Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA

PENYULUHAN “PENCEGAHAN

STUNTING”

PRAKTIK KOMUNITAS

Disusun Oleh :

Kelompok VI

1. Wresni Hidayati (P07120521120)


2. Agustina Sari Tyas I (P07120521121)
3. Teki Kurniawati (P07120521115)
4. Solichin (P07120521121)
5. Sofia Lestari (P07120521105)
6. Retna Nawangmularsih (P07120521107)
7. Slamet Riyadi (P07120521109)
8. Sunu Mashuri (P07120521128)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“PENCEGAHAN STUNTING”

Pokok Bahasan : Stunting


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting
Sasaran : Orangtua anak
Waktu : 30 menit
Tempat :
Tanggal :
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
1. Retna Nawangmularsih
2. Sofia Lestari

1. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.

b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat
mengetahui tentang:
1) Mengetahui defenisi Stunting
2) Mengetahu penyebab stunting
3) Mengetahui dampak stuntig
4) Mengetahui cara mencegah stunting
5) Mengetahui zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting (pendek)
2. MATERI (TERLAMPIR)
1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
3. METODE :
Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
4. MEDIA DAN ALAT BANTU :
Power Point (Leaflet, pengeras suara )
5. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan
Pembukaan ( 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah
5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam 2. Tanya jawab
3. Menjelaskan maksud dan 2. Mendengarkan
tujuan penyuluhan keterangan
4. Menggali pengetahuan peserta penyaji
tentang materi yang akan 3. Menyampaikan
disampaikan pengetahuan
tentang materi
yang
disampaikan

Penyajian dan 1. Defenisi Stunting - Memperhatikan 1. Ceramah


diskusi 2. Penyebab stunting - Mendengarkan 2. Tanya
( 20 menit) 3. Dampak stuntig keterangan jawab
4. Cara mencegah stunting penyaji 3. Power point
5. Zat Gizi Mikro yang Berperan
untuk Menghindari Stunting
(Pendek)

Penutup 1. Mengevaluasi atau menanyakan Peserta menjawab Tanya jawab


(5 menit) kembali materi yang telah pertanyaan,
disampaikan pada peserta memperhatikan dan
menjawab
salam
2. Menyimpulkan kembali materi
yang telah disampaikan
3. Memberi salam penutup

6. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam penyiapan
kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak Mahasiswa
Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar melalui
pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat gizi yang berperan
menghindari stunting (75%).

7. MATERI PENYULUHAN
Lampiran

TINJAUAN PUSTAKA STUNTING

A. Defenisi Stunting

Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran

yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek

hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi

referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau

keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,

2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan

terlambatnya pertumbuhan anak yang

mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak.

Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan

sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang

mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi

kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting

merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola

makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).

Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus

dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek

dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator

kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang

dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.


B. Penyebab Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif

yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini

merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun

pertama kehidupan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang

akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir

dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan

makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic

serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini

semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya

stunted (Allen and Gillespie, 2001).

Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah

dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling

berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :

 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu

karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).

 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),

 Riwayat penyakit.

Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep model faktor-

faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability dan kematian.
• Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih dipengaruhi

oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan asupan zat gizi mikro dan

kekurangan asupan energy dan protein.

• Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan protein dan infeksi

penyakit.

• Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya tingginya

infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian.

• Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga menyebabkan

disability, yang meningkatkan risiko kematian

• Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit, ketahanan

pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan merupakan faktor

yang secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu

hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air

Susu Ibu.

C. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi

rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara

pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah

(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak

yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada

kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara.

Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari

yang tubuhnya pendek.


Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian,

kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak

seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa

emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.

Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu

kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Mencegah Stunting

1. Mencegah Stunting pada Balita

Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di

masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan prevalensi

balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak pada turunnya

prevalensi gizi kurang pada balita kita.

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur, namun

pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi

gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan

optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil

kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan

mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil

maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang

beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan

cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus

mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe),
dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6

bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup

jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat

gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat

dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar.

Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi

dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita

stunting.

Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan sarana

prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga

meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui

penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.

Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan kemampuan

dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status gizi

yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang

kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga

merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi

a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan, yaitu:

· Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu

hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan
sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan

makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah,

minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

· Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

· Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus

dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A,

taburia, imunisasi dasar lengkap.

· Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga.

b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

 Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin

dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam

tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan

jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan

secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan

yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau

pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses

pertumbuhan itu.

 Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi

kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan


yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk

mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI.

Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi,

akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang

sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa

juga ditambah dengan minum air buah.

 Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan terbaik

bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara

mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada

masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa

membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml

bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.

 Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun

Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan motorik

meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari,

lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan

kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi

tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada

masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan

harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat

pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek

samping

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan kontraksi otot. Bahan

makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang- kacangan.

b. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur metabolisme,

pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan.

Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.

c. Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan pengembangan

fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.

d. Zat Besi

Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme energi. Sumber

zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah- buahan.

e. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel, memproduksi sel darah

merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia

dan sayur-sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).

(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-stunting.html).

Diakses pada tanggal 12 Februari 2020.

Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef Indonesia.Oktober

2012.

Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.

Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia

Bertubuh Kerdil.(

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385-88- juta-anak-

indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 12 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai