Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN JATUH

PADA LANSIA DI RUMAH

OLEH
Maria Dian Nurfita
R014211010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN GERONTIK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Jatuh Pada Lansia di Rumah

Topik : Pencegahan Jatuh Pada Lansia


Sub Topik : 1. Pengertian Jatuh
2. Penyebab Jatuh pada Lansia
3. Cara Pencegahan Jatuh pada Lansia
4. Cara Menolong Lansia Yang Jatuh
Sasaran : Tn S dan Keluarga
Tempat : Rumah Tn S
Hari/tgl : Senin, 09 Mei 2022
Waktu : 13.30 - selesai
Penyaji : Maria Dian Nurfita, S. Kep

A. LATAR BELAKANG

Jatuh menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada orang lanjut
usia (lansia) yang mengakibatkan trauma serius, seperti nyeri, kelumpuhan
bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya
diri sehingga mereka membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan
menurunnya mutu kehidupan pada lansia yang mengalaminya dan juga
berpengaruh pada anggota keluarganya.

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan
didalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan
gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope
dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata,
tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang,
dan sebagainya.

Pencegahan jatuh pada lansia harus diperhatikan oleh semua pihak yaitu
keluarga, penjaga bayaran, perawat di rumah sakit dan juga pihak-pihak yang
menentukan keputusan bagi pembangunan rumah sakit. Keluarga merupakan
support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya.
Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia oleh
sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan mengenai faktor risiko jatuh
pada lansia (Maryam, 2009). Perawat bekerja sama dengan keluarga
menunjang dengan pengawasan penuh akan aktivitas masing- masing lansia
yang dirawat dan juga pemenuhan fasilitas yang aman di daerah yang
memungkinkan untuk terjadinya kejadian jatuh.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada lansia Tn S di RT 1 RW 5


bahwa mengalami gangguan penglihatan mata kiri dan sempat di tangga
rumah. Oleh karena itu, mahasiswa ingin memberikan penyuluha kepada
lansia Tn S dan Keluarga.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit diharapkan klien


dapat mengerti dan memahami mengenai pencegahan jatuh.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, klien dapat dapat:
1. Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian Jatuh
2. Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab jatuh
3. Mengetahui dan mampu menyebutkan cara pencegahan jatuh.
4. Mengetahui dan mampu menjelaskan cara menolong lansia yang jatuh.

C. RENCANA KEGIATAN
1. Nama Kegiatan : Penyuluhan Pencegahan Jatuh Pada Lansia
2. Waktu dan tempat : Pukul 13.30 WITA/ Ruang tamu rumah Tn
S
3. Pengorganisasian kelompok
 Penyuluh : Maria Dian Nurfita
4. Sasaran : Tn S
5. Alat dan Media :
 Leaflet dan laptop
6. Metode : Ceramah, diskusi dan demonstrasi
7. Susunan Acara :
a. Proses Kegiatan

No Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien Waktu


1. Pendahuluan: 2 menit
a. Menyampaikan salam a. Membalas salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dengan
c. Menjelaskan tujuan aktif
d. Menyampaikan kontrak c. Mendengarkan dan
waktu memberikan respon
e. Apersepsi
2. Penjelasan Materi
1. Pengertian jatuh a. Mendengarkan, 10 menit
2. Penyebab jatuh pada lansia memperhatikan
3. Pencegahan jatuh b. Menanyakan hal-hal yang
4. Cara menolong lansia yang belum jelas
jatuh

3. Evaluasi 2 menit
a. Mengevaluasi penerimaan a. Menjawab pertanyaan
informasi b. Mendemonstrasikan
b. Memberikan pertanyaan kembali tentang cara
lisan berjalan duduk serta postur
yang baik
4. Penutup 1 menit
a. Menyimpulkan hasil a. Aktif bersama dalam
penyuluhan menyimpulkan.
b. Memberikan salam b. Membalas salam
Total Waktu 15 menit

b. Setting Tempat

Keterangan:
Penyuluh dan peserta dalam
penyuluhan duduk berhadapan.

= Penyaji

= Lansia NM
8. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap, disiapkan
minimal 15 menit sebelum penyuluhan dan dapat digunakan dalam
penyuluhan, yaitu : leafletleaflet dan PPT
 Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan disampaikan melalui
leaflet . Materi dan media sudah disiapkan minimal dua hari sebelum
penyuluhan.
 Persiapan Peserta
Penyuluh sudah mengontrak waktu dengan sasaran yang akan
diberikan penyuluhan sehari sebelum penyuluhan dilakukan.
 Persiapan Tempat
Tempat yang akan dipakai untuk melaksanakan penyuluhan sudah
siap dengan baik minimal 15 menit sebelum penyuluhan dimulai.
 Persiapan Pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada sasaran sudah
dipersiapkan ketika penyusunan materi.
b. Evaluasi Proses
Lansia NM dapat menyimak penyuluhan sampai selesai.
c. Evaluasi Hasil
1) Jangka Pendek
 Klien mampu menjelaskan dengan benar cara pencegahan
jatuh
 klien mampu menyebutkan dengan benar 6 dari 9 cara
mencegah jatuh pada lansia.
 Klien mampu menyebutkan dengan benar 3 dari 5 cara
menolong lansia dari jatuh jika masih bisa bangun.
 Klien mampu menyebutkan dengan benar 3 dari 4 cara
menolong lansia dari jatuh jika tidak bisa bangun.
Poin Pertanyaan
- Apa penyebab jatuh pada lansia?
- Bagaimana cara menolong lansia yang jatuh jika masih bisa
bangun?
- Bagaimana cara menolong lansia yang jatuh jika tidak bisa
bangun?
2) Jangka Panjang
Meningkatnya pengetahuan lansia tentang pencegahan jatuh dan tidak
ada kejadian jatuh.

Lampiran Materi

1. Defenisi
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai
atau tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Reuben, 1996).
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan
di dalamnya misalnya kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,
sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan
tidak rata tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang dan
sebagainya.
Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat
patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang (Bone Mineral
Density/BMD) rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi
risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang
pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap
berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul,
lengan bagian atas.
Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan
harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi
pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik
dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat
menurunkan risiko jatuh.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan
oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan
American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh
meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua (AGS et al, 2001).

2. Faktor – Faktor Lingkungan yang Sering Dihubungan dengan


Kecelakaan pada Lansia
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar,
yaitu:
a. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai
penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan
tubuh, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun
Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan.
Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan
risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan
menyebabkan syncope yang sering meningkatkan risiko jatuh pada
lansia. Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa
disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau
penggunaan diuretik yang berlebihan.
b. Faktor ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau
tergeletak di lantai, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang
rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah
dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak
dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-
benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai licin atau
basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat
bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.
3. Pencegahan Jatuh
Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor risiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal,
penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan.
Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada
orang tua:
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki
keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya
lingkungan. Latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan
sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai,
tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan
kaki.
b. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik diantaranya:
1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers
4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali
atas indikasi klinis kuat
5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
c. Modifikasi lingkungan.
1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan
berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
4) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
5) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk
melintas.
6) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
7) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
8) Gunakan lantai atau keramik yang tidak licin.
9) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah,
menghindari tersandung.
10) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti
misalnya di kamar mandi.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia, misalnya:
1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4) Hindari olahraga berlebihan.
e. Alas Kaki
1) Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
2) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
3) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan
4) Pakai sepatu yang antislip
f. Alat Bantu Jalan
1) Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau
faktor yang mendasarinya.
Penggunaan alat bantu jalan memang membantu meingkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih
jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan
alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.
2) Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena
itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane
(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya satu
ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane.
Pemilihan tipe cane yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan
dan frekuensi yang menunjang berat badan. Jika kedua ekstremitas
atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak
perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-
wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam
menunjang berat badan.
g. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
h. Hip protektor: terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
i. Memelihara Kekuatan Tulang
1) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti
meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat
terjatuh pada orang tua
2) Berhenti merokok
3) Hindari konsumsi alcohol
4) Latihan fisik
5) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor
estrogen
6) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.
4. Cara menolong lansia yang jatuh
a. Cara bangun setelah jatuh tanpa penolong
Cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika masih bangun
adalah
 Mengangkat badan dengan bantuan siku
 Mengangkat tubuh lagi dengan bantuan lutut dan kedua lengan
lurus
 Pegang permukaan kursi atau benda untuk membantu berdiri
 Hadapkan tubuh ke kursi untuk berdiri
 Putar badan pelan pelan dan duduk di kursi

Cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika lansia tidak bisa
bangun adalah sebagai berikut:
 Menarik perhatian dengan memukul benda atau membunyikan
alarm atau menelpon jika bisa.
 Temukan bantal/guling/pakaian yang digulung dan letakkan
dibawah kepala.
 Untuk menjaga kehangatan, selimuti badan dengan pakaian, taplak
atau kain yang ada di sekitar.
 Untuk menjaga pergerakan, ubah posisi untuk menghindari tekanan
pada luka, gerakkan sendi untuk menghindari kekakuan dan
meningkatkan sirkulasi.

b. Cara bangun yang benar setelah jatuh dengan penolong


1) Tenangkan lansia dan biarkan lansia tetap berbaring sambal anda
memeriksa apakah ada cedera. Tanyakan kepada lansia apakah bisa
bergerak.
2) Tempatkan dua buah kursi yang saling berhadapan di dekat lansia.
Jika lansia bisa bergerak, bantu lansia dengan lembut bergeser ke
samping.
3) Bantu lansia berpegang pada kursi dihadapannya. Arahkan lansia
untuk mengangkat badannya dengan bertopang pada lututnya.
4) Arahkan lansia untuk mengangkat badannya setengah berdiri
bertopang pada kedua tangannya di kursi dihadapannya. Dekatkan
kursi di belakang lansia kearahnya.
5) Persilahkan lansia untuk duduk dengan tenang. Jangan
meninggalkan lansia sebelum anda memastikan tidak ada cedera.

DAFTAR PUSTAKA
Craven & Hinrle. 2000. Pain perception and Management Fundamentals of
nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.
Kozier & Erb. 2004. Pain Management Fundamentals of nursing: Concepts,
process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall.
Sani, P. A. 2016. Materi Kuliah: Pencegahan Jatuh pada Lansia. PSIK FK Unud.
Taylor, Lillis, & Le Mone. 1997. Comfort Fundamentals of nursing: The art &
Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai