Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN


STUNTING UNTUK PASANGAN USIA SUBUR (PUS)
PALANGKA RAYA

Oleh:

1. Angela Tesya, S.Kep. 2022-04-14901-003


2. Cia, S.Kep. 2022-04-14901-010
3. Dhea Permatasari I, S.Kep. 2022-04-14901-016
4. Dony Sentory, S.Kep. 2022-04-14901-017
5. Ersiyana, S.Kep. 2022-04-14901-019
6. Jenny Amsal., S.Kep. 2022-04-14901-018
7. Lala Veronica, S.Kep. 2022-04-14901-040
8. Leonardo, S.Kep. 2022-04-14901-042
9. Ruly Ramadan, S.Kep. 2022-04-14901-058
10. Widiya Ningsih, S.Kep. 2022-04-14901-071
11. Ni Ketut Dika Novita, S.Kep. 2022-04-14901-048
12. Yoga Pratama, S.Kep. 2022-04-14901-076
13. Yuni Elia Kartika, S.Kep. 2022-04-14901-078

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN
2022/2023
RENCANA KEGIATAN

A. Satuan Acara Penyuluhan


1) Topik
Pendidikan kesehatan tentang Stanting untuk Pasangan Usia Subur (PUS)
B. Sasaran
Pasangan Usia Subur (PUS)
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Adapun tujuan umum adalah untuk memberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Stanting Untuk Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah
Kereng Bengkirai Palangka Raya.
2) Tujuan Khusus
1) Pasangan Usia Subur
a. Pengertian Stanting
b. Bahaya Stanting untuk Pasangan Usia Subur (PUS)
D. Materi
Adapun garis besar materi dalam pendidikan kesehatan adalah;
1. Pengertian Stanting
2. Bahaya Stanting untuk Pasangan Usia Subur (PUS)
E. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan tentang Stanting untuk Pasangan Usia Subur (PUS).
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Media
Adapun media metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan tentang Pencegahan Stanting Untuk Pasangan Usia Subur (PUS)
1. Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juli 2023
2. Pukul : 08.00 S/d Selesai
3. Alokasi Waktu : 30 menit
No Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu
1 Pembukaan :
- Membuka kegiatan 1. Menjawab salam 2 Menit
dengan mengucapkan 2. Mendengarkan dan
salam memperhatikan
- Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
- Menyebutkan materi yang
akan diberikan
- Kontrak waktu
penyampaian materi
2 Menjelaskan materi tentang : 1. Mendengarkan,
1. Pengertian Stanting dengan seksama 10 menit
Untuk Pasang Usia Subur 2. Mengajukan
(PUS) pertanyaan
2. Bahaya Stanting untuk
Pasangan Usia Subur
(PUS)
3 Tanya jawab: 1. Bertanya tentang
- Memberikan kesempatan materi yang telah 10 menit
peserta untuk bertanya diberikan
4 Evaluasi : 1. Menjawab 3 menit
- Memberikan pertanyaan pertanyaan perawat
akhir dan evaluasi

5 Terminasi: 1. Mendengarkan 2 menit


- Menyimpulkan bersama- 2. Menjawab salam
sama hasil kegiatan
penyuluhan
- Menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator: Leonardo
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau
pendiskusian masalah.
Tugas :
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok.
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi.
5. Mengatur jalannya diskusi.
2) Penyaji: Ersiyana
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator : Ni Ketut Dika Novita
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
3. Membuat dan mengedarkan absen peserta penyuluhan.
4. Membagikan konsumsi.
4) Dokumentator : Ruly Ramadana
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan
dokumen pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan
pendidikan kesehatan.
5) Notulen : Angela Tesya
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara.
Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan
penyuluhan.

3.1.9 Denah Pelaksanaan


Seting Tempat :

Keterangan :

Moderator

: Peserta

: Fasilitator & Dokumentasi

: Penyaji
MATERI PENYULUHAN TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

A. Pengertian Stanting
Stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena
asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Permasalahan stunting
terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah
menginjak usia dua tahun (Kemenkes RI, 2018). Stunting adalah kondisi tinggi
badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Tinggi badan merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan
menunjukkan status gizi seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi
yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama (kronis). Diagnosis
stunting ditegakkan dengan membandingkan nilai z skor tinggi badan per umur
yang diperoleh dari grafik pertumbuhan yang sudah digunakan secara global.
Indonesia menggunakan grafik pertumbuhan yang dibuat oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 2005 untuk menegakkan diagnosis stunting
(Candra, 2020). Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh
akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi
berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin
hingga anak berusia dua tahun (Kesmas, 2018).
Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di
bawah minus dua standar deviasi (-2SD) dari anak seusianya. Masyarakat belum
menyadari bahwa stunting adalah suatu masalah serius, hal ini dikarenakan belum
banyak yang mengetahui penyebab, dampak dan pencegahannya (Zedadra, 2019).
Kondisi kesehatan dan gizi sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan dan Risiko terjadinya stunting. (1, 2 dan Sulistyani
3, 2014) Stunting mulai terjadi ketika seorang remaja menjadi seorang ibu yang
kurang gizi dan anemia, menjadi parah ketika hamil dengan asupan gizi yang
tidak mencukupi kebutuhan, kondisi tersebut berdampak pada bayi yang
dilahirkan (Kemenkes, 2018). Salah satu strategi untuk mengatasi stunting dan
harus dilaksanakan yakni intervensi gizi pada ibu hamil untuk meningkatkan
pengetahuan ibu pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dengan
pemberian edukasi berupa penyuluhan kepada ibu hamil (Musdalifah, 2020).

B. Pencegahan Stanting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari
pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak
mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic
productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu
anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak
setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek
estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari
yang tubuhnya pendek.
Sedangkan Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunting
dan pengaruhnya dijelaskan berikut ini.
1) Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunting yang parah pada anak-anak 21 akan terjadi defisit jangka panjang
dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar
secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan
normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan
lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi
baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.

2) Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak.


Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir
rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare
berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar
anak-anak dengan stunting mengkonsumsi makanan yang berada di bawah
ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan
jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.

3) Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak
stunting pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan
pertumbuhan anak usia dini 22 berlanjut pada masa remaja dan kemudian
tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara
langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang
melahirkan anak dengan BBLR. Stunting terutama berbahaya pada
perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan
dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan WHO (2013) membagi
dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi 2 hal berikut ini.

a. Dampak Jangka Pendek


1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
2) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal.
3) Peningkatan biaya kesehatan.

b. Dampak Jangka Panjang


1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan
pada umumnya)
2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.
3) Menurunnya kesehatan reproduksi.
4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah dan
Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal (Kemenkes RI, 2018).

c. Pencegahan Stunting
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani
masalah gizi di masyarakat. Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya
sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat
gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang
cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau
kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai
umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping
ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat
makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan
dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan
benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat
dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
(Kementrian Kesehatan RI, 2018). Beberapa cara pencegahan stunting antara
lain adalah :
(1) Mempersiapkan pernikahan yang baik
(2) Pendidikan pengetahuan Gizi
(3) Suplementasi Ibu hamil
(4) Suplementasi Ibu menyusui 24
(5) Suplementasi mikronutrien untuk balita
(6) Mendorong peningkatkan aktivitas anak di luar ruangan

d. Upaya mengatasi stunting


Upaya pemerintah dalam mengatasi stunting, dapat dilakukan dengan
intevensi sensitif dan intervensi spesifik. Intervensi gizi spefisik merupakan
intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan
(HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan
intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini
juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
pendek. Sedangkan intervensi gizi sensitif adalah kegiatan pembangunan diluar
sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% intervensi stunting.
1) Intervensi Gizi Spesifik Intervensi gizi spesifik adalah upaya untuk
mencegah dan mengurangi masalah gizi secara langsung. Kegiatan ini pada
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara lain
berupa imunisasi, PMT ibu hamil dan balita di posyandu.
2) Intervensi Gizi Sensitif Intervensi sensitif merupakan berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan, sasarannya adalah masyarakat umum.
Dalam kerangka konsep UNICEF penanganan masalah gizi 25 diantaranya adalah
melalui program pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi, keterlibatan
dunia usaha, penanganan konflik serta pelestarian lingkungan hidup
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR Manuaba,

Ida Bagus Gde. 2015. Pengantar Kuliah Obtetri. EGC. Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rustam Muchtar. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai