Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN GIZI BAYI DAN BALITA

Pokok Bahasan : Peningkatan Pengetahuan Ibu Bayi dan Balita terkait Pemberian Makan

Sub Pokok Bahasan :


1) Pola Pemberian Makan
2) Prinsip Pemberian Makan
3) Masalah Pada Pemberian Makan Bayi Dan Balita Beserta Solusinya
Sasaran : Ibu Bayi dan Balita
Target Hari/Tanggal Waktu Tempat
Ibu Bayi dan Balita Kamis, 11 Februari 30 menit Posyandu Mawar
2022 Putih, Desa Lambau
Latar Belakang

Saat ini Indonesia sedang mengalami masalah gizi pada balita. Adapun masalah gizi yang di
hadapi Indonesia adalah stunting atau tinggi badan menurut umur kurang, wasting atau berat
badan menurut tinggi badan kurang, dan overweight atau berat badan menurut tinggi badan lebih.
Pemerintah sudah berupaya menuntaskan masalah gizi tersebut dengan menggalakkan berbagai
macam program. Namun, program yang telah dilakukan pemerintah ini belum efektif dalam
penanggulangan masalah gizi tersebut, salah satu penyebabnya karena kurangnya pengetahuan
ibu mengenai pola makan yang sehat dan gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa
pertumbuhan (Sari & Cahyanto, 2019). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku sehat dapat dilakukan secara langung
maupun tidak langsung melalui saluran media dan teknik promosi kesehatan. Peningkatan
kesehatan yang dilakukan dapat melalui penyebaran informasi dengan kegiatan penyuluhan
(Windayanti, n.d.)

Tujuan

1.       Umum:
Meningkatkan pengetahuan pengetahuan ibu bayi dan balita terkait pemberian
makan pada bayi dan balita
2.       Khusus:
1. Mengetahui Pola pemberian makan
2. Mengetahui Prinsip Pemberian Makan
3. Mengetahui Masalah pada pemberian makan bayi dan balita beserta solusinya
Materi
Materi selengkapnya terlampir
Pelaksanaan
No. Uraian kegiatan Kegiatan Waktu

Penyuluhan Audience

1. Kegia tan - Membuka salam - Menjawab salam 2 menit


pembukaan - Memperkenalkan diri - Memperhatiankan
- Menyampaikan tujuan dan mendengarkan
2. Pre test Memberikan pertanyaan - Menjawab 5 menit
mengenai pemberian pertanyaan
makan pada bayi dan
balita
3. Penyajian materi - Memberikan - Mendengarkan dan 15 menit
penyuluhan tentang memperhatikan
pemberian makan - Bertanya
pada bayi dan balita
- Memberi kesempatan
untuk bertanya
4. Post test Memberikan pertanyaan - Menjawab 5 menit
mengenai pemberian pertanyaan
makan pada bayi dan
balita
5. Penutup - Menyimpulkan hasil - Mendengarkan 3 menit
kegiatan - Berdoa dan
- Berdoa dan menutup menjawab salam
kegiatan dengan salam
 
Metode
1. Pre-test dan Post-test
2. Ceramah
3. Tanya jawab/Diskusi
Media
Leaflet

Setting tempat

Duduk rapi menghadap penyuluh


Evaluasi

1. Bentuk

Pada evaluasi menggunakan 5 pertanyaan yang akan ditanyakan secara langsung yang
dilaksanakan sebelum dan sesudah penyuluhan untuk menilai perubahan pengetahuan
pada ibu bayi dsn balita

2. Jenis

Jenis evaluasi berbentuk pertanyaan terbuka yang akan di jawab oleh ibu bayi dan balita
secara langsung guna mengetahui perubahan terkait pengetahuan ibu bayi balita tentang
pemberian makan

Referensi:
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014

Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Pritasari, Damayanti, D., & Lestari, N. T. (2017). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Pusat

Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Sari, S. A., & Cahyanto, E. B. (2019). PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP

PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA MAKAN BALITA DI DESA SAMBIREJO

KECAMATAN MANTINGAN KABUPATEN NGAWI. 7.

Windayanti, H. (n.d.). Pemberian Informasi Tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak Usia 0–

24 Bulan. 6.
Lampiran

Materi Penyuluhan

1) Gizi seimbang untuk balita


Di dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun 2014 tentang
pedoman gizi seimbang (Kemenkes RI, 2014), terdapat gizi seimbang untuk berbagai
kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan
Gizi Seimbang bagi bayi yang berusia 0-6 bulan cukup hanya dengan ASI. ASI adalah
makanan paling baik untuk bayi dikarnakan dapat memenuhi semua nutrisi yang dibutuhkan
oleh bayi hingga usia 6 bulan, sesuai perkembangan sistem pencernaannya, terjangkau dan
bersih. Oleh sebab itu, semua bayi harus memperoleh ASI Eksklusif. Dengan kata lain,
hingga usia 6 bulan, hanya ASI yang diberikan.
b. Gizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 6-24 bulan
Pada bayi dan anak usia 6-24 bulan, kebutuhan akan berbagai zat gizi meningkat dan tidak
dapat lagi dipenuhi dengan ASI.. Pada usia ini, anak berada dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, mulai terpapar terhadap infeksi dan mulai aktif secara fisik,
sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhatikan aktivitas
bayi/anak dan infeksi anak. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) maka perlu ditambahkan
untuk mencapai keseimbangan gizi, dengan tetap diberikan ASI hingga bayi berusia 2 tahun.
Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lain, mula-mula dalam bentuk
lunak yang dihaluskan, makanan lembik kemudian beralih ke makanan keluarga berusia 1
tahun. Ibu disarankan untuk memahami jika pola pemberian secara seimbang sejak dini
dapat mempengaruhi nafsu makan anak dikemudian hari. Oleh karena itu, sangat penting
untuk memperkenalkan beranekaragam makanan pada masa ini. Secara bertahap, variasi
makanan yang diberikan kepada bayi dengan usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, dimana
dimulai dengan pemberian sayuran dan buah-buahan, lauk pauk hewani dan nabati sebagai
sumber protein, serta makanan pokok sebagai sumber energi. Demikian pula dengan jumlah
yang ditambahkan secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi
yang juga seimbang.
c. Gizi Seimbang untuk anak usia 2-5 tahun
Masa pertumbuhan yang cepat dengan aktivitas yang semakin meningkat, kebutuhan akan
zat gizi anak usia 2-5 tahun mengalami peningkatan. Demikian pula ketika anak sudah
memiliki pilihan terhadap berbagai makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh
sebab itu, perhatian terhadap variasi makanan dan jumlah diperlukan dari seorang ibu
ataupun pengasuh anak, terutama dalam hal memenangkan pilihan anak supaya memilih
makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu, perilaku hidup yang bersih perlu dibiasakan
untuk mencegah kejadian penyakit infeksi dan kecacingan karena seringnya anak pergi
keluar rumah pada usia ini

Tabel 1. Pola pemberian makanan balita 0-24 bulan

Umur Bentuk makanan Frekuensi Jumlah setiap kali makan


0-6 ASI Sesering -
bulan mungkin,
minimal 8 kali
sehari
6—9 -ASI 2-3 x makanan 2-3 sendok makan penuh
bulan -Makanan lumat lumat + 1-2 x setiap kali makan dan
makanan tingkatkan secara
selingan + ASI perlahan sampai
setengah 1/2 dari cangkir
mangkuk ukuran 250 ml
tiap kali makan
9-12 -ASI 3-4 x makanan ½ mangkuk ukuran 250
bulan -Makanan lembik lembik + 1-2 x ml
atau di cincang makanan
-Makanan selingan selingan + ASI
yang dapat di
pegang anak
diberikan di antara
waktu makan
lengkap
12-24 -Makanan keluarga 3-4 x makanan -¾ mangkuk ukuran 250
bulan -Makanan yang keluarga + 1-2x ml
dicincang atau makanan -1 potong kecil
dihaluskan bila selingan + ASI ikan/daging/ayam/telur
diperlukan -1 potong kecil
tempe/tahu atau 1 sdm
kacang-kacangan
-1/4 gelas sayur
-1 potong buah
Umur Bentuk makanan Frekuensi Jumlah setiap kali makan
-1/2 gelas bubur /1
potong kue/1 potong
buah
Sumber : (Kemenkes RI, 2014)

Untuk balita di atas 2 tahun:


a) Lanjutkan pemberian makanan biasa (makanan orang dewasa)
b) Frekuensi makan yaitu 3x makan utama + 2x selingan
Tabel 2. Anjuran jumlah porsi untuk kelompok 1-3 tahun dan 4-6 tahun

Bahan makanan Anak usia 1-3 tahun Anak usia 4-6 tahun
1125 kkal 1600 kkal
Nasi 3p 4p
Sayuran 1,5p 2p
Buah 3p 3p
Tempe 1p 2p
Daging 1p 2p
ASI Dilanjutkan hingga usia 2
tahun
Susu 1p 1p
Minyak 3p 4p
Gula 2p 2p
Sumber : (Kemenkes RI, 2014)
Keterangan:
1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal
*) sdm : sendok makan
**) sdt : sendok teh
***) p : porsi
2) Prinsip pemberian makanan anak balita
Prinsip pemberian makanan anak balita berdasarkan buku berjudul Gizi Dalam Daur
Kehidupan oleh (Pritasari et al., 2017) yaitu jadwal makan untuk makanan utama dan snack
harus disediakan secara teratur dan terencana. Kondisi ini menciptakan ritme pencernaan
yang terstruktur agar saluran pencernaan bayi berfungsi dengan baik. Waktu makan
maksimal adalah 30 menit. Ketika anak mulai tidak focus terhadap makanannya, maka
hentikan pemberian makanan. Di antara waktu makan, anak hanya boleh mengonsumsi air
putih dan tidak boleh minum terlalu banyak. Diusahakan lingkungan dapat bersifat netral
dan tidak ada paksaan atau hukuman terhadap anak, meski anak makan 1-2 suap saja.
Begitu pula sebaliknya, tidak boleh memberikan makanan yang bertujuan sebagai hadiah
kepada anak karena kemungkinkan anak memiliki persepsi yang membahagiakan ketika
dirinya makan dan selanjutnya anak dapat merasa nyaman saat menikmati makanannya.

Ibu ataupun pengasuh harus bisa membentuk pola makan baik untuk anak agar anak
dapat belajar bagamana pola makan baik serta dapat memilih makanan sehat melalui teladan
orang tua serta keterlibatannya di dalam aktifitas makan. Jadikan kebiasaan makan yang
ingin dibiasakan di rumah sebagai bagian dari kesepakatan antara anak, orang tua, dan
keluarga, dan anak harus mengetahui semua alasan kesepakatan tersebut, salah satunya
adalah untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat.
3) Masalah dalam pemberian makan pada bayi dan balita
a. Menolak makanan baru
Solusi: Coba berikan menu baru tersebut dalam porsi kecil terlebih dahulu. Selain itu,
pastikan tampilannya menyerupai makanan favoritnya. Jadi, misalnya bayi menyukai
puree wortel, maka cobalah berikan puree ubi.
b. Makannya sangat berantakan
Solusi: Di usia sekitar 9 bulan, hampir semua bayi ingin mencoba untuk makan sendiri.
Ini menyenangkan baginya, karena ia merasa punya kuasa untuk mengontrol apa yang
masuk dan tidak masuk ke mulutnya. Oleh karena itu, sebaiknya di biarkan karena hal
ini juga merupakan proses penting dalam tumbuh kembangnya
c. Mogok atau menolak makan
Solusi: Banyak hal yang membuat bayi menolak untuk makan. Mungkin bayi sedang
terlalu lelah, sakit, atau masih kenyang. Sebaiknya jangan paksa anak untuk makan,
apalagi sampai memarahinya. Namun jika sudah berhari-hari nafsu makan bayi terlihat
sangat menurun, segera konsultasikan ke dokter spesialis
d. Pilih-pilih makanan (picky eater)
Solusi:
1) Hormati nafsu makan anak. Jangan memaksa anak untuk makan apabila dia belum lapar
atau belum ingin makan. Memaksanya makan justru akan memicu egonya karena
berebut “kekuasan” atas makan dan bisa jadi itu membuat anak jengkel dan frustasi.
Jadi tunggu hingga anak merasa lapar dan sediakan sedikit makanan yang enak, beri dia
kesempatan untuk memintanya lagi yang lebih banyak.
2) Sisipkan makanan baru. Tetap berikan makanan kesukaan anak, jika ingin memberikan
makanan yang lainnya maka berikanlah sedikit-sedikit dengan cara menyisipkannya
pada makanan favoritnya.
3) Makanan harus menarik. Selain harus terasa enak, sajikan makanan secara variatif dan
menarik, bisa dengan cara membernya hiasan atau menggunakan tempat makanan yang
lucu dan makanan-makanan yang berwarna cerah sehingga menarik minat anak.
4) Santap bersama. Salah satu trik jitu mengatasi anak yang susah makanya itu dengan
mengajak makan bersama teman-temannya atau keluarga seusianya. Biasanya, cara ini
akan mengubah sikap balita yang suka pilih-pilih makanan. Berikan pendidikan gizi
pada anak. Sebaiknya member informasi tentang manfaat makanan yang disuguhkan,
jika anak bisa mengerti maka besar kemungkinan anak akan mau memakannya.
5) Ajak anak belanja. Jika memungkinkan ajaklah anak berbelanja bahan makanan. Beri
kesempatan anak membantu memilih buah-buahan, sayuran dan makanan sehat lainnya.
Jangan membeli sesuatu yang tidak diingikan anak. Setelah sampai di rumah, ajak anak
untuk membantu bila sayuran, aduk adonan atau mengatur meja. Hal ini akan menjadi
pengalaman yang menyenangkan dan tentu saja dapat membantu mengatasi anak susah
makan. Libatkan anak. Anak akan tertarik ketika dilibatkan dalam menyajikan makanan
seperti membubuhkan makanan dengan kecap saus atau lainnya. Namun jangan sampai
ini malah dijadikan sebagai mainan. Berilah contoh yang baik. Jika orang-orang di
rumah makan berbagai makanan sehat, maka anak juga akan mengikutinya. Begitu pula
sebaiknya.
6) Minimalkan gangguan. Ketika anak sedang enak-enaknya makan, pertahankan agar ia
tetap fokus. Jauh kan segala macam gangguan seperti televisi dan gadget elektronik.
Dan harus berhati-hati dengan iklan televisi yang mungkin saja akan mendorong anak
untuk menginginkan makanan manis atau kurang bergizi seperti yang ditayangkan.
7) Suka makanan yang dilarang
Sistem pencernaan bayi belum sempurna sehingga tidak cukup ‘kuat’ untuk mencerna
madu, susu sapi, makanan tinggi gula dan garam, juga makanan padat yang keras.
e. Makan sambil bermain
Solusi: Sebelum ini terjadi, biasakan anak makan dan duduk rapi. Bagaimana jika anak
terlanjur terbiasa makan sambil mainan? Awalnya mungkin sulit membiasakan
kebiasaan yang benar, namun perlahan tapi pasti, anak pasti bisa mengikuti aturan
f. Makannya lama banget atau diemut
Solusi: Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan untuk hanya memberi waktu 30
menit untuk anak menghabiskan makanan. Jika lebih dari itu belum habis juga, angkat
saja piring makanannya, karena berarti anak sudah tidak tertarik lagi dengan makanan
itu.

Anda mungkin juga menyukai