Dosen Pembimbing :
Nuzul Qur’aniati, S.Kep. Ns., M.Ng., Ph.D
Pembimbing Klinik :
Luh Widuri, S.Kep. Ns.
Oleh :
Kelompok 2 Stase Anak
Mengetahui,
A. Analisis Situasi
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus, terjadi di dunia pada sebagian
besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dariDepartemen
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah
lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru ataupneumonia.
Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi
dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan
yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah
(SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mengetahui penanganan diare secara
mandiri di rumah
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
1) Mengetahui pengertian diare
2) Mengetahui penyebab diare
3) Mengetahui tanda gejala diare
4) Mengetahui cara penanganan diare di rumah
5) Mengetahui cara pencegahan diare
Isi Materi (Uraian materi penyuluhan terlampir)
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda gejala diare
4. Cara penanganan diare di rumah
5. Cara pencegahan diare
C. Metode
Metode pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
D. Media
Media yang digunakan menggunakan media cetak berupa leaflet dan media digital
berupa powerpoint presentasi
E. Denah
Moderator Penyaji
Fasilitator Fasilitator
Audiens / Peserta
Dokumentator
1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan
peningkaan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3
kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Penanganan diare dapat dilakukan dengan
pemberian oralit dan pemberian edukasi ibu. Terapi oralit berdasarkan absorbsi
natrium dalam usus dari bahan organik seperti glukosa dan asam amino. Kandungan
dalam kalium dalam oralit ditujukan untuk mengganti kalium yang hilang selama
diare.
Perilaku pencegahan diare merupakan tindakan yang dilakukan oleh ibu balita
untuk mencegah diare. Dalam tingkat pengetahuan ibu mengenai pencegahan diare
yang positif ditandai dengan pemberian makanan yang higienis, menyediasan susu
formula yang bersih, membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan
menjaga lingkungan (Yunaidi, 2020).
2. Jenis Diare
Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua, yaitu diare akut dan
kronis. Diare akut terjadi sampai dengan 7 hari, sedangkan diare kronis terjadi lebih
dari 2 minggu. Di Indonesia, lebih banyak kasus diare akut dibandingkan yang kronis
(Nasution, 2019).
3. Penyebab diare
1. Virus
2. Jamur
3. Bakteri
4. Alergi makanan
5. Obat-obatan
6. Psikologis 1
Komplikasi diare adalah dehidrasi yaitu kekurangan cairan. Terdapat 3 keadaan akibat
dehidrasi, yaitu:
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan). Tandanya anak tetap aktif,
keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak
mata tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan). Tandanya anak
gelisah atau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat, kelopak
mata cekung, BAK mulai berkurang.
3. Dehidrasi berat(kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak lemas atau
tidak sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit kulit
kembali lebih dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut.
6. Pencegahan diare
Diare adalah mekanisme tubuh mengeluarkan racun, bakteri, virus. Anak-anak tidak
boleh dihentikan diarenya, karena menghambat pergerakan usus. Seolah-olah diarenya
berhenti tapi di dalam masih berlangsung. Efek sampingnya usus lecet. Jadi, yang bisa
Bunda lakukan antara lain:
1. Terusakan pemberian ASI jika anak masih menyusu pada Bunda, diperbanyak
kuantitas dan frekuensi pemberiannya.
2. Rehidrasi. Berikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan rehidrasi oral khusus
anak (oralit anak) yang mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Anak yang diare jangan hanya diberi air saja, sebaiknya diberikan cairan yang
mengandung elektrolit (natrium, kalium) dan kalori. Jangan menggunakan oralit
dewasa, karena osmolaritasnya lebih tinggi. Pada tahun 2004 WHO bersama UNICEF
mengumumkan kesepakatan mengubah penggunaan cairan rehidrasi oral yang lama
menjadi cairan rehidrasi oral yang memiliki osmolaritas rendah (hipoosmolar). Oralit
dewasa bisa digunakan asalkan dincerkan 2x, misal yang harusnya 1 sachet untuk 200
ml, maka dibuat 1 sachet untuk 400 ml. Atau Bunda bisa membuat larutannya sendiri.
Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) : Larutan garam-gula : Bahan terdiri
dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml)
air matang. Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan garam-gula yang
siap digunakan.
Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap
kali anak BAB :
- Sampai umur 1 tahun : 50 – 100ml setiap kali BAB
- Umur 1-5 tahun : 100 – 200ml setiap kali BAB
3. Selain cairan rehidrasi oral hipoosmolar, WHO dan UNICEF juga merekomendasikan
penggunaan zinc sebagai terapi tambahan untuk diare yang diberikan selama 10-14
hari walaupun diare sudah berhenti. Manfaat zinc yaitu dapat meningkatkan imunitas,
mengurangi lama, tingkat keparahan dan komplikasi diare serta mencegah
berulangnya kejadian diare 2-3 bulan setelah pengobatan. Cara pemberiannya
tergantung pada umur anak yaitu untuk anak berusia kurang dari 6 bulan diberikan
zinc sebanyak 10 mg sekali sehari selama 10-14 hari, sedangkan pada anak yang
berusia lebih dari 6 bulan diberikan sebanyak 20 mg sekali sehari selama 10- 14 hari.
Zinc tersedia dalam bentuk tablet dan sirup, bentuk tablet adalah tablet dispersible
yang dalam waktu 30 detik atau kurang dari 60 detik telah larut dalam 5 ml air putih
atau air susu.
Dosis tablet zinc (1 tablet = 20 mg) : dosis tunggal selama 10 hari
- Umur 2 bulan-6 bulan : 1⁄2 tablet
- Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
4. Anak jangan dipuasakan. Makanan harus tetap diberikan tapi hindari sayuran karena
serat susah dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya. Buah-buahan juga
dihindari kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin, pektin, kalium yang
berfungsi memadatkan tinja serta menyerap racun.
5. Obat yang boleh diberikan yaitu biakan bakteri hidup seperti lactobacillus. Contohnya
Lacto-B, Lacto Bio, Protezin, dll.
6. Mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya, sedangkan pada
bayi sering dilap tangannya. Bunda pun juga harus sering mencuci tangan, terutama
saat memberi makan pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti
setelah membersihkan kotoran bayi atau anak.
7. Tutup makanan dengan tudung saji.
5.
Daftar Hadir Pembimbing
Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit