Disusun Oleh :
Intan Rukmana
NPM 220112200517
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2021
Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
Sasaran : Ny. H
Total 30
menit
8. Evaluasi (Formatif/Sumatif)
a. Evaluasi Struktur
● Peserta menghadiri kegiatan di waktu yang telah ditentukan.
● Kesediaan sarana dan prasarana.
● Kesiapan media presentasi.
b. Evaluasi Proses
● Peserta antusias dan memperhatikan materi penkes.
● Kegiatan berjalan tertib.
c. Evaluasi Hasil
1. Peserta mampu menyebutkan kembali pengertian pencegahan resiko
jatuh
2. Peserta mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala pencegahan
resiko jatuh
3. Peserta mampu menyebutkan kembali faktor resiko pencegahan resiko
jatuh
4. Peserta mampu menyebutkan kembali cara mengelola pencegahan
resiko jatuh
Materi terlampir
1. Definisi
Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata
yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang
lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben). Jatuh dapat
menimbulkan terjadinya Cidera pada lansia. Kejadian jatuh sering terjadi atau
dialami oleh usia lanjut . Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot
ekstremitas bawah kekakuan sendi ,sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik
sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan
kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan
kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral
tulang Bone Mineral Density (BMD) rendah.
Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh
adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan
meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi
punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.Jatuh dapat
disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi
berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang
beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa
tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh.
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar,
yaitu:
a. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai
penyakit sepertiStroke dan TIA yang mengakibatkankelemahan tubuh
sesisi , Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun
Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan .
Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko
jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan
syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh padalansia.Jatuh
dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare,
demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang
berlebihan.
b. Faktor Ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di
bawah,tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,
licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya, dan bendabenda alas lantai yang licin atau
mudah tergeser,lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang
atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun
cara penggunaannya
3. Pencegahan
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan
jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang
diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya
berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.
pencegahan resiko jatuh pada orang tua :
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan
yang melatihkekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.
b. Manajemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik diantaranya:
4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
c. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari
pusing akibat suhu di antaranya:
4) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk
melintas.
5) Alas kaki
menjaga keseimbangan
2) Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk
1) Berhenti merokok
reseptor estrogen