H P DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :GERD DI RUANG
RAWATAN KELAS 1 DAN 2 RSUD DOLOKSANGGUL
KECAMATAN DOLOKSANGGUL
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2023/2024
DISUSUN OLEH :
MAHASISWA/I TK II
D- III KEPERAWATAN
1.3. RumusanMasalah
1) Apa yang dimaksud dengan Gerd ?
2) Bagaimana penyebab dari Gerd ?
3) Apa gejala yang ditimbulkan dari Gerd ?
4) Bagaimana patofisiologis Gerd akut dan Gerd kronik ?
5) Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit Gerd?
6) Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai Tindakan
preventif?
III. Etilogi
IV. Patofisiologi
VII. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya
hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai dilakukan
terapi endoskopik. Target penatalaksanaan GERD adalah menyembuhkan lesi
esophagus, menghilangkan gejala/keluhan, mencegah kekambuhan, memperbaiki
kualitas hidup, dan mencegah timbulnya komplikasi.
1. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan
GERD, namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum ada studi
yang dapat memperlihatkan kemaknaannya, namun pada dasarnya usaha ini
bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan.
2. Terapi medikamentosa
Terdapat berbagai tahap perkembangan terapi medikamentosa pada
penatalaksanaan GERD ini. Dimulai dengan dasar pola pikir bahwa sampai saat
ini GERD merupakan atau termasuk dalam kategori gangguan motilitas saluran
cerna bagian atas. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini terbukti bahwa
terapi supresi asam lebih efektif daripada pemberian obat-obat prokinetik untuk
memperbaiki gangguan motilitas. Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons
perbaikan gejala menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya
(perbaikan esofagitisnya). Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup
efektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.
Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medika
mentosa GERD :
a. Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala
GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap
HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonis reseptor H2
Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin, ranitidine,
famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif
dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali
lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif pada
pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.
c. Obat-obatan prokinetik
Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena
penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada prakteknya,
pengobatan GERD angat bergantung pada penekanan sekresi asam.
d. Metoklopramid
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya
rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di
esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau
penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak, maka dapat timbul
efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan
diskinesia.
e. Domperidon
Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek
samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak melalui sawar
darah otak. Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan
penyembuhan lesi sophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini
diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan
lambung.
f. Cisapride
Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES.Efektivitasnya
dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik
dibandingkan dengan domperidon.
g. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat) Berbeda dengan antasid
dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam
lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa
esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin
dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja
secara topikal (sitoproteksi).
h. Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI) Golongan obat ini
merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD.Golongan obat-obatan ini
bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H,
K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam
lambung.Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta
penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat serta
yang refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2. Umumnya pengobatan
diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan atau on-demand therapy,
tergantung dari derajat esofagitisnya.
B. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi
usaha untuk mengetahui permasalahan Pasien yaitu pengumpulan data tentang
status kesehatan Pasien secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan
berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari pengkajian
keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan kesehatan, pengkajian,
pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan medis. Dalam
pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam melakukan komunikasi,
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010 dalam Wibowo
2016).
1. Identitas / Biodata Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status
perkawinan tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester, diagnosa
masuk, alamat.
2. Keluhan Utama
Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau dialami
klien yang menyebabkanmklien atau keluarga mencari bantuan
kesehatan/masuk rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu
sebelumnya. Beberapa kali klien pernah sakit sebelum sakit yang sekarang?
Bagaimana xara klien mencari pertolongan? Apakah klien pernah menderita
sakit DM (Diabetes Melitus), HT (Hipertensi), TBC(Tuberkulosisi Paru), kanker
dan lain-lain.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita Gerd atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung (Bararah, 2013:40) 5.
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal Pasien .
Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu meningkat dan kadang menurun,
respiraton rate (RR) meningkat lebih dari 20x/menit (Doengoes, 2014:727).
b) Pemeriksaan Fisik Persistem
Rambut
Mengamati kondisi rambut , meliputi :
1. Keadaan kesuburan rambut
2. Keadaan rambut yang mudahrontok
3. Keadaan rambut yangkusam
4. Keadaan tekstur
Kepala
Mengamati dengan seksama kebersihan kulit kepala, meliputi :
1. Botak/alopesia
2. Ketombe
3. Berkutu
4. Adakah eritem
Mata
Mengamati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak
mata, kemerahan atau gatal-gatal pada mata.
Hidung
Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda- tanda
pilek, tanda-tanda alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana
membran mukosa.
Mulut Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya.Perhatikan adanya
lesi, tanda- tanda radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
Gigi Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah- pecah, tidak
lengkap atau gigi palsu. Telinga.Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada
telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya pendengaran.
Kulit Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya.
Perhatikan adanya warna kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.
Kuku dan Kulit Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan
atau luka.
Genetalia
Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan pola
pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan
testisnya.
Tubuh SecaraUmum Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum.
Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan
muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan
anoreksi, mual, muntah
4. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
4. Memungkinkan
penghentian
tindakan dukungan
cairan infasif dan
kembali ke
normal.
3. Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan pada 1. Dengan memilih
ngan nutrisi keperawatan selama 2x24 pasien makanan makanan yang
kurang dari jam, nutrisi pada klien yang disukainya disukai pasien
kebutuhan dapat diatasi dengan dan makanan yang maka selera makan
tubuh kriteria hasil: tidak disukainya. si pasien akan
berhubungan - Peningkatan berat 2. Buat jadwal bertambah dan
dengan intake badan sesuai dengan masukan tiap jam. dapat mengurangi
tujuan skala 4 Anjurkan rasa mual dan
kurang akibatmual - Tidak ada tanda-tanda mengukur muntah.
danmuntah.Definisi: malnutrisi skala 4 cairan/makanan 2. Setelah
intake nutrisitidak - Tidak ada penurunan dan minum sedikit tindakan
cukupuntukkeperluan berat badan yang demi sedikit atau pembagian,
metabolisme tubuh berarti skala 4 makan secara kapasitas gaster
- Mengidentifikasi skala nutrisi perlahan. menurun kurang
skala 4 3. Beritahu pasien dari 50 ml,
- Stamina dan energi ada untuk duduk saat sehingga perlu
skala 4 makan/minum. makan
4. Tekankan sedikit/sering.
pentingnya 3. Menurunkan
menyadari kemungkinan
kenyang dan aspirasi.
menghentikan masukan. 4. Makan
5. Timbang berat berlebihan dapat
badan tiap hari. mengakibatkan mual dan muntah
Buat jadwal teratur 5. Pengawasan
setelah pulang. kehilangan dan alat
6. Kolaborasi dengan ahli gizi pengkajian
kebutuhan nutrisi
6. Perlu bantuan
dalam perencanaan
diet yang
memenuhi
kebutuhan nutrisi
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong pasien untuk interaksi
berhubungan keperawatan selama 1x24 untuk interpersonal lebih
dengan proses jam, ansietas pada klien mengungkapkan baik dan
penyakit dapat diatasi dengan pikiran dan menurunkan rasa
kriteria hasil: perasaan. ansietas dan rasa
- - Menyingkirkan Berikan takut.
tanda kecemasan informasi yang 3. Memudahkan
skala 4 dapat dipercaya istirahat,
- Merencanakan strategi dan konsisten menghemat
koping skala 4 dan dukungan energi dan
- Intensitas kecemasan untuk orang meningkatkan
skala 4 terdekat. kemampuan
- Mencari informasi 3. Tingkatkan rasa koping.
untuk menurunkan tenang dan 4. Memberikan
cemas skala 4 lingkungan tenang. keyakinan bahwa
2. Pertahankan pasien tidak sendiri atau ditolak,
kontak sering mengembangkan
dengan pasien, kepercayaan
bicara dengan
menyentuh bila
tepat.
C. Implementasi
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu Pasien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim
perawatan (Setiadi, 2010).
D. Evaluasi
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dengan tenaga kesehatanlainnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny . R.S
Usia : 38 tahun
Hubungan dengan klien : Istri
Pekerjaan : Bidan
Alamat : Saitnihuta
3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri ulu hati, keluhan sudah dirasakan kurang
lebih 1 minggu ini.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati 4 hari terakhir sebelum
datang ke rumah sakit, pasien juga mengatakan nyeri tenggorokan
saat menelan. Pasien mengatakan telah mendapatkan pengobatan
dirumah yang diberikan oleh istrinya, pasien telah di infus selama 3
hari, menurut keterangan istri pasien, obat yang diberikan adalah :
Ranitidine, sucralfat,lansoprazole,microlax). Pasien mengatakan
tidak merasakan perubahan setelah pengobatan tersebut, nyeri yang
dirasakan tetap dan mengalami mual muntah. Istri menganjurkan
untuk dirawat inap di RSUD Doloksanggul.
Pasien tiba di IGD pukul 22:00 WIB saat di IGD dilakukan
pengkajian, os datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 hari,
muntah 1x, BAB kurang lancar, perut terus menyesak, Kesadaran
Compos Mentis , demam tidak ada hasil ringkas pengkajian igd. VS,
Th/. Pasien di anjurkan untuk rwt inap, keluarga setuju, pasien
masuk keruangan jam 07.00
1. provocative/palliative
a. apa penyebabnya
os mengatakan nyeri timbul ketika os mengkomsumsi sesuatu,
sehingga dapat menimbulkan sesak , dan nyeri pada ulu hati
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Mengkonsumsi obat dan istirahat
2. Quantity/quality
a. Bagaimana dirasakan
Os mengatakan Nyeri pada ulu hati seperti ditusuk-tusuk, Nyeri
pada tenggorokan terasa panas
b. Bagaimana dilihat
pasien mengeluh merasa nyeri di ulu hati saat mengonsumsi
sesuatu dan wajah pasien tampak meringis
3. Region
a. Dimana lokasinya
- Ulu hati dan abdomen sebelah kiri
b. Apakah menyebar
- Tidak
4. Severity (mengganggu aktivitas)
- Menganggu aktivitas -4
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Nyeri diarea ulu hati dan abdomen sebelah kiri hilang timbul dan
terjadi kurang lebih seminggu yang lalu sampai sekarang pada saat
mengkomsumsi sesuatu, lama nyeri 1-2 menit hilang timbul
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalau
1. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
2. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan : Tidak ada
3. Pernah dirawat/dioperasi : Tidak pernah
4. Lamanya dirawat :-
5. Alergi : Tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Bicara lancar, GCS normal, nyeri berat, sadar atau kooperatif, nadi
kuat, skala nyeri 4
2. Tanda-tanda vital
1. Suhu = 36,10C
2. Tekanan darah= 110/80 mmHg
3. Pernapasan = 20 x/i
4. Nadi = 80 x/i
5. TB/BB = 163 cm /65 kg
6. SpO2 = 99 %
7. IMT = 25
3. Pemeriksaan Head Toe-Toe
1) Kepala dan rambut
a) Kepala
Bentuk : Bulat simetris, tidak ada benjolan
Kebersihan : bersih
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih
Kedaan rambut : (beruban)
Kebersihan : bersih
Struktur rambut : tidak bercabang
2) Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Bulat simetris
3) Mata
Bentuk : Simetris
a. Palpebra : Tidak ada
b. Pupil : Tidak ada kelainan
c. Konjungtiva : Merah muda
d. Kornea : Tidak ada kelainan
e. Fisus : tidak ada
4) Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b. Lubang hidung : Simetris
c. Cuping hidung : Tidak ada
5) Telinga
a) Kebersihan : Bersih
b) Kehangatan : Akral hangat
c) Warna : Sawo matang
d) Trugor : Normal
e) Kelembaban : Lembab
f) Kelainan pada kulit : Tidak ada
g) CRT : Kembali dalam 2 detik
a) Inspeksi thoraks
1. Bentuk thoraks : Bentuk normal
2. Pernapasan frekuensi dan irama : 16x/menit
3. Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada
b) Pemeriksaan jantung
1. Inspeksi : Normal
2. Palpasi : Normal ( Dub Lub)
3. Perkusi :-
b) Rontgen : Dilakukan
c) EKG : Dilakukan
H. Analisa data
Resiko Nutrisi
Kurang Dari
kebutuhan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d inflamasi mukosa lambung
C. INTERVENSI
No. Dx SLKI SIKI RASIONAL
2 25 S:
Maret Nyeri b.d 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi, Os
2023 inflamasi frekuensi, kualitas,intensitas nyeri Mengatakan
mukosa 2. Identifikasi skala nyeri nyeri pada ulu
Dinas 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
sore lambung hati
4. Identifikasi faktor yang memperberat dam O:
memperingan nyeri Os tampak
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
lemah
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon A:
nyeri Ganggguan
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas rasa nyaman
hidup P:
Intervensi
dilanjutkan
TTV :
TD : 120/70
mmhg
HR : 22 x/i
RR : 68 x/i
T : 36 C
26 S:
Maret Nyeri b.d Os
2023 inflamasi mengatakan
mukosa 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi, menyesak,
Dinas lambung frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri pada
Siang 2. Identifikasi skala nyeri ulu hati
(13.00) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal O:
4. Identifikasi faktor yang memperberat dam
Os tampak
memperingan nyeri lemah
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang A: Nyeri
nyeri P:
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon Nyeri teratasi
nyeri TTV :
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas TD : 110/70
mmhg
hidup
HR : 22 x/i
RR : 66 x/i
T : 36,4 C
S:
Os
27 Mengatakan
Maret Nyeri b.d 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi, nyeri pada ulu
2023 inflamasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri hati
mukosa 2. Identifikasi skala nyeri
Dinas lambung 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Pagi O:
4. Identifikasi faktor yang memperberat
(07.00) - k/u sedang
dam memperingan nyeri
- Kesadaran: Compos
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
Mentis
nyeri - Vital Sign
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon TD: 120/80 mmHg
nyeri HR: 80 x/i
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas RR: 20 x/i
hidup T : 36,1 C
A: Nyeri
P : Masalah Teratasi
S:
27 Nyeri b.d 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi,
Maret inflamasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Os
2023 mukosa 2. Identifikasi skala nyeri Mengatakan
lambung 3. Identifikasi respon nyeri non verbal nyeri pada ulu
Dinas 4. Identifikasi faktor yang memperberat hati
Pagi dam memperingan nyeri O:
(10.00) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan - k/u sedang
tentang nyeri - Kesadaran: Compos
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon Mentis
nyeri - Vital Sign
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas TD: 120/80 mmHg
hidup HR: 80 x/i
RR: 20 x/i
T : 36,1 C
A: Nafsu makan baik
- Mual (-)
- Muntah (-)
- Menyesak jika
selesai makan
P : Intake hanya 50 %
Os hanya
menghabiskan ½ porsi
B. SARAN
1. Bagi Peneliti
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien GERD
yang diberikan dapat tepat, peneliti selanjutnya harus benar-benar
menguasai konsep tentang GERD itu sendiri, terutama pada faktor
etiologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi tentang GERD, selain itu
peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat dan komprehensif
agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pasien serta tidak ada masalah yang luput dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Dalam penegakan diagnosis diharapkan peneliti juga harus teliti
dalam mengangkat dan merumuskan diagnosa keperawatan yang ada pada
pasien agar masalah keperawatan yang muncul pada pasien dapat teratasi
dan mendapatkan penanganan secara komprehensif dan menyeluruh,
Tidak hanya berfokus kepada masalah biologis pasien, namun juga
terhadap masalah psiko, sosio, spiritual pasien. Sehingga asuhan
keperawatan yang
dilakukan dapat terlaksana secara optimal, dan mendapat kanhasil yang
memuaskan bagi pasien dan juga peneliti itu sendiri. Pada bagian
intervensi keperawatan diharapkan peneliti merencanakan sesuai
dengan buku panduan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
dan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) .
Pada bagian Implementasi diharapkan juga peneliti melakukan
tindakan yang sesuai dengan yang direncanakan agar diagnosis pada
pasien dapat teratasi. Dan evaluasi keperawatan diharapkan peneliti lebih
melakukan evaluasi yang lebih lengkap pada pasien sesuai dengan data
yang didapatkan pada pasien.
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/infografis-pemantauan-harian-pusat-krisis
kesehatan-09-agustus-2022