Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

H P DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :GERD DI RUANG
RAWATAN KELAS 1 DAN 2 RSUD DOLOKSANGGUL
KECAMATAN DOLOKSANGGUL
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2023/2024

DISUSUN OLEH :
MAHASISWA/I TK II
D- III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU


PRODI D-III KEPERAWATAN JALAN BUKIT
INSPIRASI SIPALAKKI KECAMATAN
DOLOKSANGGUL HUMBANG
HASUNDUTAN
T.A 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Gastroesophageal reflux disease (GERD ) dapat didefinisikan sebagai


gangguan ketika isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam
esofagus sehingga muncul gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu. GERD
juga dianggap sebagai gangguan gastrointestinal kronis yang ditandai dengan
regurgitasi isi lambung ke kerongkongan. (Nadi Bethania,Oktober 2023).
Aliran balik atau refluks ini dapat menyebabkan Anda merasakan sensasi
perih dan panas seperti terbakar di bawah tulang dada atau dikenal dengan istilah
heartburn. Penyakit ini sebenarnya umum terjadi pada pencernaan manusia,
namun jika dibiarkan maka dapat memperburuk kesehatan saluran cerna hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk mengetahui apakah Anda menderita
GERD atau tidak, dapat diketahui dengan menjawab pertanyaan yang ada pada
kuesioner GERD-Q, sedangkan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
mukosa atau lapisan esofagus akibat teriritasi asam lambung, Anda disarankan
menjalani prosedur pemeriksaan endoskopi. Apabila Anda sering mengalami
gejala refluks dan tidak kunjung membaik setelah minum obat, kemungkinan
Anda menderita GERD dan perlu segera memeriksakan diri ke dokter guna
mendapatkan perawatan lebih lanjut (Lubis & Hafizh, 2021).
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) didefinisikan sebagai refluksisi
lambung kedalam esofagus yang terjadi secara tidak sengaja yang terjadi secara
berulang sehingga menyebabkan komplikasi dan menurunnya kualitas hidup.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen (Jois Nari, 2019).
Prevalensi kasus GERD dewasa di seluruh dunia adalah 11-38,8%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara GERD dan kualitas
hidup pada pasien yang terkena penyakit ini. Gangguan umum yang biasa terjadi
yang berdampak menurunnya kualitas hidup dan produktivitas kerja, gerd
disebabkan oleh adanya refluks asam HCL dari gaster ke esophagus, yang
biasanya tidak diketahui oleh pasien gerd. Di dunia, insiden gerd sekitar 1,8-2,1
juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Angka kejadian gerd di Indonesia cukup
tinggi dengan kasus 30.154 (4,9%). Penyakit GERD di Indonesia terus terjadi
peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan (2019)
penyakit GERD menduduki 10 besar penyakit yang terbanyak penderitanya. Salah
satu rumah sakit umum di Jawa Tengah, RSUD Goeteng Taroena dibrata Purba
lingga melaporkan peningkatan penyakit GERD pada pasien rawat jalan sebanyak
15,2% dari 868 pasien rawat jalan pada tahun 2018 menjadi 1000 pasien rawat
jalan pada tahun 2019. Peningkatan yang signifikan pada pasien rawat inap karena
penyakit GERD meningkat dari total 76 pasien rawat inap pada tahun 2019
menjadi 297 pasien rawat inap pada tahun 2020.
1.2. Tujuan:
a. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis dengan masalah
Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus di Rumah
Sakit umum Doloksanggul.
b. Tujuan Khusus
c. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami
Gastritis dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi lapisan
esofagus di Rumah Sakit umum Doloksanggul.
d. Menetapkan diagnose keperawatan pada pasien yang mengalami
Gastritis dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi lapisan
esofagus di Rumah Sakit umum Doloksanggu.
e. Menyusun rencana keperawatan pada pasien yang mengalami Gastritis
dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus di
Rumah Sakit Umum Doloksanggul.
f. Melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien yang me ngalami
Gastritis dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi lapisan
esofagus di Rumah Sakit Umum Doloksanggul.
g. Melakukan evaluasi Tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami Gastritis dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi
lapisan esofagus di Rumah Umum Doloksanggul.

1.3. RumusanMasalah
1) Apa yang dimaksud dengan Gerd ?
2) Bagaimana penyebab dari Gerd ?
3) Apa gejala yang ditimbulkan dari Gerd ?
4) Bagaimana patofisiologis Gerd akut dan Gerd kronik ?
5) Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit Gerd?
6) Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai Tindakan
preventif?

1.4. Manfaat Penelitian Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis yaitu dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia Kesehatan khususnya bidang
keperawatan. Dan dapat menjadi salah satu referensi dalam menangani pasien
yang mengalami Gastritis dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi
lapisan esofagus.

1.5. Manfaat Praktis


Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dalam penulisan studi kasus ini
adalah :
1) Bagi Masyrakat
Memperoleh gambaran pengetahuan dan wawasan tentang gastritis
sehingga dapat melakukan pencegahan dan meningkatkan kesadaran
masyrakat.
2) Bagi Perawat
Studi kasus ini dapat membantu perawat untuk mengembangkan wawasan
dalam menangani pasien yang mengalami Gastritis dengan Nyeri Akut
berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus dalam menentukan
rencana Tindakan keperawatan yang efektif dan tepat untuk dilakukan.
3) Bagi Rumah Sakit
Penelitian dengan menggunakan studi kasus pada pasien yang mengalami
Gastritis dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi lapisan
esofagus dapat dijadikan masukan dan pertimbangan bagi Rumah Sakit
untuk meningkatkan pelayanan, kepuasaan serta kepercayaan pada pasien
sehingga memberikan pelayanan seoptimal mungkin dalam memberikan
asuhan keperawatan terutama dengan kasus gastritis.
4) Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian dengan menggunakan studi kasus pada pasien yang mengalami
Gastritis dengan Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi lapisan
esofagus ini menjadi bahan tambahan referensi bagi institusi Pendidikan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
5) Bagi Pasien
Studi kasus dengan pasien yang mengalami Gastritis dengan Nyeri Akut
berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus dapat membantu
menambah wawasan pada pasien tentang perawatan nyeri pada gastritis,
dan dapat meningkatkan kepuasan serta rasa percaya dalam Tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori


I. Pengertian

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan suatu gangguan saluran


pencernaan di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam
esofagus, yang menyebabkan terjadinya beberapa gejala hingga komplikasi.Beber
apa manifestasi klinis dari GERD antara lain, heartburn, regurgitasi, nyeri ulu hati,
odinofagia, mual, disfagia, hingga kesulitan tidur pada malam hari. GERD dapat
didefinisikan sebagai gangguan ketika isi lambung mengalami refluks secara
berulang ke dalam esofagus sehingga muncul gejala dan/atau komplikasi yang
mengganggu.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) didefinisikan sebagai suatu kondisi
dimana konten atau isi lambung mengalir kembali ke esofagus, kemudian
menyebabkan gejala yang mengganggu seperti mulas dan regurgitasi asam. GERD
dapat berlangsung secara kronis, menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien
yang cukup parah, dan dikaitkan dengan beban ekonomi. GERD dapat juga
berkembang dan menyebabkan komplikasi seperti striktur, barrett esofagus, dan
adenokarsinoma esofagus. GERD sebagai masalah kesehatan utama di sebagian
besar negara.(Kemenkes,Aug 09 2022).
GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah kondisi refluk isi
lambung ke dalam esophagus, menyebabkan gejala dan kerusakan jaringan
esophagus berupa esophagitis, striktur esophagus dan barrett’s esophagus. GERD
terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan yang dapat
mengiritasi lapisan esophagus. GERD ini bersifat kronis dan biasanya terjadi lebih
dari 2 kali setiap minggunya serta terjadi secara tiba-tiba. Setiap orang pernah
mengalami kenaikan asam lambung. Saat asam lambung meningkat, jaringan di
sepanjang dinding kerongkongan akan teriritasi oleh asam lambung. Inilah yang
menyebabkan sensasi panas atau nyeri di dada atau biasa disebut juga dengan
istilah heartburn. Hal ini disampaikan oleh dr.Yuliani Herawati dari RSA UGM,
saat mengisi program RE Medika, Kamis (23/3/2021) dengan pemandu acara
Rima Ariska.
II. Anatomi
a. Esofagus
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi
menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diselaputi oleh
epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat
kelompokan kelenjar-kelenjar esofagea yang mensekresikan mukus. Pada
bagian ujung distal esofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel otot polos,
pada bagiantengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada ujung
proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
b. Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang
fungsi utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan,
mengubahnya menjadi bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme).
Permukaan lambung ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan yang
dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut
menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang dinamakan
gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang
terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini.
Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi
mukus. Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,
korpus, fundus, danpylorus.

III. Etilogi

Etiologi Gastroeophageal Reflux Disease (GERD) Beberapa penyebab


terjadinya GERD (Hafizh,2021) meliputi:
a. Menurunnya tonus LES (Lower esophageal spinchter)
b. Bersihan asam lambung dari lumen esophagus menurun
c. Ketahanan epitel esophagus menurun
d. Bahan refluksat mengenai dinding esophagus yaitu :PH<2,
adanya pepsin, garam, empedu, HCL
e. Kelainan pada lambung (delayed gatric emptying)
f. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
g. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersentivitas
visceral
h. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, , tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
i. Mengonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok tembakau, dan obat-obatan yang
bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah
termasuk apa yang memiliki efek antikolinergik (seperti berbagai
antihistamin dan beberapa antihistamin), penghambat saluran
kalsium, progesteron, dan nitrat
j. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
k. Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

IV. Patofisiologi

Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux


disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan
asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau
menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus. Refluks gastroesofagus biasanya
terjadi setelah makan dan disebabkan melemahnya tonus sfingter esophagus atau
tekanan di dalam lambung yang lebih tinggi dari esophagus. Dengan kedua
mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak masuk ke dalam esophagus
(Hasanuddin, 2021.).
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena adanya
kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu
area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika
gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal
ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung.
Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini,
karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan
abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan
isi lambung terdorong
ke dalam esophagus (Hafizh, 2021).
Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung dari bahan yang dikandungnya.
Derajat kerusakan mukosa esophagus makin meningkat pada pH < 2, atau adanya
pepsin atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu yang memiliki potensi daya
rusak paling tinggi adalah asam. Faktor-faktor lain yang berperan dalam timbulnya
gejala GERD adalah kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks
fisiologis, antara lain dilatasi lambung, atau obstruksi gastric outlet dan delayed
gastric emptying.Peranan infeksi helicobacter pylori dalam patogenesis GERD
relative kecil dan kurang didukung oleh data yang ada. Namun demikian ada
hubungan terbalik antara infeksi H. pylori dengan strain yang virulens (Cag A
positif) dengan kejadian esofagitis, Barrett’s esophagus dan adenokarsinoma
esophagus. Pengaruh dari infeksi H. pylori terhadap GERD merupakan konsekuensi
logis dari gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam lambung. Pengaruh
eradikasi infeksi H. pylori sangat tergantung kepada distribusi dan lokasi gastritis.
Pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala refluks pra-infeksi H. pylori dengan
predominant antral gastritis, pengaruh peradikasi H. pylori dapat menekan
munculnya gejala GERD. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten,
sfingter tidak dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan
tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks yang
berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan jaringan
parut di area bawah esofagus. Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala
keadaan normal, refluks dapat terjadi jika terdapat gradien tekanan yang sangat tinggi
di sfingter. Sebagai contoh, jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen dapat
meningkat secara bermakana. Kondisi ini dapat disebabkan porsi makan yang besar,
kehamilan atau obesitas (Hafizh, 2021). Tekanan abdomen yang tinggi cenderung
mendorong sfingter esophagus ke rongga toraks. Hal ini memperbesar gradien
tekanan antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi berbaring, terutama setelah
makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esofagus
karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung. Walaupun esofagus memiliki
sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau seaktif sel yang ada
di lambung (Clarret & Hachem, 2018).
V. Manifestasi Klinis

Menurut Clarret & Hachem (2018), menyebutkan beberapa manifestasi


klinis dari GERD, antara lain:
1) Rasa panas/tebakar pada esofagus (pirosis) dan muntah
2) Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkan menjalar ke
leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelah makan atau ketika
berbaring
3) Kesulitan menelan makanan (odinofagia) karena adanya penyempitan (stricture)
pada kerongkongan dari reflux.
4) Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan,
bisadihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang
biasanyaberlokasi di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, mirip
denganlokasi panas dalam perut.
5) Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada saluran
udara dan suara parau dan ludah berlebihan (water brash)
6) Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus) serta terjadi peradangan pada sinus
(sinusitis)
7) Gejala lainnya seperti, pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga Selain itu,
peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan pendarahan yang
biasanya ringan tetapi bisa jadi besar.
Darah kemungkinan dimuntahkan atau keluar melalui saluran pencernaan,
menghasilkan kotoran berwarnagelap, kotoran berwarna hitam (melena) atau
darah merah terang, jika pendarahancukup berat. Adanya iritasi lama pada bagian
bawah kerongkongan dari refluks berulang, lapisan sel pada kerongkongan bisa
berubah (menghasilkan sebuah kondisi yang disebut kerongkongan Barrett).
VI. Komplikasi
Menurut Hafizh (2021) komplikasi GERD yang dapat terjadi, antara lain:
1) Batuk dan asma
2) Erosif esofagus
3) Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner
Metaplastis.
4) Esofagitis ulseratif
5) Perdarahan saluran cerna akibat iritasi
6) Peradangan esophagus
7) Aspirasi
Pada dasarnya, gejala GERD yang berkembang perlahan-lahan,
menyebabkan sangat jarangnya terjadi episode akut atau keadaan yang
bersifat mengancam nyawa (jarang menyebabkan kematian). Prognosis dari
penyakit ini baik, jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan
pengobatan yang diberikan benar pilihan dan pemakaiannya. Pada kasus-
kasus dengan esofagitis grade D dapat masuk tahap displasia sel sehingga
menjadi Barret’s Esophagus dan pada akhirnya Ca. Esofagus.

VII. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya
hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai dilakukan
terapi endoskopik. Target penatalaksanaan GERD adalah menyembuhkan lesi
esophagus, menghilangkan gejala/keluhan, mencegah kekambuhan, memperbaiki
kualitas hidup, dan mencegah timbulnya komplikasi.
1. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan
GERD, namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum ada studi
yang dapat memperlihatkan kemaknaannya, namun pada dasarnya usaha ini
bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan.
2. Terapi medikamentosa
Terdapat berbagai tahap perkembangan terapi medikamentosa pada
penatalaksanaan GERD ini. Dimulai dengan dasar pola pikir bahwa sampai saat
ini GERD merupakan atau termasuk dalam kategori gangguan motilitas saluran
cerna bagian atas. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini terbukti bahwa
terapi supresi asam lebih efektif daripada pemberian obat-obat prokinetik untuk
memperbaiki gangguan motilitas. Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons
perbaikan gejala menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya
(perbaikan esofagitisnya). Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup
efektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.
Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medika
mentosa GERD :
a. Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala
GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap
HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonis reseptor H2
Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin, ranitidine,
famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif
dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali
lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif pada
pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.
c. Obat-obatan prokinetik
Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena
penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada prakteknya,
pengobatan GERD angat bergantung pada penekanan sekresi asam.
d. Metoklopramid
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya
rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di
esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau
penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak, maka dapat timbul
efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan
diskinesia.
e. Domperidon
Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek
samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak melalui sawar
darah otak. Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan
penyembuhan lesi sophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini
diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan
lambung.
f. Cisapride
Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES.Efektivitasnya
dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik
dibandingkan dengan domperidon.
g. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat) Berbeda dengan antasid
dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam
lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa
esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin
dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja
secara topikal (sitoproteksi).
h. Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI) Golongan obat ini
merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD.Golongan obat-obatan ini
bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H,
K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam
lambung.Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta
penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat serta
yang refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2. Umumnya pengobatan
diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan atau on-demand therapy,
tergantung dari derajat esofagitisnya.
B. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi
usaha untuk mengetahui permasalahan Pasien yaitu pengumpulan data tentang
status kesehatan Pasien secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan
berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari pengkajian
keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan kesehatan, pengkajian,
pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan medis. Dalam
pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam melakukan komunikasi,
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010 dalam Wibowo
2016).
1. Identitas / Biodata Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status
perkawinan tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester, diagnosa
masuk, alamat.
2. Keluhan Utama
Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau dialami
klien yang menyebabkanmklien atau keluarga mencari bantuan
kesehatan/masuk rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu
sebelumnya. Beberapa kali klien pernah sakit sebelum sakit yang sekarang?
Bagaimana xara klien mencari pertolongan? Apakah klien pernah menderita
sakit DM (Diabetes Melitus), HT (Hipertensi), TBC(Tuberkulosisi Paru), kanker
dan lain-lain.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita Gerd atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung (Bararah, 2013:40) 5.
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
 Kesadaran
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal Pasien .
 Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu meningkat dan kadang menurun,
respiraton rate (RR) meningkat lebih dari 20x/menit (Doengoes, 2014:727).
b) Pemeriksaan Fisik Persistem
 Rambut
Mengamati kondisi rambut , meliputi :
1. Keadaan kesuburan rambut
2. Keadaan rambut yang mudahrontok
3. Keadaan rambut yangkusam
4. Keadaan tekstur
 Kepala
Mengamati dengan seksama kebersihan kulit kepala, meliputi :
1. Botak/alopesia
2. Ketombe
3. Berkutu
4. Adakah eritem
 Mata
Mengamati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak
mata, kemerahan atau gatal-gatal pada mata.
 Hidung
Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda- tanda
pilek, tanda-tanda alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana
membran mukosa.
 Mulut Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya.Perhatikan adanya
lesi, tanda- tanda radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
 Gigi Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah- pecah, tidak
lengkap atau gigi palsu. Telinga.Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada
telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya pendengaran.
 Kulit Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya.
Perhatikan adanya warna kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.
 Kuku dan Kulit Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan
atau luka.
 Genetalia
Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan pola
pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan
testisnya.
 Tubuh SecaraUmum Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum.
Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan
muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan
anoreksi, mual, muntah
4. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan - Kurangi faktor 1. Dengan


berhubungan Dengan keperawatan selama 3x24 presipitasi nyeri berkurangnya
inflamasi Lapisan jam, pasien tidak - Tingkatkan faktor pencetus
esofagus mengalami nyeri, dengan istirahat nyeri maka pasien
kriteria hasil: - Berikan informasi tidak terlalu
- Mampu mengontrol tentang nyeri merasakan
nyeri (tahu penyebab seperti penyebab intensitas nyeri.
nyeri, mampu nyeri, berapa lama 2. Menurunkan
menggunakan tehnik nyeri akan tegangan
nonfarmakologi untuk berkurang, dan abdomen dan
mengurangi nyeri, antisipasi meningkatkan
mencari bantuan) ketidaknyamanan rasa kontrol.
- Melaporkan bahwa prosedur. 3. Pemberian
nyeri berkurang dengan - Ajarkan tentang informasi yang
menggunakan teknik berulang dapat
manajemen nyeri nonfarmakologi mengurangi rasa
- Mampu mengenali seperti teknik kecemasan
nyeri (skala, intensitas, relaksasi nafas pasien terhadap
frekuensi dan tanda dalam, distraksi rasa nyerinya.
- Tanda vital dalam dan kompres 4. Meningkatkan
rentang normal hangat/dingin. relaksasi, memfokuskan
- Berikan analgesik kembali perhatian
untuk mengurangi dan meningkatkan
nyeri kemampuan
koping.
5.Perlupenangananobat
untukmemudahkan istirahat
adekuat
2. Defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status 1. Perubahan pada
cairan keperawatan selama 3x 24 hidrasi. kapasitas gaster dan
berhubungan jam, defisit volume cairan 2. Kaji tanda vital, mual sangat
dengan pada klien dapat diatasi catat perubahan mempengaruhi
pemasukan dengan kriteria hasil: TD, takikardi, masukan dan
yang kurang, - Mempertahankan urine turgor kulit dan kebutuahan cairan,
mual dan output sesuai dengan kelembaban peningkatan risiko
muntah / usia BB, BJ urine membran mukosa. dehidrasi.
pengeluaran normal skala 4 3. Berikan cairan 2. Indikator
yang - Tidak ada tanda-tanda tambahan IV dehidrasi/hipovole
berlebihan. dehidrasi, elastisitas sesuai indikasi. mia, keadekuatan
Definisi: turgor kulit baik dan 4. Dorong masukan penggantian cairan.
penurunan tidak ada rasa haus Oralbila mampu 3. Menggantikan
cairanintravaskuler, yang berlebihan skala 4 kehilangan cairan
interstisial dan - Berat badan stabil skala 4 dan memperbaiki
atauinterseluler. - Hematokrit menurun keseimbangan
Mengarah ke skala 4 cairan dalam fase
Dehidrasi kehilangan - Tidak ada ascites skala 4 segera dan pasien
cairan mampu
denganpengeluaran memenuhi cairan
sodium. per oral

4. Memungkinkan
penghentian
tindakan dukungan
cairan infasif dan
kembali ke
normal.
3. Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan pada 1. Dengan memilih
ngan nutrisi keperawatan selama 2x24 pasien makanan makanan yang
kurang dari jam, nutrisi pada klien yang disukainya disukai pasien
kebutuhan dapat diatasi dengan dan makanan yang maka selera makan
tubuh kriteria hasil: tidak disukainya. si pasien akan
berhubungan - Peningkatan berat 2. Buat jadwal bertambah dan
dengan intake badan sesuai dengan masukan tiap jam. dapat mengurangi
tujuan skala 4 Anjurkan rasa mual dan
kurang akibatmual - Tidak ada tanda-tanda mengukur muntah.
danmuntah.Definisi: malnutrisi skala 4 cairan/makanan 2. Setelah
intake nutrisitidak - Tidak ada penurunan dan minum sedikit tindakan
cukupuntukkeperluan berat badan yang demi sedikit atau pembagian,
metabolisme tubuh berarti skala 4 makan secara kapasitas gaster
- Mengidentifikasi skala nutrisi perlahan. menurun kurang
skala 4 3. Beritahu pasien dari 50 ml,
- Stamina dan energi ada untuk duduk saat sehingga perlu
skala 4 makan/minum. makan
4. Tekankan sedikit/sering.
pentingnya 3. Menurunkan
menyadari kemungkinan
kenyang dan aspirasi.
menghentikan masukan. 4. Makan
5. Timbang berat berlebihan dapat
badan tiap hari. mengakibatkan mual dan muntah
Buat jadwal teratur 5. Pengawasan
setelah pulang. kehilangan dan alat
6. Kolaborasi dengan ahli gizi pengkajian
kebutuhan nutrisi

6. Perlu bantuan
dalam perencanaan
diet yang
memenuhi
kebutuhan nutrisi
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong pasien untuk interaksi
berhubungan keperawatan selama 1x24 untuk interpersonal lebih
dengan proses jam, ansietas pada klien mengungkapkan baik dan
penyakit dapat diatasi dengan pikiran dan menurunkan rasa
kriteria hasil: perasaan. ansietas dan rasa
- - Menyingkirkan Berikan takut.
tanda kecemasan informasi yang 3. Memudahkan
skala 4 dapat dipercaya istirahat,
- Merencanakan strategi dan konsisten menghemat
koping skala 4 dan dukungan energi dan
- Intensitas kecemasan untuk orang meningkatkan
skala 4 terdekat. kemampuan
- Mencari informasi 3. Tingkatkan rasa koping.
untuk menurunkan tenang dan 4. Memberikan
cemas skala 4 lingkungan tenang. keyakinan bahwa
2. Pertahankan pasien tidak sendiri atau ditolak,
kontak sering mengembangkan
dengan pasien, kepercayaan
bicara dengan
menyentuh bila
tepat.
C. Implementasi
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu Pasien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim
perawatan (Setiadi, 2010).
D. Evaluasi
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dengan tenaga kesehatanlainnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. BIODATA
1. Identitas Pasien

Nama : Tn .H. Purba


Umur : 41 tahun
Status kawin : kawin
Agama : Kristen
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru
Alamat : Lumban purba
Tgl masuk RS : Sabtu,25 maret 2023
No.RM 111849
Ruangan : Rawatan 1 (A12)
Gol.darah :O
Tgl.pengkajian : 26 Maret 2023
Tgl.operasi :-
Diagnosa medis : GERD

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny . R.S
Usia : 38 tahun
Hubungan dengan klien : Istri
Pekerjaan : Bidan
Alamat : Saitnihuta

3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri ulu hati, keluhan sudah dirasakan kurang
lebih 1 minggu ini.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati 4 hari terakhir sebelum
datang ke rumah sakit, pasien juga mengatakan nyeri tenggorokan
saat menelan. Pasien mengatakan telah mendapatkan pengobatan
dirumah yang diberikan oleh istrinya, pasien telah di infus selama 3
hari, menurut keterangan istri pasien, obat yang diberikan adalah :
Ranitidine, sucralfat,lansoprazole,microlax). Pasien mengatakan
tidak merasakan perubahan setelah pengobatan tersebut, nyeri yang
dirasakan tetap dan mengalami mual muntah. Istri menganjurkan
untuk dirawat inap di RSUD Doloksanggul.
Pasien tiba di IGD pukul 22:00 WIB saat di IGD dilakukan
pengkajian, os datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 hari,
muntah 1x, BAB kurang lancar, perut terus menyesak, Kesadaran
Compos Mentis , demam tidak ada hasil ringkas pengkajian igd. VS,
Th/. Pasien di anjurkan untuk rwt inap, keluarga setuju, pasien
masuk keruangan jam 07.00
1. provocative/palliative
a. apa penyebabnya
os mengatakan nyeri timbul ketika os mengkomsumsi sesuatu,
sehingga dapat menimbulkan sesak , dan nyeri pada ulu hati
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Mengkonsumsi obat dan istirahat
2. Quantity/quality
a. Bagaimana dirasakan
Os mengatakan Nyeri pada ulu hati seperti ditusuk-tusuk, Nyeri
pada tenggorokan terasa panas
b. Bagaimana dilihat
pasien mengeluh merasa nyeri di ulu hati saat mengonsumsi
sesuatu dan wajah pasien tampak meringis
3. Region
a. Dimana lokasinya
- Ulu hati dan abdomen sebelah kiri
b. Apakah menyebar
- Tidak
4. Severity (mengganggu aktivitas)
- Menganggu aktivitas -4
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Nyeri diarea ulu hati dan abdomen sebelah kiri hilang timbul dan
terjadi kurang lebih seminggu yang lalu sampai sekarang pada saat
mengkomsumsi sesuatu, lama nyeri 1-2 menit hilang timbul
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalau
1. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
2. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan : Tidak ada
3. Pernah dirawat/dioperasi : Tidak pernah
4. Lamanya dirawat :-
5. Alergi : Tidak ada

6. Riwayat Keadaan Psikososial


1. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa ibu ( Bahasa batak )
2. Persepsi klien tentang penyakitnya
Klien mengangap penyakitnya ini ada hubungannya dengan
riwayat suka makan pedas dan pernah mengonsumsi minum
keras (Tuak) satu tahun lalu.
Pasien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit yang
diderita serta cara penanganan yang dapat dilakukannya.
3. Konsep diri
1) Body image
Pasien mengatakan bagian abdomen menjadi buncit
2) Ideal diri
Pasien mengatakan bahwasanya ia seharusnya tidak mengonsumsi
makanan pedas secara berlebihan.
3) Harga diri
Pasien mengatakan menyesal karena marepetkan keluarga
terutama istri yang sedang mengandung
4) Peran diri
Kepala Keluarga
4. Keadaan emosi
Pasien tampak tenang menanggapi penyakitnya.
5. Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara
Pasien tampak baik dilihat saat dilakukan wawancara pasien
menjawab semua Pertanyaan dengan baik dan melihat lawan
bicara saat berbicara.
6. Hubungan dengan keluarga
Pasien tampak dekat dengan istri serta anaknya.
7. Hubungan dengan orang lain
Baik dilihat dari Pasien memiliki saudara serta teman yang datang
menjenguknya saat sakit.
8. Kegemaran
Pasien lebih suka mengajari anaknya untuk mengerjkan tugas
anak dari sekolah saat malam hari .
9. Daya adaptasi
Setelah masuk rumah sakit pasien tidak dapat merasa tenang
dikarenakan suara berisik dari pasien yang lain sehingga
mengganggu waktu istirahatnya.
10. Mekanisme pertahanan diri
Pasien dating ke rumah sakit unutk memeriksakan dirinya.

7. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
Bicara lancar, GCS normal, nyeri berat, sadar atau kooperatif, nadi
kuat, skala nyeri 4
2. Tanda-tanda vital
1. Suhu = 36,10C
2. Tekanan darah= 110/80 mmHg
3. Pernapasan = 20 x/i
4. Nadi = 80 x/i
5. TB/BB = 163 cm /65 kg
6. SpO2 = 99 %
7. IMT = 25
3. Pemeriksaan Head Toe-Toe
1) Kepala dan rambut
a) Kepala
Bentuk : Bulat simetris, tidak ada benjolan
Kebersihan : bersih
b) Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih
Kedaan rambut : (beruban)
Kebersihan : bersih
Struktur rambut : tidak bercabang
2) Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Bulat simetris
3) Mata
Bentuk : Simetris
a. Palpebra : Tidak ada
b. Pupil : Tidak ada kelainan
c. Konjungtiva : Merah muda
d. Kornea : Tidak ada kelainan
e. Fisus : tidak ada

4) Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b. Lubang hidung : Simetris
c. Cuping hidung : Tidak ada
5) Telinga

a) Bentuk telinga : Simetris


b) Ukuran telinga : Simetris
c) Lubang telinga : Ada,
d) Ketajaman pendengaran : Normal
6) Mulut dan faring
a) Keadaan bibir : Lembab
b) Keadaan gusi dan gigi : bersih
c) Keadaan lidah : Bersih
d) Orofaring : Tidak ada masalah
7) Leher
a) Posisi trachea : Normal
b) Thyroid : Tidak ada pembengkakan
c) Suara : Normal
d) Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
e) Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan
f) Denyut nadi karotis : Teraba
8) Pemeriksaan integument

a) Kebersihan : Bersih
b) Kehangatan : Akral hangat
c) Warna : Sawo matang
d) Trugor : Normal
e) Kelembaban : Lembab
f) Kelainan pada kulit : Tidak ada
g) CRT : Kembali dalam 2 detik

9) Pemeriksaan payudara dan ketiak

a) Ukuran dan bentuk payudara :-


b) Warna payudara dan aerola :-
c) Kelainan payudara dan putting :-
d) Aksila dan klafikula : Tidak ada nyeri tekan dan
benjolan

10) Pemeriksaan thoraks dada

a) Inspeksi thoraks
1. Bentuk thoraks : Bentuk normal
2. Pernapasan frekuensi dan irama : 16x/menit
3. Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada
b) Pemeriksaan jantung
1. Inspeksi : Normal
2. Palpasi : Normal ( Dub Lub)
3. Perkusi :-

11) Pemeriksaan abdomen


a) Inspeksi
1. Bentuk abdomen : Normal
2. Benjolan masa : Tidak ada
3. Bayangan pembuluh darah : Normal
b) auskultasi
1. Peristaltic usus : 10x/menit
c) palpasi
1. Tanda nyeri tekan : Ada
2. Benjolan masa : Tidak ada
3. Tanda acites : Tidak ada
4. Hepar : Normal
5. Lien : Normal
6. Titik Mc Burney : Normal
d) perkusi
1. Suara abdomen : Normal
2. Pemeriksaan acites : Normal
12) Pemeriksaan Genetalia
a) Genetalia
1.Rambut Pubis : Tidak ada pemeriksaan
2.Lubang Uretra : Tidak ada pemeriksaan
3.Kelainan Pada Genetalia : Tidak ada pemeriksaan
b) Anus Perineum
1. Lubang Anus : Tidak ada pemeriksaan
2. Kelainan Anus : Tidak ada pemeriksaan
3. Perineum : Tidak ada pemeriksaan
13) . Pemeriksaan Neurologi
1.Tingkat
Kesadaran (GCS) : Compos Mentis
2. Meningeal Sign : Normal
3.Status Mental
a) Kondisi emosi : Tenang
b) Orientasi : Baik
c) Proses berfikir : Baik
d) Motivasi : Baik
e) Persepsi : Baik
f) Bahasa : Batak/indonesia

14. Pola Kebiasaan sehari-hari


1. Pola tidur sebelum sakit
a. Waktu tidur : 21.00 WIB
b. Waktu bangun : 06.00 WIB
c. Masalah tidur : tidak ada
d. Hal-hal yang mempermudah tidur: menonton TV
e. Hal-hal yang mempermudah bangun: Tidak Ada
2. Pola tidur setelah sakit
a. Waktu tidur : 23.00 WIB
b. Waktu bangun : 07.00 WIB
c. Masalah tidur : sering terbangun tiba-tiba
d. Hal-hal yang mempermudah tidur : Menonton TV
e. Hal-hal yang mempermudah bangun : rasa ingin kekamar
mandi,suara yang keras, dan pada saat timbul nyeri
Pola eliminasi sebelum sakit :
a. BAB
1) Pola BAB : sekali 2 hari
2) Karakter feses : kuning normal
3) Riwayat pendarahan : tidak ada
4) Penggunaan obat : tidak ada
5) Keluhan BAB : tidak ada
6) Masalah eliminasi BAB : tidak ada
b. BAK
1) Pola BAK : 3 kali sehari
2) Karakter urin : normal
3) Nyeri : tidak ada
4) Inkontinensia : tidak ada
5) Penggunaan obat : tidak ada
6) Keluhan BAK : tidak ada
7) Masalah eliminasi BAK : tidak ada
3. Pola eliminasi setelah sakit
a. BAB
1) Pola BAB :4 hari belum BAB semenjak
masuk RS
2) Karakter feses : tidak ada
3) Riwayat pendarahan : tidak ada
4) Penggunaan obat : Microlax(therapy dari klinik)
5) Keluhan BAB : tidak ada
6) Masalah eliminasi BAB : tidak BAB selama 4 hari
b. BAK
1) Pola BAK : 3 kali sehari
2) Karakter urin : kuning normal
3) Nyeri : tidak ada
4) Inkontinensia : tidak ada
5) Penggunaan obat : tidak ada
6) Keluhan BAK : tidak ada
7) Masalah eliminasi BAK : tidak ada
4. Pola makan sehari-hari
a. Pola makan sehari-hari sebelum sakit
1) Frekuensi makan/ hari : 3 kali sehari
2) Nafsu/ Selera makan : selera
3) Alergi : tidak ada
4) Mual muntah : tidak ada
5)Kesulitan makan : ada
b. Pola makan sehari-hari setelah sakit
1) Frekuensi makan/ hari : 3 kali sehari
2) Nafsu/ Selera makan : selera
3) Alergi : tidak ada
4) Mual muntah : mual
5. Pola minum sehari-hari
a. Pola minum sehari-hari sebelum sakit
1) Jenis minuman : air putih, minuman
keras(tuak) 1tahun yang lalu
2) Pola minum : 2 liter
3) Kesulitan minum : tidak ada
b. Pola minum sehari-hari setelah sakit
1) Jenis minuman : air putih
2) Pola minum : 1,5 liter
3) Kesulitan minum : tidak ada
6. Kebersihan diri : mandi 1x sehari
7. Pola kegiatan/ aktivitas :
-pagi jam 06:00 bangun tidur
-pagi jam 07:00 mengantar anaknya sekolah
-pagi-siang 08:00 - 14:00 mengajar
-sore bertani
-malam membantu anak mengerjakan tugas
-jam 21:00 tidur malam
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosa Medis : GERD
2. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
a) Laboratorium
Test Result Norma Range
Test Glucose 89,7 (mg/dl) 74-100,0 mg/dl
Tryglicerides 177,6 mg/dl 0-150,0 mg/dl
LDL Direct 62,93 mg/dl 0-130,0 mg/dl
AST/GOT 16,6 u/l 0,0-35,0 u/l
Billirubin Direct 0,20 mg/dl 0,00-0,20 mg/dl
Ureum 11,5 mg/dl 18=55 mg/dl
Cholestrol 143 mg/dl 0-200 mg/dl
HDL Direct 33,9 mg/dl 35,3=79,5 mg/dl
Creatine 1,39 mg/dl 0,70-1,30 mg/dl
ALT/GPT 0,8 u/l 0,0-45,0 u/l
Billirubin Total 0,37 mg/dl 0,00-2 0, mg/dl
Uric Acid SR 8,2 mg/dl 3,5-4,2 mg/dl

b) Rontgen : Dilakukan
c) EKG : Dilakukan

I. Penatalaksanaan Therapy Medis

No NamaObat Dosis Efek


1. IVFD : Asering 500cc Menjaga keseimbangan
20 tts /i cairan

2. Omeprazole 1vial(40mg)/12j Untuk mengurangi


am Produksi asam dalam
lambung
3. Ondansetron 1vial(8mg)/12ja untuk mencegah serta
m mengobati mual dan
muntah yang bisa
disebabkan oleh efek
samping kemoterapi,
radioterapi, atau
operasi.
4. sucralfat 3x1 obat untuk mengatasi
tukak lambung, ulkus
duodenum, atau gastritis
kronis.
5. PCT untuk meredakan
demam dan nyeri,
termasuk nyeri haid atau
sakit gigi

H. Analisa data

No Data Masalah Etiologi


1. Data subjektif : Peningkatan gas Inflamasi
Klien mengatakan asam lambung
nyeri pada uluh hati
dan abdomen sebelah Nyeri epigastrium
kiri yang hilang timbul
Data objektif :
- GCS : 15 Mual muntah
- Skala Nyeri: 4
Dengan vital sign :
TD : 130/80 mmhg
RR : 24 x/i
HR : 84 x/i
T : 36,4 °C
Nyeri tekan pada
daerah ulu hati

2. Data subjektif : Resiko tinggi Respon


Os tidak nafsu makan kekurangan
Data objektif : nutrisi kurang peningkatan
- Os hanya dari kebutuhan
tubuh Asam lambung.
menghabiskan ½ porsi
- k/u lemah Iritasi Mukosa
Dengan vital
sign TD: 120/80 Lambung.
HR: 80
RR: 20
T: 36,1
Intake hanya menurun Mual.
50 %
Intake Menurun.

Resiko Nutrisi

Kurang Dari

kebutuhan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d inflamasi mukosa lambung
C. INTERVENSI
No. Dx SLKI SIKI RASIONAL

1. Nyeri b.d Setelah diberikan 1. Identifikasi skala 1. dengan mengidentifikasi


inflamasi asuhan keperawatan nyeri. dapat membantu perawat
mukosa selama 3x24jam 2. identifikasi faktor yang untuk berfokus pada
lambung diharapkan nyeri memperberat dan penyebab nyeri.
berkurang dengan memperingan nyeri. 2. untuk membantu perawat
Kriteria hasil: 3. Edukasi manajemen bahwa apakah nyeri
-nyeri menurun nyeri bertambah atau berkurang.
-mual menurun 4. monitor efek samping 3. Untuk mengurangi intesitas
n-nafsu makan penggunaan analgetik. nyeri dengan memberikan
membaik 5. ajarkan teknik posisi dan aroma terapi
nonfarmakologis untuk 4. dengan pemberian teknik ini
mengurangi rasa nyeri. dapat membantu klien
kompres air hangat. mengurangi rasa
6. kolaborasi pemberian kecemasaannya.
analgetik. 5. dengan mengkompres dapat
mengurangi rasa nyeri.
6. pemberian anlgetik dapat
memblokir nyeri pada
susunan saraf pusat.
NO Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu
1 25 Nyeri b.d 1. Identifikasi lokasi dan S:
Maret inflamasi karakteristik ,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas  Os
2023 mukosa nyeri mengatakan
lambung 2. Identifikasi skala nyeri nyeri pada ulu
Dinas 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
pagi hati
4. Identifikasi faktor yang memperberat dam O :Sakit sedang
07.00 memperingan nyeri A: Nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan P: nyeri teratasi
tetntang nyeri Dengan tindakan :
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
 Pantau K/U
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas pasien
hidup  Observasi
TTV
 Beri posisi
nyaman pasa
pasien
 Pemberian
terapi
kolaborasi
dengan Dokter

2 25 S:
Maret Nyeri b.d 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi,  Os
2023 inflamasi frekuensi, kualitas,intensitas nyeri Mengatakan
mukosa 2. Identifikasi skala nyeri nyeri pada ulu
Dinas 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
sore lambung hati
4. Identifikasi faktor yang memperberat dam O:
memperingan nyeri  Os tampak
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
lemah
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon A:
nyeri  Ganggguan
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas rasa nyaman
hidup P:
 Intervensi
dilanjutkan
 TTV :
TD : 120/70
mmhg
HR : 22 x/i
RR : 68 x/i
T : 36 C
26 S:
Maret Nyeri b.d  Os
2023 inflamasi mengatakan
mukosa 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi, menyesak,
Dinas lambung frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri pada
Siang 2. Identifikasi skala nyeri ulu hati
(13.00) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal O:
4. Identifikasi faktor yang memperberat dam
 Os tampak
memperingan nyeri lemah
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang A: Nyeri
nyeri P:
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon  Nyeri teratasi
nyeri  TTV :
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas TD : 110/70
mmhg
hidup
HR : 22 x/i
RR : 66 x/i
T : 36,4 C

S:
 Os
27 Mengatakan
Maret Nyeri b.d 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi, nyeri pada ulu
2023 inflamasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri hati
mukosa 2. Identifikasi skala nyeri
Dinas lambung 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Pagi O:
4. Identifikasi faktor yang memperberat
(07.00) - k/u sedang
dam memperingan nyeri
- Kesadaran: Compos
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
Mentis
nyeri - Vital Sign
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon TD: 120/80 mmHg
nyeri HR: 80 x/i
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas RR: 20 x/i
hidup T : 36,1 C
A: Nyeri
P : Masalah Teratasi

S:
27 Nyeri b.d 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi,
Maret inflamasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri  Os
2023 mukosa 2. Identifikasi skala nyeri Mengatakan
lambung 3. Identifikasi respon nyeri non verbal nyeri pada ulu
Dinas 4. Identifikasi faktor yang memperberat hati
Pagi dam memperingan nyeri O:
(10.00) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan - k/u sedang
tentang nyeri - Kesadaran: Compos
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon Mentis
nyeri - Vital Sign
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas TD: 120/80 mmHg
hidup HR: 80 x/i
RR: 20 x/i
T : 36,1 C
A: Nafsu makan baik
- Mual (-)
- Muntah (-)
- Menyesak jika
selesai makan
P : Intake hanya 50 %
Os hanya
menghabiskan ½ porsi

27 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi, S:


Maret Nyeri b.d frekuensi, kualitas, intensitas nyeri  Os
2023 inflamasi 2. Identifikasi skala nyeri Mengatakan
mukosa 3. Identifikasi respon nyeri non verbal nyeri pada ulu
Dinas 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Siang lambung hati
(13.00) dam memperingan nyeri O:
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan - k/u sedang
tentang nyeri - Kesadaran: Compos
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Mentis
respon nyeri
- Vital Sign
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
TD: 110/80 mmHg
hidup
HR: 78 x/i
RR: 20 x/i
T : 36,3 C
A : Nyeri
P : Masalah Teratasi
1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
28
Nyeri b.d 2. Identifikasi skala nyeri
Maret
inflamasi 3. Identifikasi respon nyeri non verbal S:
2023
mukosa 4. Identifikasi faktor yang memperberat  Os
Dinas lambung dam memperingan nyeri Mengatakan
Siang 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan nyeri pada ulu
(13.00) tentang nyeri hati
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
O:
respon nyeri
- k/u lemah
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup - Kesadaran: Compos
Mentis
- Vital Sign
TD: 110/80 mmHg
HR: 78 x/i
RR: 20 x/i
T : 36,3 C
A: Nyeri
P : Masalah Teratasi
1. Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi,
29 Nyeri b.d frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
S:
Maret inflamasi 2. Identifikasi skala nyeri
mukosa 3. Identifikasi respon nyeri non verbal  Os
2023
lambung 4. Identifikasi faktor yang memperberat Mengatakan
Dinas dam memperingan nyeri nyeri pada ulu
Pagi 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan hati
(07.00) tentang nyeri O:
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap - k/u lemah
respon nyeri - Kesadaran: Compos
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas Mentis
hidup - Vital Sign
TD: 110/80 mmHg
HR: 78 x/i
RR: 22 x/i
T : 36 C
A: Nyeri
P : Nyeri Teratasi
Identifikasi lokasi dan karakteristik, durasi,
29 Nyeri b.d frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Maret inflamasi
2023 2. Identifikasi skala nyeri S:
mukosa 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
lambung  Os
Dinas 4. Identifikasi faktor yang memperberat
dam memperingan nyeri Mengatakan
Siang nyeri pada ulu
(13.00) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri hati
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap O:
respon nyeri - k/u Stabil
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap - Kesadaran: Compos
kualitas hidup Mentis
- Vital Sign
TD: 110/80 mmHg
HR: 78 x/i
RR: 22 x/i
T : 36 C
A: Nyeri
P : Nyeri Teratasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi dimana
cairan lambung mengalami refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala
khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada, regurgitasi, dan komplikasi. Manifestasi
klinis GERD meliputi gejala tipikal (esofagus) dan atipikal (ekstraesofagus).
Faktor yang berperan untuk terjadinya GERD yaitu mekanisme antirefluks,
kandungan cairan lambung, mekanisme bersihan oleh esofagus, dan resistensi sel
epitel esofagus. Untuk menegakkan diagnosis GERD dapat ditegakkan
berdasarkan analisa gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan diantaranya endoskopi, radiologi, pengukuran
pH, tes perfusi Berstein, tes gastro- esophageal scintigraphy.Berdasarkan hasil
penelitian penerapan asuhan keperwatan pada pasien Tn.H .P
1. Pengkajian

Dapat dilakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien ,


Data yang didapatkan yaitu identitas klien, riwayat penyakit, data
psikososial. Data tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan
klien dan keluarga, observasi, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
2. Diagnosa keperawatan
Dapat ditegakkannya diagnosa keperawatan pada pasien Ny. E
diagnosa keperawatan yang muncul dari data pengkajian
pasien ditegakkan 3 diagnosa keperawatan. Urutan
diagnosa keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis, kurangnya cairan dalam
tubuh berhubungan dengan kurangnya cairan aktif,
kekurangan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.,
dan mobilisasi berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasi .
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang diberikan pada pasien dapat disusun sesuai dengan
diagnosa yang muncul, rencana yang telah disusun disesuaikan
dengan teori yang ada. Perencanaan dibuat sesuai dengan masalah
yang ditemukan berdasarkan hasil dari pengkajian.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana tindakan yang telah peneliti susun.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan
pasien dengan GERD.
5. Evaluasi keperawatan
Dapat melakukan evaluasi mengenai kondisi perkemba-
ngan klien dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Hasil evaluasi keperawatan pada pasien dari 3 diagnosa
yang muncul ,terdapat diagnosa teratasi.

B. SARAN
1. Bagi Peneliti
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien GERD
yang diberikan dapat tepat, peneliti selanjutnya harus benar-benar
menguasai konsep tentang GERD itu sendiri, terutama pada faktor
etiologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi tentang GERD, selain itu
peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat dan komprehensif
agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pasien serta tidak ada masalah yang luput dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Dalam penegakan diagnosis diharapkan peneliti juga harus teliti
dalam mengangkat dan merumuskan diagnosa keperawatan yang ada pada
pasien agar masalah keperawatan yang muncul pada pasien dapat teratasi
dan mendapatkan penanganan secara komprehensif dan menyeluruh,
Tidak hanya berfokus kepada masalah biologis pasien, namun juga
terhadap masalah psiko, sosio, spiritual pasien. Sehingga asuhan
keperawatan yang
dilakukan dapat terlaksana secara optimal, dan mendapat kanhasil yang
memuaskan bagi pasien dan juga peneliti itu sendiri. Pada bagian
intervensi keperawatan diharapkan peneliti merencanakan sesuai
dengan buku panduan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
dan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) .
Pada bagian Implementasi diharapkan juga peneliti melakukan
tindakan yang sesuai dengan yang direncanakan agar diagnosis pada
pasien dapat teratasi. Dan evaluasi keperawatan diharapkan peneliti lebih
melakukan evaluasi yang lebih lengkap pada pasien sesuai dengan data
yang didapatkan pada pasien.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,


keterampilan dan pengalaman serta menambah wawasan peneliti sendiri
dalam melakukan penelitian ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan GERD. Dalam upaya memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan GERD yang diberikan dapat
tepat, peneliti selanjutnya diharapkan harus benar-benar menguasai konsep
mengenai GERD itu sendiri, selain itu peneliti juga harus melakukan
pengkajian dengan tepat agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai
dengan masalah yang ditemukan pada pasien. Salah satunya yaitu dengan
komunikasi yang efektif dalam melakukan pengkajian pada pasien.
2. Bagi rumah sakit
Studi yang dilakukan oleh penelitian ini menjadi acuan bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan
komprehensif.
Hasil penelitian ini perawat melakukan kerjasama yang baik antar
perawat dalam metodetim, memperhatikan keselamatan Pasien dengan
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standar prosedur
operasional (SPO) dan memberikan asuhan secara profesional dan
komprehensif.
3. Bagi pasien
Dalam penegakan diagnosis diharapakan pasien juga harus ikut
serta dalam membantu agar penyembuhan diri agar masalah yang
muncul pada pasien dapat teratasi dan mendapatkan penanganan secara
komprehensif dan menyeluruh.

4. Bagi perkembangan ilmu keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan agar selalu menambah keluasan
ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis
sebagai acuan literature bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, D. M., & Hafizh, M. S. (2021). Hubungan Gastroesophagael reflux disease


kualitas tidur pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.

ZUBAIDAH, U. I. L. (2022). Hubungan Religiusitas Dan Depresi Pada Pasien


Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease).

https://pusatkrisis.kemkes.go.id/infografis-pemantauan-harian-pusat-krisis
kesehatan-09-agustus-2022

https://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/view/ghs4311/4311/ Jois Nari


( di akses pada tanggal 03/04/2023)

Anda mungkin juga menyukai