Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STUNTING

Oleh:
Muhammad Ferri Hendrawan
P17210171003

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Satuan Acara Penyuluhan Stunting


Tempat :
Oleh : Muhammad Ferri Hendrawan (P17210171003)

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Lahan

…......................................... ….....................................
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Stunting

Topik : Stunting
Sasaran : Ibu yang Memiliki Balita
Jumlah Sasaran : -+ 20 Subjek penelitian
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu :1 X 20 Menit

I. Tujuan Instruksional umum


a. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, ibu klien diharapkan dapat mengerti dan
memahami tentang Stunting
b. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan ibu klien diharapkan mampu mempraktekkan
Cara Menanggulangi Stunting
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan keluarga klien mampu memahami tentang :
1. Menjelaskan Pengertian Stunting
2. Menjelaskan Penyebab Stunting
3. Menjelaskan Dampak Stunting
4. Menjelaskan Upaya Pencegahan Stunting pada Anak

III.Materi
1. Pengertian Stunting
2. Penyebab Stunting
3. Dampak Stunting
4. Upaya Pencegahan Stunting pada Anak

IV.Metode
1. Ceramah
2. Teknologi Informasi
3. Tanya jawab
4. Simulasi / demonstrasi

V. Media
1. Power Point dan demonstrasi
VI. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Peserta Metode Media
Pendahuluan 5 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah
menit 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan tanya
penyuluhan dan 3. Menjawab jawab
pokok materi yang pertanyaan
akan disampaikan
Mengkaji audiens
tentang Stunting.
Penyajian 45 1. Menjelaskan materi Mendengarkan dan Ceramah Power
menit a) Pengertian memperhatikan dan Point
Stunting penjelasan tentang tanya
b) Penyebab materi jawab
Stunting
c) Dampak
Stunting
d) Upaya
Pencegahan
Stunting pada
Anak
2. Memberikan sesi
untuk bertanya

Penutup 10 1. Meminta peserta 1. Mengajukan Tanya Power


menit untuk menjelaskan pertanyaan jawab Point
kembali materi 2. Menjawab
yang telah di pertanyaan
berikan dengan yang di berikan
singkat. oleh penyuluh
3. Membalas
3. Menyimpulkan hasil salam
penyuluhan
4. Menutup acara,
dengan salam
penutup
VII. Kriteria Evaluasi
Evaluasi struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : Power Point
d. Peserta hadir ditempat penyuluhan
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di UPT Puskesmas Dinoyo

Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta dan penyaji berdiskusi bertukar pendapat
d. Suasana penyuluhan/ sharing informasi tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

Evaluasi Hasil
Keluarga Pasien dapat:
1. Menjelaskan Pengertian Stunting
2. Menjelaskan Penyebab Stunting
3. Menjelaskan Dampak Stunting
4. Menjelaskan Upaya Pencegahan Stunting pada Anak

VIII. Kriteria Pemantauan


1. Pemantauan
a. Input
• Kegiatan penyuluhan dihadiri keluarga pasien
• Media penyuluhan yang digunakan adalah Power Point
• Paket penyuluhan sesuai SPO dan Up to Date
• Waktu Kegiatan Penyuluhan adalah 30 menit
• Tempat penyuluhan adalah diruang penyuluhan
• Pengorganisasian penyuluhan disiapkan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
b. Proses
• Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
• Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan
• Narasumber menguasai materi dengan baik
c. Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan memahami materi
penyuluhan
d. Outcome
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan perilaku kesehatan yang lebih
baik
Lampiran Materi
MATERI STUNTING

A. Pengertian Stunting
Stunting atau pendek merupakan kondisi gagal tumbuh pada bayi 0 sampai 11 bulan dan
anak balita 12 sampai 59 bulan akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari
pertama kehidupan atau HPK sehingga anak terlalu pendek untuk usianya kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir Tetapi kondisi
stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun balita dikatakan pendek Jika nilai skornya
panjang badan menurut umur BB per umur atau tinggi badan menurut umur tinggi badan umur
kurang dari min 2 SD standar deviasi dan kurang dari min 3 SD severely stunted balita stunting
akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan
di masa depan dapat beresiko menurunnya tingkat produktivitas pada akhirnya secara luas
stanting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan
(Pasaman & Barat, 2017)Stunting adalah dampak dari kondisi sistemik kekurangan gizi
kronik. Stunting anak dapat berkembang selama dua tahun pertama kehidupan dan sebagian
besar disebabkan oleh kekurangan nutrisi, pengasuhan dan kesakitan1. Diperkirakan terdapat
159 juta anak stunting tinggal di negara berpenghasilan rendah pada tahun 2014. Data Stunting
tidak terlepas dari berbagai factor yang ditentukan oleh penentu yang tersusun berlapis
(langsung, tidak langsung, dan dasar). Dalam penelitian ini difokuskan pada faktor penentu
yaitu pola asuh makan, intake zat gizi, berat lahir anak dan pemberian ASI ibu. Efek jangka
panjang stunting yaitu penurunan tingkat kelangsungan hidup, gangguan perkembangan
kognitif dan motorik, penurunan produktivitas ekonomi, dan kesempatan yang lebih tinggi
untuk hidup dalam kemiskinan di masa dewasa.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018) Data prevalensi balita stunting yang
dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga
dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-
rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Prevalensi balita
pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menunjukkan prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi
sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada
tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil
Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan
oleh pemerintah
B. Penyebab Stunting

(Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017)

Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi. Intervensi paling menentukan pada 1.000

HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan).

1. Praktek pengasuhan yang tidak baik

a. Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa

kehamilan

b. 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif

c. 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makana Pengganti ASI

2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan anc (ante natal care), post natal dan

pembelajaran dini yang berkualitas

a. 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Aanak Usia Dini

b. 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai

c. Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi

64% di 2013)

d. Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi

3. Kurangnya akses ke makanan bergizi

a. 1 dari 3 ibu hamil anemia

b. Makanan bergizi mahal

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

a. 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka

b. 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih

C. Dampak Stunting
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018) dalam (WHO)

1. Dampak Jangka Pendek.

a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;

b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan

c. Peningkatan biaya kesehatan.

2. Dampak Jangka Panjang.


a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada

umumnya);

b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;

c. Menurunnya kesehatan reproduksi;

d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan

e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

D. Upaya Pencegahan Stunting pada Anak


(Sumiahadi et al., 2017) Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan
pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan
Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada
1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari. Upaya intervensi tersebut meliputi:
1) Pada saat ibu hamil Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik
dalam Mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi
Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan kepada tambahan ibu hamil tersebut.Setiap
ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama
kehamilan.Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakitkepada ibu
hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet
selama kehamilan.Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
2) Pada saat bayi lahir Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi
lahir melakukan Inisiasi Menyusu (IMD).Bayi Dini sampai dengan usia 6 bulan diberi Air
Susu Ibu (ASI) saja Eksklusif.
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi
Makanan Pendamping ASI (MP- ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi
berumur 2 tahun atau lebih.Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar
lengkap.
4) Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk
mendeteksi terjadinya dini gangguan pertumbuhanWalaupun remaja putri secara eksplisit
tidak disebutkan dalam 1.000 HPK , namun status gizi remaja putri atau pra nikah
memiliki
Kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja

putri menjadi ibu.

5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga

termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga
lingkungan.kebersihan PHBS menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang

dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh

menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan

6) Anak Usia Sekolah(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

b. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS

c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)

d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba

7) Remaja

a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi

seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba

b. Pendidikan kesehatan reproduksi.

8) Dewasa Muda

a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB)

b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)

c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak

merokok/mengonsumsi narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR HADIR
PENYULUHAN STUNTING
NO. NAMA NO. TELP TTD
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
26. 26.
27. 27.
28. 28.
29. 29.

Anda mungkin juga menyukai