Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“RESIKO JATUH”

DI RUANG CENDANA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Resiko Jatuh


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Hari / tanggal : Jum’at 24 – Januari - 2020
Waktu : 1 x 30 menit (jam 10.00 – 10.30 WIB )
Tempat : Ruang Serbaguna Cendana RSUD Dr. Soetomo Surabaya

A. Latar Belakang
Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah
Sakit.Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera
pasien rawat inap.Rumah Sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika sampai
jatuh.Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang
dirawat di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi
riwayat jatuh, status mental, efek samping obat, gaya berjalan, menggunakan
alat bantu berjalan, serta kondisi penyakit. Sedangkan untuk anak-anak
pengkajian faktor resiko jatuh meliputi : umur, jenis kelamin, perilaku,
gangguan kognitif, faktor lingkungan, respon terhadap pembedahan,
penggunaan obat-obatan.
Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya
lantai kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan
yang kurang. Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien
secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian, secara financial
memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang
(CT Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan
dari segi hukum berisiko untuk timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit.
Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat
jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh
seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu,
memahami resiko jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan
pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan
resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.Resiko jatuh dapat dicegah,
namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus membatasi
mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan
mengharuskan pasien untuk berada di tempat tidur saja.Oleh karena itu
pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan modifikasi sesuai
kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian terhadap faktor
resiko jatuh pasien.
Sebagai upaya pengurangan risiko jatuh dan cidera yang ditimbulkan
akibat jatuh maka RS menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko melalui
pengkajian awal dan pengkajian ulang, melakukan intervensi pencegahan
reisiko jatuh, memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh menggunakan
skala Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty dan schmid
“little schmidy” untuk pasien anak - anak. Penilaian meliputi berbagai aspek
seperti riwayat jatuh, menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan,
kebiasaan berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain - lain.
Biasanya pasien diberikan tanda gelang kuning dan tanda yang akan
ditempel di dekat tempat tidur pasien yang menyatakan bahwa pasien
beresiko untuk jatuh. sehingga perawat melakukan intervensi dan
monitoring yang intensif terhadap pasien beresiko jatuh. Penilaian terhadap
resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh
maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan
pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan
langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera
pada pasien yang dirawat.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien di
Ruang Cendana Dr. Soetomo Surabaya dapat mengetahui dan mencegah
terjadinya resiko jatuh.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit, maka
diharapkan pasien dan keluarga pasien :
1. Memahami pengertian jatuh
2. Memahami bagaimana cara mencegah
3. Memahami apa akibat jatuh
4. Memahami faktor resiko jatuh
5. Memahami fungsi pin kan segitiga resiko jatuh
D. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien
E. Pembahasan Materi
1. Pengertian jatuh
2. Faktor resiko jatuh
3. Akibat jatuh
4. Pencegahan jatuh
5. Fungsi pin dan segitiga resiko jatuh
F. Metode
1. Ceramah dan Leaflet
2. Tanya jawab / Diskusi
G. Media
Adapun media yang digunakan adalah leaflet, Power Point, LCD
H. Kegiatan Penyuluhan
N Kegiatan
Waktu Pembicara Peserta
o
1. 3 menit Pembukaan
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab
dengan salam
mengucapkan salam
2. Kontrak waktu 2. Menyetujui
3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan
dari penyuluhan
4. Appersepsi (menggali 4. Menjawab
sejauh mana pasien/ sesuai
keluarga mengetahui pengetahuan
resiko jatuh) audien tentang
resiko jatuh
2. 20 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi Memperhatikan /
tentang resiko jatuh mendengarkan
a. Pengertian jatuh
b. Faktor resiko jatuh
c. Akibat jatuh
d. Pencegahan jatuh
e. Fungsi pin dan
segitiga kuning
3. 5 menit Evaluasi
1) Memberikan 1) Bertanya
kesempatan pada
peserta untuk
bertanya. 2) Menjawab
2) Menanyakan kembali
tentang materi yang
di sampaikan
4. 2 menit Penutup
1) Menyimpulkan materi 1) Mendengarkan
2) Memberi salam 2) Menjawab salam

I. Pengorganisasian
CI Akademik : Rizka Yunita, S.Kep, Ns. M.Kep.
CI Ruangan : 1 Misutarno S. Kep, Ns. M.Kep.
2 Arie Kusuma S. Kep, Ns.
Penyaji : Saifullah
Moderator : Ika Wahyu Hadiningtyas
Fasilitator : Vera Novitasari, Riki Pratama
Observer : Marvelinda Diah Ayu
Dokumentasi : Riki Pratama

J. Setting Tempat
Penataan tempat penyuluhan disesuaikan dengan kondisi di ruangan
Cendana RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

K. Rincian tugas
a. Moderator
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan (kontrak waktu)
6) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi
7) Mengatur waktu penyuluhan
b. Penyaji
1) Menyampaikan materi
2) Menjawab pertanyaan
c. Fasilitator
1) Memotivasi peserta untuk aktif berperan serta dalam diskusi
2) Mengajukan usulan, pertanyaan, ataupun memberi jawaban
d. Observer
1) Mengamati jalannya kegiatan pertemuan
2) Membuat catatan kecil tentang hal-hal yang penting dari kegiatan
tersebut dan mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan

L. Evaluasi
1) Evaluasi struktural
a. Satuan Acara Penyuluhan sudah disiapkan 1 minggu sebelumnya
b. Media sudah disiapkan 3 hari sebelumnya
c. Tempat penyuluhan sudah disiapkan 1 hari sebelumnya
2) Evaluasi Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. Media dapat digunakan dengan baik
c. Penyuluhandapat dilaksanakan sesuai waktu
d. Peserta dapat mengikuti penyuluhan sampai selesai
3) Evaluasi Hasil
a. Evaluasi dilakukan secara langsung dengan tanya jawab.
b. Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan memahami tentang
materi penyuluhan.
Lampiran

RESIKO JATUH
A. Pengertian
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata,
yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk
di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka. Jatuh menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada
orang lanjut usia (lansia) yang mengakibatkan trauma serius, seperti nyeri,
kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya
rasa percaya diri sehingga lansia membatasi aktivitasnya sehari-hari yang
menyebabkan menurunnya mutu kehidupan pada lansia yang mengalaminya.

B. Faktor Resiko
a) Faktor intrinsik
1. Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi
darahke otak secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba,
masalah padajantung yang menyebabkan sesak nafas sehingga tidak
dapat mentoleransi
2. Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons
motorikuntuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti
stroke,parkinson, hodrosealus tekanan normal, sering diderita oleh
lansia danmenyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak
baikterhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo, pusing
3. Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan
sepertinyeri persendian, kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota
gerak,bentuk kaki yang tidak normal, penurunan kekuatan otot,
kekakuanjaringan penyambung , berkurangnya massa otot, edema pada
kaki
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
5. Gangguan psikologis : stress, kurang konsentrasi, lupa dengan
keterbatasan
b) Faktor ektrinsik
1. Pencahayaan yang buruk
2. Penggunaan alas kaki yang tidak tepat
3. Lantai yang licin
4. Tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil
5. Tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok
6. Obat-obatan yang diminum, diuretik, ACE inhibitor, antidepressan,
obat tidur
7. Alat-alat bantu berjalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya

C. Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan


Lakukan pengkajian risiko jatuh pada saat pasien masuk, terdapat perubahan
kondisi pasien/terapi, pasien dipindahkan ke ruangan/departemen lain, pasien
setiap 24 jam atau sesaat setelah terjadi kasus jatuh.
1. Tidak Ada Resiko (skor 0 – 24)
2. Resiko Rendah (skor 25 – 44)
a. Memastikan tempat tidur / brankad dalam posisi rendah dan roda
terkunci
b. Menutup pagar tempat tidur/brankad
c. Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan sekitar
3. Resko Tinggi (skor ≥ 45)
a. Memastikan tempat tidur/brankad dalam posisi rendah dan roda
terkunci
b. Menutup pagar tempat tidur/brankad
c. Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan
d. Beri tanda segitiga kuning pada tempat tidur pasien
e. Pastikan pasien memiliki pin warna kuning penanda resiko tinggi jatuh
pada gelang identifikasi
f. Lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan dengan
persetujuan keluarga
D. Pencegahan
1. Mengevaluasi faktor risiko
2. Pencegahan standar:
a. Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
b. Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah dijangkau
pasien dan mengajari pasien bagaimana cara menggunakannya
c. Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di tempat
yang mudah dijangkau pasien
d. Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam keadaan
terkunci
e. Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan
ukurannya sesuai
f. Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada malam hari
g. Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering
h. Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar pasien,
serta di lorong rumah sakit
3. Pencegahan khusus:
a. Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh (seperti:
tanda yang dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien,
gelang penanda, kaos kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam
medis pasien)
b. Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi
c. Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2 jam sekali
(apabila pasien dalam keadaan sadar)
d. Gunakan tempat tidur yang rendah
e. Bila diperlukan, observasi pasien secara berkala
4. Hourly Rounding
a. Meliputi 4P: Position, Pain assessment, Personal needs (BAK/BAB),
Placement
5. Tempat tidur yang rendah
6. Pemasangan alarm bila ada pasien yang jatuh
7. Observasi secara berkala
8. Komunikasi
a. Komunikasi visual (pada rekam medis pasien, gelang pasien diberi
tanda “fall risk”; pemberian kaos kaki atau selimut berwarna)
b. Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien
 Jelaskan bahwa pasien memiliki risiko untuk jatuh
 Jelaskan program pencegahan pasien jatuh yang dimiliki rumah
sakit
 Libatkan pasien dan keluarganya dalam program pencegahan dan
beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk memberi
masukan.

E. Akibat Jatuh
a. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang
terasasangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya
arteri/vena,patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,
humerus, lengan bawah,tungkai atas.
b. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan
denganperlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu
kehilangankepercayaan diri dan pembatasan gerak.
c. Dampak psikologis
Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok
setelahjatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak
konsekuensi termasukansietas, hilangnya rasa percaya diri, penbatasan
dalam aktivitas sehari-hari,falafobia atau fobia jatuh.
d. Kematian

F. Pengobatan
Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang
danmenerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan kepercayaan diri
penderita.
1. Penatalaksanaan bersifat individual
2. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan
penurunanfungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan
ketahananotot
3. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan
difokuskanuntuk mengatasi penyebabnya/faktor mendasarinya
4. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada
penyakitkardiovaskuler yang mendasari
DAFTAR PUSTAKA

Craven & Hinrle. 2016. Pain perception and Management Fundamentals of


nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.

Kozier & Erb. 2017. Pain Management Fundamentals of nursing:


Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall.

Sani, P. A. 2016. Materi Kuliah: Pencegahan Jatuh pada Lansia. PSIK FK Unud.

Taylor, Lillis, & Le Mone. 2016. Comfort Fundamentals of nursing: The art


&Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai