S DENGAN GASTROESOPHAGEAL
REFLUX DISEASE (GERD) DI RUANG KANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
KUDUS
Disusun Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Keperawatan Pada Nn. S Dengan GERD Di Ruang Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu
bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. dr. Pujianto, M.Kes selaku Direktur Utama Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
2. Ns. Kurnia Indriarti, S.Kep. selaku Kepala Ruang Kana Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa.
5. Seluruh rekan-rekan perawat dan staff ruang Kana yang sudah banyak membantu.
jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit asam lambung naik. Adanya perubahan pada gaya hidup dan perubahan
pada pola makan masih menjadi salah satu penyebab tersering terjadinya gangguan
pencernaan. Pola makan yang tidak teratur dan gaya hidup yang cenderung mudah
Kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan instan, stres, dan
polusi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Gaya hidup dan kebiasaan
makan yang salah akan secara langsung akan mempengaruhi organ-organ pencernaan
prevalensi penderita GERD secara global bervariasi antara 9-35% tergantung pada
definisi yang digunakan dan lokasi geografis. Secara global terdapat sekitar 20-35%
penderita GERD dan hampir setiap tahun mengenai 18% populasi di dunia. (WHO,
2019). Prevalensi penderita GERD di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 27,4%
Menurut Susilawati (2019), GERD dipengaruhi oleh tingkat stres, pola makan
dan minuman iritatif, serta riwayat penyakit (gastritis dan ulkus peptikum). Kebiasaan
2
mengonsumsi makanan dan minuman, seperti makan pedas, asam, minum teh, kopi,
lambung naik. Suasana yang sangat asam di dalam lambung dapat membunuh
organisme patogen yang tertelan bersama makanan. Namun, bila barier lambung telah
rusak, maka suasana yang sangat asam di lambung akan memperberat iritasi pada
dinding lambung.
Psikoterapi, dan obat anti depresan. Sementara itu, penatalaksaan secara non
makanan yang dapat meningkatkan kadar asam lambung, menghindari faktor risiko
seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan
Sementara itu data yang didapat dari Rekam Medis di Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus, untuk kejadian GERD di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus selama
periode 3 bulan terakhir di tahun 2023 di temukan sebanyak 385 penderita GERD di
Rumah Sakit Mardi Rahayu, dan sebanyak 31 penderita GERD di Ruang Kana.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka penulis merasa terasa tertarik
kesehatan
3
masyarakat dan jumlah penderitanya yang semakin banyak, maka penulis tertarik
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk menerapkan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan GERD di Rumah Sakit Mardi Rahayu
2. Tujuan Khusus
dilakukan pada pasien Nn. S dengan GERD di Ruang Kana Rumah Sakit
D. Manfaat Penulisan
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit dengan GERD di Ruang
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
dimana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang
terbakar di dada (heartburn), mual, regurgitasi, dan perasaan asam di mulut. Dimana
kerusakan dinding lambung karena produksi asam lambung yang berlebih dan
penyakit asam lambung yang naik sampai ke kerongkongan disebabkan naiknya asam
pada katup lambung. Penyakit ini sering terjadi diakibatkan banyaknya aktivitas
penderita dan faktor utamanya adalah stress atau beban pikiran (Kevin, 2019).
5
6
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Diyono dan Muliyanti (2018), lambung terletak oblik dari kiri ke
kanan berbentuk menyilang di abdomen atas di bawah diafragma. Pada saat kosong,
lambung berbentuk tabung (seperti huruf J). Jumlah yang dianjurkan untuk kapasitas
normal lambung adalah satu sampai dua liter. Anatomi lambung terdiri dari fundus,
korpus, dan antrum pyloricum atau piloris. Pada bagian atas kanan terdapat cekungan
kurvatura minor dan di bawah kiri terdapat cekungan kurvatura mayor serta di
pengeluaran dan pemasukan. Menurut Diyono dan Muliyanti (2018), fungsi lambung
1. Fungsi Motorik
a. Fungsi reservoir adalah menyimpan makanan dan dicerna terus hingga menjadi
bercampur dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang ada pada
lambung.
a. Pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil
peranannya serta awal mula pencernaan protein oleh pepsin dan HCl.
c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus
bagian distal.
Pengaturan sekret lambung dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan instestinal.
Fase sefalik dimulai sebelum makanan masuk lambung seperti melihat, mengecap,
mencium, dan memikir. Pada fase ini diperantarai oleh saraf vagus dan dihilangkan
dan menambah mukus. Fase sefalik menghasilkan sekitar 10% dari sekresi lambung
normal. Fase gastrik dimulai pada saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi
8
lambung dan terjadi sekresi. Pelepasan gastrin dirangsang oleh pH alkali, garam
empedu diantrum dan protein makanan serta alkohol. Fase intestinal pada saat
gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Protein yang ditelah dicerna didalam
C. Etiologi
yang dapat menyebabkan perasaan nyeri pada ulu hati dan rasa terbakar di dada
Stress dan faktor lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran
b. Gangguan motilitas
9
c. Penyebab lain-lain
Seperti adanya kuman Helicobacter Pylori, gangguan motilitas, atau gerak mukosa
pola makan, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka
D. Faktor Risiko
Makanan yang dikonsumsi dan gaya hidup merupakan salah satu faktor resiko
peningkatan dari Body Mass Index (BMI), berhubungan dengan peningkatan resiko
faktor resiko dari Gastroesophageal Reflux Disease belum jelas, tetapi dalam
beberapa jurnal dikatakan kopi bisa meningkatkan gejala perasaan dada terbakar
alkohol dikatakan juga sebagai faktor resiko dari Gastroesophageal Reflux Disease.
Meminum alkohol dengan jangka panjang dan berlebihan bisa meningkat resiko
antibiotik, aspirin,
10
potassium supplements bisa menyebabkan kerusakan pada saluran cerna bagian atas,
Stres yang dialami juga merupakan salah satu factor resiko terjadinya GERD.
Saat stres terjadi, besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi dari Lower Esophageal
Sphincter (LES) yaitu katup yang membatasi antara esophagus dan lambung. LES
yang tidak adekuat akan menyebabkan naiknya asam lambung ke esophagus yang
menyebabkan nyeri pada ulu hati dan terasa panas pada dada (Ammar, 2019).
GERD ditandai dengan adanya perut membesar, cepat kenyang, mual, tidak
ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setelah
makan, mual, muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan dada
yang dibagi menjadi gejala tipikal, atipikal dan ekstra-esofagus. Secara umum gejala
cenderung muncul setelah makan dan diperburuk dengan posisi berbaring dan
berkurang saat meminum obat penurun asam lambung. Gejala tipikal berupa rasa
epigastrik, perasaan tertekan pada epigastrik, perasaan penuh pada epigastrik, dan
11
dispepsia. Gejala atipikal bisa saja menandakan terjadinya GERD, tetapi gejala ini
tidak spesifik, salah satu penyakit yang berhubungan dengan gejala diatas adalah
kronis, bronchospasm, asma, laringitis, dan erosi pada gigi. Diyakini bahwa
nervus vagus yang dipicu paparan asam pada esofagus bagian distal (Salim, 2020).
F. Patofisiologi
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure
zone) yang dihasilkan oleh kontraksi Lower Esophageal Sphincter (LES). Pada
individu normal, LES akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran
antegrade yang terjadi pada saat sendawa ataupun muntah. Aliran balik asam
lambung dari gaster ke esofagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak
Stres yang dialami juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya GERD.
Saat stres terjadi, besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi dari Lower Esophageal
Sphincter (LES) yaitu katup yang membatasi antara esophagus dan lambung. LES
yang tidak adekuat akan menyebabkan naiknya asam lambung ke esofagus yang
menyebabkan nyeri pada ulu hati, regurgitasi dan terasa panas pada dada.
Pengosongan lambung yang tertunda ini dapat meningkatkan tekanan pada lambung
dan faktor offensive dari bahan refluksat. Faktor-faktor lain yang turut berperan
terjadinya refluks fisiologis, antara lain dilatasi lambung, stres dan delayed gastric
G. Pathway
GERD
Risiko Defisit
Nutrisi Nyeri
Nyeri Akut
14
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
urine dan tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan
leukositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak
2. Radiologi
makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda. Pada refluks
menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke usus. Pada tukak di
lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche, yaitu
suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang
secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di
daerah kanker, bentuk dari lambung berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat
foto polos
15
abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar, atau tampak
dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops (Rizky,
2017).
3. Endoskopi
mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di esofagus yang sering ditemukan
esofagus, tumor jinak atau ganas yang umumnya lokasinya di bagian distal
4. Ultrasonografi
akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnosis dari
suatu penyakit. Apalagi alat ini tidak menimbuikan efek samping, dapat digunakan
setiap saat dan pada kondisi penderita yang berat pun dapat dimanfaatkan.
Pemanfaatan alat USG pada GERD terutama bila ada dugaan kearah kelainan di
traktus biliaris, pankreas, kelainan tiroid, bahkan juga ada dugaan tumor di
I. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir
tidak terus menerus, sifatnya hanya simtomatis atau untuk mengurangi rasa
nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat non-toksik, namun dalam dosis besar akan
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu: pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk tukak peptik. Obat yang
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI
5. Sitoprotektif
Selain bersifat sitoprotektif, obat tersebut juga menekan sekresi asam lambung
6. Golongan prokinetik
(acid clearance).
Pada pasien dengan GERD, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Dea, 2021).
b. Non-Farmakologi
Pengkajian Keperawatan
data. Data fokus yang berhubungan dengan GERD meliputi adanya nyeri perut,
rasa perih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa
lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi/keluar
A. Anamnesa
1. Identifikasi Pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
19
lainnya.
e. Genogram
dapat
20
4. Riwayat Alergi
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
kesehatan pasien.
2. Antropometri
tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), dan pemeriksaan fisik lainnya.
meliputi:
a. Kepala
b. Pemeriksaan wajah
simetris
2) Palpasi: nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang· Normal:
c. Pemeriksaan mata
terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kiri dan kanan, simetris bola mata kiri
d. Pemeriksaan Telinga
bantu dengar.
Normal: bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, integritas kulit
bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi,
e. Pemeriksaan hidung
Normal: simetris kiri dan kanan, warna sama dengan warna kulit
lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-
tanda infeksi.
f. Pemeriksaan mulut
1) Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna mukosa mulut dan bibir,
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada
g. Pemeriksaan leher
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk
h. Pemeriksaan dada
pembengkakan/penonjolan.
pasien).
sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada
bagian udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih
dari arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai
bunyi redup).
jantung.
26
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2
(dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4). Setelah
penyebaran vena.
konsistensi.
i. Pemeriksaan Abdomen
Normal: simetris kiri dan kanan, warna sama dengan warna kulit
4) Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,
integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, ROM aktif,
integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.
28
Normal: simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, ROM aktif,
l. Pemeriksaan Genitalia
Wanita:
massa.
Pria:
pola kehidupan pasien dan dapat digunakan untuk menilai masalah dan
3. Pola Eliminasi
pucat dan kuning, perubahan dalam feses (diare), sering buang air besar,
Adalah insomnia atau kesulitan untuk tidur, lama tidur paien dalam
satu hari.
berdebar cepat, denyut nadi cepat, otot lemas, terutama lengan atas dan
paha.
pasien.
b. Identitas diri
c. Peran diri
d. Ideal diri
e. Harga diri
Adakah stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi labil
1. Diagnosa Keperawatan
2. Intervensi Keperawatan
naik ke esofagus)
nyeri akut teratasi untuk mengurangi rasa nyeri rasa sakit yang dirasakan
menurun nonfarmakologis
2. Meringis menurun
membaik pasien
Kolaborasi nyeri
Gastrointestinal mual
3. Kontrol mual
suara,
35
dengan menggunakan
Kolaborasi Kolaborasi
mual.
36
Observasi Observasi
dialami pasien
pasien
memungkinkan terjadinya
muntah
Terapeutik Terapeutik
tidak menyenangkan)
muntah
37
Edukasi Edukasi
pasien
mengurangi perasaan
ingin muntah
non farmakologis
Kolaborasi Kolaborasi
meningkat sendiri
Kolaborasi Kolaborasi
untuk makan)
tersedak dan
mempermudah pasien
untuk makan
Kolaborasi Kolaborasi
perlu makan
3. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP
menggunakan:
S: Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari pasien
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.
hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah
I. Identifikasi
A. Pasien
Nama : Nn. S
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat rumah : Kesambi 003/001 Mejobo, Kudus
Diagnosa medis : Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
46
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. B
Alamat : Kesambi 003/001 Mejobo, Kudus
Hubungan dengan pasien : Ibu
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut
P: Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Q: Terasa seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 18 Desember 2023 pukul 10.21 pasien dibawa keluarga ke IGD Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus dengan keluhan nyeri perut disebelah tengah dan kiri atas. Dilakukan pengkajian
didapatkan hasil tekanan darah 121/72 mmHg, nadi 94x/menit, respirasi 20x/menit, SPO 99%, suhu
36.5C, berat badan 45kg, tinggi badan 155cm. Pasien tampak lemas, keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis E4 M6 V5, pasien tampak kesakitan, pasien tampak meringis, tangan
terasa kaku, rasa pahit dimulut, sempat pingsan di tempat kerja, akral teraba hangat, CRT <2detik.
Diberikan terapi infus Ns 20tpm, injeksi ketorolac 1amp, injeksi ranitidine 1amp. Pasien dipindahkan
ke ruang kana pukul 12.20 WIB untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
3. Riwayat kesehatan lalu
Keluarga mengatakan pasien mempunyai Riwayat dispepsia
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang serius
5. Genogram
47
D. Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai alergi makanan maupun obat
II. Pemeriksaan Fisik
A. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 121/72 mmHg
Nadi : 94x/menit
Respirasi : 20x/menit
SPO : 99%
Suhu : 36.5C
B. Antropometri
Berat badan : 45kg
Tinggi badan : 155cm
IMT : 18.7 (Normal)
C. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Kepala
Inspeksi Keadaan rambut tampak bersih, tidak ada lesi, tidak mudah
48
rontok
Palpasi Tak tampak adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi Tidak adanya edema, reflek pupil terhadap cahaya negative,
simetris, Gerakan bola mata normal
Palpasi Tak ada nyeri tekan
Hidung
Inspeksi Simetris, tidak ada sputum, hidung bersih, tidak ada lesi
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi Bentuk simetris, tidak ada lesi, telinga tampak bersih, tak tampak
adanya kotoran telinga
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi Bersih, lidah bersih, gusi normal, bibir tampak kering,
Leher
Inspeksi Tidak tampak adanya perbesaran kelenjar tyroid, tidak ada lesi,
reflek menelan normal
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi Simetris, tidak ada lesi, tampak menggunakan pernapasan dada,
irama pernapasan teratur
Palpasi Vocal fremitus normal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Terdengar sonor pada kedua paru
Auskultasi Suara napas vesikuler, tidak ada suara tambahan jantung
Abdomen
Inspeksi Simetris, tidak ada lesi, tidak membuncit, turgor kulit menurun
Auskultasi Bising usus 12x/menit
Perkusi Bunyi timpani
Palpasi Ada nyeri tekan, tidak ada massa
Genitalia Normal, tidak ada masalah pada genetalia
Ekstremitas
Atas Tak tampak adanya deformatis, tidak ada odema, tak tampak luka,
terpasang infus Ns 20 tpm, CRT <2detik
Bawah Tak tampak adanya deformatis, tidak ada odema, tak tampak luka
Index Eritrosit:
MCV 85.3 Fi 80-97
Kimia:
Gula darah sewaktu 88 mg/dL 70-140
Hitung Jenis:
Limfosit 28.0 % 22.0-44.0
V. Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Cara Pemberian Indikasi
DO:
- Keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan ditempat
kerja
- Pasien tampak memegangi perut
- Rasa pahit di mulut
- Bising usus 12x/menit
- Tekanan darah 121/72mmHg
- Nadi 94x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
2. DS: Pasien mengatakan mual Gangguan Nausea
DO:
biokimiawi
- Pasien tampak mual
54
- Pasien tampak muntah
- Muntah 3x
- Turgor kulit
- Rasa pahit di mulut
- Pasien tampak pucat
- Tidak nafsu makan
- CRT <2detik
- Tekanan darah 121/72mmHg
- Nadi 94x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
3 DS: Pasien mengatakan tidak bisa Factor Risiko defisit nutrisi
makan, setiap makan muntah
psikologis
DO:
- Pasien tampak lemas (keenggana
- Tampak pucat n untuk
- Pasien tidak nafsu makan makan)
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
I, II 16.45 WIB Memberikan teknik DS: Pasien mengatakan belum pernah Alfina
nonfarmakologi untuk diberikan terapi untuk mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri nyeri
(terapi relaksasi napas DO:
dalam) - Perawat menjelaskan
penyebab nyeri
- Perawat tampak menanyakan
kesediaan untuk diberikan
terapi relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri
II 17.30 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah
penyebab muntah 3x
DO:
60
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Pasien tampak muntah 3x
- Pasien tampak lemas
- Pasien tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
II, III 18.20 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum
(mis: frekuensi, durasi, makan muntah
dan tingkat keparahan) DO:
- Pasien muntah 3x
- Muntah dengan frekuensi
sering
- Pasien tampak lemas
II 19.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
IMT 18.7 (Normal)
II 19.30 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
I, II, III 20.35 WIB Memfasilitasi istrahat DS: - Alfina
dan tidur DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
- Pasien tampak ditemani
keluarga
I, II 20.45 WIB Mengajarkan Teknik DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
farmakologis untuk diberikan terapi
mengurangi nyeri DO:
- Pasien dan keluarga tampak
kooperatif
- Pasien tampak mendengarkan
perawat
- Perawat memberikan Latihan
terapi relaksasi napas dalam
II 20.55 WIB Memonitor asupan DS: Pasien mengatakan muntah
makanan sebelum makan
DO:
61
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi
tidak habis
- Pasien tampak muntah
II 21.20 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan mual dan Alfina
pengalaman muntah muntah
DO:
- KU sedang kesadaran compos
mentis
- Pasien tampak lemas
- Muntah 3x
- Turgor kulit kurang baik
- Akral teraba hangat
III 22.35 WIB Mengidentifikasi DS: - Alfina
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Pasien tampak lemas
- Tampak tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
I 22.45 WIB Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengatakan nyeri
nyeri P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 7 dari 10
T: Terus menerus ±1jam
DO:
- Pasien tampak kesakitan
- Skala nyeri 7 dari 10
III 23.45 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah Alfina
penyebab muntah 3x
DO:
- Pasien tampak muntah 3x
- Pasien tampak lemas
- Pasien tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
II 23.50 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum Alfina
(mis: frekuensi, durasi, makan muntah
dan tingkat keparahan) DO:
- Pasien muntah 3x
- Muntah dengan frekuensi
sering
- Pasien tampak lemas
Rabu, 20 Desember I 03.20 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
2023 analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) - Injeksi ketorolac 1amp masuk
melalui IV
II, III 03.35 WIB Menganjurkan DS: - Alfina
62
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
memperbanyak DO:
istirahat - Pasien tampak berbaring
lemas
- Pasien hanya tiduran di bed
II, III 03.45 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
obat antiemetic, jika diberikan terapi obat
perlu DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
III 04.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu Alfina
nutrisi makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
III 09.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi Alfina
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Makan hanya ½ porsi tidak
habis
- Tak tampak adanya alergi
makanan
I 09.25 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan masih nyeri
lokasi, karakteristik P: Proses penyakit (Gastroesophageal
durasi, frekuensi, Reflux Disease)
kualitas, intensitas Q: Seperti tertusuk-tusuk
nyeri R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan
ditempat kerja
- Pasien tampak memegangi
perut
63
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
I 09.30 WIB Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengatakan masih nyeri
nyeri P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Skala nyeri 6 dari 10
Perut masih terasa perih
III 10.30 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan suka makan Alfina
makanan yang disukai pedas dan makanan berkuah
DO:
- Diit lunak 3x/hari
- Pasien tidak dianjurkan makan
makanan pedas
I 10.20 WIB Memfasilitasi istrahat DS: -
dan tidur DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
Pasien tampak ditemani keluarga
I 10.40 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia Alfina
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) - Injeksi ketorolac 1amp masuk
melalui IV
III 11.45 WIB Memonitor berat badan DS: - Alfina
DO:
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
II 11.50 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan masih mual
pengalaman muntah dan muntah
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lemas
- Muntah 2x sebelum makan
II 12.10 WIB Mengidentifikasi DS: - Alfina
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Pasien tampak lemas
- Tampak tidak nafsu makan
- Mulut terasa pahit
II 12.40 Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
obat antiemetic, jika diberikan terapi obat
perlu DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
II, III 13.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi makan
DO:
64
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
III 13.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Makan hanya ½ porsi habis
- Tak tampak adanya alergi
makanan
I 15.18 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan masih nyeri
respon nyeri non verbal P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien sempat pingsan
ditempat kerja
- Pasien tampak memegangi
perut
III 16.00 WIB Memonitor berat badan DS: -
DO:
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
- Tampak mengalami
penurunan berat badan
2kg dalam 3 minggu
I 16.30 WIB Mengidentifikasi factor DS:
yang memperberat dan - Pasien mual saat mau makan
memperingan nyeri
DO:
- Pasien mempunyai riwayat
65
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
dyspepsia
- KU baik, kesadaran compos
mentis
- Pasien tampak mual muntah
- Mulut terasa pahit
I, II 17.00 WIB Memberikan teknik DS: Pasien mengatakan dapat
nonfarmakologi untuk melakukan terapi napas dalam secara
mengurangi rasa nyeri mandiri
(terapi relaksasi napas DO:
dalam) - Pasien kooperatif
- Pasien tampak melakukan
terapi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan
II 17.30 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah
penyebab muntah 2x
DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Pasien muntah 2x
- Mulut terasa pahit
- Pasien tampak lemas
II, III 18.20 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum
(mis: frekuensi, durasi, makan muntah 2x
dan tingkat keparahan) DO:
- Pasien muntah 2x
- Pasien tampak lemas
- Makanan tampak tidak habis
III 19.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan tidak nafsu
nutrisi makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Tampak pucat
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi habis
- Pasien tampak muntah
- Penurunan berat badan 2kg
dalam 3 minggu
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
I 19.30 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
I, II, III 20.35 WIB Memfasilitasi istrahat DS: -
66
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
dan tidur DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
- Pasien tampak ditemani
keluarga
III 20.55 WIB Memonitor asupan DS: Pasien mengatakan muntah
makanan sebelum makan
DO:
- Pasien tidak nafsu makan
- Makan hanya ½ porsi
habis
- Pasien tampak muntah
II 21.20 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan sudah muntah
pengalaman muntah 2x
DO:
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Pasien muntah 2x
- Mulut terasa pahit
- Pasien tampak lemas
I, II 22.35 WIB Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan tidak nyaman
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Pasien tampak lemas
- Pasien tampak mual dan
muntah
- Tampak kesakitan memegangi
perut
I 22.45 WIB Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengatakan masih nyeri
nyeri P: Proses penyakit (Gastroesophageal
Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 6 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Skala nyeri 6 dari 10
- Perut masih terasa perih
III 23.45 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah muntah
penyebab muntah 2x
DO:
- Pasien dengan GERD
- Pasien tampak tidak nafsu
makan
- Pasien muntah 2x
- Mulut terasa pahit
- Pasien tampak lemas
II 23.50 WIB Memonitor muntah DS: Pasien mengatakan tadi sebelum
makan muntah 2x
67
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
DO:
- Pasien muntah 2x
- Pasien tampak lemas
Makanan tampak tidak habis
I 12.20 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
Kamis, 21 II, III 03.35 WIB Menganjurkan DS: Pasien mengatakan terbangun dari
Desember 2023 memperbanyak tidurnya
istirahat DO:
- Pasien tampak berbaring dibed
- Pasien tampak ditemani
keluarga
II, III 05.45 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
obat antiemetic diberikan terapi obat
DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
III 08.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan sudah mau
nutrisi makan
DO:
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak makan sedikit
tapi sering
- Makan 1 porsi habis
- Pasien sudah tidak muntah
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
IMT 18.7 (Normal)
I 08.20 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan nyeri sudah
lokasi, karakteristik berkurang
durasi, frekuensi, P: Proses penyakit (Gastroesophageal
kualitas, intensitas Reflux Disease)
nyeri Q: Seperti tertusuk-tusuk berkurang
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 4 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tekanan darah 110/70mmHg
- Nadi 96x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
09.00 WIB Mengidentifikasi factor DS:
yang memperberat dan DO:
68
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
memperingan nyeri - Pasien mempunyai riwayat
dyspepsia
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak mual muntah
sebelum makan
III 09.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak nafsu makan
meningkat
- Tak tampak adanya alergi
makanan
I 09.25 WIB Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan nyeri sudah
lokasi, karakteristik berkurang
durasi, frekuensi, P: Proses penyakit (Gastroesophageal
kualitas, intensitas Reflux Disease)
nyeri Q: Seperti tertusuk-tusuk berkurang
R: Perut tengah dan kiri atas
S: 4 dari 10
T: Hilang timbul
DO:
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tekanan darah 110/70mmHg
- Nadi 96x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
III 11.45 WIB Memonitor berat badan DS: -
DO:
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
II 12.10 WIB Mengidentifikasi DS: -
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Keadaan umum pasien baik
- Pasien tampak nyaman
- Nafsu makan meningkat
II 12.40 Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
obat antiemetic diberikan terapi obat
DO:
- Peroral sucralfate 3x15cc
- Injeksi omeprazole 2x1amp
II, III 13.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan sudah mau
nutrisi makan
DO:
69
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak makan sedikit
tapi sering
- Makan 1 porsi habis
- Pasien sudah tidak muntah
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
III 13.20 WIB Mengidentifikasi alergi DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi
dan intoleransi makanan
makanan DO:
- Pasien tampak nafsu makan
meningkat
Tak tampak adanya alergi makanan
I 16.30 WIB Mengidentifikasi factor DS:
yang memperberat dan DO:
memperingan nyeri - Pasien mempunyai riwayat
dyspepsia
- Keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis
- Pasien tampak mual muntah
sebelum makan
I, II 17.00 WIB Memberikan teknik DS: Pasien mengatakan dapat
nonfarmakologi untuk melakukan terapi napas dalam secara
mengurangi rasa nyeri mandiri
(terapi relaksasi napas DO:
dalam) - Pasien kooperatif
- Pasien tampak melakukan
terapi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan
II 17.30 WIB Mengidentifikasi faktor DS: Pasien mengatakan sudah tidak
penyebab muntah muntah
DO:
- Pasien tak tampak muntah
- Pasien tampak nyaman
- Pasien nafsu makan meningkat
17.45 WIB Mengatur posisi duduk DS: -
DO:
Pasien saat makan tampak duduk
III 18.20 WIB Mengajarkan diet yang DS: -
diprogramkan DO:
- Pasien mendapatkan program
diit lunak 3x/hari
- Pasien diberikan sayur dan
buah sesuai catatan ahli gizi
III 19.00 WIB Mengidentifikasi status DS: Pasien mengatakan sudah mau
70
Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD
nutrisi makan
DO:
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak makan sedikit
tapi sering
- Makan 1 porsi habis
- Pasien sudah tidak muntah
- Berat badan 45kg
- Tinggi badan 155cm
- IMT 18.7 (Normal)
I 19.30 WIB Kolaborasi pemberian DS: Pasien mengatakan bersedia
analgetic diberikan terapi obat
(injeksi ketorolac DO:
1amp) Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui
IV
I, II, III 20.35 WIB Memfasilitasi istrahat DS: Pasien mengatakan bersedia
dan tidur mempertahankan kesehatannya
DO:
- Pasien tampak istirahat dengan
cukup
- Pasien tampak nyaman
II 20.55 WIB Mengidentifikasi DS: -
isyarat nonverbal DO:
ketidaknyamanan - Keadaan umum pasien baik
- Pasien tampak nyaman
- Nafsu makan meningkat
71
X. Evaluasi Keperawatan
Kamis, 21 D.0077 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang Alfina
Desember P: Proses penyakit (Gastroesophageal Reflux Disease)
Q: Seperti tertusuk-tusuk berkurang
2023 R: Perut tengah dan kiri atas
S: 4 dari 10
T: Hilang timbul
O:
- Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tekanan darah 110/70mmHg
- Nadi 96x/menit
- Respirasi 20x/menit
- SPO 99%
- Suhu 36C
- Pasien mampu melakukan terapi relaksasi napas dalam
secara mandiri
- Pasien kooperatif
- Injeksi ketorolac 1amp masuk melalui IV
A: Masalah nyeri akut teratasi Sebagian
P: Pertahankan intervensi keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan GERD di Ruang Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus,
yang dilakukan selama tiga hari pada tanggal 19 Desember 2023 sampai dengan
Selain itu penulis juga memperoleh tambahan pengetahuan tentang GERD dan
pengetahuan untuk pasien tentang penyakitnya, cara mengurangi rasa mual dan
B. Saran
1. Bagi Penulis
3. Bagi Pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika.
Salemba Medika.
Rizky, 2017. Pola Pengobatan Dan Luaran Klinis Pada Pasien Terinfeksi
Mada. Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Kemenkes RI, 2019. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2020 Republik
Indonesia. At : http://www.kemkes.go.id
WHO, 2019. World Health Statistic 2018. (Diakses pada tanggal 24 Maret 2023)
https://www.who.int
Lampiran 1
Waktu : 20 menit
D. Kegiatan
nafas dalam
5. Mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas
dalam
3. Mengucapkan salam
MATERI TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
relaksasi napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Andarmoyo, 2018). Latihan napas dalam
adalah cara bernapas yang efektif melalui menarik dan menghembuskan napas
baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
bisa dirasakan dari relaksasi autogenik. Sensasi ringan yang muncul adalah
merupakan efek dari ketegangan otot tubuh yang menurun. Perasaan hangat
4. Letakkan kedua telapak tangan berhadapan satu sama lain, dibawah dan
sepanjang batas bawah tulang rusuk depan. Letakkan ujung jari tengah kedua
5. Ambil napas dalam secara lambat, menghirup melalui hidung. Rasakan bahwa
kedua jari tengah tangan terpisah selama menarik napas (inspirasi). Tahan
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
DAFTAR PUSTAKA