Anda di halaman 1dari 9

8

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : Stunting
Sasaran : Klien dan Keluarga
Hari/ tgl : Kamis, 30 Juni 2022
Pukul : 09.00- 09.30
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Klien

I. Analisis situasi
1.1 Peserta diskusi : Klien dan Keluarga
1.2 Ruangan diskusi : Rumah Klien
1.3 Pemberi materi : Mahasiswa DIII Keperawatan

II. Tujuan
2.1 Tujuan umum :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit di harapkan
peserta dapat mengetahui dan memahami penyakit Stunting yang sering
terjadi pada anak yang usianya dibawah 5 tahun.
2.2 Tujuan khusus :
Setelah mengikuti diskusi kelompok tentang penyakit asam urat,
diharapkan peserta dapat:
a. Memahami pengertian stunting
b. Memahami klasifikasi stunting
c. Memahami penyebab stunting
d. Memahami manifestasi klinis stunting
e. Memahami pencegahan stunting
f. Memahami penatalaksanaan stunting
g. Memahami komplikasi stunting
III. Materi
3.1 Pengertian stunting
3.2 Tanda dan gejala stunting
3.3 Penyebab stunting
3.4 Manifestasi klinis stunting
3.5 Pencegahan stunting
3.6 Penatalaksanaan stunting
3.7 Komplikasi stunting

IV. Metode Dan Media


4.1Metode : diskusi
4.2Media : leaflet

IV. Kegiatan Diskusi


No Topik Waktu Kegiatan Diskusi Kegiatan Peserta
.
1 Pembukaan 3 menit  Memberikan  Peserta
leaflet kepada menerima
peserta diskusi. leaflet dan
 Mengucapkan membaca
salam dan  Menjawab
membuka salam
kegiatan diskusi.
2 Pelaksanaan 15  Menyampaikan  Memperhatikan
menit materi yang
akan
didiskusikan.
 Menyampaikan  Memperhatikan

materi diskusi
dan membuat
kesimpulan dari
kegiatan diskusi.
3 Evaluasi 7 menit  Memberikan  Bertanya
kesempatan
pada peserta
untuk bertanya
tentang
materi yang
disampaikan.
 Mendengarkan
 Menjawab
pertanyaan.

4 Penutup 5 menit  Memberikan kes  Mendengarkan


impulan dari
penyuluhan.
 Mengucapkan  Mendengarkan
salam penutup.
 Mengakhiri  Menjawab
pertemuan serta salam
mengucapkan
terima kasih.

VI. Kriteria Evaluasi


6.1 Evaluasi Struktur
a. SAP (materi) dibuat sebelum penyuluhan.
b. Media : leaflet.
c. Peserta hadir di tempat diskusi.
d. Penyelenggaraan diskusi dilaksanakan di rumah klien.
6.2 Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai sesuai waktu yang direncanakan
b. Proses penyuluhan berjalan lancar dengan durasi 30 menit dimulai
dari perkenalan, maksud dan tujuan, kontrak waktu sampai selesai.
c. Dari jumlah seluruh peserta ada yang mengajukan pertanyaan kembali
dari penyampaian materi, peserta dinyatakan paham dengan materi
yang di sampaikan.
d. Selama berlangsungnya penyuluhan seluruh peserta kooperatif tidak
ada yang meninggalkan tempat selama acara berlangsung.
6.3 Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang di berikan (ada feedback).
b. Peserta dapat memahami tentang Stunting.

VII. Daftar Pustaka


https://books.google.co.id/books?id= BkIEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=
Stunting&hl=id&sa=X&redir_esc=y
MATERI PENYULUHAN STUNTING
1. Definisi
Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak akibat asupan nutrisi
yang buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat (WHO,
2020). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima
tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada
periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia
23 bulan. Anak tergolong stunting atau pendek jika panjang badan atau tinggi
badan dibandingkan umur hasilnya lebih rendah dari standar nasional yang
ditetapkan (Kementrian PPN/Bappenas, 2018).

2. Klasifikasi
Klasifikasi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U) :
a. Sangat pendek : Z score <- 3,0.
b. Pendek : Z Score <-20 s.d >_3.0.
c. Normal : Z score >_-2,0.
Dibawah klasifikasi status gizi stunting berdasarkan tinggi badan/umur
(TB/U) dan tinggi badan/ berat badan (TB/BB):
a. Pendek kurus : Z score TB/U <-2,0 dan Z score BB/TB<-2,0.
b. Pendek-normal : Z Score TB/U <-2,0 dan Z score BB/TB antara <-20 s.d
20.
c. Pendek gemuk : Z Score >_-20 sd Z score <_2,0 (Dwidya et al., 2019).

3. Etiologi
Menurut Kementrian PPN/ Bappenas tahun (2018) stunting disebabkan oleh
faktor multi dimensi. Intervensi menentukan pada 1000 hari pertama kehidupan.
Faktor tersebut antara lain:
a. Praktek pengasuhan yang kurang benar.
1) Kurang pengetahuan kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan.
2) 60% anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif.
3) 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI).
b. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC.
(Ante Natal Care / Pemeriksaan Kehamilan), Post Natal dan
Pembelajaran Dini yang berkualitas.
1) 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD.
2) 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi/Fe.
3) Ibu tidak menimbangkan anak ke posyandu.
4) Anak tidak mendapatkan layanan imunisasi.

4. Manifestasi klinis
Menurut Depkes (2015) tanda dan gejala stunting adalah sebagai berikut :
a. Tinggi badan yang kurang menurut umur (2SD).
b. Terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak.
c. Kemampuan kognitif dan perkembangan motorik yang rendah serta
fungi tubuh yang tidak seimbang.

5. Pencegahan
Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi gizi spesifik yang
ditujukan dalam 1.000 HPK. Intervensi gizi spesifik untuk mengatasi
permasalahan gizi pada ibu hamil, ibu menyusui 0-6 bulan, ibu menyusui 7-23
bulan, anak usia 0-6 bulan, dan anak usia 7-23 bulan. Permasalahan gizi ini bisa
diatasi ketika mereka memahami masalahnya dan mengetahui cara mengatasinya
sesuai dengan kondisi masing-masing.
Pemberian konseling gizi kepada individu dan keluarga dapat membantu
untuk mengenali masalah kesehatan terkait gizi, memahami penyebab terjadinya
masalah gizi, dan membantu individu serta keluarga memecahkan masalahnya
sehingga terjadi perubahan perilaku untuk dapat menerapkan perubahan perilaku
makan yang telah disepakati bersama (Ramayulis & Iwaningsih, 2018).
6. Penatalaksanaan
Menurut Nurina (2017) ada beberapa penatalaksanaan stunting yaitu sebagai
berikut :
1. Penatalaksanaan berupa komponen SDM, diantaranya dengan
pelaksanaan program koordinator gizi bidan dan kader. Tugas dari
koordinator gizi antara bidan dan kader adalah dengan mengkoordinasi,
merencanakan, dan memantau serta memotivasi masyarakat terkait
kecukupan gizi pada balita. Tugas dalam penatalaksanaan balita
stunting sudah terintegrasi namun belum ada team khusus serta tupoksi
belum sesuai dengan kompetensinya terutama koordinator gizi
dipegang oleh bidan. Kader kesehatan dalam partisipasi
penatalaksanaan balita stunting sangat membantu, disamping aktif
dalam setiap kegiatan posyandu, kader juga melaksanakan kunjungan
rumah untuk memotivasi pada klien yang belum mendapatkan
pelayanan kesehatan.
2. Peningkatan aspek kognitif pada kader kesehatan mengenai konsep,
deteksi dini, pencegahan, dan penatalaksanaan stunting pada anak
sangat penting dan menjadi salah satu tujuan dalam kegiatan ini
mengingat dari berbagai penelitian yang telah dilakukan didapatkan
bahwa aspek pengetahuan merupakan hal yang memengaruhi perilaku
seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
3. Meningkatkan pengetahuan pada ibu yang anaknya mengalami stunting
sehingga akan menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan
membentuk kepercayaan seseorang. Selain itu, pengetahuan juga
merubah sikap seseorang terhadap hal tertentu. Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku seseorang yang didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung
lama.
4. Melakukan pengukuran status gizi ini dilakukan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan balita yang dilakukan oleh tenaga gizi
setempat di bantu oleh tim pengabdi. Ibu hamil yang kekurangan gizi
akan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, dan ini
merupakan penyebab utama stunting. Setelah lahir, bayi yang tidak
disusui secara baik akan berisiko menderita berbagai infeksi penyakit
karena pola makan yang tidak cukup asupan gizinya dan tidak higienis.
Pemberian makanan bayi dan anak sangat menentukan petumbuhan
anak. Setelah usia 6 bulan anak perlu mendapat asupan gizi dapat
memenuhi kebutuhan asupan gizi mikro, gizi makro serta aman.

7. Komplikasi
Gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan dan masa anak-anak akan
memberikan dampak dalam jangka pendek antara lain adalah terganggunya:
a. program metabolik glikosa, lemak, hormon, reseptor dan gen.
b. pertumbuhan dan massa otot, serta komposisi tubuh.
c. perkembangan otak.
Dampak jangka panjang antara lain adalah terganggunya tumbuh kembang
anak secara fisik, mental dan intelektual yang sifatnya permanen, rendahnya
imunitas dan produktivitas kerja, berisiko menderita penyakit kronis diabetes
mellitus, jantung koroner, hipertensi, kanker, dan stroke (Simbolon, 2019).

Anda mungkin juga menyukai