Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MATA KULIAH : MK. PRAKTIKUM PENDIDIKAN DAN PROMOSI


KESEHATAN

STUNTING PADA BALITA

oleh :
SEVIA NURDIANA (225170101111010)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
STUNTING PADA BALITA

Pokok Bahasan : Mengenali tanda-tanda stunting dan cara mencegah


stunting
Sasaran : Ibu yang mempunyai balita
Metode : Ceramah dan diskusi tanya jawab
Media : Laptop, Proyektor, LCD, Sound, PPT, dan Video
Waktu : 09.00-09.45 WIB
Tempat : Balaidesa
Hari dan : Kamis, 09 Maret 2023
Tanggal

A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang “Stunting Pada Balita” diharapkan
peserta dapat mengetahui dan memahami mengenai stunting pada balita
2. Tujuan Khusus :
a. Peserta dapat menjelaskan Definisi stunting pada balita
b. Peserta dapat menjelaskan Penyebab stunting pada balita
c. Peserta dapat menyebutkan Tanda-tanda atau gejala stunting pada
balita
d. Peserta dapat menyebutkan dan menjelaskan cara pencegahan
stunting pada balita
e. Peserta dapat menjelaskan Dampak stunting pada balita
B. Sasaran
Ibu yang memiliki balita
C. Metode
Ceramah dan Diskusi tanya jawab
D. Media
PowerPoint
E. Pengaturan Tempat
Barisan tempat duduk menghadap LCD
F. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Kesiapan materi dan media yang digunakan
b. Tempat kegiatan yang sudah tersedia
c. Kesiapan pengaturan tempat yang digunakan
d. Peserta bersedia untuk mengikuti penyuluhan
e. Kesiapan pemateri atau pembicara
2. Kriteria Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. 90% dari total peserta dapat hadir dalam penyuluhan
c. Peserta dapat mendengarkan dan memperhatikan materi
penyuluhan
d. Peserta dapat kooperatif selama penyuluhan berlangsung
e. Peserta aktif bertanya topik yang dibahas
f. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan
pemateri
3. Kriteria Hasil
a. Peserta dapat menjelaskan kembali pengertian stunting pada
balita
b. Peserta dapat menjelaskan kembali penyebab stunting pada
balita
c. Peserta dapat menyebutkan kembali tanda-tanda atau gejala
stunting pada balita
d. Peserta dapat menyebutkan dan menjelaskan kembali cara
pencegahan stunting pada balita
e. Peserta dapat menjelaskan kembali dampak stunting pada
balita
G. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN
PENYULUHAN AUDIENS
1. 5 Menit Pembukaan 1. Menjawab salam
1. Salam pembuka 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud
dan tujuan dari
penyuluhan
4. Menyampaikan kontrak
waktu
2. 25 Menit Pelaksanaan 1. Memperhatikan
1. Menjelaskan pengertian dan
stunting pada balita mendengarkan
2. Menjelaskan penyebab 2. Aktif bertanya
stunting pada balita dan menjawab
3. Menjelaskan tanda- pertanyaan
tanda atau gejala
stunting pada balita
4. Menjelaskan cara
pencegahan stunting
pada balita
5. Menjelaskan dampak
stunting pada balita
6. Diskusi tanya jawab
3. 10 Menit Evaluasi 1. Peserta
1. Mengevaluasi atau menjawab
menanyakan kembali pertanyaan
materi yang telah 2. Peserta aktif
disampaikan pada bertanya
peserta
2. Memberi kesempatan
pada peserta untuk
bertanya
4. 5 Menit Terminasi/Penutup 1. Mendengarkan
dan
memperhatikan
1. Menyimpulkan kembali 2. Menjawab salam
materi yang telah
disampaikan
2. Beri Pujian
3. Memberi salam
penutup

H. Materi
• Definisi Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini
menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami
kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah
dibandingkan rata rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).

Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah
lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan
hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi
berusia dua tahun (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
2017). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini
merupakan masalah kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga
muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah
atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Schmidt, 2014).

Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak


menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan
keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal
pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang rendah,
kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan
fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014).
• Penyebab Stunting
Penyebab stunting pada balita dapat bervariasi, namun yang paling umum
adalah kurang gizi kronis yang terjadi selama periode penting pertumbuhan
dan perkembangan pada masa kehidupan anak, yaitu dalam 1.000 hari
pertama kehidupan anak, mulai dari masa kehamilan hingga dua tahun
pertama setelah kelahiran. Selain itu, stunting dapat disebabkan karena gizi
buruk pada ibu, praktik pemberian dan kualitas makanan yang buruk, sering
mengalami infeksi serta tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauterine growth retardation (IUGCR).

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan stunting pada


balita:
1. Kurang gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan anak
Dampak Stunting umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya
asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini
dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun. Jika pada rentang waktu
ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan dapat
memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting
jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi
kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran.
Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi
glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis. Oleh
karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia
1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan
dikonsumsi oleh ibu hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada
dalam kandungannya.
2. Kurangnya asupan gizi yang cukup, terutama protein, zat besi, dan vitamin
A
Pola asuh pemberian makan yang sesuai dengan anjuran KEMENKES RI
2016, yaitu pola makan pemberian makan yang baik kepada anak adalah
dengan memberikan makanan yang memenuhi kebutuhan zat gizi anaknya
setiap hari, seperti sumber energi yang terdapat pada nasi, umbi-umbian dan
sebagainya. Sumber zat pembangun yaitu ikan, daging, telur, susu, kacang-
kacangan serta zat pengatur seperti sayur dan buah terutama sayur berwarna
hijau dan 21 kuning yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang
berperan pada proses tumbuh - kembang bayi terutama agar bayi terhindar
dari masalah gizi salah satunya yang berdampak pada stunting.
3. Infeksi yang berulang-ulang, terutama infeksi saluran pernapasan, diare,
dan penyakit menular lainnya
Kejadian infeksi dapat menjadi penyebab kritis terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan.
4. Gangguan kesehatan yang berlangsung lama, seperti penyakit kronis atau
penyakit yang tidak terdiagnosis dengan tepat
5. Faktor lingkungan seperti air minum yang tidak bersih, sanitasi yang buruk,
dan kekurangan akses ke fasilitas kesehatan dan layanan gizi.
Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak.
Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2018).
6. Pemberian ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu setelah
melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak bayi
dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau
minuman lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin
dan obat (Kemenkes RI, 2016).

ASI mengandung enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan pada


bayi sangat mudah untuk mencerna dan menyerap ASI, kata lain organ
pencernaan bayi belum memiliki enzim yang cukup untuk mencerna
makanan lain selain ASI Komposisi ASI dengan konsentrasi sesuai dengan
pencernaan bayi akan membuat bayi tumbuh dengan badan yang seimbang
(Arif, 2009).
7. Makanan Pendamping ASI

Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai dari
umur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang mana pemberian MP-ASI untuk
menunjang pertambahan sumber zat gizi disamping pemberian ASI hingga
usia dua tahun. Makanan pendamping harus diberikan dengan jumlah yang
cukup, sehingga baik jumlah, frekuensi, dan menu bervariasi bisa
memenuhi kebutuhan anak (Kemenkes RI 2011).
• Tanda-tanda atau gejala stunting pada balita meliputi:
1. Tinggi badan yang lebih pendek dari tinggi badan rata-rata anak seusianya.
2. Berat badan yang lebih rendah dari berat badan rata-rata anak seusianya.
3. Perkembangan otak dan kemampuan belajar yang terhambat.
4. Keterlambatan dalam pertumbuhan gigi dan rambut.
5. Kurangnya energi dan kelesuan.
6. Kurangnya nafsu makan.
7. Rentan terhadap infeksi dan penyakit.
8. Keterlambatan dalam perkembangan motorik, seperti merangkak atau
berjalan.
Penting untuk dicatat bahwa stunting tidak selalu terlihat dengan mata
telanjang dan beberapa anak mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas.
Oleh karena itu, penting untuk memantau tumbuh kembang anak secara
teratur dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
• Pencegahan Stunting
Berikut adalah beberapa cara pencegahan stunting pada balita:
1. Memberikan asupan gizi yang cukup, seimbang dan bervariasi pada balita,
termasuk protein, zat besi, vitamin A dan lainnya.
2. Meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dan gizi, termasuk
pemeriksaan kesehatan dan imunisasi yang tepat waktu.
3. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik.
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua tentang gizi seimbang
dan asupan makanan yang sehat untuk anak-anak.
5. Memberikan dukungan pada ibu hamil untuk menerapkan pola makan yang
sehat, seperti mengonsumsi makanan yang kaya gizi dan teratur melakukan
pemeriksaan kehamilan.
6. Mendorong praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi selama enam bulan
pertama kehidupan dan memberikan makanan pendamping ASI yang tepat
setelahnya.
7. Meningkatkan pemberdayaan perempuan dan mengurangi kemiskinan.
Penting untuk mencatat bahwa pencegahan stunting pada balita
memerlukan pendekatan yang holistik dan melibatkan seluruh masyarakat.
Selain itu, pencegahan juga harus dimulai sejak sebelum kehamilan hingga
periode awal kehidupan anak, karena periode ini merupakan masa yang
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
8. Peningkatan Pendidikan ayah dan ibu yang akan berdampak pada
pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi
keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang baik.
Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi :
Penanggulangan stunting pada 1000 hari pertama kehidupan
- Pada Ibu hamil
Memperbaiki gizi dan Kesehatan ibu hamil adalah cara terbaik untuk mencegah
masalah stunting. Ibu hami perlu mendapat nutrisi yang baik, sehingga apabila
ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronis, maka perlu diberikan nutrisi
tambahan untuk ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet
tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
- Pada saat bayi lahir
Bayi sampai dengan usia 6 bulan perlu untuk diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
atau ASI Eksklusif,
- Bayi berusia 6 bulan sampai 2 tahun
Mulai usia 6 bulan keatas, selain ASI bayi diberi makanan pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun. Serta
bayi juga perlu diberikan kapsul Vitamin A, taburia, dan imunisasi lengkap
- Kebutuhan Gizi masa hamil
Ibu hamil dianjurkan untuk makan makanan yang bervariasi sehingga
kebutuhan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan
adalah makanan yang mengandung protein atau yang mengandung zat
pembangundan pertumbuhan. Selain itu juga memerlukan vitamin dan mineral.
- Kebutuhan zat gizi ibu saat menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang menyusui lebih besar daripada ibu hamil, akan
tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti susu sapi.
- Kebutuhan gizi bayi 0-12 bulan
Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
maknan terbaik untuk bayi mulai dari lahir sampai berumur 6 bulan. Sekitar 800
ml bahkan hingga 1,5- 2 liter perhari yang dihasilkan oleh payudara Ibu yang
menyusui.
- Kebutuhan Gizi Anak 1-2 tahun
Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini diberikan juga makanan
keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan juga
harus diperhatikan, makanan harus tidak menggunakan penyedap, bumbu
yang tajam, zat pengawet dan pewarna.
Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk menghindari Stunting
1. Kalsium
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot.
2. Yodium
Mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
3. Zink
Berfungsi untuk metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi
kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki- laki.
4. Zat Besi
Berfungsi sebagai system kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi.
5. Asam folat
Berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel.
• Dampak Stunting
Stunting pada balita memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan
perkembangan anak. Beberapa dampak yang dapat terjadi antara lain:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung seumur
hidup. Stunting dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik
dan kognitif anak, yang dapat berdampak pada kemampuan belajar,
keterampilan sosial, dan produktivitas di masa depan.
2. Penyakit kronis. Anak-anak yang mengalami stunting lebih rentan terhadap
penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi
di kemudian hari.
3. Keterlambatan mental dan kognitif. Anak-anak yang mengalami stunting
dapat mengalami keterlambatan mental dan kognitif, yang dapat
mempengaruhi kemampuan mereka dalam mempelajari keterampilan baru
dan mencapai potensi penuh mereka.
4. Rentan terhadap infeksi dan penyakit. Anak-anak yang mengalami stunting
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga lebih rentan
terhadap infeksi dan penyakit.
5. Berkurangnya produktivitas. Anak-anak yang mengalami stunting
cenderung memiliki keterampilan kerja yang lebih rendah dan produktivitas
yang lebih rendah di masa dewasa.
Penting untuk dicatat bahwa dampak stunting pada balita tidak hanya
mempengaruhi kesehatan individu, tetapi juga dapat berdampak pada
masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Apriluana, G., & Fikawati, S., 2018. Analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian stunting pada
balita (0-59 bulan) di negara berkembang dan asia tenggara. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247-256.
SJMJ, S. A. S., Toban, R. C., & Madi, M. A., 2020. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 448-455.
Zurhayati, Z., & Hidayah, N., 2022. Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
balita. JOMIS (Journal of Midwifery Science), 6(1), 1-10.
Imani, N., 2020. Stunting pada anak: kenali dan cegah sejak dini. Hijaz Pustaka Mandiri.
Widanti, Y. A., 2016. Prevalensi, faktor risiko, dan dampak stunting pada anak usia
sekolah. JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi Dan Industri Pangan UNISRI), 1(1).
Laili, U., & Andriani, R. A. D., 2019. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan
Stunting. Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS, 5(1), 8-12.
Astuti, S., 2018. Gerakan Pencegahan Stunting melalui pemberdayaan masyarakat di kecamatan
jatinangor kabupaten sumedang. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 7(3),
185-188.
Nurfatimah, N., Anakoda, P., Ramadhan, K., Entoh, C., Sitorus, S. B. M., & Longgupa, L. W., 2021.
Perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(2), 97-104.
Black, R. E., Victora, C. G., Walker, S. P., Bhutta, Z. A., Christian, P., de Onis, M.,
& Uauy, R., 2013. Maternal and child undernutrition and overweight in low-
income and middle-income countries. The Lancet, 382(9890), 427-451.
Dewey, K. G., & Begum, K., 2011 (Organization, 2019). Long-term consequences
of stunting in early life. Maternal & child nutrition, 7(s3), 5-18.
World Health Organization., 2019. Stunting : Key Facts. [Online]
Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/stunting.
[Accessed 10 March 2023].

Anda mungkin juga menyukai