Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENCEGAHAN STUNTING”
Materi penyuluhan : Pencegahan stunting
Pokok bahasan : Pencegahan stunting
Sasaran : Orang tua anak
Hari/ Tanggal : Desember 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : RSU Syifa Medina

1. LATAR BELAKANG
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan
tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana
tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan   
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis
atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan.
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang
gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting
nasional mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen (Rizma,
2016). Oleh karena itu dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya
dengan penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada orangtua anak.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui
dan memahami bagaimana mencegah stunting.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga
pasien dapat mengetahui tentang:
1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting 
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting 
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : Leaflet, Pertunjukan slides (melalui overhead
projector, slide projector, komputer dan LCD projector, atau lainnya), poster, video.
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : RSU Syifa Medina
b. Hari/Tanggal : Desember 2022
4. Materi dan Pemateri :
5. Peserta : Orang tua anak
6. Waktu : 30 menit

4. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah
( 5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam 2. Tanya jawab
3. Menjelaskan maksud dan 2. Mendengarkan
tujuan penyuluhan keterangan
4. Menggali pengetahuan peserta penyaji
tentang materi yang akan 3. Menyampaikan
disampaikan pengetahuan
tentang materi
yang
disampaikan

Penyajian dan 1. Defenisi Stunting - Memperhatikan 1. Ceramah


diskusi 2. Penyebab stunting - Mendengarkan 2. Tanya
( 20 menit) 3. Dampak stuntig keterangan jawab
4. Cara mencegah stunting penyaji 3. Leaflet
5. Zat Gizi Mikro yang Berperan
untuk Menghindari Stunting
(Pendek)

Penutup 1. Mengevaluasi atau Peserta menjawab Tanya jawab


(5 menit) menanyakan kembali materi pertanyaan,
yang telah disampaikan pada memperhatikan
peserta dan menjawab
2. Menyimpulkan kembali materi salam
yang telah disampaikan
3. Memberi salam penutup

5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
Poltekkes Kemenkes Malang
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat
gizi yang berperan menghindari stunting (75%).

6. MATERI PENYULUHAN (Lampiran 1)


7. DAFTAR PUSTAKA (Lampiran 2)
8. PRE-TEST DAN POST-TEST (Lampiran 3)
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

A. Defenisi Stunting
Masalah gizi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hal, yang salah satunya
adalah ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan gizi
pada remaja yang akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih
(Cavadin et al, 2000 cit. Emilia, 2009).
Stunting atau pendek merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai
dengan indikator tinggi badan menurut umur (Anindita, 2012).
Menurut data dari Riskesdas (2013) di Indonesia, prevalensi stunting atau pendek
secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan
dibanding tahun 2010 dan 2007. Sedangkan untuk remaja usia 13-15 tahun,
prevalensi stunting mencapai 35,1%. Hal ini menunjukkan kejadian stunting pada
anak dan remaja di Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi, mengingat standar
WHO untuk anak stunting adalah 20% (Saniarto, 2014).
Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko
terjadinya kesakitan, kematian, dan perkembangan otak yang suboptimal (Lewit,
1997, cit. Mitra, 2015). Remaja yang terhambat pertumbuhannya lebih tinggi tingkat
kecemasan, gejala 3 depresi, dan memiliki harga diri (self esteem) yang lebih rendah
dibandingkan dengan remaja yang tidak terhambat pertumbuhannya (Walker, 2007
cit. Mitra, 2015).
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan
berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah
tinggi badan yang kurang menurut umur, ditandai dengan    terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan
yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi
kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator
jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi
yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier
yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang
buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang
kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Remaja yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada remaja. Keadaan ini semakin mempersulit
untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya
stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor
utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
 Riwayat penyakit.
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu
konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau
disability dan kematian.
• Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan
asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
• Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
protein dan infeksi penyakit.
• Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu pada waktu bayi merupakan salah satu
penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi
akut dan kematian.
• Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
• Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit,
ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan
merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun secara sendiri-
sendiri berpengaruh pada keadaan gizi pada saat ibu hamil, kekurangan gizi mikro,
asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu pada
waktu bayi.
C. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan  tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari
pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan  menjadi besar dan tidak
mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic
productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu
anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek
saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah
dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika,
seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah
serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal
tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat
buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Pengukuran Stunting

E. Cara Mencegah Stunting


Asupan makanan yang tidak seimbang, berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air merupakan salah satu
faktor yang dikaitkan dengan terjadinya stunting (UNICEF, 2007). Menurut IDAI (2013)
kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi terjadi pada masa remaja.
Namun, di Jawa Tengah data menunjukkan penduduk dengan Angka Kecukupan Protein
(AKP) sangat kurang sebanyak 52,4% dialami oleh penduduk usia 13 – 18 tahun
(Santoso et al, 2014).
   Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi
pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya
pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi
tulang, dan perubahan aktifitas fisik. Meskipun aktifitas fisik tidak meningkat, tetapi total
kebutuhan energi yang akan tetap meningkat akibat pemebesaran ukuran tubuh.
Kebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium,
besi, dan zinc.1
Energi
            Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk
ditentukan secara tepat. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan gizi remaja
adalah aktifitas fisik, seperti olahraga. Remaja yang aktif dan melakukan olehraga
memerlukan masukan energi yang lebih besar dibandingkan remaja pasif.1 Zat-zat gizi
yang dapat memberikan energy adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Osidasi zat-zat
gizi ini menghasilkan energy yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
Ketiga zat ini termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar. 
Ketiga Zat gizi tersebut terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan.
Sumber energi terutama diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat seperti
beras,terigu, dan hasil olahan lainnya, umbi-umbian, jagung, sagu, gula.1
Protein
            Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhan terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein lebih
besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein harus
memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila pemasukan energi tidak adekuat, maka
protein akan digunakan sebagai sumber energi dan ini akan mengakibatkan malnutrisi.1
            Protein mempunyai fungsi yang khas tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Semua enzim, berbagai
hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah
protein.2 Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan
sumber protein nabati karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi
kualitas dan kuantitas. Contoh sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau,
kambing), daging putih (ayam, ikan), susu dan hasil olahannya, kedelai, dan hasil
olahnnya, kacang-kacangan.1
Mineral
            Kebutuhan mineral terutama kalsium, zinc, dan zat besi juga meningkat pada
masa remaja. Kalsium penting untuk kesehatan tulang, khususnya dalam menambah
massa tulang. Keterbatasan massa tulang selama remaja akan meningkatkan resiko
osteoporosis pada kehidupan selanjutnya, khusus pada wanita. Sumber kalsium yang
paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber lainnya adalah ikan, kacang-
kacangan, dan sayuran.1
            Karena ekspansi volume darah dan untuk mempertahankan produksi hemoglobin
selama pertumbuhan, maka kebutuhan akan zat besi pada remaja juga meningkat. Zat
besi juga dibutuhkan untuk membentuk mioglobin dalam jaringan otot yang baru. Untuk
mengganti kehilangan zat besi selama menstruasi remaja perempuan lebih banyak
membutuhkan zat besi dibandingkan remaja laki-laki. Remaja laki-laki membutuhkan zat
besi untuk proses pertumbuahn itu sendiri. Kekurangan zat besi akan meningkatkan
resiko anemia defisiensi zat besi. Kebutuhan akan zat besi akan menurunkan seiring
dengan melambatnya pertumbuhan setelah pubertas. Penyerapan zat besi dapat
ditingkatkan oleh vitamin C; dan sebaliknya dihambat oleh kopi, teh, makanan tinggi serat,
suplemen kalsium, dan produk susu. Makanan yang banyak menggandung zat besi
adalah, hati, daging merah, daging putih, kacang-kacangan dan sayuran hijau.1
            Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama
bagi remaja laki-laki. Defisiensi zinc dapat menimbulkan resiko retaradasi mental dan
hipogonatisme.1
Vitamin
            Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil,
pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari
makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.2
            Kebutuhan vitamin thiamin, riboflavin,dan niasin pada remaja akan meningkat.
Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolism energi. Begitu juga
dengan folat dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA dan RNA. Tak kalah
pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otot.
Vitamin A, C, dan E juga dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mendukung fungsi sel baru.
1. Mencegah Stunting pada Balita

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan


bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap
kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada
balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa
diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil
kemungkinannya.  Maka peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini
mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita
usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang
dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap
balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur
6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa
kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat
dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara
rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang
sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga
dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung,
serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses  keluarga terhadap daya beli
pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap
informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif
dalam mencegah terjadinya balita stunting.
2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:

·         Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu  hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami
KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan  makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90
tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit.

·         Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu
(ASI) saja (ASI Eksklusif).

·         Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan
anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.

·         Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.

b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

·         Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya


dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik, serta menjaga  keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping
proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan
jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil
dianjurkan makan secukupnya saja,  bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka
macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan
adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu
protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu
proses pertumbuhan itu.
·         Kebutuhan Gizi Ibu  saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan
ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan
untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta
tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika
kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam
tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI
sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum
sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah
dengan minum air buah.

·         Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia
ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing
payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa
membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi
ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.

·         Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun

  Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi


perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan
sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun
pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan
terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi
tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini  ASI
tetap diberikan.  Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap
sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang
diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan
pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda
tanpa efek samping

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)


a.       Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,
susu, keju, kacang-kacangan.
b.      Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,
udang, dan kerang.
c.       Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati,
kerang, telur dan kacang-kacangan.
d.      Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan buah-buahan.
e.       Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara
lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

Lampiran 2
DAFTAR PUSTAKA

Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).


(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-stunting.html).
Diakses pada tanggal 24 April 2016.
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia.Oktober 2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013.
Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil.(
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385-88-juta-
anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 20 Maret 2016.
Lampiran 3
Evaluasi Pre-Post Test Penyuluhan

1) Apakah pengertian stunting?


2) Bagaimana cara mencegah stunting?
3) Apa saja zat mikro yang berperan menghindari stunting?

Anda mungkin juga menyukai