Anda di halaman 1dari 8

Borneo Student Research

eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx


https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

Pengaruh Pemberian Black Garlic terhadap Perubahan Tekanan Darah pada


Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Segiri
Syabilah Soraya1, Annaas Budi Setyawan2
1
Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda,
Indonesia
2
Lektor Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda, Indonesia
Kontak Email: syabilahsoraya@yahoo.co.id1 abs564@umkt.ac.id2

Diterima: xx/xx/xx Revisi: xx/xx/xx Diterbitkan: xx/xx/xx

Abstrak
Black Garlic merupakan produk olahan fermentasi dari bawang putih yang dapat digunakan sebagai obat herbal
untuk tatalaksana penyakit diabetes. Berdasarkan hasil analisa fitokimia didalam black garlic terdapat beberapa kandungan
kimia seperti Allicin, S-allyl Cystein, flavonoid, dan hidrogen sulfida. Kandungan SAC, allicin, flavonoid dan hidrogen
sulfida dalam black garlic merupakan senyawa yang bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh pemberian black garlic dalam menurunkan tekanan darah pada pasien diabetes mellitus
tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda. Design penelitian pre-eksperimental dengan menggunakan
rancangan one group pretest and posttest tanpa kelompok kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang. Uji analisis
menggunakan uji wilcoxon signed rank. Hasil analisa uji statistik menunjukkan bahwa pada variabel tekanan darah sistolik
nilai p-value 0.001 < 0.05, dan tekanan darah diastolik nilai p-value 0.000 < 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang bermakna pada tekanan darah darah sebelum dan sesudah diberikan black garlic.

Abstract
Black Garlic is a fermented product of garlic that can be used as an herbal medicine for diabetes management.
Based on the results of phytochemical analysis in black garlic There are several chemical contents such as allicin, S-allyl
Cystein, flavonoids, and hydrogen sulfide. The content of SAC, allicin, flavonoids and hidrogen sulfide in black garlic is a
compound that can be used to lower blood pressure. Research objectives is to find out the influence of Black Garlic giving
in lowering blood pressure in type II diabetes mellitus patients in the working area of Puskesmas Segiri Samarinda. The
Design of this research was pre-experimental by using one group pretests and posttest without control group with 15
samples. Test the analysis using the test wilcoxon signed rank. The result of statistical test analysis showed that the
variable systolic blood pressure of p-value is 0.001 < 0.05, and diastolic blood pressure of p-value is 0.000 < 0.05. The
result showed that there a significant influence on blood pressure before and after giving black garlic.

Kata kunci: Black garlic, tekanan darah, diabetes mellitus

1. PENDAHULUAN
Diabetes mellitus termasuk kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik kadar gula darah yang tinggi
dikarenakan defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya (ADA, 2003). Diabetes mellitus merupakan penyakit
kronis dan kompleks yang membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dengan strategi mengendalikan berbagai resiko
multifaktor demi tercapainya target kontrol kadar gula darah. Edukasi mengenai perawatan diri dan manajemen penyakit
sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi akut dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi jangka panjang
(ADA, 2016).
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke-7 dengan penderita DM dengan jumlah 8,5 juta penderita
setelah Cina, India, Amerika Serikat, Rusia dan Mexico (IDF, 2015). Pada tahun 2015, penderita diabetes mellitus
mencapai 415 juta orang di dunia. Penderita penyakit diabetes mellitus hampir 80 % terdapat di negara berkembang
(WHO, 2016).
Diabetes mellitus yang ditandai dengan hiperglikemia merupakan salah satu faktor resiko tekanan darah tinggi
(Tanto C dan Hustrini, 2016). Dari hasil penelitian hipertensi sangat umum terjadi pada pasien diabetes mellitus. Disatu
sisi peningkatan tekanan darah berhubungan dengan kejadian diabetes (Conen D et al. 2007).
Prevelensi kejadian diabetes mellitus tipe II di Kalimantan Timur tahun 2017 adalah 11.477 jiwa. Kejadian
diabetes mellitus meningkat dari tahun sebelumnya dengan total 10.594 jiwa. Samarinda menempati urutan ke 4 dengan
BSR 1
Borneo Student Research
eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx
https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

jumlah 952 jiwa (Dinkes Kaltim, 2017). Pada tahun 2017 Puskesmas Segiri menempati posisi ke 3 dengan jumlah
penderita DM tipe II 125 orang (Dinkes Samarinda, 2017). Penderita diabetes mellitus tipe II yang melakukan kunjungan
ke Puskesmas Segiri dari bulan Januari- Maret sebanyak 28 orang (data primer, 2018).
Penderita diabetes saat ini banyak yang menggunakan obat herbal sebagai pilihan terapinya, karena harganya yang
terjangkau, mudah diperoleh, dan memiliki efek samping yang minimal dibandingkan dengan obat sintesis
antihiperglikemia. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) nomor 6 tahun
2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, yaitu salah satu upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat adalah dengan pelayanan kesehatan tradisional.
Salah satu pengobatan tradisonal adalah dengan mengkonsumsi bawang putih hitam (black garlic). Dimana black
garlic memiliki kandungan allicin, S-allylcystein, hidrogen sulfida, dan flavonoid. Allicin mempunyai manfaat untuk
memblokir angiotensin II yang dapat menurunkan tekanan darah. Dan kandungan lainnya yaitu S-allylcytein, flavonoid,
hidrogen sulfida dapat melebarkan pembuluh darah, yang dapat mengontroll tekanan darah dan menurunkan tekanan darah
yang meningkat (Zuryati, 2015).
Black garlic dapat dikonsumsi secara langsung. Bawang putih hitam atau black garlic merupakan produk
fermentasi dari bawang putih yang dipanaskan pada suhu 60-70oC selama ± 18 hari (Miladulhaq,2018). Bawang putih
hitam atau black garlic memiliki warna hitam dan ringan karena kadar airnya berkurang dan mempunyai aroma serta rasa
yang tidak terlalu menyengat seperti bawang putih (Wang gkk., 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lee (2009) bawang putih hitam atau black garlic memiliki sifat anti
oksidan yang lebih tinggi di bandingkan dengan bawang putih biasa yaitu 2 kali lipat karena mengandung SAC sehingga
bisa digunakan untuk mencegah komplikasi diabetes. Berdasarkan hasil wawancara pada 15 penderita diabetes mellitus di
puskesmas Segiri didapatkan 12 orang tidak mengetahui manfaat black garlic dan 3 orang mengetahui manfaat black
garlic.
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Black
Garlic Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Segiri Samarinda”.

2. METODOLOGI
Jenis penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperimen dengan design one group pretest and posttest tanpa
kelompok pembanding. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan
jumlah 15 orang yang dibentuk menjadi satu kelompok, dengan kriteria inklusi pasien yang memiliki riwayat DM tipe II
yang bersedia menjadi responden dengan usia 36-65 tahun, dan Tekanan darah: Sistolik (140-159 mmHg), Diastolik (90-
99 mmHg). Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat ukur tensimeter aneroid dan stetoskop.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 - 17 Februari di wilayah kerja Puskesmas Segiri Samarinda dengan sistem
door to door dengan pemberian intervensi selama 2 minggu. Black Garlic diolah selama 18 hari dengan rice cooker.
Kemudian Black Garlic diberikan kepada responden 2 siung / hari untuk dikonsumsi.
Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Pada penelitian ini analisa univariat
yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan nilai rata-rata (mean). Analisa bivariat untuk menguji pengaruh pemberian
black garlic terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi menggunakan uji Wilcoxon
Signed Rank.

3. HASIL DAN DISKUSI


3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan di wilayah kerja
Puskesmas Segiri Samarinda

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia

Dewasa akhir (36-45 tahun) 2 13.3

Lansia Awal (46-55 tahun) 8 53.3


BSR 2
Borneo Student Research
eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx
https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

Lansia Akhir (56-65 tahun) 5 33.3

Jenis Kelamin

Laki-laki 1 6.7

Perempuan 14 93.3

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 2 13.3

SD 10 66.7

SMP 2 13.3

SMA 1 6.7

Pekerjaan

Tidak Bekerja 7 46.7

Pedagang 5 33.3

Swasta 1 6.7

Penjahit 1 6.7

Petani 1 6.7

Total 15 100%

Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 1 dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan usia didapatkan sebagian besar pada
kategori usia lansia awal dengan jumlah 8 orang (53.3 %), berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 14 orang (93.3%), berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar
responden berpendidikan SD dengan jumlah 10 orang (66.7%), kemudian berdasarkan pekerjaan sebagian besar
responden adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 7 orang (46.7%).
a. Usia
Berdasarkan karakteristik sesuai dengan usia diketahui dari 15 responden, didapatkan sebagian besar
dengan kategori usia lansia awal dengan jumlah 8 orang (53.3 %), kategori lansia akhir 5 orang (33.3 %),
dewasa akhir (13.3 %).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artiyaningrum (2016) didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian tekanan darah tinggi yang tidak terkendali
dengan p-value= 0.022 < 0.05. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh nilai OR=2.956, artinya penderita
dengan umur lebih dari 40 tahun memiliki resiko 9.956 kali mengalami tekanan darah tidak terkendali
dibandingkan dengan penderita yang memiliki umur antara 18-40 tahun.
Bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi perubahan fungsi fisiologis, seperti penurunan fungsi
tubuh dan daya tahan tubuh yang dikarenakan proses penuaan yang dapat mengakibatkan seseorang berisiko
terkena penyakit yang salah satunya adalah tekanan darah tinggi (Kemenkes, 2017). pada usia lansia akan

BSR 3
Borneo Student Research
eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx
https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

mengalami penurunan fungsi pada kelenjar pankreas dalam mensekresi insulin sehingga gula darah tidak dapat
masuk kedalam sel dan kembali kedalam darah yang mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus (Seryawan, 2018).
Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa semakin bertambahnya usia maka semakin berisiko
terkena diabetes mellitus juga meningkat yang dikarenakan terjadinya penurunan fungsi fisiologis dan daya
tahan tubuh.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan karakteristik sesuai dengan jenis kelamin dengan kadar gula darah tinggi didapatkan
sebagian besar adalah perempuan dengan jumlah 14 orang (93.3%) dan laki-laki 1 orang (6.7 %). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013), menyatakan
bahwa perempuan cenderung lebih banyak menderita tekanan darah tinggi dibandingkan laki-laki. Pada
penelitian tersebut sebanyak 27,5% perempuan mengalami tekanan darah tinggi, sedangkan pada laki-laki
hanya sebesar 5,6%.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi pada perempuan lebih
rendah dibandingkan laki-laki pada usia muda. Perempuan yang belum mengaalami menopouse memiliki
hormon pelindung yaitu estrogen yang berperan dalam meningkatkan HDL (High Densuty Lipoprotein).
Perubahan hormon estrogen yang terjadi pada perempuan di usia lanjut ini dapat menyebabkan meningkatnya
tekanan darah dan secara bertahap akan menetap serta lebih meningkat dari tekanan darah yang sebelumnya
dan meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus (Farida dkk., 2016).
Menurut asumsi peneliti, perempuan lebih lebih berisiko terkena diabetes mellitus saat menopouse
karena hormon estrogen pada perempuan sudah mulai menurun dan ini dapat menyebabkan meningkatnya
tekanan darah yang menjadi salah satu faktor risiko dari diabetes mellitus.
c. Pendidikan
Berdasarkan karakteristik sesuai pendidikan dari 15 responden, didapatkan sebagian besar pendidikan
terakhir adalah SD sebanyak 10 orang (66.7%), 2 orangs (13.3 %) tidak bersekolah, 2 orang (13.3%) SMP, 1
orang (6.7%) SMA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013) yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tekanan darah yang memiliki nilai p-
value = 0.000.
Berdasarkan hasil penelitian Riskesdas (2013), menyataan bahwa banyak penyakit tekanan darah tinggi
pada tingkat pendidikan rendah cenderung lebih tinggi dan menurun sesuai dengan meningkatnya pendidikan.
Tekanan darah tinggi lebih rentan terkena pada seseorang yang memiliki pendidikan rendah. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan terhadap kesehatan dan lambatnya seseorang dalam menerima
informasi yang terjadi pada orang-orang dengan pendidikan yang rendah (Anggara dan Prayitno, 2013).
Dari penelitian diatas, peneliti berasumsi bahwa orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah
lebih berisiko terkena diabetes mellitus dikarenakan kurangnya pengetahuan dan lambat menerima informasi.
d. Pekerjaan
Berdasarkan karakteristik sesuai dengan pekerjaan dari 15 responden didapatkan sebagian besar tidak
bekerja sebanyak 7 orang (46.7%), 5 orang (33.3 %) Pedagang, 1 orang (6.7%) swasta, 1 orang (6.7 %)
Penjahit, 1 orang (6.7 %) Petani.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2007) yang menyatakan bahwa
pekerjaan rumah tangga merupakan salah satu penyebab stress yang dikarenakan beban yang banyak dan
semakin berat, dan bukan hanya mengurus anak dan suami tetapi juga mengurus rumah setiap harinya. Latihan
fisik yang kurang dapat menyebabkan lemak menumpuk sehingga berat badan meningkat yang sangat berisiko
terkena diabetes mellitus (Wulandari, 2013).
Dari penelitian diatas, peneliti berasumsi bahwa latihan fisik yang kurang akan lebih berisiko terkena
diabetes mellitus disbanding dengan orang-orang yang melakukan latihan fisik aktif karena latihan fisik sangat
bagus untuk kesehatan tubuh.
3.2 Analisa Univariat
a. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum Pemberian Black Garlic

Tabel 2 Distribusi Tekanan Darah Sistolik Sebelum Pemberian Black Garlic

BSR 4
Borneo Student Research
eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx
https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

Variabel Mean Median SD Min Max

Pre-Test 151.33 150.00 9.155 140 170

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 2 menunjukkan tekanan darah sistolik sebelum pemberian black garlic didapatkan nilai rata-rata
151.33, nilai tengah 150.00, sebaran data 9.155, nilai minimum 140, dan nilai maximum 170.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2017) dengan nilai rata-rata
tekanan darah sistolik responden sebelum diberikan intervensi adalah 166,33 ± 11,72 mmHg. Tekanan darah
yang melebihi normal akan menyebabkan darah sulit mengalir dan mengakibatkan tekanan untuk melawan
dinding arteri dan menambah kerja jantung dan membuat pembuluh darah mengalami kerusakan disertai dengan
komplikasi (Adriani, 2010)
Salah satu penyebab dari tekanan darah tinggi adalah aterosklerosis yang menyebabkan elastisitas
pembuluh darah menghilang (kholish, 2011).
Menurut asumsi peneliti, tekanan darah sistolik yang meingkat dapat menyebabkan hilangnya elastisitas
pembuluh darah yang dapat menjadi pemicu meningkatnya tekanan darah.

Tabel 3 Distribusi Tekanan Darah Diastolik Sebelum Pemberian Black Garlic

Variabel Mean Median SD Min Max

Pre-Test 102.67 100.00 5.936 100 120

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 3 menunjukkan tekanan darah diastolik sebelum pemberian black garlic didapatkan nilai rata-rata
102.67, nilai tengah 100.00, nilai sebaran 5.936, nilai minimum 100, dan nilai maximum 120.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2017) dengan nilai rata-rata
tekanan darah diastolik responden sebelum diberikan intervensi adalah 97,00 ± 6,21 mmHg. Salah satu penyebab
dari tekanan darah tinggi adalah aterosklerosis yang menyebabkan elastisitas pembuluh darah menghilang
(kholish, 2011).
Menurut asumsi peneliti, tekanan darah diastolic yang meingkat dapat menyebabkan peredaran darah pada
pembuluh darah akan mengalami gangguan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan meningkatkan tekanan
darah
b. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sesudah Pemberian Black Garlic

Tabel 4 Distribusi Tekanan Darah Sistolik Sesudah Pemberian Black Garlic

Variabel Mean Median SD Min Max

Post Test 130.67 130.00 4.577 120 140

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 4 menunjukkan tekanan darah sistolik sesudah pemerian black garlic didapatkan nilai rata-rata
130.67, nilai tengah 130.00, nilai sebaran 4.577, nilai mnimum 120, dan nilai maximum 140.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2017) dengan nilai rata-rata
tekanan darah sistolik responden setelah diberikan intervensi adalah 148,33 ± 8,999 mmHg. Didalam black garlic
memiliki beberapa kandungan seperti S-allyl Cystein (SAC), flavonoid, allicin dan hydrogen sulfida (Kim, 2012).

BSR 5
Borneo Student Research
eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx
https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

Dimana allicin berguna untuk memblokir aktivitas angiotensin II, flavonoid dan hydrogen sulfida dapat
melebarkan pembuluh darah yang mampu mengontrol tekanan darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah
(Zuryati, 2015).
Menurut asumsi peneliti, tekanan darah sistolik dapat turun setelah diberikan black garlic karena ada
kandung dan SAC, flavonoid, hydrogen sulfida, dan allicin yang dapat menurunkan tekanan darah,

Tabel 5 Distribusi Tekanan Darah Diastolik Sesudah Pemberian Black Garlic

Variabel Mean Median SD Min Max

Post Test 88.00 90.00 4.140 80 90

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 5 menunjukkan tekanan darah diastolik sesudah pemberian black garlic didapatkan nilai rata-rata
88.00, nilai tengah 90.00, nilai sebaran 4.140, nilai minimun 80, dan nilai maximum 9.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2017) dengan nilai rata-rata
tekanan darah diastolik sesudah diberikan intervensi adalah 86,00 ± 6,60 mmHg. Didalam black garlic memiliki
beberapa kandungan seperti S-allyl Cystein (SAC), flavonoid, allicin dan hydrogen sulfida (Kim, 2012). Dimana
allicin berguna untuk memblokir aktivitas angiotensin II, flavonoid dan hydrogen sulfida dapat melebarkan
pembuluh darah yang mampu mengontrol tekanan darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Zuryati,
2015).
Menurut asumsi peneliti, kandungan dari black garlic sangat bagus untuk menurunkan tekanan darah
karena adanya kandungan dari SAC, flavonoid, hidrogen sulfida, dan allicin yang 2 kali lipat lebih tinggi
disbanding bawang putih biasa.
3.3 Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang berfungsi untuk mengetahui perbedaan rata-rata penurunan kadar gula
darah sebelum dan sesudah diberikan black garlic. Nilai dibawah ini diperoleh dengan menggunakan uji parametrik
yaitu wilcoxon signed rank.

Tabel 6 Hasil statistik Analisa uji Wilcoxon Signed Rank Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sebelum dan
Sesudah Pemberian Black Garlic

Median
Variabel (Min-Max) P-value

TD sistolik pre test 150 (140-170)


0.001
TD sistolik post test 100 (100-120)

TD diastolik pre test 130 (120-140)


0.000
TD diastolik post test 90 (80-90)

Sumber : Data Primer 2019

Tabel 6 menunjukkan hasil statistik dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah pemberian black garlic didapatkan nilaip= 0.001 (p< 0.05), dan tekanan darah diastolik
sebelum dan sesudah pemberian black garlic didapatkan nilai p= 0.000 (p< 0.05).
Dimana tekanan darah sistolik sebelum diberikan intervensi didapatkan nilai tengah 150 dengan nilai minimun
140 dan nilai maximum 170, dan tekanan darah sistolik sesudah diberikan intervensi didapatkan nilai tengah 100
dengan nilai minimum 100 dan nilai maximum 120. Tekanan darah diastolik sebelum diberikan intervensi didapatkan
BSR 6
Borneo Student Research
eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx
https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

nilai tengah 130 dengan nilai niminum 120 dan nilai maximum 140, dan tekanan darah diastolik sesudah diberikan
intevensi didapatkan nilai tengah 90 dengan nilai minimum 80 dan nilai maximum 90.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qamarulloh dkk (2019) dengan judul
“Pengaruh Black Garlic Terharap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia
Dusun Patuk Lor Baturetno Kabupaten Wonogiri” didapatkan hasil uji paired t test pada tekanan darah sistolik
dengan nilai p=0.000 (p<0.05), dan hasil uji tekanan darah diastolik diketahui dengan nilai p=0.001 (p<0.05).
sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian black garlic terhadap tekanan darah penderita tekanan darah
tinggi.
S-alyl cysteine (SAC) pada black garlic juga menunjukkan aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada bawang
putih segar (Jang et al., 2008). Selain mengandung S-allyl Cystein (SAC), didalam black garlic juga terdapat
kandungan flavonoid, allicin dan hydrogen sulfida (Kim, 2012). Dimana allicin berguna untuk memblokir aktivitas
angiotensin II, flavonoid dan hydrogen sulfida dapat melebarkan pembuluh darah yang mampu mengontrol tekanan
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Zuryati, 2015).
Selain untuk menurunkan tekanan darah, flavonoid memiliki sifat antioksidan yang dapat menurunkan
resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin serta memperbaiki sel-sel beta pankreas yang dapat
membersihkan radikal bebas yang berlebih sehingga mencegah komplikasi terkena diabetes mellitus (Fathonah dkk.,
2014).
Peneliti berasumsi, bahwa setelah pemberian black garlic selama 2 minggu tekanan darah responden terlihat
turun dari sebelum diberikan black garlic. Dimana responden tidak ada mengeluh saat mengkonsumsi black garlic
yang diberikan oleh peneliti dan penurunan tekanan darah yang terjadi dipengaruhi oleh kandungan dalam black
garlic yaitu S-allyl Cystein (SAC), allicin, hydrogen sulfida, dan flavonoid.

4. KESIMPULAN
Dari hasil uji statistik menggunakan uji wilcoxon signed rank didapatkan didapatkan tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah pemberian black garlic didapatkan nilai p= 0.001 (p< 0.05), dan tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah pemberian black garlic didapatkan nilai p= 0.000 (p< 0.05). Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian
black garlic terhadap perubahan tekanan darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Segiri
Samarinda.

SARAN
1. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti berikutnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai black garlic dimana
nantinya mungkin akan ditemukan manfaat yang lainnya selain untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat arau menjadi salah satu referensi obat alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
3. Bagi Penderita Diabetes Mellitus
Diharapkan dari hasil penelitian ini supaya pasien Diabetes Mellitus dapat mengkonsumsi black garlic untuk
menurunkan tekanan darah yang menjadi faktor risiko dari DM Tipe II

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada proyek KDM (Kerjasama Dosen Mahasiswa) Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur (UMKT), yang memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi mahasiswa dan penerbitan.

REFERENSI
ADA. (2017). Journal American Diabetes Association Standards of Medical Care In Diabete. Diakses pada tanggal 1
November 2018

BSR 7
Borneo Student Research
eISSN: xxxx-xxxx, Vol x, No x, 2019, pp xxxx-xxxx
https://doi.org/xxxxxxxx/bsr.xxx.xxXXXX

Anggara, FHD., dan Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga
Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal
Ilmiah Jesehatan. 5(1):20-25
Artiyaningrum, Azam. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali pada
Penderita yang Melakukan Pemeriksaan Rutin. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas
Negeri Semarang. Indonesia. Public health Perspective Journal 1 (1) (2016).
Christi, dkk. (2018). Hubungan Antara Umur dan Aktivitas Fisik dengan Derajat Hipertensi di Kota Sulawesi Utara.
Journal Kesmas. Vol. 7, No. 5
Dahlan, S. M. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika
Dinas Kesehatan (DinKes). (2017). Gerakan Masyarakat Sehat. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur
Farida, Umamah, dan Aprilia Lestari. (2016). Hubungan Pre-Menopouse dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita di RT
11 RW 05 Kelurahan Banjarbedo Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol. 9, No. 1, Februari 2016, hal 82-87.
Surabaya
Fitria, A. Sase. (2013). Hubungan Durasi Aktvitas fisik dan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah pada Wanita
Menopouse. Universitas Diponegoro. Semarang
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Diakses tanggal 22 April 2019
National Institute for Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK). (2014). Cause of Diabetes. NIH Publication
Ok-Ju Kang. (2016). Physicochemical Characteristics of Black Garlic After Different Thermal Processing Steps I. Diakses
pada tanggal 25 April 2018.
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Semarang PB PERKENI
Setyawan, A. B. (2018). Efektivitas Teh Bawang Dayak untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol. 7, No. 2, November 2018
Wahyuni., dan Eksanoto, D. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di
Kelurahan Jagalan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sawit. Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. 1 (1):
79-85
World Health Organization. (2016). Global Report on Diabetes. France: World Health Organization
Yelian, dkk. (2013). The Antihypertensive Effect of Black Garlic (Allium Sativum) in Spontaneously Hypertensive Rats Via
Scavenging of Free Radicals. Diakses 05 Mei 2019.
Young-Min Lee, Oh-Cheong Gweon, Young-Ju Soet al. (2009). Antitoxins Effect of Garlic in Animal model of Type 2
Diabetes Mellitus. The Korean Nutrition Society and The Korean Society of Community Nutrition. Diakses pada
tanggal 26 April 2018

BSR 8

Anda mungkin juga menyukai