Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK DISABILITAS

Disusun Oleh:

1. Cynthia Chouda 17111024110180


2. Indah Permata Sari 17111024110200
3. Rani Suciati 17111024110241
4. Tri Sundari 17111024110263

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
2019
A. Gambaran Pengantar Kesehatan Populasi Penyakit Mental
1. Pengertian
Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang beragam,
diantaranya penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas fisik, disabilitas mental
maupun gabungan dari disabilitas fisik dan mental. Istilah penyandang disabilitas pun
sangat beragam. Kementerian Sosial menyebut penyandang disabilitas sebagai
penyandang cacat, Kementerian Pendidikan Nasional menyebut dengan istilah
berkebutuhan khusus, sedangkan Kementerian Kesehatan menyebut dengan istilah
Penderita cacat. (Eko Riyadi, 2012)

2. Jenis Disabilitas
1.) Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:
a. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana
selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki
kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence
Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient)
di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi
belajar (achievment) yang diperoleh
2.) Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:
a. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ
tubuh), polio dan lumpuh.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan
kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu yang
memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
d. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seseorang yang mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan
tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh
orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan
adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada
organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
3. Tunaganda (disabilitas ganda).Penderita cacat lebih dari satu kecacatan
(yaitu cacat fisik dan mental)

A. ASUHAN KEPERAWATAN

a.    Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat


individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan
jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak
secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu
perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati
penyakit atau kelainan yang mungkin ada.

Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi


keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak
ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila
anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan
terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik
dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk
merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk
anak-anak yang retardasi mental ini.

Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan
apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu
yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi
pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara
guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan
anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian.
Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka
dapat menerima anak

Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini diajarkan
keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari.
Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan
tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.

b.    Pencegahan

Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat


mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan,
pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada
tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian
rfetardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka
lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan,
meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan
adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan
bisa dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada
tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan
intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi.

c. KASUS

An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka sayatan
di tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering bersikap aneh misalnya sering melukai diri
sendiri dan sering mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan anaknya sering menolak
ketika diajak bermain oleh teman – temannya. Ibu B mengatakan An. A belum bisa menulis,
membaca dan melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. A. saat diajak
berinteraksi, respon An. A sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari
pertanyaan yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat kurus, kecil,
tidak seperti anak umur 6 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat An. A
terlihat kurang berminat.

Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :

TD : 110/80 mmHg

RR : 32 x / menit

S : 36,5 o C

N : 110x/menit

A.    PENGKAJIAN

Nama perawat    :  Ns Donny

Tanggal pengkajian            :  20 November 2017

Jam pengkajian                   :  10.30

1.      Biodata Pasien

Nama klien                    :  An.A

Umur                                   : 6 Tahun

Jenis kelamin                      :  laki-laki

Agama                                  :  islam

Pendidikan                           : SD

Pekerjaan                           : Pelajar

Status pernikahan         : Belum menikah

Alamat                           : Jl. Raya Tejem 60

Diagnosa  Medis              : Retardasi Mental                                            


Tanggal masuk RS                 : 20 April 2015

2. Penanggung jawab  

Nama                        : Ibu B

Umur                       : 50 Tahun

Agama                   : Islam

Pendidikan              : SMA

Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga

Status pernikahan                   : Menikah

Alamat                               : Jl. Raya Tejem 60

Hub. dengan klien                : Ibu Klien

3.      Keluhan Utama:

An.A Mengalami banyak perdarahan di tangannya

Riwayat Kesehatan:

Riwayat penyakit sekarang :

klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya

Riwayat penyakit dahulu :

Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.klien juga mengatakan tidak ada
alergi makanan atau obat dan baru melakukan imunisasi pada umur 5 tahun

c.   Riwayat Penyakit keluarga

Bapak E mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes Millitus


3.    PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

a.       Aktivitas Latihan

      An.A sebelum di bawa ke rumah sakit sering menolak ketika di ajak bermain oleh
teman-temannya dan tidak nyambung ketika diajak bicara

Setelah dibawa ke rumah sakit An.A sering bersikap aneh dan sering melukai dirinya
sendiri.

b.       Tidur dan istirahat

      Sebelum di bawa ke rumah  sakit klien mengatakan tidak ada masalah saat
istirahat selama 6 jam untuk tidur malam dan 2 jam untuk tidur siang

Setelah di bawa ke rumah  sakit klien mengatakan sulit tidur  dan terbangun serta sering
rewel dikarenakan 4 jam dan tidak bisa tidur siang

c.        Kenyamanan dan nyeri

P   :dari reaksi non verbalnya klien terlihat menahan sakit dan meringis

Q :dari reaksi non verbalnya klien sering menangis dan rewel

R :Nyeri klien berada di telapak tangan

S   :Skala nyeri antara 1-10 klien menunjukkan skala nyerinya di angka 7

T   :dari reaksi non verbalnya klien merasakan nyeri saat beraktivitas

d.        Nutrisi

        Sebelum sakit klien makan 2x sehari dengan nutrisi yang cukup dan porsi yang
di berikan selalu di habiskan klien. Selama sakit klien tidak mau makan karena sering rewel
menahan sakit.

e.        Cairan dan elektrolit dan asam basa


Pada saat klien mengalami perdarahan klien hanya minum 3 gelas standar 250 cc dan
dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum dibawa ke rumah sakit klien
hanya minum 5 gelas standar 250cc perhari.

f.        Oksigenasi

          Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan klien tidak terpasang alat
bantu pernafasan.

g.     Eliminasi bowel

Sebelum dan setelah di bawa ke rumah sakit BAB klien Normal.

h.       Eliminasi urin

Sebelum dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 5x sehari dengan konsistensi warna
urin kuning bening

Setelah dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 3x sehari dengan konsistensi warna
urin kuning pekat.klien juga tidak terpasang kateter.

i.        Sensori persepsi dan kognitif

Setelah dilakukan pengkajian ternyata klien mengalami gangguan retardasi mental yang
di tandai dengan sulitnya di ajak berinteraksi dengan orang lain dan menolak jika di ajak
bermain.

4.    PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan tanda-tanda vital :

S :36,5 C

N :110/80 mmHg

RR :32x/menit

1)  Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam dan
kering.  Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir klien
kering. 

2)  Leher

Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran tonsil dan
tidak ada masalah pada tenggorokan.

3) Dada

     tidak terkaji

4) Abdomen

Peristaltik usus normal 5-35x/menit

5) Genetalia

    Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina

6) Rectum

Rektum klien normal,tidak ada luka

7) Ekstermitas

Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan

5.      PSIKO-SOSIO-BUDAYA- SPIRITUAL

Psikologis

Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit

Sosial

Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak bicara,menolak jika di
ajak bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di berikan perawat

Budaya

Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa


Spiritual

An.A beragama Islam

6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):

1. Kromosomal kariotipe

2. EEG (Elektro Ensefalogram)

3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)

4. Titer virus untuk infeksi congenital

5. Serum asam urat (Uric acid serum)).

6. Pemeriksaan kromosom

7. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.

DAFTAR PUSTAKA

Eko Riyadi, at.al, 2012, Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindungannya ,
PUSHAM UII, Yogyakarta, h. 293.

Nur Kholis Reefani, Panduan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:Imperium.2013),


hlm.17 Ibid.

Anda mungkin juga menyukai