Anda di halaman 1dari 87

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

S DENGAN GASTROESOPHAGEAL
REFLUX DISEASE (GERD) DI RUANG KANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
KUDUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Presentasi Kasus Perawat Orientasi Tahun


2023 Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

Disusun Oleh:

Alfina Jihan Sulthonik, Amd.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan

Keperawatan Pada Nn. S Dengan GERD Di Ruang Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu

Kudus”. Dalam proses penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis mendapatkan

bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. dr. Pujianto, M.Kes selaku Direktur Utama Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

2. Ns. Kurnia Indriarti, S.Kep. selaku Kepala Ruang Kana Rumah Sakit Mardi

Rahayu Kudus.

3. Ns. Sri Wahyuni, S.Kep. selaku pembimbing yang selalu memberikan

kesempatan, meluangkan waktu, tenaga, dan arahan kepada penulis untuk

menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini.

4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa.

5. Seluruh rekan-rekan perawat dan staff ruang Kana yang sudah banyak membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan asuhan keperawatan ini masih

jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Kudus, 19 Desember 2023

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di dalam masyarakat Indonesia penyakit GERD sering disebut dengan

penyakit asam lambung naik. Adanya perubahan pada gaya hidup dan perubahan

pada pola makan masih menjadi salah satu penyebab tersering terjadinya gangguan

pencernaan. Pola makan yang tidak teratur dan gaya hidup yang cenderung mudah

terbawa arus umumnya menjadi masalah yang timbul pada masyarakat.

Kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan instan, stres, dan

polusi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Gaya hidup dan kebiasaan

makan yang salah akan secara langsung akan mempengaruhi organ-organ pencernaan

dan menjadi pencetus penyakit pencernaan. (Susilawati, 2019).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2019

prevalensi penderita GERD secara global bervariasi antara 9-35% tergantung pada

definisi yang digunakan dan lokasi geografis. Secara global terdapat sekitar 20-35%

penderita GERD dan hampir setiap tahun mengenai 18% populasi di dunia. (WHO,

2019). Prevalensi penderita GERD di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 27,4%

dari keseluruhan penduduk di Indonesia. (Depkes RI, 2021).

Menurut Susilawati (2019), GERD dipengaruhi oleh tingkat stres, pola makan

dan minuman iritatif, serta riwayat penyakit (gastritis dan ulkus peptikum). Kebiasaan
2

mengonsumsi makanan dan minuman, seperti makan pedas, asam, minum teh, kopi,

dan minuman berkarbonasi dapat meningkatkan risiko munculnya gejala asam

lambung naik. Suasana yang sangat asam di dalam lambung dapat membunuh

organisme patogen yang tertelan bersama makanan. Namun, bila barier lambung telah

rusak, maka suasana yang sangat asam di lambung akan memperberat iritasi pada

dinding lambung.

Penatalaksanaan GERD dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan secara

farmakologi dapat dengan golongan obat Antacida, Antikolinergik, Prokinetik,

Psikoterapi, dan obat anti depresan. Sementara itu, penatalaksaan secara non

farmakologi dapat dilakukan dengan cara mengatur pola makan, menghindari

makanan yang dapat meningkatkan kadar asam lambung, menghindari faktor risiko

seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan

stress (Dea, 2021).

Sementara itu data yang didapat dari Rekam Medis di Rumah Sakit Mardi

Rahayu Kudus, untuk kejadian GERD di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus selama

periode 3 bulan terakhir di tahun 2023 di temukan sebanyak 385 penderita GERD di

Rumah Sakit Mardi Rahayu, dan sebanyak 31 penderita GERD di Ruang Kana.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka penulis merasa terasa tertarik

untuk melakukan penulisan mengenai penyakit GERD yang mempengaruhi

kesehatan
3

masyarakat dan jumlah penderitanya yang semakin banyak, maka penulis tertarik

untuk menulis tentang Asuhan Keperawatan GERD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah penelitian


”Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroesophagel Reflux Disease
(GERD) di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus?”.
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk menerapkan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan GERD di Rumah Sakit Mardi Rahayu

Kudus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

2. Tujuan Khusus

a. Laporan Asuhan Keperawatan ini dibuat untuk memenuhi masa tugas

Orientasi tahun 2023.

b. Dapat melakukan pengkajian terhadap pasien Nn. S dengan GERD di Ruang

Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

c. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Nn. S dengan GERD

di Ruang Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

d. Dapat membuat perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan

masalah keperawatan pada pasien Nn. S dengan GERD di Ruang Kana

Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

e. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Nn. S dengan GERD

di Ruang Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.


4

f. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan pada pasien Nn. S dengan GERD di Ruang Kana Rumah Sakit

Mardi Rahayu Kudus.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Nn. S

dengan GERD di Ruang Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

2. Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit dengan GERD di Ruang

Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

3. Manfaat Bagi Institusi

Dapat mempersiapkan perawat yang berkompeten dalam melaksanakan Asuhan

Keperawatan khususnya yang berhubungan dengan GERD di Ruang Kana

Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu gejala yang

mengganggu yang disebabkan refluks dari isi lambung menuju esofagus.

Gastroesophageal reflux disease (GERD) didefinisikan sebagai suatu gangguan

dimana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang

menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang “mengganggu” seperti rasa

terbakar di dada (heartburn), mual, regurgitasi, dan perasaan asam di mulut. Dimana

penekanan diberikan kepada kata “mengganggu”, diartikan adanya gangguan

terhadap kualitas hidup (Salim, 2020).

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah radang lambung berupa

kerusakan dinding lambung karena produksi asam lambung yang berlebih dan

penyakit asam lambung yang naik sampai ke kerongkongan disebabkan naiknya asam

pada katup lambung. Penyakit ini sering terjadi diakibatkan banyaknya aktivitas

penderita dan faktor utamanya adalah stress atau beban pikiran (Kevin, 2019).

Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)

didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan

lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu

(troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi.

5
6

B. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Lambung

Menurut Diyono dan Muliyanti (2018), lambung terletak oblik dari kiri ke

kanan berbentuk menyilang di abdomen atas di bawah diafragma. Pada saat kosong,

lambung berbentuk tabung (seperti huruf J). Jumlah yang dianjurkan untuk kapasitas

normal lambung adalah satu sampai dua liter. Anatomi lambung terdiri dari fundus,

korpus, dan antrum pyloricum atau piloris. Pada bagian atas kanan terdapat cekungan

kurvatura minor dan di bawah kiri terdapat cekungan kurvatura mayor serta di

masing- masing ujung kurvatura terdapat sfinger yang berfungsi mengatur

pengeluaran dan pemasukan. Menurut Diyono dan Muliyanti (2018), fungsi lambung

dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Fungsi Motorik

a. Fungsi reservoir adalah menyimpan makanan dan dicerna terus hingga menjadi

sedikit. Makanan di saluran sesuai tingkat volume tanpa ada penambahan


7

tekanan. Gastrin merangsang saraf vagus untuk memerantai terjadinya rileksasi

reseptif otot polos.

b. Fungsi mencampur merupakan pemecahan makanan menjadi partikel kecil dan

bercampur dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang ada pada

lambung.

c. Fungsi pengosongan lambung merupakan suatu yang dikendalikan oleh

pembukaan sfinger piloris dan dipengaruhi oleh viskositas, emosi, keasaman,

volume, keadaan fisik, serta aktivitas osmotik, kerja dan obat-obatan.

2. Fungsi pencernaan dan sekresi

a. Pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil

peranannya serta awal mula pencernaan protein oleh pepsin dan HCl.

b. Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan,

peregangan antrum, dan rangsangan vagus.

c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus

bagian distal.

Pengaturan sekret lambung dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan instestinal.

Fase sefalik dimulai sebelum makanan masuk lambung seperti melihat, mengecap,

mencium, dan memikir. Pada fase ini diperantarai oleh saraf vagus dan dihilangkan

dengan vagotomi. Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke

lambung, sehingga kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCl, pepsinogen

dan menambah mukus. Fase sefalik menghasilkan sekitar 10% dari sekresi lambung

normal. Fase gastrik dimulai pada saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi
8

yang terjadi diantrum menyebabkan rangsangan mekanis pada dinding lambung

sehingga impuls-impuls merangsang pelepasan hormon gastrin dan kelenjar-kelenjar

lambung dan terjadi sekresi. Pelepasan gastrin dirangsang oleh pH alkali, garam

empedu diantrum dan protein makanan serta alkohol. Fase intestinal pada saat

gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Protein yang ditelah dicerna didalam

duodenum merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormon yang menyebabkan

lambung terus mensekresikan cairan lambung (Diyono dan Muliyanti, 2018).

C. Etiologi

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan sensorimotor yang

terkait dengan gangguan mekanisme antireflux seperti (fungsi sphincter esofagus

yang menurun, ligamentum phrenoesophageal), perubahan fisiologi normal

contohnya gangguan peristaltik esofagus, peningkatan tekanan intragastrik, dan

peningkatan gradien tekanan abdominothoracic, yaitu sekresi asam lambung berlebih

yang dapat menyebabkan perasaan nyeri pada ulu hati dan rasa terbakar di dada

(heartburn). Adapun beberapa penyebab lain terjadinya GERD yaitu:

a. Kelainan psikis, stress, dan faktor lingkungan

Stress dan faktor lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran

cerna, menimbulkan gangguan sirkulasi, mortilitas, dan klan vaskularisasi.

b. Gangguan motilitas
9

Mekanisme timbulnya gejala GERD mungkin dipengaruhi oleh susunan saraf

pusat, gangguan motilitas diantaranya pengosongan lambung lambat, abnormalitas

kontraktif, reflux gastroduodenal.

c. Penyebab lain-lain

Seperti adanya kuman Helicobacter Pylori, gangguan motilitas, atau gerak mukosa

lambung, konsumsi banyak makanan berlemak, kopi, alkohol, rokok, perubahan

pola makan, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka

waktu yang lama (Salim, 2020).

D. Faktor Risiko

Makanan yang dikonsumsi dan gaya hidup merupakan salah satu faktor resiko

terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Diet tinggi lemak dan

peningkatan dari Body Mass Index (BMI), berhubungan dengan peningkatan resiko

terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease. Minuman berkarbonasi dapat

meningkatkan gejala perasaan terbakar di dada (heartburn) saat pasien

Gastroesophageal Reflux Disease dalam keadaan tertidur. Minuman kopi sebagai

faktor resiko dari Gastroesophageal Reflux Disease belum jelas, tetapi dalam

beberapa jurnal dikatakan kopi bisa meningkatkan gejala perasaan dada terbakar

(heartburn) pada pasien Gastroesophageal Reflux Disease. Selain minuman kopi,

alkohol dikatakan juga sebagai faktor resiko dari Gastroesophageal Reflux Disease.

Meminum alkohol dengan jangka panjang dan berlebihan bisa meningkat resiko

terjadinya esophageal malignancy. Beberapa obat seperti bisphosphonates,

antibiotik, aspirin,
10

nitroglycerin, calcium channel blocker, anticholinergics, sildenafl, albuterol dan

potassium supplements bisa menyebabkan kerusakan pada saluran cerna bagian atas,

yang menyebabkan gejala reflux bertambah berat (Salim,2020).

Stres yang dialami juga merupakan salah satu factor resiko terjadinya GERD.

Saat stres terjadi, besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi dari Lower Esophageal

Sphincter (LES) yaitu katup yang membatasi antara esophagus dan lambung. LES

yang tidak adekuat akan menyebabkan naiknya asam lambung ke esophagus yang

menyebabkan nyeri pada ulu hati dan terasa panas pada dada (Ammar, 2019).

E. Tanda dan Gejala

GERD ditandai dengan adanya perut membesar, cepat kenyang, mual, tidak

ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setelah

makan, mual, muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan dada

atau regurgitas asam lambung ke mulut.

Terdapat berbagai gejala pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

yang dibagi menjadi gejala tipikal, atipikal dan ekstra-esofagus. Secara umum gejala

cenderung muncul setelah makan dan diperburuk dengan posisi berbaring dan

berkurang saat meminum obat penurun asam lambung. Gejala tipikal berupa rasa

dada terbakar (heartburn) dan regurgitasi asam.

Gejala atipikal berupa mual, erucation (bersendawa), kembung, nyeri

epigastrik, perasaan tertekan pada epigastrik, perasaan penuh pada epigastrik, dan
11

dispepsia. Gejala atipikal bisa saja menandakan terjadinya GERD, tetapi gejala ini

tidak spesifik, salah satu penyakit yang berhubungan dengan gejala diatas adalah

penyakit ulkus peptikum, achalasia, gastritis, dispepsia dan gastroparesis.

Gejala terakhir adalah gejala ekstra-esofagus. Gejalanya meliputi batuk

kronis, bronchospasm, asma, laringitis, dan erosi pada gigi. Diyakini bahwa

gejalagejala ini berhubungan dengan microaspiration refluks atau dimediasi oleh

nervus vagus yang dipicu paparan asam pada esofagus bagian distal (Salim, 2020).

F. Patofisiologi

Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure

zone) yang dihasilkan oleh kontraksi Lower Esophageal Sphincter (LES). Pada

individu normal, LES akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran

antegrade yang terjadi pada saat sendawa ataupun muntah. Aliran balik asam

lambung dari gaster ke esofagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak

ada atau sangat rendah (< 3 mmHg).

Stres yang dialami juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya GERD.

Saat stres terjadi, besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi dari Lower Esophageal

Sphincter (LES) yaitu katup yang membatasi antara esophagus dan lambung. LES

yang tidak adekuat akan menyebabkan naiknya asam lambung ke esofagus yang

menyebabkan nyeri pada ulu hati, regurgitasi dan terasa panas pada dada.

Saat ini dipercayai bahwa pengosongan lambung yang terlambat berkontribusi

dalam sebagian kecil patofisiologi dari pasien gastroesophageal reflux disease,


12

terutama dalam meningkatkan jumlah refluks, distensi lambung, dan mual.

Pengosongan lambung yang tertunda ini dapat meningkatkan tekanan pada lambung

dan menyebabkan terjadinya Transient LES Relaxation. Faktor resiko peningkatan

tekanan abdominal adalah obesitas dan kehamilan. Penelitian terkini

mengindikasikan bahwa pengosongan lambung yang terlambat pada bagian proximal

lebih relevan terhadap angka kejadian Gastroesophageal Reflux Disease.

Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patofisiologi terjadinya GERD

menyangkut keseimbangan antara faktor psikologis, faktor defensive dari esofagus

dan faktor offensive dari bahan refluksat. Faktor-faktor lain yang turut berperan

dalam timbulnya gejala GERD adalah kelainan di lambung yang meningkatkan

terjadinya refluks fisiologis, antara lain dilatasi lambung, stres dan delayed gastric

emptying (Ammar, 2019).


13

G. Pathway

Faktor defensive dari


Faktor offensive dari
esofagus Faktor psikologis (stres) bahan refluksat

GERD

LES tidak adekuat Pengosongan


lambung terlambat

HCL naik ke Produksi HCL di


esofagus lambung naik Distensi lambung

HCL kontak Mual Nausea


Regurgitasi dengan mukosa
gaster
Muntah

Mulut terasa asam Vasodilatasi


mukosa gaster Hipovolemia
Keengganan untuk
makan Lapisan
mukus lambung
terkikis

Risiko Defisit
Nutrisi Nyeri

Nyeri Akut
14

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah,

urine dan tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan

leukositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak

cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita

malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia ulcer, sebaiknya

diperiksa asam lambung (Rizky, 2017).

2. Radiologi

Pemeriksaan radiologi banyak menunjang diagnosis suatu penyakit di saluran

makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologi terhadap saluran

makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda. Pada refluks

gastroesophageal akan tampak peristaltik di esofagus yang menurun terutama di

bagian distal, tampak antiperistaltik di antrum yang meninggi serta sering

menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke usus. Pada tukak di

lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche, yaitu

suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang

jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin. Kanker di lambung

secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di

daerah kanker, bentuk dari lambung berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat

foto polos
15

abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar, atau tampak

dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops (Rizky,

2017).

3. Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi dari saluran makan bagian atas akan banyak

membantu menentukan diagnosis. Yang perlu diperhatikan ada tidaknya kelainan

di esofagus, lambung dan duodenum. Di tempat tersebut perlu diperhatikan wama

mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di esofagus yang sering ditemukan

dan perlu diperhatikan di antaranya adalah esofagitis, tukak esofagus, varises

esofagus, tumor jinak atau ganas yang umumnya lokasinya di bagian distal

esofagus (Rizky, 2017).

4. Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) merupakan sarana diagnostik yang tidak invasif, akhir

akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnosis dari

suatu penyakit. Apalagi alat ini tidak menimbuikan efek samping, dapat digunakan

setiap saat dan pada kondisi penderita yang berat pun dapat dimanfaatkan.

Pemanfaatan alat USG pada GERD terutama bila ada dugaan kearah kelainan di

traktus biliaris, pankreas, kelainan tiroid, bahkan juga ada dugaan tumor di

esofagus dan lambung (Rizky, 2017).

I. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Pengobatan GERD mengenal beberapa golongan obat, yaitu:


16

1. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir

sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Natrium Bikarbonat,

Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Magnesium Triksilat. Pemberian antasida sebaiknya

tidak terus menerus, sifatnya hanya simtomatis atau untuk mengurangi rasa

nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat

sebagai absorben sehingga bersifat non-toksik, namun dalam dosis besar akan

menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak

selektif yaitu: pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat

menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki

efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk tukak peptik. Obat yang

termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain Simetidin, Roksatidin,

Ranitidin, dan Famotidin.

4. Penghambat pompa asam (Proton Pump Inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir

dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI

adalah Omeperazol, Lansoprazol, Dan Pantoprazol.


17

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti Misoprostol (PGE1) dan Enprostil (PGE2).

Selain bersifat sitoprotektif, obat tersebut juga menekan sekresi asam lambung

oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi untuk meningkatkan sekresi

prostaglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,

meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa,

serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan

protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas.

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu Kisaprida, Domperidon, dan

Metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati refluks

esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung

(acid clearance).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)

Pada pasien dengan GERD, karena tidak jarang keluhan yang muncul

berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Dea, 2021).

b. Non-Farmakologi

Penatalaksanaan GERD secara non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara:

1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.

2. Atur pola makan


18

3. Menghindari faktor risiko sepeti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan

yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress (Dea, 2021).

J. Konsep Asuhan Keperawatan GERD

Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses di mana kegiatan yang

dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa

data. Data fokus yang berhubungan dengan GERD meliputi adanya nyeri perut,

rasa perih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa

lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi/keluar

cairan dari lambung secara tiba-tiba (Dea, 2021).

A. Anamnesa

1. Identifikasi Pasien

Identitas pasien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status

perkawinan, agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan,

pendidikan, pekerjaan, alamat rumah, diagnosa medis.

2. Identifikasi Penanggung Jawab

Identifikasi penanggung jawab pasien terdiri dari nama, alamat,

hubungan dengan pasien.

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama
19

Keluhan utama adalah keadaan umum yang paling dirasakan oleh

pasien. Pada penderita GERD seringkali mengatakan keluhan nyeri

perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu

makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang adalah pengkajian yang dapat

mendukung keluhan utama dengan cara memberikan pertanyaan

mengenai kronologis keluhan utama yang dirasakan dan keluhan

lainnya.

c. Riwayat kesehatan lalu

Riwayat kesehatan lalu adalah pengkajian untuk mengetahui

riwayat penyakit fisik maupun psikologik yang pernah diderita pasien

sebelumnya. Apakah pasien sering merasakan nyeri pada daerah

epigastrium, sering merasa stress, atau riwayat konsumsi alkohol.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga adalah pengkajian yang dapat

mendukung untuk identifikasi masalah kesehatan pasien. Apakah

anggota keluarga pernah menderita penyakit pada saluran pencernaan.

e. Genogram

Genogram adalah pohon keluarga yang menggambarkan faktor

biopsikososial individu dan keluarga dalam 3 generasi. Genogram

dapat
20

pula menggambarkan siklus hidup keluarga, penyakit, dan hubungan

antar anggota keluarga.

4. Riwayat Alergi

Pengkajian riwayat alergi bertujuan untuk mengetahui riwayat

konsumsi obat-obatan dan riwayat alergi terhadap jenis obat tertentu,

makanan, atau udara. Riwayat alergi dapat digunakan untuk menentukan

pemberian obat selama perawatan.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah pemeriksaan fisik yang paling

mendasar meliputi tekanan darah, suhu, nadi, laju respirasi, saturasi

oksigen, keluhan yang dirasakan, dan keadaan umum. Tanda-tanda vital

dilakukan secara berkala dan dapat digunakan untuk mengetahui status

kesehatan pasien.

2. Antropometri

Antropometri adalah pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk

mengetahui karakteristik tubuh pasien. Antropometri meliputi berat badan,

tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), dan pemeriksaan fisik lainnya.

3. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


21

Pemeriksaan Head to Toe adalah pemeriksaan fisik yang bertujuan

untuk mengetahui status kesehatan pada tubuh pasien dan digunakan

untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Pemeriksaan Head to Toe

meliputi:

a. Kepala

1) Inspeksi: ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi

atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,

jumlah dan distribusi rambut.

Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-

tanda kekurangan gizi (rambut jagung dan kering)

2) Palpasi: adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

Normal: tidak ada pembengkakan/penonjolan, rambut lebat dan

kuat/tidak rapuh. Setelah dilakukan pemeriksaan kepala evaluasi

hasil yang di dapat dengan membandikan dengankeadaan normal,

dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.

b. Pemeriksaan wajah

1) Inspeksi: warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.

Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik,

simetris

2) Palpasi: nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang· Normal:

tidak ada nyeri tekan dan edema setelah diadakan pemeriksaan

wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan


22

dengankeadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan

yang didapat tersebut.

c. Pemeriksaan mata

1) Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak

mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjungtiva dan sclera

(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon

terhadap cahaya.

Normal: simetris mata kiri dan kanan, simetris bola mata kiri

dan kanan, warna konjungtiva pink dan sclera berwarna putih

d. Pemeriksaan Telinga

1) Inspeksi: bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi

telinga, warna, liang telinga (serumen/tanda-tanda infeksi), alat

bantu dengar.

Normal: bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, integritas kulit

bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi,

dan alat bantu dengar

2) Palpasi: nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus

Normal: tidak ada nyeri tekan.

e. Pemeriksaan hidung

1) Inspeksi: hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),

rongga, hidung (lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung

internal (kemerahan, lesi, tanda-tanda infeksi)


23

Normal: simetris kiri dan kanan, warna sama dengan warna kulit

lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-

tanda infeksi.

2) Palpasi (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)

Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan

f. Pemeriksaan mulut

1) Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna mukosa mulut dan bibir,

tekstur, lesi, dan stomatitis.

Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada

lesi dan stomatitis.

2) Inspeksi dan palpasi strukur dalam: gigi lengkap/penggunaan gigi

palsu, perdarahan/radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah,

dan keadaan langit-langit.

Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau

kerusakan gigi, tidak adaperdarahan atau radang gusi, lidah

simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tandainfeksi.

g. Pemeriksaan leher

1) Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.

Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk

simetris, tidak adapembesaran kelenjer gondok.

2) Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi

pulsasi Normal: arteri karotis terdengar.


24

3) Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid (nodus/difus, pembesaran

batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjar

limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjar parotis

(letak, terlihat/ teraba).

Normal: tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri.

h. Pemeriksaan dada

1) Inspeksi: kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas

(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan

otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,

pembengkakan/penonjolan.

Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda

distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain,

tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema.

2) Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tactile

fremitus (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien

untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil

melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung

pasien).

Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-

tanda peradangan, ekspansisimetris, taktil vremitus cendrung

sebelah kanan lebih teraba jelas.


25

3) Perkusi: paru, ekskursi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu

sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola

berjenjang sisi ke sisi).

Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada

bagian udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih

besar dari bagian padat = hiperresonan (“deng deng deng”), batas

jantung = bunyi rensonan hilang >> redup.

4) Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan

dengan menggunakan stetoskopdi lapang paru kiri dan kanan, di

RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea).

Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,

tracheal. Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di

dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan

dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

5) Palpasi: denyutan normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan

aorta teraba. Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan

dari arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai

bunyi redup).

Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4, 7, 10 cm ke arah kiri dari

garis mid sterna, pada RIC 4, 5, dan 8.

6) Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian

diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi

jantung.
26

Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2

(dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4). Setelah

diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang

di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan

dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

7) Inspeksi payudara: Integritas kulit

Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan

penyebaran vena.

Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe,

konsistensi.

i. Pemeriksaan Abdomen

1) Inspeksi: kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,

ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan

gerakan dinding perut.

Normal: simetris kiri dan kanan, warna sama dengan warna kulit

lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan,

pelebaran vena, kelainan umbilicus.

2) Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran

(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan

friction rub: aorta, renalis, illiaka (bagian bell).

Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/menit, terdengar

denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.


27

3) Perkusi semua kuadran: mulai dari kuadran kanan atas bergerak

searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan

bagaimana kualitas bunyinya.

Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar = redup dan

apabila banyak cairan = hipertimpani.

4) Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,

karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan

nyeri (dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih

dahulu). Normal: tidak teraba penonjolan, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada massa dan penumpukan cairan. Setelah diadakan

pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan

membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil

pemeriksaan yang didapat tersebut.

j. Pemeriksaan ekstremitas atas

1) Inspeksi struktur muskuloskeletal: simetris dan pergerakan,

integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.

Normal: simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, ROM aktif,

kekuatan otot penuh.

2) Palpasi: denyutan brachialis dan radialis.

k. Pemeriksaan ekstremitas bawah

1) Inspeksi struktur muskuloskeletal: simetris dan pergerakan,

integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.
28

Normal: simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, ROM aktif,

kekuatan otot penuh.

2) Palpasi: femoralis, poplitea, dorsalis pedis: denyutan.

Normal: teraba jelas.

l. Pemeriksaan Genitalia

Wanita:

1) Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour

simetris, edema, pengeluaran.

Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris

tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau).

2) Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan,

massa.

3) Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema,

haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.

Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/

tanda-tanda infeksi dan pendarahan.

Pria:

1) Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran

Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan,

tidak ada pengeluaran pusatau darah·

2) Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk,

turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan·


29

3) Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa, edema,

hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.

Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema/hemoroid/polip atau

tanda-tanda infeksi dan pendarahan.

C. Pola Kesehatan Fungsional Gordon

Pola Kesehatan Fungsional Gordon adalah pengkajian untuk mengetahui

pola kehidupan pasien dan dapat digunakan untuk menilai masalah dan

kebutuhan perawatan pasien. Pola Kesehatan Fungsional Gordon meliputi:

1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan

Adakah ketidaktahuan pasien tentang informasi dari penyakit yang

dideritanya. secara umum, kurangnya pengetahuan klien tentang penyebab

dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya GERD.

2. Pola Nutrisi Metabolik

Adakah kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan

meningkat, makan banyak, kehausan, mual dan muntah. Pengkajian

terhadap kebiasaan menu makan setiap harinya.

3. Pola Eliminasi

Adakah pengeluaran urine dalam jumlah banyak, urin encer berwarna

pucat dan kuning, perubahan dalam feses (diare), sering buang air besar,

keringat berlebihan, berkeringat dingin.

4. Pola Istirahat dan Tidur


30

Adalah insomnia atau kesulitan untuk tidur, lama tidur paien dalam

satu hari.

5. Pola Aktivitas dan Latihan

Adanya kelemahan otot, gangguan koordinasi, kelelahan berat,

palpitasi, nyeri dada, bicaranya cepat dan parau, frekuensi pernafasan

meningkat, takipnea, dyspnea, jari tangan gemetar (tremor), jantung

berdebar cepat, denyut nadi cepat, otot lemas, terutama lengan atas dan

paha.

6. Pola Persepsi Kognitif

Adakah kekhawatiran terhadap masalah kesehatan yang diderita oleh

pasien.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

a. Gambaran diri/citra tubuh

b. Identitas diri

c. Peran diri

d. Ideal diri

e. Harga diri

8. Pola Peran dan Hubungan

Adakah masalah dalam menjalankan peran pasien dalam keluarga serta

bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya.

9. Pola Reproduksi dan Seksual


31

Jika laki-laki adakah penurunan libido, ejakulasi dini, atau impoten,

jika perempuan adakah hipomenore, amenore, haid menjadi tidak teratur

dan sedikit, kehamilan sering berakhir dengan keguguran.

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

Adakah stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi labil

(euforia sedang bahkan sampai delirium), depresi. Serta bagaimana cara

pasien dalam mengatasi stress.

11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan

Kebiasaan pasien dalam menjalankan ajaran dan aturan dari

kepercayaan yang dianut pasien.

1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Asam lambung

naik ke esofagus) (D.0077)

b. Nausea berhubungan dengan Distensi lambung (D.0076)

c. Hipovolemia berhubungan dengan Kekurangan intake cairan (D.0023)

d. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (keengganan

untuk makan) (D.0032)


32

2. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Asam lambung

naik ke esofagus)

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Luaran Utama Manajemen Nyeri (I.08238) Tindakan

Tingkat Nyeri Observasi Observasi

Luaran Tambahan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi,

1. Fungsi durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi,

Gastrointestinal intensitas nyeri frekuensi, kualitas dan

2. Kontrol Nyeri intensitas nyeri

3. Mobilitas Fisik 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri

4. Pola Tidur yang sebenarnya

5. Status 3. Identifikasi faktor yang 3. Mengurangi faktor-faktor

Kenyamanan memperberat dan memperingan yang dapat memperberat

nyeri rasa nyeri yang dirasakan

Setelah dilakukan oleh pasien

tindakan keperawatan Terapeutik Terapeutik

selama 3 x 24 jam 1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Agar dapat mengurangi

nyeri akut teratasi untuk mengurangi rasa nyeri rasa sakit yang dirasakan

dengan kriteria hasil: oleh pasien dengan


33

1. Keluhan nyeri menggunakan cara

menurun nonfarmakologis

2. Meringis menurun

3. Sikap protektif 2. Kontrol lingkungan yang 2. Memberikan lingkungan

menurun memperberat rasa nyeri yang nyaman agar tidak

4. Gelisah menurun memperberat rasa nyeri

5. Kesulitan tidur Edukasi Edukasi

6. Frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan 1. Mengetahui penyebab,

membaik pemicu nyeri periode, dan pemicu dari

7. Pola nafas rasa nyeri yang dirasakan

membaik pasien

8. Tekanan darah 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Menjelaskan strategi

membaik untuk meredakan rasa

Kolaborasi nyeri

1. Kolaborasi pemberian analgetik, Kolaborasi

jika perlu 1. Agar rasa nyeri yang

dirasakan pasien dapat

dihilangkan atau dikurangi


34

b. Nausea berhubungan dengan Distensi lambung

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Luaran Utama Manajemen Mual (I.03117) Tindakan

Tingkat Nausea Observasi Observasi

Luaran Tambahan 1. Identifikasi pengalaman mual 1. Mengetahui faktor yang

1. Fungsi memungkinkan terjadinya

Gastrointestinal mual

2. Keseimbangan 2. Identifikasi faktor penyebab mual 2. Mengetahui faktor yang

cairan memungkinkan terjadinya

3. Kontrol mual

Mual/Muntah 3. Identifikasi dampak mual terhadap 3. Mengidentifikasi

4. Nafsu Makan kualitas hidup pengaruh mual terhadap

5. Status Nutrisi kualitas hidup pasien

Setelah dilakukan 4. Monitor mual (frekuensi, durasi, 4. Mengetahui frekuensi,

tindakan keperawatan dan tingkat keparahan) durasi, dan tingkat

selama 3 x 24 jam keparahan mual yang

nausea teratasi dengan dialami pasien

kriteria hasil: Terapeutik Terapeutik

1. Keluhan mual 1. Kendalikan faktor lingkungan 1. Meminimalkan faktor

menurun terhadap mual (bau tak sedap, lingkungan yang

suara,
35

2. Perasaan ingin rangsangan visual yang tidak mengakibatkan mual

muntah menurun menyenangkan) pada pasien

3. Perasaan asam di 2. Berikan makanan dalam jumlah 2. Menjaga nutrisi pasien

mulut menurun kecil dan menarik tetap terpenuhi dan

4. Sensasi panas mencegah terjadinya

menurun mual dan muntah yang

5. Sensasi dingin berlanjut

menurun Edukasi Edukasi

6. Nafsu makan 1. Anjurkan teknik nonfarmakologis 1. Mengurangi mual yang

meningkat untuk mengurangi mual dirasakan oleh pasien

dengan menggunakan

cara non farmakologis

Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian antiemetik, 1. Antiemetik dapat

jika perlu memblok reseptor mual

dan mengurangi rasa

mual.
36

Manajemen Muntah (I.03118)

Observasi Observasi

1. Identifikasi karakteristik muntah 1. Mengetahui warna,

(warna, konsistensi, adanya darah, konsistensi, adanya darah,

waktu, frekuensi, dan durasi) waktu, frekuensi, dan

durasi muntah yang

dialami pasien

2. Periksa volume muntah 2. Mengetahui volume

muntah yang dialami

pasien

3. Identifikasi faktor penyebab muntah 3. Mengetahui faktor yang

memungkinkan terjadinya

muntah

Terapeutik Terapeutik

1. Kontrol faktor lingkungan 1. Meminimalkan dampak

penyebab muntah (bau tak sedap, yang mengakibatkan

suara, dan stimulasi visual yang muntah

tidak menyenangkan)

2. Kurangi atau hilangkan keadaan 2. Meminimalkan keadaan

penyebab muntah yang mengakibatkan

muntah
37

3. Atur posisi mencegah aspirasi 3. Memberikan posisi yang

dapat mencegah terjadinya

aspirasi pada pasien

Edukasi Edukasi

1. Anjurkan membawa kantong 1. Meminimalkan muntah

plastik untuk menampung muntah terkena baju atau tubuh

pasien

2. Anjurkan memperbanyak istirahat 2. Dapat membuat pasien

mengurangi perasaan

ingin muntah

3. Anjurkan penggunaan teknik 3. Dapat mengurangi

nonfarmakologis untuk mengelola perasaan ingin muntah

muntah yang dirasakan oleh pasien

dengan menggunakan cara

non farmakologis

Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi penggunaan antiemetic, 1. Antiemetik dapat

jika perlu memblok reseptor muntah

dan mengurangi muntah


38

c. Hipovolemia berhubungan dengan Kekurangan intake cairan

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Luaran Utama Manajemen Hipovolemia (I.03116) Tindakan

Status Cairan Observasi Observasi

Luaran Tambahan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui kadar naik

1. Integritas kulit dan hipovolemia (frekuensi nadi turunnya frekuensi tanda

jaringan meningkat, nadi teraba lemah, dan gejala hipovolemia

2. Keseimbangan tekanan darah menurun, lelah)

cairan 2. Monitor intake dan output cairan 2. Mengetahui keseimbangan

3. Perfusi Perifer cairan pasien

4. Status Nutrisi Terapeutik Terapeutik

1. Hitung kebutuhan cairan 1. Menghitung kebutuhan

Setelah dilakukan cairan yang dibutuhkan

tindakan keperawatan pasien

selama 3 x 24 jam 2. Berikan asupan cairan 2. Memastikan kebutuhan

hipovolemia teratasi cairan pasien terpenuhi

dengan kriteria hasil: Edukasi Edukasi

1. Kekuatan nadi 1. Anjurkan memperbanyak asupan 1. Memastikan kebutuhan

meningkat oral cairan pasien terpenuhi


39

2. Turgor kulit 2. Ajarkan cara mengukur dan 2. Agar pasien mengetahui

meningkat mencatat asupan dan haluaran status kebutuhan dan

3. Output urin cairan haluaran cairan dirinya

meningkat sendiri

Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Memenuhi kebutuhan

isotonis (NaCl, RL) cairan pasien

d. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (keengganan

untuk makan)

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Luaran Utama Manajemen Nutrisi (I.03119) Tindakan

Status Nutrisi Observasi Observasi

Luaran Tambahan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi

1. Nafsu Makan pasien

2. Fungsi 2. Identifikasi makanan yang disukai 2. Mengetahui makanan

Gastrointestinal yang disukai pasien

3. Eliminasi Fekal 3. Monitor asupan makanan 3. Mengetahui kebutuhan

4. Tingkat Nyeri asupan makan pasien


40

4. Identifikasi alergi dan intoleransi 4. Mengetahui adanya alergi

Setelah dilakukan makanan dan intoleransi makanan

tindakan keperawatan Terapeutik Terapeutik

selama 3 x 24 jam 1. Berikan makanan tinggi kalori dan 1. Memastikan kebutuhan

risiko defisit nutrisi tinggi protein asupan makanan pasien

teratasi dengan terpenuhi

kriteria hasil: 2. Sajikan makanan secara menarik 2. Membuat pasien merasa

1. Porsi makanan dan suhu yang sesuai tertarik dengan makanan

yang dihabiskan yang diberikan

meningkat 3. Berikan suplemen makanan, jika 3. Sebagai pelengkap

2. Nyeri abdomen perlu kekurangan zat gizi yang

menurun dibutuhkan pasien

3. Nafsu makan Edukasi Edukasi

membaik 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 1. Menghindari risiko

tersedak dan

mempermudah pasien

untuk makan

2. Ajarkan diet yang diprogramkan 2. Menjelaskan pasien untuk

makan sesuai program diet

yang sudah diprogramkan


41

Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Mencegah mual atau

sebelum makan (antiemetik), jika muntah pada saat pasien

perlu makan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 2. Memastikan jumlah kalori

menentukan jumlah kalori dan jenis dan nutrisi dalam makanan

nutrient yang dibutuhkan, jika perlu pasien sesuai kebutuhan

3. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat

dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan. Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi

atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP

dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi

menggunakan:

S: Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari pasien

setelah tindakan diperbaiki.

O: Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,

pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan.


42

A: Analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan

tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,

masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.

P: Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan

hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah

baru, selesai atau tujuan tercapai.


43
44
45

KERANGKA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

Unit : Rawat Inap


Ruang/kamar : Ruang Kana
Tanggal Masuk : 18 Desember 2023
Tanggal Pengkajian : 19 Desember 2023
Metode Pengkajian : Auto anamnesa dan allo anamnesa

I. Identifikasi
A. Pasien
Nama : Nn. S
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat rumah : Kesambi 003/001 Mejobo, Kudus
Diagnosa medis : Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
46

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. B
Alamat : Kesambi 003/001 Mejobo, Kudus
Hubungan dengan pasien : Ibu
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut
P: Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Q: Terasa seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 18 Desember 2023 pukul 10.21 pasien dibawa keluarga ke IGD Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus dengan keluhan nyeri perut disebelah tengah dan kiri atas. Dilakukan pengkajian
didapatkan hasil tekanan darah 121/72 mmHg, nadi 94x/menit, respirasi 20x/menit, SPO 99%, suhu
36.5C, berat badan 45kg, tinggi badan 155cm. Pasien tampak lemas, keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis E4 M6 V5, pasien tampak kesakitan, pasien tampak meringis, tangan
terasa kaku, rasa pahit dimulut, sempat pingsan di tempat kerja, akral teraba hangat, CRT <2detik.
Diberikan terapi infus Ns 20tpm, injeksi ketorolac 1amp, injeksi ranitidine 1amp. Pasien dipindahkan
ke ruang kana pukul 12.20 WIB untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
3. Riwayat kesehatan lalu
Keluarga mengatakan pasien mempunyai Riwayat dispepsia
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang serius

5. Genogram
47

D. Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai alergi makanan maupun obat
II. Pemeriksaan Fisik
A. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 121/72 mmHg
 Nadi : 94x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 SPO : 99%
 Suhu : 36.5C

B. Antropometri
 Berat badan : 45kg
 Tinggi badan : 155cm
 IMT : 18.7 (Normal)
C. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Kepala
Inspeksi Keadaan rambut tampak bersih, tidak ada lesi, tidak mudah
48
rontok
Palpasi Tak tampak adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi Tidak adanya edema, reflek pupil terhadap cahaya negative,
simetris, Gerakan bola mata normal
Palpasi Tak ada nyeri tekan
Hidung
Inspeksi Simetris, tidak ada sputum, hidung bersih, tidak ada lesi
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi Bentuk simetris, tidak ada lesi, telinga tampak bersih, tak tampak
adanya kotoran telinga
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi Bersih, lidah bersih, gusi normal, bibir tampak kering,
Leher
Inspeksi Tidak tampak adanya perbesaran kelenjar tyroid, tidak ada lesi,
reflek menelan normal
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi Simetris, tidak ada lesi, tampak menggunakan pernapasan dada,
irama pernapasan teratur
Palpasi Vocal fremitus normal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Terdengar sonor pada kedua paru
Auskultasi Suara napas vesikuler, tidak ada suara tambahan jantung
Abdomen
Inspeksi Simetris, tidak ada lesi, tidak membuncit, turgor kulit menurun
Auskultasi Bising usus 12x/menit
Perkusi Bunyi timpani
Palpasi Ada nyeri tekan, tidak ada massa
Genitalia Normal, tidak ada masalah pada genetalia
Ekstremitas
Atas Tak tampak adanya deformatis, tidak ada odema, tak tampak luka,
terpasang infus Ns 20 tpm, CRT <2detik
Bawah Tak tampak adanya deformatis, tidak ada odema, tak tampak luka

III.Pengkajian Pola Fungsional Gordon


A. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
Di rumah : Keluarga pasien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat penting dan mahal sehingga
kesehatan itu harus dijaga
Di RS : Pasien tampak gelisah dan sedih dengan penyakit yang diderita
B. Pola Nutrisi Metabolik
Di rumah : Keluarga mengatakan pasien jarang makan, makan 2x sehari
Di RS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan ½ porsi tidak habis
C. Pola Eliminasi
Di rumah : Pasien mengatakan BAK 6-7kali, BAB 1x sehari
Di RS : Pasien mengatakan hari ini belum BAB, BAK tidak ada masalah
D. Pola Istirahat Tidur
Di rumah : Pasien mengatakan tidur 7-8jam sehari
49
Di RS : Pasien mengatakan kesulitan tidur, tampak adanya kantong mata, sekitar mata tampak
gelap, tidur tidak teratur

E. Pola Aktivitas dan Latihan


Di rumah : Pasien mengatakan aktivitas dapat dilakukan secara mandiri
Di RS : Pasien mengatakan Sebagian aktivitas dibantu keluarga, pasien tampak lemas, keadaan
umum sedang
F. Pola Persepsi Kognitif
Di rumah : Pasien mengatakan saat menghadapi masalah dikeluarga dibantu dengan cara
bermusyawarah dengan keluarga
Di RS : Pasien mengatakan saat menghadapi masalah dikeluarga dibantu dengan cara
bermusyawarah dengan keluarga
G. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1. Gambaran diri/citra tubuh
Di rumah : Pasien mengatakan tidak tahu dengan penyakitnya
Di RS : Pasien tampak gelisah terhadap penyakitnya
2. Identitas diri
Di rumah : Pasien sebagai pelajar, tugasnya belajar dirumah
Di RS : Saat pasien sakit, pasien hanya berbaring lemah dibed
3. Peran diri
Di rumah : Pasien berperan sebagai anak
Di RS : Pasien berperan sebagai anak
4. Ideal diri
Di rumah : Keluarga pasien mengatakan pasien orang yang periang
Di RS : Keluarga pasien mengatakan berharap pasien segera pulih dan dapat menjalani aktivitas
seperti biasa
5. Harga Diri
Di rumah : Keluarga pasien mengatakan pasien orang yang periang
Di RS : Keluarga pasien mengatakan pasien merasa rendah diri dengan keadaannya.
H. Pola Peran dan Hubungan
Di rumah : Keluarga mengatakan pasien berperan sebagai anak, pasien merupakan seorang pelajar
Di RS : Keluarga pasien mengatakan selama anaknya sakit, pasien tidak bersekolah
I. Pola Reproduksi Seksual
Di rumah : Pasien mengatakan saat menstruasi selalu sakit
Di RS : Pasien mengatakan selama dirumah sakit belum menstruasi
50
J. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres
Di rumah : Pasien mengatakan sering mengalami stress, kesulitan dalam menyelesaikan masalah
Di RS : Pasien dengan keadaan umum sedang, pasien tampak terlihat kesakitan
K. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Di rumah : Pasien mengatakan selama di rumah selalu beribadah
Di RS : Pasien tampak hanya berbaring, pasien tidak dapat melakukan ibadah
IV. Data Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium:
Hari : Kamis
Tanggal : 18 Januari 2024
Pukul : 12.12 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Ket
Hematologi
Darah Lengkap:
Hemoglobin 14.4 g/dL 11.7-15.5

Hematokrit 40.40 % 36-46

Lekosit 8970 /mm3 4000-10000

Trombosit 362 10^3/ul 154-386

Eritrosit 38.2 Juta/uL 38.0-5.80

Index Eritrosit:
MCV 85.3 Fi 80-97

MCH 29.0 Pg 26-34

MCHC 34.1 g/dL 31-36

RDW 13.2 % 10.0-15.0

MPV 9.3 Fl 7.0-11.0

Kimia:
Gula darah sewaktu 88 mg/dL 70-140

Hitung Jenis:
Limfosit 28.0 % 22.0-44.0

Monosit 6.7 % 0.0-7.0

Neutrofil 56.9 % 50.0-70.0

Eosinofil 3.6 % 0.0-4.0

Basofil 0.8 % 0.0-2.0

Ureum 22.4 mg/dl 15-40


51
Kreatinin 0.55 mg/dl 0.6-1.1 L
52

V. Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Cara Pemberian Indikasi

1 Infus Ringer Laktat 20tpm IV Cairan infus ringer laktat kerap


digunakan untuk menggantikan
cairan yang hilang dan untuk
membantu prosedur intravena
tertentu

2 Ketorolac 1amp IV Obat anti inflamasi non steroid


yang digunakan untuk meredakan
peradangan dan rasa nyeri

3 Omeprazole 2x1amp IV Obat untuk mengatasi asam


lambung berlebih dan keluhan
yang mengikutinya. Obat ini
umumnya digunakan untuk
mengatasi gastroesophageal
reflux disease (GERD), sakit
maag (gastritis), atau tukak
lambung.

4 Ranitidine 1amp IV Pasien rawat inap di rumah sakit


dengan keadaan hipersekresi
patologis atau ulkus duabelas jari
yang sulit diatasi, atau sebagai
pengobatan alternatif pengobatan
jangka pendek pada pasien yang
tidak dapat diberikan obat secara
peroral.

5 Acpulsif 2x1 tab Peroral Untuk mengobati gangguan


motilitas saluran pencernaan
terutama gastroparesis dan refluks
esofagitis.

6 Rebamipide 2x1 tab Peroral Obat maag yang biasa digunakan


untuk mengobati tukak lambung
dan gastritis. Dapat digunakan
secara tunggal atau dalam
kombinasi dengan jenis obat
maag lainnya, seperti Proton
Pump Inhibitors, Anticholinergic,
53
dan H2-antagonist.

7 Sucralfat 3x15cc Peroral Obat yang digunakan untuk


mengatasi peradangan pada
lambung (gastritis) dan mencegah
perdarahan saluran cerna yang
bekerja dengan cara membentuk
lapisan pelindung pada tukak
untuk melindunginya dari infeksi
dan kerusakan lebih lanjut.

VI. Analisa Data


No. Data Etiologi Problem
1. DS : Pasien mengatakan nyeri Agen Nyeri akut
P: Proses penyakit (Gastroesophageal pencedera
Reflux Disease) fisiologis
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam

DO:
- Keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan ditempat
kerja
- Pasien tampak memegangi perut
- Rasa pahit di mulut
- Bising usus 12x/menit
- Tekanan darah 121/72mmHg
- Nadi 94x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
2. DS: Pasien mengatakan mual Gangguan Nausea
DO:
biokimiawi
- Pasien tampak mual
54
- Pasien tampak muntah
- Muntah 3x
- Turgor kulit
- Rasa pahit di mulut
- Pasien tampak pucat
- Tidak nafsu makan
- CRT <2detik
- Tekanan darah 121/72mmHg
- Nadi 94x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
3 DS: Pasien mengatakan tidak bisa Factor Risiko defisit nutrisi
makan, setiap makan muntah
psikologis
DO:
- Pasien tampak lemas (keenggana
- Tampak pucat n untuk
- Pasien tidak nafsu makan makan)
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)

VII. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan proses penyakit
(Gastroesophageal Reflux Disease) (D.0077)
2. Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi ditandai dengan mual muntah (D.0076)
3. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk makan) ditandai
dengan tidak nafsu makan (D.0032)
VIII. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
55
D.0077 Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Observasi:
fisiologis keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
diharapkan tingkat nyeri menurun
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil:
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun - Indentifikasi respon nyeri non verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, terapi
pijat, kompres hangat)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istrahat dan tidur
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian alagetik, jika perlu
D.0076 Nausea berhubungan Tingkat Nausea Menurun (L.08065) Manajemen Muntah (I.03118):
dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
biokimiawi ditandai keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi pengalaman muntah
dengan mual muntah diharapkan tingkat nausea menurun
dengan kriteria hasil: - Identifikasi isyarat nonverbal
- Perasaan ingin muntah menurun ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak,
dan mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif)
- Identifikasi dampak muntah terhadap
kualitas hidup (mis: nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran,
dan tidur)
- Identifikasi faktor penyebab muntah
(mis: pengobatan dan prosedur)
- Identifikasi antiemetik untuk mencegah
muntah (kecuali muntah pada kehamilan)
- Monitor muntah (mis: frekuensi, durasi,
dan tingkat keparahan)
56
Terapeutik:
- Kontrol lingkungan penyebab muntah
(mis: bau tidak sedap, suara, dan
stimulasi visual yang tidak
menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab muntah (mis: kecemasan,
ketakutan)
- Atur posisi untuk mencegah aspirasi
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Bersihkan mulut dan hidung
- Berikan dukungan fisik saat muntah
(mis: membantu membungkuk atau
menundukkan kepala)
- Berikan kenyamanan selama muntah
(mis: kompres dingin di dahi, atau
sediakan pakaian kering dan bersih)
- Berikan cairan yang tidak mengandung
karbonasi minimal 30 menit setelah
muntah
Edukasi:
- Anjurkan membawa kantong plastik
untuk menampung muntah
- Anjurkan memperbanyak istirahat
- Ajarkan penggunaan Teknik non
farmakologis untuk mengelola muntah
(mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi,
terapi musik, akupresur)
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat antiemetic,
jika perlu
D.0032 Risiko deficit nutrisi Status Nutrisi Membaik (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
factor psikologis keperawatan selama 3x24 diharapkan - Identifikasi status nutrisi
(keengganan untuk status nutrisi membaik dengan kriteria - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makan) ditandai dengan hasil: - Identifikasi makanan yang disukai
tidak nafsu makan - Porsi makan yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
meningkat nutrien
- Berat badan membaik - Identifikasi perlunya penggunaan selang
- Indeks massa tubuh (IMT) nasogastrik
membaik - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik:
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:
piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
57
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Ajarkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi

IX. Implementasi Keperawatan


Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
Selasa, 19 I 07.35 WIB Mengidentifikasi DS: Alfina
Desember 2023 lokasi, karakteristik Pasien mengatakan nyeri
durasi, frekuensi, P: Proses penyakit (Gastroesophageal
kualitas, intensitas Reflux Disease)
nyeri Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam
DO:
- Keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan
ditempat kerja
- Pasien tampak memegangi
perut
I 08.00 WIB Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengatakan nyeri Alfina
nyeri P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam
DO:
- Pasien tampak kesakitan
- Skala nyeri 7 dari 10
II 10.30 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan mual dan
pengalaman muntah muntah
DO:
- KU sedang kesadaran compos
mentis
- Pasien tampak lemas
- Muntah 3x
- Turgor kulit kurang baik
- Akral teraba hangat
II 11.00 WIB Mengidentifikasi DS: -
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Pasien tampak lemas
- Tampak tidak nafsu makan
58
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Mulut terasa pahit
I, II 11.20 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) - Injeksi ketorolac 1amp masuk
melalui IV
Kolaborasi pemberian
obat antiemetic, jika - Peroral sucralfate 3x15cc
perlu
- Injeksi omeprazole 2x1amp
III 11.40 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
III 12.10 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Tak tampak adanya alergi
makanan
I 14.10 WIB Mengidentifikasi DS:
lokasi, karakteristik Pasien mengatakan nyeri
durasi, frekuensi, P: Proses penyakit (Gastroesophageal
kualitas, intensitas Reflux Disease)
nyeri Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam
DO:
- Keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan
ditempat kerja
- Pasien tampak memegangi
perut
59
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
I 15.18 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan nyeri Alfina
respon nyeri non verbal DO:
- Pasien tampak kesulitan
menyampaikan rasa nyeri
- Pasien hanya memegangi
perutnya
- Pasien berbaring lemas
III 16.00 WIB Memonitor berat badan DS: -
DO:
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
I 16.30 WIB Mengidentifikasi factor DS: Alfina
yang memperberat dan - Pasien mengatakan tadi kerja
memperingan nyeri
sempat pingsan
- Pasien jarang sarapan
DO:
- Pasien mempunyai riwayat
dyspepsia
- KU sedang, kesadaran compos
mentis
- Pasien tampak mual muntah
I 16.45 WIB Menjelaskan penyebab, DS: Alfina
periode, dan pemicu - Pasien mengatakan tadi kerja
nyeri
sempat pingsan
- Pasien jarang sarapan
DO:
- Pasien mempunyai riwayat
dyspepsia
- KU sedang, kesadaran compos
mentis
- Pasien tampak mual muntah

I, II 16.45 WIB Memberikan teknik DS: Pasien mengatakan belum pernah Alfina
nonfarmakologi untuk diberikan terapi untuk mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri nyeri
(terapi relaksasi napas DO:
dalam) - Perawat menjelaskan
penyebab nyeri
- Perawat tampak menanyakan
kesediaan untuk diberikan
terapi relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri
II 17.30 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah
penyebab muntah 3x
DO:
60
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Pasien tampak muntah 3x
- Pasien tampak lemas
- Pasien tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
II, III 18.20 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum
(mis: frekuensi, durasi, makan muntah
dan tingkat keparahan) DO:
- Pasien muntah 3x
- Muntah dengan frekuensi
sering
- Pasien tampak lemas
II 19.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
IMT 18.7 (Normal)
II 19.30 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
I, II, III 20.35 WIB Memfasilitasi istrahat DS: - Alfina
dan tidur DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
- Pasien tampak ditemani
keluarga
I, II 20.45 WIB Mengajarkan Teknik DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
farmakologis untuk diberikan terapi
mengurangi nyeri DO:
- Pasien dan keluarga tampak
kooperatif
- Pasien tampak mendengarkan
perawat
- Perawat memberikan Latihan
terapi relaksasi napas dalam
II 20.55 WIB Memonitor asupan DS: Pasien mengatakan muntah
makanan sebelum makan
DO:
61
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi
tidak habis
- Pasien tampak muntah
II 21.20 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan mual dan Alfina
pengalaman muntah muntah
DO:
- KU sedang kesadaran compos
mentis
- Pasien tampak lemas
- Muntah 3x
- Turgor kulit kurang baik
- Akral teraba hangat
III 22.35 WIB Mengidentifikasi DS: - Alfina
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Pasien tampak lemas
- Tampak tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
I 22.45 WIB Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengatakan nyeri
nyeri P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam
DO:
- Pasien tampak kesakitan
- Skala nyeri 7 dari 10
III 23.45 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah Alfina
penyebab muntah 3x
DO:
- Pasien tampak muntah 3x
- Pasien tampak lemas
- Pasien tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
II 23.50 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum Alfina
(mis: frekuensi, durasi, makan muntah
dan tingkat keparahan) DO:
- Pasien muntah 3x
- Muntah dengan frekuensi
sering
- Pasien tampak lemas
Rabu, 20 Desember I 03.20 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
2023 analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) - Injeksi ketorolac 1amp masuk
melalui IV
II, III 03.35 WIB Menganjurkan DS: - Alfina
62
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
memperbanyak DO:
istirahat - Pasien tampak berbaring
lemas
- Pasien hanya tiduran di bed
II, III 03.45 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
obat antiemetic, jika diberikan terapi obat
perlu DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
III 04.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu Alfina
nutrisi makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
III 09.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi Alfina
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Tak tampak adanya alergi
makanan
I 09.25 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan masih nyeri
lokasi, karakteristik P: Proses penyakit (Gastroesophageal
durasi, frekuensi, Reflux Disease)
kualitas, intensitas Q: Seperti tertusuk-tusuk
nyeri R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan
ditempat kerja
- Pasien tampak memegangi
perut
63
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
I 09.30 WIB Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengatakan masih nyeri
nyeri P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul

DO:
- Skala nyeri 6 dari 10
Perut masih terasa perih
III 10.30 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan suka makan Alfina
makanan yang disukai pedas dan makanan berkuah
DO:
- Diit lunak 3x/hari
- Pasien tidak dianjurkan makan
makanan pedas
I 10.20 WIB Memfasilitasi istrahat DS: -
dan tidur DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
Pasien tampak ditemani keluarga
I 10.40 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) - Injeksi ketorolac 1amp masuk
melalui IV
III 11.45 WIB Memonitor berat badan DS: - Alfina
DO:
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
II 11.50 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan masih mual
pengalaman muntah dan muntah
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lemas
- Muntah 2x sebelum makan
II 12.10 WIB Mengidentifikasi DS: - Alfina
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Pasien tampak lemas
- Tampak tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
II 12.40 Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
obat antiemetic, jika diberikan terapi obat
perlu DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
II, III 13.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi makan
DO:
64
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
III 13.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Makan hanya ½ porsi habis
- Tak tampak adanya alergi
makanan
I 15.18 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan masih nyeri
respon nyeri non verbal P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan
ditempat kerja
- Pasien tampak memegangi
perut
III 16.00 WIB Memonitor berat badan DS: -
DO:
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
- Tampak mengalami
penurunan berat badan
2kg dalam 3 minggu
I 16.30 WIB Mengidentifikasi factor DS:
yang memperberat dan - Pasien mual saat mau makan
memperingan nyeri
DO:
- Pasien mempunyai riwayat
65
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
dyspepsia
- KU baik, kesadaran compos
mentis
- Pasien tampak mual muntah
- Mulut terasa pahit
I, II 17.00 WIB Memberikan teknik DS: Pasien mengatakan dapat
nonfarmakologi untuk melakukan terapi napas dalam secara
mengurangi rasa nyeri mandiri
(terapi relaksasi napas DO:
dalam) - Pasien kooperatif
- Pasien tampak melakukan
terapi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan
II 17.30 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah
penyebab muntah 2x
DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Pasien muntah 2x
- Mulut terasa pahit
- Pasien tampak lemas
II, III 18.20 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum
(mis: frekuensi, durasi, makan muntah 2x
dan tingkat keparahan) DO:
- Pasien muntah 2x
- Pasien tampak lemas
- Makanan tampak tidak habis
III 19.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
I 19.30 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
I, II, III 20.35 WIB Memfasilitasi istrahat DS: -
66
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
dan tidur DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
- Pasien tampak ditemani
keluarga
III 20.55 WIB Memonitor asupan DS: Pasien mengatakan muntah
makanan sebelum makan
DO:
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi
habis
- Pasien tampak muntah
II 21.20 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan sudah muntah
pengalaman muntah 2x
DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Pasien muntah 2x
- Mulut terasa pahit
- Pasien tampak lemas
I, II 22.35 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan tidak nyaman
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Pasien tampak lemas
- Pasien tampak mual dan
muntah
- Tampak kesakitan memegangi
perut
I 22.45 WIB Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengatakan masih nyeri
nyeri P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul

DO:
- Skala nyeri 6 dari 10
- Perut masih terasa perih
III 23.45 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah
penyebab muntah 2x
DO:
- Pasien dengan GERD
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Pasien muntah 2x
- Mulut terasa pahit
- Pasien tampak lemas
II 23.50 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum
makan muntah 2x
67
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
DO:
- Pasien muntah 2x
- Pasien tampak lemas
Makanan tampak tidak habis
I 12.20 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
Kamis, 21 II, III 03.35 WIB Menganjurkan DS: Pasien mengatakan terbangun dari
Desember 2023 memperbanyak tidurnya
istirahat DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
- Pasien tampak ditemani
keluarga
II, III 05.45 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
obat antiemetic diberikan terapi obat
DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
III 08.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan sudah mau
nutrisi makan
DO:
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak makan sedikit
tapi sering
- Makan 1 porsi habis
- Pasien sudah tidak muntah
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
IMT 18.7 (Normal)
I 08.20 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan nyeri sudah
lokasi, karakteristik berkurang
durasi, frekuensi, P: Proses penyakit (Gastroesophageal
kualitas, intensitas Reflux Disease)
nyeri Q: Seperti tertusuk-tusuk berkurang
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 4 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tekanan darah 110/70mmHg
- Nadi 96x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
09.00 WIB Mengidentifikasi factor DS:
yang memperberat dan DO:
68
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
memperingan nyeri - Pasien mempunyai riwayat
dyspepsia
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak mual muntah
sebelum makan
III 09.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak nafsu makan
meningkat
- Tak tampak adanya alergi
makanan
I 09.25 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan nyeri sudah
lokasi, karakteristik berkurang
durasi, frekuensi, P: Proses penyakit (Gastroesophageal
kualitas, intensitas Reflux Disease)
nyeri Q: Seperti tertusuk-tusuk berkurang
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 4 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tekanan darah 110/70mmHg
- Nadi 96x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
III 11.45 WIB Memonitor berat badan DS: -
DO:
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
II 12.10 WIB Mengidentifikasi DS: -
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Keadaan umum pasien baik
- Pasien tampak nyaman
- Nafsu makan meningkat
II 12.40 Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
obat antiemetic diberikan terapi obat
DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
II, III 13.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan sudah mau
nutrisi makan
DO:
69
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak makan sedikit
tapi sering
- Makan 1 porsi habis
- Pasien sudah tidak muntah
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
III 13.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak nafsu makan
meningkat
Tak tampak adanya alergi makanan
I 16.30 WIB Mengidentifikasi factor DS:
yang memperberat dan DO:
memperingan nyeri - Pasien mempunyai riwayat
dyspepsia
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak mual muntah
sebelum makan
I, II 17.00 WIB Memberikan teknik DS: Pasien mengatakan dapat
nonfarmakologi untuk melakukan terapi napas dalam secara
mengurangi rasa nyeri mandiri
(terapi relaksasi napas DO:
dalam) - Pasien kooperatif
- Pasien tampak melakukan
terapi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan
II 17.30 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah tidak
penyebab muntah muntah
DO:
- Pasien tak tampak muntah
- Pasien tampak nyaman
- Pasien nafsu makan meningkat
17.45 WIB Mengatur posisi duduk DS: -
DO:
Pasien saat makan tampak duduk
III 18.20 WIB Mengajarkan diet yang DS: -
diprogramkan DO:
- Pasien mendapatkan program
diit lunak 3x/hari
- Pasien diberikan sayur dan
buah sesuai catatan ahli gizi
III 19.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan sudah mau
70
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
nutrisi makan
DO:
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak makan sedikit
tapi sering
- Makan 1 porsi habis
- Pasien sudah tidak muntah
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
I 19.30 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
I, II, III 20.35 WIB Memfasilitasi istrahat DS: Pasien mengatakan bersedia
dan tidur mempertahankan kesehatannya
DO:
- Pasien tampak istirahat dengan
cukup
- Pasien tampak nyaman
II 20.55 WIB Mengidentifikasi DS: -
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Keadaan umum pasien baik
- Pasien tampak nyaman
- Nafsu makan meningkat
71

X. Evaluasi Keperawatan
Kamis, 21 D.0077 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang Alfina
Desember P: Proses penyakit (Gastroesophageal Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk berkurang
2023 R: Perut tengah dan kiri atas
S: 4 dari 10
T: Hilang timbul
O:
- Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tekanan darah 110/70mmHg
- Nadi 96x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
- Pasien mampu melakukan terapi relaksasi napas dalam
secara mandiri
- Pasien kooperatif
- Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui IV
A: Masalah nyeri akut teratasi Sebagian
P: Pertahankan intervensi keperawatan

D.0076 S: Pasien mengatakan sudah tidak muntah Alfina


O:
- Pasien tampak nyaman
- Tampak mau makan
- Tak tampak pasien muntah
- Mulut terasa pahit
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
- Pasien makan sedikit tapi sering
- Turgor kulit membaik
- Tekanan darah 110/70mmHg
- Nadi 96x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C

A: Masalah nausea teratasi


P: Pertahankan intervensi

D.0032 S: Pasien mengatakan sudah mau makan Alfina


O:
72
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak makan sedikit tapi sering
- Makan 1 porsi habis
- Pasien sudah tidak muntah
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
- Pasien tampak nyaman
A: Masalah risiko deficit nutrisi teratasi
P: Pertahankan intervensi keperawatan
73
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien Nn. S dengan

Asuhan Keperawatan GERD di Ruang Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus,

yang dilakukan selama tiga hari pada tanggal 19 Desember 2023 sampai dengan

21 Desember 2023. Penulis melakukan asuhan keperawatan secara sistematis

mulai dari tahapan pengkajian, intervensi, implementasi, sampai dengan evaluasi.

Selain itu penulis juga memperoleh tambahan pengetahuan tentang GERD dan

gejalanya, dan dapat menemukan tindakan-tindakan yang tepat untuk

mengurangi masalah keperawatan pasien seperti nyeri akut, serta menambah

pengetahuan untuk pasien tentang penyakitnya, cara mengurangi rasa mual dan

dapat menangani risiko defisit nutrisi pasien.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis mampu menerapkan intervensi asuhan

keperawatan kepada setiap pasien di Rumah Sakit sehari-harinya sehingga

nantinya dapat melihat perubahan status kesehatan pasien secara langsung

selama perawatan di Rumah Sakit.


102

2. Bagi Rumah Sakit

Kepada pihak Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus diharapkan untuk

terus mempertahankan pelayanan dan perawatan yang sudah ada, karena

sudah sangat baik.

3. Bagi Pembaca

Diharapkan pembaca dapat melihat perubahan status kesehatan pasien

yang semakin membaik setelah mendapatkan asuhan keperawatan, dan

pembaca dapat menemukan intervensi keperawatan sesuai dengan kebutuhan

pasien sehingga intervensi tersebut dapat meringankan masalah keperawatan

yang dialami oleh pasien.


103

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, 2019. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara Klinis.

PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3.

Salim, 2020. Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD). Jakarta:

Salemba Medika.

Susilawati, 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Sistem

Pencernaan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Dea, 2021. Faktor-faktor penyebab Kejadian GERD Pada Siswa-Siswi Kelas XI

di Salah Satu SMA di Jakarta. Jakarta: Balai Pustaka.

Ida, 2018. Gambaran Karakteristik Pasien Dengan Gangguan Abdomen. Jakarta:

Salemba Medika.

Diyono, Muliyanti (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Sistem Pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Salim, 2020. Hubungan Gastroesophageal Reflux Disease Dengan Kualitas Tidur.

Bandung: Gema Insani.

Ammar, 2019. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian

Gastroesophageal Reflux Disease. Jakarta: Salemba Medika.


104

Rizky, 2017. Pola Pengobatan Dan Luaran Klinis Pada Pasien Terinfeksi

Helicobacter Pylori. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),

Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Kemenkes RI, 2019. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2020 Republik

Indonesia. At : http://www.kemkes.go.id

WHO, 2019. World Health Statistic 2018. (Diakses pada tanggal 24 Maret 2023)

https://www.who.int
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Teknik Relaksasi Napas Dalam

Sasaran : Pasien dengan nyeri

Waktu : 20 menit

Tanggal : 19 Desember 2023

Jam : 10.00 WIB

Penyuluh : Alfina Jihan Sulthonik

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit pasien mampu

mendemonstrasikan cara relaksasi napas dalam.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pasien mampu:

1. Menjelaskan pengertian relaksasi napas dalam

2. Menjelaskan tujuan dan manfaat relaksasi napas dalam

3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tekhnik relaksasi napas dalam

4. Menjelaskan langkah-langkah tekhnik relaksasi napas dalam

5. Mendemonstrasikan tekhnik relaksasi napas dalam


C. Materi Penyuluhan (Terlampir)

1. Pengertian teknik relaksasi napas dalam

2. Tujuan dan manfaat teknik relaksasi napas dalam

3. Faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam

4. Langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam

D. Kegiatan

No Kegiatan Penyuluh Peserta


1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam

2 menit 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan

3. Menyampaikan tujuan memperhatikan

4. Kontrak waktu penyuluhan 3. Menjawab pertanyaan

2 Penyuluhan Pelaksanaan penyampaian materi 1. Menyimak materi

15 menit 1. Menjelaskan pengertian teknik relaksasi nafas penyuluhan

dalam 2. Mendengarkan dan

2. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknik memperagakan teknik

relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam

3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi 3. Pasien bertanya

teknik relaksasi nafas dalam

4. Menjelaskan langkah-langkah teknik relaksasi

nafas dalam
5. Mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas

dalam

3 Penutup Evaluasi 1. Menjawab pertanyaan

5 menit 1. Melakukan evaluasi 2. Mendengarkan

2. Menyimpulkan materi 3. Menjawab salam

3. Mengucapkan salam
MATERI TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM

A. Pengertian Relaksasi Napas Dalam

Relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang

dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan

relaksasi napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan

bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan

intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi

paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Andarmoyo, 2018). Latihan napas dalam

adalah cara bernapas yang efektif melalui menarik dan menghembuskan napas

untuk memperoleh napas yang lambat, dalam dan rileks.

B. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

Menurut Andarmoyo (2018) menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi

napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran

gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress

baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan

menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien

setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam adalah dapat menghilangkan

nyeri, ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.

C. Faktor yang Mempengaruhi Relaksasi Napas Dalam

Relaksasi ini menimbulkan respon emosi dan efek menenangkan, sehingga

fisiologi dominan simpatis berubah menjadi dominan sistem parasimpatis. Sensasi


tenang, ringan dan hangat yang menyebar keseluruh tubuh merupakan efek yang

bisa dirasakan dari relaksasi autogenik. Sensasi ringan yang muncul adalah

merupakan efek dari ketegangan otot tubuh yang menurun. Perasaan hangat

diekstermitas dapat dijelaskan secara fisiologis sebagai vasodilatasi pembuluh

darah karena aktivasi sistem parasimpatis (Andarmoyo, 2018).

D. Langkah-langkah Relaksasi Napas Dalam

1. Ciptakan lingkungan yang tenang

2. Usahakan tetap rileks dan tenang

3. Posisi duduk, setengah duduk atau berbaring

4. Letakkan kedua telapak tangan berhadapan satu sama lain, dibawah dan

sepanjang batas bawah tulang rusuk depan. Letakkan ujung jari tengah kedua

telapak tangan saling bersentuhan

5. Ambil napas dalam secara lambat, menghirup melalui hidung. Rasakan bahwa

kedua jari tengah tangan terpisah selama menarik napas (inspirasi). Tahan

napas sampai hitungan ketiga (1, 2, 3)

6. Perlahan-lahan menghembuskan napas melalui mulut (seperti meniup). Kedua

ujung jari tengah akan bersentuhan kembali

7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

8. Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam

9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri

10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2018). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. (R.KR,Ed.) (1sted).

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


Lampiran
112

Anda mungkin juga menyukai