VERTIGO
DISUSUN OLEH
NUR SYAFNA FALLUGAH
711490122109
A. Latar Belakang
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar atau bergerak naik-turun
karena gangguan pada sistem keseimbangan (Sherwood, 2001).
Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah Sakit. Jumlah
kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Rumah Sakit
perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko
cedera jika sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang
dirawat di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi riwayat jatuh, status
mental, efek samping obat, gaya berjalan, menggunakan alat bantu berjalan, serta kondisi
penyakit. Sedangkan untuk anak-anak pengkajian faktor resiko jatuh meliputi : umur, jenis
kelamin, perilaku, gangguan kognitif, faktor lingkungan, respon terhadap pembedahan,
penggunaan obat-obatan.
Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai kamar
mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan yang kurang. Sedangkan
dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien secara fisik adalah cidera ringan, sampai
dengan kematian, secara financial memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya
pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu
dilakukan, dan dari segi hukum berisiko untuk timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit.
Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan
dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang
harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat. Resiko
jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus membatasi
mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan
pasien untuk berada di tempat tidur saja. Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh
membutuhkan intervensi dan modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan
hasil pengkajian terhadap faktor resiko jatuh pasien.
Sebagai upaya pengurangan risiko jatuh dan cidera yang ditimbulkan akibat jatuh maka
RS menetapkan langkah-langkah sebagai berikut: mengenali faktor resiko jatuh dan
melakukan penilaian risiko melalui pengkajian awal dan pengkajian ulang, melakukan
intervensi pencegahan reisiko jatuh, memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh
menggunakan skala Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty dan schmid
“little schmidy” untuk pasien anak - anak. Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat
jatuh, menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan berkemih, penyakit dan
obat yang dikonsumsi, dan lain - lain. Biasanya pasien diberikan tanda gelang kuning dan
tanda yang akan ditempel di dekat tempat tidur pasien yang menyatakan bahwa pasien
beresiko untuk jatuh. sehingga perawat melakukan intervensi dan monitoring yang intensif
terhadap pasien beresiko jatuh. Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi
resiko jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh. Dengan
mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan
tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan
tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 25 menit, diharapkan mampu
memahami cara menghindari resiko jatuh dan melakukan pencegahan jatuh.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 25 menit diharapkan pasien
mampu :
a. Menjelaskan pengertian jatuh.
b. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh.
c. Menyebutkan akibat jatuh.
d. Menyebutkan cara pencegahan jatuh.
e. Melakukan pencegahan jatuh.
C. Kisi-Kisi Materi
1. Pengertian jatuh.
2. Faktor resiko penyebab jatuh.
3. Akibat jatuh
4. Cara pencegahan jatuh.
(Terlampir)
D. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
E. Media
Leafleat
D. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Waktu Respon Ny.S
1. Pendahuluan 5 menit Menjawab salam
Memberi salam Memberi salam
Memberi pertanyaan apersepsi Menyimak
Mengkomunikasikan pokok Bahasan Menyimak
Mengkomunikasikan tujuan
Kegiatan Inti
2.
Memberikan penjelasan tentang Jatuh
Memberikan penjelasan factor penyebab
resiko jatuh Menyimak
15 menit
Memberikan komplikasi atau akibat dari jatuh Bertanya
dari lansia
Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Penutup 5 menit
Memperhatikan
Menyimpulkan materi penyuluhan
bersama keluarga Menjawab
Memberikan evaluasi secara lisan
Memberikan salam penutup
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Penerima Manfaat sudah terlaksana dengan baik berupa
kontrak waktu,topik, dan tempat
b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk Penkes
2. Evaluasi proses
a. Penerima Manfaat mampu mengikuti Penkes dengan baik sampai selesai
b. Penerima Manfaat kooperatif dalam mengikuti Penkes
c. Penerima Manfaat dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik
e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan Penkes
3. Evaluasi hasil
a. Evaluasi kognitif
Menanyakan kepada Penerima Manfaat
1) Coba jelaskan pengertian jatuh!
2) Sebutkan faktor resiko penyebab jatuh!
3) Sebutkan akibat dari jatuh!
4) Sebutkan cara mencegah jatuh!
b. Evaluasi afektif Penerima Manfaat menyatakan kesediaaan
melakukan pencegahan jatuh.
c. Evaluasi psikomotorik Penerima Manfaat mampu melakukan
pencegahan jatuh.
MATERI PENYULUHAN
Lampiran 1
A. Pengertian Kekambuhan
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat
kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk dilantai/tempat
yanglebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Rouben, 1996).
3. Modifikasi lingkungan
a. Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari
pusing akibat suhu.
b. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam
jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
c. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
d. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
e. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk
daerah tangga.
g. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa
untuk melintas.
h. Gunakan lantai yang tidak licin.
i. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindaritersandung.
j. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya dikamar
mandi.
k. Hindari penggunaan furnitur yang beroda.
4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
a. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d. Hindari olahraga berlebihan.
5. Alas kaki
a. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
b. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjagakeseimbangan.
c. Pakai sepatu yang antislip.
6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Pada
penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan,
namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh
untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu
penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Apabila pada
lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan
maupun pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan
seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1ekstremitas
atasyang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa
yangdigunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan.Jika
ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak
perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker.
Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran
Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan alat bantu
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
9. Memelihara kekuatan tulang
a. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas
tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orangtua.
b. Berhenti merokok
c. Hindari konsumsi alkohol
d. Latihan fisik
e. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen.
f. Suplementasi hormone estrogen?hormon pengganti.
DAFTAR PUSTAKA