Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topi : Keperawatan Medikal Bedah


Sub Topik : Fraktur ( Patah Tulang )
Sasaran : Masyarakat Desa Papahan
Tempat : Gedung Serba Guna, Desa Papahan Karanganyar
Hari/tanggal : Senin, 31 Agustus 2020
Waktu : 35 menit

A. Analisis Instruksional
Setelah diberikan penyuluhan tentang Pemahaman Konsep Dasar Gangguan
Musculoskeletal masyarakat Desa Papahan tahu dan mampu mengerti tentang :
1. Masyarakat dapat memahami pengertian Konsep Dasar Gangguan Musculoskeletal:
fraktur
2. Masyarakat dapat memahami penyebab Gangguan Musculoskeletal: fraktur
3. Masyarakat dapat memahami tanda dan gejala Gangguan Musculoskeletal: fraktur
4. Masyarakat mampu melakukan simulasi penanganan fraktur

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Fraktur, masyarakat mendapat pengetahuan
tambahan tentang materi tersebut sehingga tahu tanda dan gejala fraktur, mampu
mengerti dan mau menangani fraktur
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan materi penyuluhan tentang fraktur masyarakat Desa Papahan dapat
mengetahui tentang:
a. Pengertian dari fraktur,
b. Penyebab dari fraktur,
c. Tanda dan gejala fraktur,
d. Bagaimana cara penanganan fraktur.
C. Materi
a. Pengertian dari Fraktur
b. Penyebab dari Fraktur.
c. Tanda dan Gejala Fraktur.
d. Penanganan / Perawatan Fraktur.

D. Metode
Ceramah, diskusi dan simulasi

E. Media
Alat peraga : leaflet, mitella, bandage, spalk

F. Organisasi kegiatan
Moderator : Eka Purnamasari
Penyaji : Joko Dwi Julianto
Fasilitator : Dwi Purwanti

G. Menyebutkan Job Description


1. Moderator
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya, mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
e. Menutup acara penyuluhan.

2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
c. Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan. Ikut bergabung
dan duduk bersama di antara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan, Mengamati perilaku
verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta.
e. Membagikan leaflet kepada peserta.
f. Mendokumentasikan kegiatan selama penyuluhan berlangsung.
Kegiatan:

N WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


O
1 5 Menit Pembukaan:  Menjawab salam
 Membuka kegiatan dengan  Mendengarkan
mengucapkan salam  Memperhatikan
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan.
 Menyebutkan materi
penyuluhan
yang akan diberikan
 Kontrak waktu dan
menjelaskan
Mekanisme
2 15 Menit Pelaksanaan : Mendengarkan dan
-Menggali pengetahuan dan memperhatikan
pengalaman
-Menjelaskan melalui flipchart
tentang:
 Pengertian dari Fraktur
 Penyebab dari Fraktur.
 Tanda dan Gejala Fraktur.
 Simulasi penanganan fraktur
3 8 menit Diskusi: Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan pada
untuk mengajukan
pertanyaan kemudian
disiskusikan bersama dan
menjawab pertanyaan
4 5 Menit Evaluasi : Menjawab & menjelaskan
 Menanyakan pada keluarga pertanyaan
pasien tentang materi yang
diberikan dan reinforcement
kepada keluarga pasien bila dapat
menjawab
 Kesimpulan

5 2 Menit Terminasi : Mendengarkan dan


 Memberikan leaflet pada membalas salam
peserta
 Mengucapkan terimakasih
kepada
keluarga pasien
 Mengucapkan salam

H. Setting Tempat Penyuluhan

1 5
4
2

Keterangan :
1. Moderator
2. Penyaji
3. Fasilitator
4. Peserta Penyuluhan
5. Tempat Simulasi

I. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Kesiapan SAP dan materi
b. Kesiapan media : alat peraga: leaflet, mitella, bandage, spalk
c. Peserta hadir di tempat penyuluhan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan diadakan H-3
e. Jumlah target yang hadir dalam penyuluhan minimal 15 orang.
2. Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan dan mendengarkan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
f. Pengorganisasian: kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.
3. Hasil
Peserta dapat :
1. Masyarakat mengetahui tentang pengertian dari fraktur.
2. Masyarakat mengetahui penyebab dari fraktur.
3. Masyarakat mengetahui tanda dan gejala fraktur.
4. Masyarakat mampu melakukan simulasi mandiri penanganan / perawatan dari
fraktur.

MATERI PENYULUHAN
FRAKTUR
1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh
darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien. (Black, Joyce
M dan Jane Hokanson Hawks, 2014)
2. Penyebab Fraktur
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu
retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot
dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak
mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur
yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur
lengkap (Digiulio, Mary, Donna Jackson dan Jim Keogh, 2014).

3. Tanda dan gejala fraktur


Tanda dan gejala terjadinya fraktur antara lain:
a. Deformitas Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai,
deformitas rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur
dapat memiliki deformitas yang nyata.
b. Pembengkakan Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
c. Memar Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
d. Spasme otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi
fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing
klien. Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini
terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada
struktur sekitarnya.
f. Ketegangan Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur
atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian
tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovaskular Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf
perifer atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas
atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
j. Syok Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau
tersembunyi dapat menyebabkan syok. (Black, Joyce M dan Jane Hokanson
Hawks, 2014)

4. penanganan atau perawatan fraktur


Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi
semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang. Cara
pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya
menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula pada
anak. Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada
patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi. Cara ketiga adalah reposisi dengan cara
manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya dilakukan pada patah tulang
radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan traksi secara terus-menerus selama
masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan
terdislokasi di dalam gips. Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan
imobilisasi dengan fiksasi luar. Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif
diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif. Cara ketujuh berupa
reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna yang biasa disebut dengan ORIF
(Open Reduction Internal Fixation). Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan
tulang dengan prostesis (Sjamsuhidayat, dkk, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Digiulio, Mary, Donna Jackson dan Jim Keogh. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Rapha Publishing.

Sjamsuhidayat, dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai