunting
4) Cara Mencegah Stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : Leaflet, Pertunjukan slide (melalui overhead projector,
slide projector, komputer dan LCD projector atau lainnya), poster, video.
3. Tempat dan Waktu : Universitas Pendidikan Indonesia
4. Tempat Kegiatan : Aula Desa. Kebonkalapa
5. Hari / Tanggal : November 2020
6. Materi dan Pemateri : Sri Oktavia Erlina
7. Waktu : 30 menit

4. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap
Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri Salam 2. Tanya
3. Menjelaskan maksud 2. Mendengarkan jawab
dan tujuan penyuluhan keterangan penyaji
4. Menggali pengetahuan 3. Menyampaikan
peserta tentang materi pengetahuan tentang
yang akan di materi yang di sampaikan
sampaikan
Penyajian dan 1. Definisi stunting  Memperhatikan 1. Ceramah
diskusi 2. Penyebab Stunting  Mendengarkan 2. Tanya
(20 menit) 3. Dampak stunting keterangan penyaji jawab
4. Cara mencegah 3. Leaflet
stunting
5. Zat Gizi Mikro yang
Berperan untuk
menghindari Stunting
(pendek)
Penutup 1. Mengevaluasi Peserta menjawab Tanya jawab
(5 menit) Atau menanyakan pertanyaan,memperhatikan
kembali materi yang dan menjawab salam
telah disampaikan pada
peserta
2. Menyimpulkan kembali
materi yang telah
disampaikan
3. Memberi salam penutup

5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuliuhan dan panitia penyelenggara
selama acara penyulihan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam penyiapan
kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak poltekkes
kemenkes malang.
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan.
b) Peserta aktif bertanta topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemanteri.
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelakan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar melalui
pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat gizi yang
berperan menghindari stunting (75%).

6. MATERI PENYULUHAN (Lampiran 1)


7. DAFTAR PUSTAKA (Lampiran 2)

8. PRE-TEST DAN POST-TEST (Lampiran 3)

Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN

A. Definisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang
sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah media panjang atau tinggi badan populasi
yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan
umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain
seusianya (MCN, 2009) Stunted adalah tingga badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan
gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosa melalui indeks anatropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN 2000).
Stunting di definisikan sebgai indiktor status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari
minus 2 standar deviasi (-2SD) dibawah rata rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN,2009) (WHO,2006) ini adalah
indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memebrtikan gambaran gizi pada
masalalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.

B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada
masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi
dalam 2 tahun pertama kehidupan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi
kurang akan menyebabkan janin mengalami Intrauterine Growth Retardation (IUGR), sehingga
bayi akan lahir denwl kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan


makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan
metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak.
Keadaan ini semakil mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya
berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie. 2001).

Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling
berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai
berikut:

1) Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
yaitu karbohidrat. protein, lemak, mineral, vitamin, dan air).
2) Riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
3) Riwayat Penyakit

Lancet "Maternal and Child Nutrition" Series tahun 2004 nrmuat satu konsep model yang
menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability dan kematian.

1) Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan asupan zat
gizi mikro dan asulun energy dan protein.
2) Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gili kurang atau kurus lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan protein dan infeksi
penyakit.
3) Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya tingginya
infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian.
4) Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga menyebabkan
disability, yang meningkatkan risiko kematian.
5) Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit.
ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan
merupakan faktor yang secara bersama-sama mauB1n secara sendiri-sendiri berpengaruh
pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak
optimalnya pemberian Air Susu Ibu.

C. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar


menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah, Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes
wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat
penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa,
sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.

Stunting yang terjadi pada masa anak menupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi
tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang
gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit
diperbaiki.

Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
D. Cara Mencegah Stunting
1. Mencegah Stunting pada Balita

Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di
masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan
prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD's tahun 2014 tereapai yang berdampak
pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita. Dalam keadaan normal, tinggi badan
tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang
sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi
badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa
diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka
peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan menecegah faktor
resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada
balita. Selain itu,menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko
terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil
harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe),
dan terpantau keschatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai
umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan
secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang
sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, schingga dapat
dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.

Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan
sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang
layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit
melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.

Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam
keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan penyediaan
informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap
keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

2. Penanggulangan dan Pencegahan Stunting pada Bayi


a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:
1. Pada Ibu Hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi
stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil
dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK),
maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil
perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan
ibu harus terus di jaga agar ibu tidak mengalami sakit.
2. Pada saat Bayi Lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu
(ASI) saja (ASI Eksklusif).
3. Bayi berusia 6 hulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan
anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
1. Kebutuhan Gizi Masa Hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan
untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, kretivitas fisik, serta menjaga
keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga
diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru. yaitu janin,
plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja.
bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan
yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat
pertumbuhan atau pembangun yaitu protein. selama itu juga perlu tambahan vitamin
dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
2. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu
hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi. seperti diisarankan untuk
minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang.
Susu untuk memenuhi kebutuhan dan flour dalam ASL jika kekurangan unsur ini
maka terjadi pembongkaran dan jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu
akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr maka ibu yang
sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2-2,5liter (8-10 gelas) air
sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.
3. Kebutuhan Gizi Bayi 0 — 12 bulan
Pada usia 0 — 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi mulai dari Jahir Sampai kurang lebih umur 6 bulan.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini
sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara
hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi
waktu dan frekuensi menyusui.maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800
ml bahkan hingga — 2 liter perhari.
4. Kebutuhan Gizi anak 1-2 tahun
Ketika memasuki usia I tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia
ini anak   sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks
seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar
tumbuh kembangnya optimal, pada usia ini ASI tetap dibenkan. Pada masa ini
berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak, variasi
makanan harus diperhatikan, yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu
yang tajam. Zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang
terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping.

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)


a. Kalsium
Kalsium berfngsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain: ikan teri kering, belut,
susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium: ikan laut, udang,
dan kerang.
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink: hati, kerang,
telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metbolisme
energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang - kacangan, sayuran hijau
dan buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain:
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).


(http:/adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-stunting.html)
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef Indonesia Oktober
2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.

Anda mungkin juga menyukai