Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENGUNAAN NESTING

Disusun oleh :
Kelompok 3
NAMA NIM
Desy Haslinda Atika Sari P1908079

Fegi Tamaran P1908087

Mila Marta Dinata P1908106

Muhammad Rezky .H P1908109

Nur Janah P1908115

Revy Sukidawati P1908118

Salmiati P1908123

Yaumil Fitri P1908133

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan satuan acara penyuluhan Nesting di Ruang Lily RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang Lily

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Sumiati Sinaga S.Kep.,M.Kep) (Ns. Sri Rohana P, S.Kep)


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Stase Maternitas


Topik : Nesting
Sub Topik : Penggunaan Nesting
Hari/Tanggal :
Pukul :
Waktu : 40 menit
Tempat : Ruangan Lily
Sasaran : Pasien dan keluarga

A. Identifikasi Masalah
Bayi berat lahir rendah mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan melakukan
pertahanan yang kuat dengan ekstra uteri setelah lahir. Hal ini disebabkan karena
imaturnya sistem organ tubuh bayi seperti paru-paru, ginjal, jantung, imun tubuh serta
sistem pencernaan. Sulitnya bayi berat lahir rendah beradaptasi dengan lingkungan dan
rentan terkena stres menjadi faktor resiko kesakitan dan kematian. Ketidakstabilan
respon fisiologis bayi berat lahir rendah menyebabkan bayi memiliki faktor resiko
tinggi terkena penyakit komplikasi seperti asfiksia, bradikardi, penyakit paru kronis,
hiperbilirubinemia, kejang, distres pernapasan, hipoglikemia. Kelahiran dengan berat
lahir rendah masih merupakan permasalahan dunia hingga saat ini karena merupakan
salah satu penyebab kematian bayi baru lahir Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya. Secara nasional angka bayi
berat lahir rendah secara keseluruhan sebanyak 7,5 %. erbagai upaya telah dilakukan
untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan selama perawatan. Salah satunya dengan menerapkan developmental care
atau asuhan perkembangan. Prinsip-prinsip developmental care meliputi keterlibatan
keluarga, posisi dan pemberian nesting, perawatan kulit, meminimalkan stres dan nyeri,
mengoptimalkan nutrisi, dan meningkatkan kualitas tidur. Pemasangan nesting atau
sarang merupakan salah satu metode pengelolaan lingkungan dalam developmental
care. Beberapa penelitian tentang manfaat nesting telah dilakukan didalam maupun
diluar negeri. Di Indonesia memang penggunaannya belum menyeluruh di semua
daerah, hanya beberapa Rumah Sakit di Indonesia sudah diterapkan dengan harapan
bahwa nesting ini akan membantu pertumbuhan fisiologis dan perilaku bayi premature.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Nesting di ruang lily selama 40
menit, diharapkan ibu dapat memahami dan mampu menerapkan penggunaan
nesting pada BBLR
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyeluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat :
a. Mengetahui definisi nesting
b. Mengetahui tujuan nesting
c. Mengetahui manfaat nesting
d. Mengetahui indikasi nesting
e. Mengetahui persiapan nesting
f. Mengetahui cara pelaksanaan nesting

C. Metode
A. Ceramah
B. Diskusi
C. Tanya jawab

D. Media
A. Materi SAP
B. Leaflet
C. PPT
E. Proses kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode


1. 5 Pembukaan : 1. Menjawab salam Ceramah
menit 1. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan
dan memperkenalkan diri dan
2. Menjelaskan tujuan umum memperhatikan
dan khusus penyuluhan
3. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan
disampaikan
2. 20 Pelaksanaan Kegiatan 1. Mendengar, Ceramah
menit Penyuluhan: melihat dan
1. Menjelaskan materi memperhatikan
penyuluhan secara
berurutan dan teratur.
Materi :
1. Mengetahui definisi
nesting
2. Mengetahui tujuan
nesting
3. Mengetahui manfaat
nesting
4. Mengetahui indikasi
nesting
5. Mengetahui persiapan
nesting
6. Mengetahui cara
pelaksanaan nesting

3. 10 Evaluasi : 1. Mendengar Ceramah,


menit 1. Menyimpulkan inti dan memperhati tanya
penyuluhan kan, bertanya jawab
2. Menyampaikan secara dan menjawab
singkat materi penyuluhan
3. Memberi kesempatan
kepada ibu-ibu untuk
bertanya
4. Memberi kesempatan
kepada ibu-ibu untuk
menjawab pertanyaan.
4. 5 menit Penutup : 1. Menyimak, Ceramah
1. Menyimpulkan materi mendengar dan
penyuluhan yang telah menjawab
disampaikan salam
2. Menyampaikan terima
kasih atas perhatian dan
waktu yang telah di berikan
kepada peserta
3. Mengucapkan salam

F. Setting tempat

= Dokumentasi
= Moderator
= Penyaji
= Peserta
= Fasilitator
= observer

LCD

Meja
G. Rencana Evaluasi

a. Proses
a. Pada saat penyuluhan sedang dilaksanakan peserta diharapkan memperhatikan
materi yang disampaikan.
b. Pada saat penyuluhan dilaksanakan peserta diharapkan nyaman dengan keadaan
ruangan.
c. Pada saat penyuluhan sedang dilaksanakan peserta dapat tenang dan rileks dengan
kegiatatan penyuluhan ini.
b. Struktural
a. Lefleat yang digunakan untuk menyampaikan materi diharapkan sudah cukup dan
benar-benar siap.
b. Kursi diharapkan cukup untuk setiap peserta.
c. Hasil
Evaluasi hasil yang akan dilakukan dengan cara diskusi dan tanya jawab dengan
hasil:
a. Orangtua akan mampu menjelaskan pengertian nesting
b. Orangtua akan mampu menjelaskan tujuan nesting
c. Orangtua akan mampu menyebutkan 3 manfaat nesting
d. Orangtua akan mampu menyebutkan indikasi nesting
e. Orangtua akan mampu menjelaskan persiapan apa saja dalam nesting
f. Orangtua akan mampu menjelaskan cara pelaksanaan nesting
H. Pengorganisasi
A. Moderator : Fegi Tamaran
B. Penyaji : Yaumil Fitri
C. Fasilitator : Desy Haslinda Atika Sari
D. Fasilatator : Mila Marta Dinata
E. Fasilitator : Nur Janah
F. Dokumentasi : Muhammad rezky Hakmi
G. Observasi : Revy Sukidawati
H. Observasi : Salmiati
LAMPIRAN MATERI
PENGGUNAAN NESTING

1. Pengertian Nesting
Nesting berasal dari kata nest yang berarti sarang. Filosofi ini diambil dari
sangkar burung yang dipersiapkan induk burung bagi anak-anaknya yang baru
lahir, ini dimaksudkan agar anak burung tersebut tidak jatuh dan induk mudah
mengawasinya sehingga posisi anak burung tetap tidak berubah (Bayuningsih,
2011).
Nesting adalah suatu alat yang digunakan diruang NICU/Perinatologi yang
terbuat dari bahan phlanyl dengan panjang sekitar 121 cm-132 cm, dapat
disesuaikan dengan panjang badan bayi yang diberikan pada bayi prematur atau
BBLR. Nesting ditujukan untuk meminimalkan pergerakan pada neonatus sebagai
salah satu bentuk konservasi energi merupakan salah satu bentuk intervensi
keperawatan (Bayuningsih, 2011).
Neonatus yang diberikan nesting akan tetap pada posisi fleksi sehingga mirip
dengan posisi seperti didalam rahim ibu. Posisi terbaik pada bayi BBLR adalah
dengan melakukan posisi fleksi karena posisi bayi mempengaruhi banyaknya
energi yang dikeluarkan oleh tubuh, diharapkan dengan posisi ini bayi tidak banyak
mengeluarkan energi yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan
dan perkembangannya. Pemberian nesting atau sarang untuk menampung
pergerakan yang berlebihan dan memberi bayi tempat yang nyaman, pengaturan
posisi fleksi untuk mempertahankan normalitas batang tubuh dan mendukung
regulasi dini

2. Tujuan Nesting
Untuk meminimalkan pergerakan bayi, memberikan rasa nyaman, meminimalkan
stress.

3. Manfaat Nesting
a. Memfasilitasi perkembangan neonatus
b. Memfasilitasi pola posisi hand to hand dan hand to mouth pada neonatus
sehingga posisi fleksi tetap terjaga
c. Mencegah komplikasi yang disebabkan karena pengaruh perubahan posisi
akibat gaya gravitasi
d. Mendorong perkembangan normal neonatus
e. Dapat mengatur posisi neonatus
f. Mempercepat masa rawat neonatus

4. Indikasi Nesting
a. Neonatus (usia 0-28 hari)
b. Prematur atau BBLR

5. Persiapan Nesting
a. Pengkajian sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Evaluasi tindakan
c. Alat-alat yang dibutuhkan: Bedongan bayi sebanyak 7 buah, perlak dan selotip

6. Pelaksanaan Nesting
a. Lakukan pengkajian awal pada bayi yang dirawat diruang Perinatologi/NICU
khususnya untuk bayi prematur dan BBLR
b. Pengkajian meliputi skala nyeri, TTV serta tindakan-tindakan yang akan
dilakukan
c. Saat melakukan tindakan perhatikan keadaan umum bayi, bila bayi dalam
keadaan stress dapat ditunjukan dengan tangisan yang melengking, perubahan
warna kulit serta apnea
d. Setelah melakukan tindakan berikan sentuhan positif seperti mengelus ataupun
menggendong bayi
e. Setelah bayi dalam kondisi tenang kemudian letakkan dalam nesting yang
sudah dibuat
f. Cara membuat nesting: Buat gulungan dari 3 bedongan kemudian ikat kedua
ujungnya sehingga didapatkan 2 gulungan bedongan dari 6 bedongan yang
dipersiapkan. Gunakan selotip untuk merekatkan sisi gulungan bedongan, 1
gulungan bedong tersebut dibuat setengah lingkaran, jadi dari 2 gulungan
bedongan tersebut terlihat seperti lingkaran, kemudian bayi diletakkan didalam
nesting dengan posisi fleksi diatas kaki dibuat seperti penyangga dengan
menggunakan kain bedongan
DAFTAR PUSTAKA

Bayuningsih, R. (2011). Efektifitas penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi
premature terhadap saturas ioksigen dan frekuensi nadi di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Bekasi. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Depok : Universitas
Indonesia.

Rahmawaty, S; Prawesty,A; Fatimah, S. (2017). Pengaruh nesting terhadap saturasi


oksigen dan berat badan pada bayi prematur di ruang perinatologi RSUP Dr
Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Keperawatan Aisyiyah.4 (2): 1-8

Syahreni, E.(2010). Tesis : Pengaturan pengaruh stimulus sensoris terhadap respon


fisiologisdan perilaku BBLR di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo.
Tidakdipublikasikan.Depok : Universitas Indonesia.

Wilkinson, J.M dan Green, C.J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai