Pokok Bahasan : Peningkatan Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita terkait Pemberian Makan
Saat ini Indonesia sedang mengalami masalah gizi pada balita. Adapun masalah gizi yang di
hadapi Indonesia adalah stunting atau tinggi badan menurut umur kurang, wasting atau berat
badan menurut tinggi badan kurang, dan overweight atau berat badan menurut tinggi badan lebih.
Pemerintah sudah berupaya menuntaskan masalah gizi tersebut dengan menggalakkan berbagai
macam program. Namun, program yang telah dilakukan pemerintah ini belum efektif dalam
penanggulangan masalah gizi tersebut, salah satu penyebabnya karena kurangnya pengetahuan
ibu mengenai pola makan yang sehat dan gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa
pertumbuhan (Sari & Cahyanto, 2019). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku sehat dapat dilakukan secara langung
maupun tidak langsung melalui saluran media dan teknik promosi kesehatan. Peningkatan
kesehatan yang dilakukan dapat melalui penyebaran informasi dengan kegiatan penyuluhan
(Windayanti, n.d.)
Tujuan
1. Umum:
Meningkatkan pengetahuan pengetahuan ibu bayi dan balita terkait pemberian
makan pada bayi dan balita
2. Khusus:
1. Mengetahui Pola pemberian makan
2. Mengetahui Prinsip Pemberian Makan
3. Mengetahui Masalah pada pemberian makan bayi dan balita beserta solusinya
Materi
Materi selengkapnya terlampir
Pelaksanaan
No. Uraian kegiatan Kegiatan Waktu
Penyuluhan Audience
Setting tempat
1. Bentuk
Pada evaluasi menggunakan 5 pertanyaan yang akan ditanyakan secara langsung yang
dilaksanakan sebelum dan sesudah penyuluhan untuk menilai perubahan pengetahuan
pada ibu bayi dsn balita
2. Jenis
Jenis evaluasi berbentuk pertanyaan terbuka yang akan di jawab oleh ibu bayi dan balita
secara langsung guna mengetahui perubahan terkait pengetahuan ibu bayi balita tentang
pemberian makan
Referensi:
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014
Pritasari, Damayanti, D., & Lestari, N. T. (2017). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Pusat
Windayanti, H. (n.d.). Pemberian Informasi Tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak Usia 0–
24 Bulan. 6.
Lampiran
Materi Penyuluhan
Bahan makanan Anak usia 1-3 tahun Anak usia 4-6 tahun
1125 kkal 1600 kkal
Nasi 3p 4p
Sayuran 1,5p 2p
Buah 3p 3p
Tempe 1p 2p
Daging 1p 2p
ASI Dilanjutkan hingga usia 2
tahun
Susu 1p 1p
Minyak 3p 4p
Gula 2p 2p
Sumber : (Kemenkes RI, 2014)
Keterangan:
1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal
*) sdm : sendok makan
**) sdt : sendok teh
***) p : porsi
2) Prinsip pemberian makanan anak balita
Prinsip pemberian makanan anak balita berdasarkan buku berjudul Gizi Dalam Daur
Kehidupan oleh (Pritasari et al., 2017) yaitu jadwal makan untuk makanan utama dan snack
harus disediakan secara teratur dan terencana. Kondisi ini menciptakan ritme pencernaan
yang terstruktur agar saluran pencernaan bayi berfungsi dengan baik. Waktu makan
maksimal adalah 30 menit. Ketika anak mulai tidak focus terhadap makanannya, maka
hentikan pemberian makanan. Di antara waktu makan, anak hanya boleh mengonsumsi air
putih dan tidak boleh minum terlalu banyak. Diusahakan lingkungan dapat bersifat netral
dan tidak ada paksaan atau hukuman terhadap anak, meski anak makan 1-2 suap saja.
Begitu pula sebaliknya, tidak boleh memberikan makanan yang bertujuan sebagai hadiah
kepada anak karena kemungkinkan anak memiliki persepsi yang membahagiakan ketika
dirinya makan dan selanjutnya anak dapat merasa nyaman saat menikmati makanannya.
Ibu ataupun pengasuh harus bisa membentuk pola makan baik untuk anak agar anak
dapat belajar bagamana pola makan baik serta dapat memilih makanan sehat melalui teladan
orang tua serta keterlibatannya di dalam aktifitas makan. Jadikan kebiasaan makan yang
ingin dibiasakan di rumah sebagai bagian dari kesepakatan antara anak, orang tua, dan
keluarga, dan anak harus mengetahui semua alasan kesepakatan tersebut, salah satunya
adalah untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat.
3) Masalah dalam pemberian makan pada bayi dan balita
a. Menolak makanan baru
Solusi: Coba berikan menu baru tersebut dalam porsi kecil terlebih dahulu. Selain itu,
pastikan tampilannya menyerupai makanan favoritnya. Jadi, misalnya bayi menyukai
puree wortel, maka cobalah berikan puree ubi.
b. Makannya sangat berantakan
Solusi: Di usia sekitar 9 bulan, hampir semua bayi ingin mencoba untuk makan sendiri.
Ini menyenangkan baginya, karena ia merasa punya kuasa untuk mengontrol apa yang
masuk dan tidak masuk ke mulutnya. Oleh karena itu, sebaiknya di biarkan karena hal
ini juga merupakan proses penting dalam tumbuh kembangnya
c. Mogok atau menolak makan
Solusi: Banyak hal yang membuat bayi menolak untuk makan. Mungkin bayi sedang
terlalu lelah, sakit, atau masih kenyang. Sebaiknya jangan paksa anak untuk makan,
apalagi sampai memarahinya. Namun jika sudah berhari-hari nafsu makan bayi terlihat
sangat menurun, segera konsultasikan ke dokter spesialis
d. Pilih-pilih makanan (picky eater)
Solusi:
1) Hormati nafsu makan anak. Jangan memaksa anak untuk makan apabila dia belum lapar
atau belum ingin makan. Memaksanya makan justru akan memicu egonya karena
berebut “kekuasan” atas makan dan bisa jadi itu membuat anak jengkel dan frustasi.
Jadi tunggu hingga anak merasa lapar dan sediakan sedikit makanan yang enak, beri dia
kesempatan untuk memintanya lagi yang lebih banyak.
2) Sisipkan makanan baru. Tetap berikan makanan kesukaan anak, jika ingin memberikan
makanan yang lainnya maka berikanlah sedikit-sedikit dengan cara menyisipkannya
pada makanan favoritnya.
3) Makanan harus menarik. Selain harus terasa enak, sajikan makanan secara variatif dan
menarik, bisa dengan cara membernya hiasan atau menggunakan tempat makanan yang
lucu dan makanan-makanan yang berwarna cerah sehingga menarik minat anak.
4) Santap bersama. Salah satu trik jitu mengatasi anak yang susah makanya itu dengan
mengajak makan bersama teman-temannya atau keluarga seusianya. Biasanya, cara ini
akan mengubah sikap balita yang suka pilih-pilih makanan. Berikan pendidikan gizi
pada anak. Sebaiknya member informasi tentang manfaat makanan yang disuguhkan,
jika anak bisa mengerti maka besar kemungkinan anak akan mau memakannya.
5) Ajak anak belanja. Jika memungkinkan ajaklah anak berbelanja bahan makanan. Beri
kesempatan anak membantu memilih buah-buahan, sayuran dan makanan sehat lainnya.
Jangan membeli sesuatu yang tidak diingikan anak. Setelah sampai di rumah, ajak anak
untuk membantu bila sayuran, aduk adonan atau mengatur meja. Hal ini akan menjadi
pengalaman yang menyenangkan dan tentu saja dapat membantu mengatasi anak susah
makan. Libatkan anak. Anak akan tertarik ketika dilibatkan dalam menyajikan makanan
seperti membubuhkan makanan dengan kecap saus atau lainnya. Namun jangan sampai
ini malah dijadikan sebagai mainan. Berilah contoh yang baik. Jika orang-orang di
rumah makan berbagai makanan sehat, maka anak juga akan mengikutinya. Begitu pula
sebaiknya.
6) Minimalkan gangguan. Ketika anak sedang enak-enaknya makan, pertahankan agar ia
tetap fokus. Jauh kan segala macam gangguan seperti televisi dan gadget elektronik.
Dan harus berhati-hati dengan iklan televisi yang mungkin saja akan mendorong anak
untuk menginginkan makanan manis atau kurang bergizi seperti yang ditayangkan.
7) Suka makanan yang dilarang
Sistem pencernaan bayi belum sempurna sehingga tidak cukup ‘kuat’ untuk mencerna
madu, susu sapi, makanan tinggi gula dan garam, juga makanan padat yang keras.
e. Makan sambil bermain
Solusi: Sebelum ini terjadi, biasakan anak makan dan duduk rapi. Bagaimana jika anak
terlanjur terbiasa makan sambil mainan? Awalnya mungkin sulit membiasakan
kebiasaan yang benar, namun perlahan tapi pasti, anak pasti bisa mengikuti aturan
f. Makannya lama banget atau diemut
Solusi: Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan untuk hanya memberi waktu 30
menit untuk anak menghabiskan makanan. Jika lebih dari itu belum habis juga, angkat
saja piring makanannya, karena berarti anak sudah tidak tertarik lagi dengan makanan
itu.