Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STUNTING

DISUSUN OLEH:

ERMA LIHATTUS SA’ADAH F (2021090030)


DEWI ZULFIATUROHMA (2021090009)
WAHYU BRABOWO (2021090024)
FILYANTI VIKI MEILIYA (2021090018)
DIAH AYU WIDYANTI (2021090034)
KURNIA ERI SUSANTI (2021090031)
MA’RIFATUL HASANAH (2021090013)
NABELLAH IMRO’ATUS S (2021090023)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2021
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN STUNTING DI KLINIK TUMBUH KEMBANG


RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
Hari : Jum’at
Tanggal : 7 Januari 2022

Mahasiswa

PROFESI NERS

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

LINA MADYASTUTI R, S. Kep., Ns., M. Kep


NIDN. 0720068201

Mengetahui,
Kepala Ruangan
PENDIDIKAN PRAKTEK PROFESI NERS (PN3)

DEPARTEMEN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GRESIK
KELAS A-12
Jl. Arif Rahman Hakim 2B Telp. (031) 3981918 – 3978628 Fax (031) 3876628 Gresik

PREPLANNING KEGIATAN PENYULUHAN STUNTING DI KLINIK TUMBUH


KEMBANG RSUD. IBNU SINA GRESIK

A. Pendahuluan
Stunting merupakan kondisi kronis buruknya pertumbuhan seorang anak yang
merupakan akumulasi dampak berbagai faktor seperti buruknya gizi dan kesehatan sebelum
dan setelah kelahiran anak tersebut. Stunting adalah ukuran yang tepat untuk
mengidentifikasikan terjadinya kurang gizi jangka panjang pada anak-anak. Anak balita
stunting bisa menjadi indikator kunci yang sensitif dari kesehatan ibu dan anak. Pertumbuhan
linear yang terhambat panjang badan yang tidak sesuai dengan usia akan menghasilkan anak
yang stunting serta memengaruhi kemampuan kognitif dan mengurangi potensi akses ke
pendapatan yang lebih tinggi, risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, dan
jangka hidup yang lebih pendek sehingga dapat mencerminkan kualitas sumber daya manusia
dimana sebagai penentu status gizi masyarakat salah satunya adalah status gizi anak balita
(Fikawati et al, 2017).
Balita berstatus stunting atau pendek apabila hasil pengukuran panjang badan atau
tinggi badan menurut umur menunjukkan angka dibawah minus dua standar deviasi
(Nasikhah, 2012). Defisit pertumbuhan linear ini karena akumulasi dari 1.000 hari pertama
kehidupan yang tidak optimal.
Berdasarkan penelitian ( Zaenal Arifif 2012 ) menyatakan bahwa kejadian stunting
pada anak 6-59 bulan, disebabkan oleh berat badan saat lahir, asupan gizi balita, pemberian
asi ekslusif, riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, dan jarak
kehamilan, sedangkan menurut penelitian (Kukuh, 2013) stunting dipengaruhi oleh berat
badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan, pendidikan orang tua, kondisi sosial
ekonomi, pemberian MP-ASI, kejadian BBLR dan pola asuh ibu, pemberian ASI dimana bayi
yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki resiko 7 kali lebih tinggi mengalami stunting
(lestari, 2014).
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit diharapkan
peserta mampu memahami dan mengerti tentang Stunting.
 
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit peseta mampu :
1. Mengerti tentang pengertian stunting
2. Mengerti tentang penyebab stunting
3. Mengerti tentang ciri – ciri stunting
4. Mengerti tentang dampak stunting
5. Mengerti tentang cara pencegahan stunting

D. Sasaran
Peserta di rumah sakit

E. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan
No Pembukaan Metode Waktu
1 Pembukaan Ceramah 5 menit
2 Presentasi Ceramah 12 menit
3 Tanya jawab Diskusi 8 menit
4 Penutup Ceramah 5 menit

2. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jum’at
Tempat : 7 Januari 2022
Waktu/jam : 30 Menit

3. Alat- alat
a. Laeflet
b. Lembar balik
c. Alat Tulis
d. Buku Catatan
4. Strategi Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- 100% peserta hadir
- Tempat dan alat tersedia sesuai dengan acara
b. Evaluasi Proses
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
- Peserta berperan aktif selama pertemuan
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta mampu menjelaskan pengertian stunting
2) Peserta mampu menjelaskan penyebab stunting
3) Peserta mampu menyebutkan ciri – ciri stunting
4) Peserta mampu menyebutkan dampak stunting
5) Peserta mampu menjelaskan cara pencegahan stunting
PENDIDIKAN PRAKTEK PROFESI NERS (PN3)
DEPARTEMEN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GRESIK
KELAS A-12
Jl. Arif Rahman Hakim 2B Telp. (031) 3981918 – 3978628 Fax (031) 3876628 Gresik

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


STUNTING

Topik               : Stunting
Sasaran            : Peserta di rumah sakit
Hari/Tanggal   : Jum’at, 7 Januari 2022
Waktu/Jam      : 30 menit, Jam : 09.00 WIB
Tempat            : Klinik Tumbuh Kembang
Penyuluh         :
         
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit di
harapkan peserta mampu menjelaskan tentang Stunting

B. Tujuan  Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan 1x pertemuan, diharapkan peserta
mampu :
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian stunting
2. Peserta mampu menjelaskan penyebab stunting
3. Peserta mampu menyebutkan ciri – ciri stunting
4. Peserta mampu menyebutkan dampak stunting
5. Peserta mampu menjelaskan cara pencegahan stunting

C. Materi (Terlampir)

D. Pengorganisasian
1. Pembimbing Klinik :
2. Pembimbing Akademik : Lina Madyastuti R, S.Kep.,Ns.,M.Kep
3. Moderator :
4. Penyaji :
5. Observer :
6. Notulen dan Fasilitator :

E. Uraian Tugas
1. Moderator
1) Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan
2) Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
3) Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan dengan audien
4) Menyampaikan kontrak waktu
5) Merangkum semua audien sesuai kontrak
6) Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi
7) Menganalisis penyajian
2. Penyaji
1) Bertangung jawab memberikan penyuluhan
2) Memahami topik penyuluhan
3) Meexplore pengetahuan audien tentang ASI eksklusif
4) Menjelaskan tentang ASI eksklusif dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
audien
5) Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif audien
6) Memberikan doorprize bagi audiens yang bertanya
3. Fasilitator
1) Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di awal acara.
2) Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode pada moderator jika ada
ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
3) Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam mengajukan
pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
4) Membagikan leaflet di akhir acara.
4. Observer
1) Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target
2) Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
3) Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP
5. Pembimbing
1) Memberikan arahan dan masukan terhadap kelancaran penyuluhan.
2) Mengevaluasi laporan dari observer.
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

G. Media
Leaflet, lembar balik, alat tulis

H. Setting Tempat

Keterangan :

: Kursi : Keluarga dan Pasien

1 : Notulen

2 : Observasi

3 : Penyaji Materi

4 : Moderator

5 : Pembimbing klinik
I. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahapan dan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Penanggung jawab
Waktu

1. Kegiatan − Memberi salam − Menjawab salam Moderator dan


awal/pembuka − Memperkenalkan − Memperhatikan Notulen
(5 menit) diri dan
− Menjelaskan mendengarkan
tujuan dan materi − Memperhatikan
yang akan dan
diberikan mendengarkan
− Mengidentifikasi
tingkat
pengetahuan klien

2. Kegiatan Inti − Menjelaskan − Aktif bersama Penyuluh


(12 menit) pengertian menjawab
stunting pertanyaan
− Menjelaskan − Memperhatikan
tentang penyebab dan
stunting mendengarkan
− Menjelaskan ciri – − Memperhatikan
ciri stunting dan
− Menjelaskan mendengarkan
dampak tunting − Memperhatikan
− Menjelaskan cara dan
pencegahan mendengarkan
Tanya jawab stunting − Memperhatikan
(8 menit) dan
mendengarkan

3. − Menjelaskan − Aktif bersama


Penutup jawaban dari menjawab Moderator dan
(5 menit) pertanyaan yang pertanyaan Penyuluh
diajukan oleh
audiens
4. − Mengevaluasi − Aktif bersama Moderator dan
tingkat menyimpulkan Observer
pengetahuan klien − Membalas salam
− Menutup
penyuluhan dan
menyimpulkan
dan memberikan
leaflet
− Memberi salam
penutup
LEMBAR EVALUASI OBSERVER
PENYULUHAN STUNTING PADA PASIEN DI KLINIK TUMBUH KEMBANG
RUMAH SAKIT IBNU SINA GRESIK

No Evaluasi Sesuai Tidak Keterangan


Sesuai

1. Evaluasi Struktur

- Mahasiswa dan peserta


sudah berada pada posisi
yang telah direncanakan
- Tempat sesuai perencanaan

2. Evaluasi Proses

- Pelaksana kegiatan sesuai


dengan waktu yang telah
direncanakan
- Peserta aktif dalam
kegiatan penyuluhan
- Waktu yang direncanakan
sesuai dengan pelaksanaan
- 50% peserta aktif dalam
penyuluhan
- 75% peserta tidak
meninggalkan ruangan
selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil

- Peserta dapat
menyebutkan kembali
pengertian, penyebab
stunting
- Peserta dapat
menyebutkan kembali ciri
– ciri stunting dan
dampak stunting
- Peserta dapat
menyebutkan kembali
cara pencegahan stunting
Lampiran Materi

1. Pengertian Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak
dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

2. Penyebab Stunting
1) Faktor Ibu
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah
persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor
lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak
kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang
pada saat kehamilan.
2) Faktor Bayi
a. Asi Ekslusif
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi
menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses
penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu setelah
melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak bayi
dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman
lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan obat (Kemenkes
RI, 2016).
b. Makanan pendamping ASI
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai dari
umur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) yang mana pemberian MP-ASI untuk menunjang pertambahan sumber zat
gizi disamping pemberian ASI hingga usia dua tahun. Makanan pendamping harus
diberikan dengan jumlah yang cukup, sehingga baik jumlah, frekuensi, dan menu
bervariasi bisa memenuhi kebutuhan anak (Kemenkes RI, 2011).
3) Faktor sosial ekonomi dan lingkungan
Tingkat pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian stunting. Hal ini dikarenakan keluarga dengan pendapatan yang rendah akan
mempengaruhi dalam penyediakan pangan untuk keluarga. Daya beli keluarga
tergantung dengan pendapatan keluarga, dengan adanya pendapatan yang tinggi maka
kemungkinan terpenuhinya kebutuhan makan bagi keluarga (Adriani, 2012).
Orang tua dengan pendapatan keluarga yang memadai akan memiliki
kemampuan untuk menyediakan semua kebutuhan primer dan sekunder anak.
Keluarga dengan status ekonomi yang baik juga memiliki akses pelayanan kesehatan
yang lebih baik. Anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah cenderung
mengkonsumsi makanan dalam segi kuantitas, kualitas, serta variasi yang kurang.
Status ekonomi yang tinggi membuat seseorang memilih dan membeli makanan yang
bergizi dan bervariasi.
Penerapan hygiene yang tidak baik mampu menimbulkan berbagai bakteri
yang mampu masuk ke dalam tubuh yang menyebabkan timbul beberapa penyakit
seperti diare, cacingan, demam, malaria dan beberapa penyakit lainnya. Sedangkan
sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.
Stunting akibat lingkungan rumah adalah kondisi tempat tinggal, pasokan air
bersih yang kurang dan kebersihan lingkungan yang tidak memadai. Kejadian infeksi
dapat menjadi penyebab kritis terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan.
Penyediaan toilet, perbaikan dalam praktek cuci tangan dan perbaikan kualitas air
adalah alat penting untuk mencegah tropical enteropathy dan dengan demikian dapat
mengurangi risiko hambatan pertumbuhan tinggi badan anak (Prendergast, 2014)

3. Ciri – Ciri Stunting


1) Pertumbuhan melambat
2) Performa buruk pada tes memori belajar
3) Pertumbuhan gigi terhambat
4) Wajah tampak lebih muda dari usianya
5) Tanda pubetas terlambat
4. Dampak Stunting
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan
jangka panjang.
1) Dampak Jangka Pendek.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
b. Terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan
c. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal
2) Dampak Jangka Panjang.
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya)
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
c. Menurunnya kesehatan reproduksi
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak baik

5. Upaya Pencegahan Stunting


1) Balita
a.Pemantauan pertumbuhan balita
b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
balita
c.Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
2) Anak Usia Sekolah
a.Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b.Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS
c.Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)
d.Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba

Anda mungkin juga menyukai