BALITA
Disusun Oleh:
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Segala puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “BALITA” ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Terlepas dari kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian balita
B. Pertumbuhan dan perkembangan balita
C. Kebutuhan energi dan gizi pada balita
D. Penentuan status gizi pada balita
E. Masalah gizi pada balita
F. Faktor yang mempengruhi asupan makan balita
G. Menu sehat untuk balita
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun
yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang
dikenal dengan usia prasekolah (Proverawati, 2010). Salah satu masalah kesehatan
yang dihadapi adalah masalah kurang gizi. Anak yang kurang gizi daya tahan tubuhnya
rendah sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Depkes RI, 2007).
Perilaku pemberian makan yang dilakukan orang tua berperan penting dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi anak (Murashima et al., 2012). Orang tua bertanggung
jawab terhadap pengasuhan anak termasuk memenuhi kebutuhan nutrisinya bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak (Hockenberry dan Wilson, 2011). Orang tua
sering menggunakan makanan manis sebagai hadiah untuk mengontrol anak dan tidak
ada kontrol dalam pemilihan makanan anak (Kolopaking et al. 2011). Orang tua tidak
menentukan makanan yang sebaiknya dimakan anak tetapi cenderung menuruti
keinginan makan anak tanpa ada upaya untuk memberi makanan yang tidak disukai
sebelumnya (Chaidez et al., 2011). Penelitian Jansen et al., (2012) menyebutkan bahwa
orang tua memberikan tekanan pada saat anak makan dengan memaksa anak untuk
tetap makan meskipun anak sudah tidak mau.
B. Perumusan Masalah
1. Apa Pengertian balita?
2. Bagaimana Pertumbuhan dan perkembangan balita?
3. Berpa Kebutuhan energi dan gizi pada balita?
4. Bagaimana Penentuan status gizi pada balita ?
5. Apa Masalah gizi pada balita?
6. Apa saja Faktor yang mempengruhi asupan menu sehat untuk balita?
7. Apa menu sehat pada balita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian balita?
2. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan balita?
3. Untuk mengetahui berapa kebutuhan energi dan gizi pada balita?
4. Untuk mengetahui bagaimana Penentuan status gizi pada balita ?
5. Untuk mengetahui apa Masalah gizi pada balita?
i
6. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengruhi asupan menu sehat untuk
balita?
7. Untuk mengetahui apa menu sehat pada balita?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Masa ini juga dapat
dikelompokkan dalam 2 kelompok besar yaitu anak usia 1−3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3−5 tahun). Saat usia 1–3 tahun (batita) kita sering menyebutnya
kelompok pasif dimana anak masih tergantung penuh kepada orang tua atau orang
lain yang mengasuhnya untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air
dan makan. Setelah memasuki usia 4 tahun kelompok ini sudah mulai kita
masukkan dalam kelompok konsumen aktif dimana ketergantungan terhadap orang
tua atau pengasuhnya mulai berkurang dan berganti pada keinginannya untuk
melakukan banyak hal seperti mandi dan makan sendiri meskipun masih dalam
keterbatasaaya. Periode anak balita ini merupakan periode yang “menggelisahkan”
karena pertumbuhannya tidak secepat masa sebelumnya atau masa bayi. Pada masa
bayi kenaikan berat badan sampai dengan 1 kg akan mudah didapat tetapi pada masa
anak balita kenaikan berat badannya tidak sedramatis masa bayi sehingga orang tua
atau pengasuh kadang risau dengan hal ini. Proporsi tubuh anak balita mulai
berubah, pertumbuhan kepala melambat dibanding sebelumnya, tungkai
memanjang, mendekati bentuk dewasa, begitu juga ukuran dan fungsi organ
dalamnya, kondisi ini akan sangat dipengaruhi salah satunya adalah pemenuhan
gizinya
i
tahun (Chamidah, 2018). Anak yang memiliki awal tumbuh kembang yang baik
akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih sehat, hal ini dipengaruhi oleh hasil
interaksi faktor ias an dan faktor lingkungan, sehingga nantinya memiliki
kehidupan yang lebih baik (Deki, 2015). Upaya deteksi dini salah satunya dapat
dilakukan melalui program Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK). SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi.
Tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yaitu deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan, yang dilakukan untuk menemukan status gizi kurang atau buruk dan
bentuk kepala mikrosefali atau makrosefali. Kedua, deteksi dini penyimpangan
perkembangan, untuk mengetahui adanya keterlambatan perkembangan anak,
gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar. Ketiga, deteksi dini penyimpangan
perilaku emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah perilaku emosional,
ias a dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (Fazrin, 2018).
i
merupakan salah satu akibat dari gizi buruk. Gizi buruk dimulai dari penurunan
berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya terlihat sangat buruk.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Konsumsi
makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi.
Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode pengukuran,
tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian status gizi dapat
menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi, misalnya status gizi yang
berhubungan dengan tingkat kesehatan, atau berhubungan dengan penyakit tertentu.
A. METODE ANTROPOMETRI
Antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia. Dalam menilai
status gizi dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia
sebagai metode untuk menentukan status gizi. Prosedur pengukuran antropometri
umumnya cukup sederhana dan aman digunakan.
a) Berat badan
Beberapa ias an mengapa berat badan digunakan sebagai parameter
antropometri di antaranya adalah perubahan berat badan mudah terlihat dalam
waktu singkat dan menggambarkan status gizi saat ini. Jenis alat timbang
yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan balita adalah dacin.
b) Tinggi badan
Tinggi badan atau panjang badan menggambarkan ukuran pertumbuhan
massa tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Tinggi badan digunakan
untuk anak yang diukur dengan cara berdiri, sedangkan panjang badan jika
anak diukur dengan berbaring (belum ias berdiri). Anak berumur 0–2 tahun
diukur dengan ukuran panjang badan, sedangkan anak berumur lebih dari 2
tahun dengan menggunakan microtoise. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur tinggi badan atau panjang badan harus mempunyai ketelitian 0,1
cm. Ukuran tubuh yang dapat dinilai untuk mengukur pertumbuhan di
antaranyaadalah berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar kepala yang
dilakukan teratur setiap periode tertentu. Misalnya, pemantauan pertumbuhan
yang dilakukan di posyandu dengan memantau pertambahan berat badan
dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), atau pemantauan
pertumbuhan yang dilakukan pada setiap anak balita yang berkunjung di
Puskesmas dengan menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA)
B. METODE KLINIS
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang dapatdigunakan
untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan kekurangan gizi.
Mengukur status gizi dengan melakukan pemeriksaan pada bagian tubuh untuk
mengetahui akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Pemeriksaan status gizi dengan
metode klinis mudah dilakukan dan pemeriksaannya cepat. Misal pemeriksaan balita
yang odema karena kekurangan protein cukup memijit bagian kaki yang bengkak.
C. PENENTUAN UMUR
Penghitungan umur harus dilakukan secara teliti, karena pertumbuhan tubuh
berhubungan dengan bertambahnya umur serta kecepatan tumbuh (growth rate)
tidak sama sepanjang masa pertumbuhan. Kecepatan pertumbuhan tergantung umur
terutama saat usia anak di bawah 5 tahun
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata, dan untuk kesehatan tubuh yaitu
meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare,
dan penyakit infeksi lainnya. Xeropthalmia adalah kelainan mata akibat kekurangan
i
vitamin A yaitu kekeringan pada selaput lendir dan kornea mata. Ini biasanya rentan
terjadi pada anak usia 2-3 tahun.
i
status gizi pada anak balita di Instalasi Rawat Jalan RSUD Ir. Soekarno
Sukoharjokebutuhan protein anak balita sebesar 36,8 gram/hari lebih tinggi daripada
yang dianjurkan yaitu 25,5 gram/hari. Salah satu zat gizi mikroyang dapat
mempengaruhi kekebalan tubuh anak balita adalah Vitamin A. Vitamin A
didapatkan dari bahan makanan yang mengandung ẞ-karoten, selain itu Vitamin A
juga didapatkan anak balita pada bulan Februari dan Agustus dari program
pemerintah dalam bentuk kapsul. Cakupan Vitamin A secara nasional pada tahun
2015 untuk wilayah Jawa Tengah 98,6% yang sudah melebihi batas
Nasional,yangberarti persebaran Vitamin A sudah menyeluruh dan Baik (Profil
Kesehatan,2015). Kekebalan tubuh balita juga dipengaruhi oleh pemberian ASI
Eksklusif selama 0-6 bulan. ASI merupakan salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan bayi saat baru lahir,karena kandungan ASI kaya akan zat-zat gizi yang
dapat digunakanuntuk pertumbuhan dan perkembangan bayi sebelum diberi asupan
berupa minuman atau makanan tambahan (Tedjasaputra,2010). Pada tahun 2015
pemberian ASI eksklusif secara nasional sebesar 55,7% dan untuk wilayah Jawa
Tengah sebesar 56,1%, sedangkan target renstra sebesar35%, hal ini berarti ASI
eksklusif telah mencapai target baik renstra ataupun nasional (Profil Kesehatan,
2015). Salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi pada anak
balita adalah imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kekebalan tubuh anak balita dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit
(Ranuh, 2011) . Menurut profil kesehatan pada tahun 2015.
BAB III
PENUTUP
i
i