Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RESIKO JATUH PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Resiko Jatuh Pada Lansia


Sub Pokok Bahasan : Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia
Sasaran : Klien Nenek U dan Pendamping
Tanggal : 14 November 2019
Jam : 09.00 – 09.10 WIB
Waktu Pertemuan : 1 x 10 Menit
Tempat : Panti Werdha Asuhan Bunda

I. TUJUAN
A. Umum
Pada akhir proses penyuluhan pendidikan kesehatan tentang pencegahan jatuh pada lansia
selama 10 menit, diharapkan klien mampu memahami dan selanjutnya melaksanakan cara
menghindari resiko jatuh dan melakukan pencegahan jatuh.
B. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan pencegahan jatuh lansia selama 1 x 10 menit
diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian jatuh.
b. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh.
c. Menyebutkan akibat jatuh.
d. Menyebutkan cara pencegahan jatuh.
e. Melakukan pencegahan jatuh.

II. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

III. MEDIA
a. Leaflet
IV. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Klien


1 2 menit Pembukaan :  Menjawab salam
 Membuka kegiatan dengan  Mendengarkan
mengucapkan salam  Memperhatikan
 Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2 5 menit Pelaksanaan :  Memperhatikan
 Menjelaskan pengertian jatuh  Memperhatikan
 Menjelaskan faktor resiko  Memperhatikan
penyebab jatuh  Memperhatikan
 Menjelaskan akibat dari jatuh  Memperhatikan
 Menjelaskan cara pencegahan
jatuh
 Mendemonstrasikan cara
pencegahan jatuh
3 2 menit Evaluasi :  Menjawab pertanyaan
 Menanyakan kepada klien  Memperhatikan
tentang materi yang
telah diberikan
 Memberikan reinforcement
kepada klien jika
dapat menjawab pertanyaan
4 1 menit Terminasi :  Mendengarkan
 Menyimpulkan materi  Menjawab salam
penyuluhan bersama
peserta
 Mengucapkan salam penutup

V. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan klien terlaksana dengan baik berupa kontrak waktu, topik, dan tempat
b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk pendidikan kesehatan

2. Evaluasi Proses
a. Klien mampu mengikuti pendidikan kesehatan dengan baik sampai selesai
b. Klien kooperatif dalam mengikuti pendidikan kesehatan
c. Klien dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik
e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan

3. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi Kognitif
Menanyakan kepada pasien dan keluarga klien :
1) Coba jelaskan pengertian jatuh?
2) Sebutkan faktor resiko penyebab jatuh?
3) Sebutkan akibat dari jatuh?
4) Sebutkan cara mencegah jatuh?

b. Evaluasi afektif
Penerima Manfaat menyatakan kesediaaan melakukan pencegahan jatuh.

c. Evaluasi psikomotorik
Penerima Manfaat mampu melakukan pencegahan
jatuh.

VII. SUMBER / REFRENSI


Anonim. 2012. Mudah Jatuh pada Lansia. http://pinadepin.blogspot.com . Diakses tanggal
23 Agustus 2012.
Turana, Yuda. 2009. Menghindari Resiko Jatuh Pada Lansia. http://
http://www.medikaholistik.com . Diakses tanggal 23 Agustus 2012.
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kekambuhan
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Rouben, 1996).

B. Faktor Resiko Penyebab Jatuh


Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

a) Faktor Instinsik, misalnya:


 Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi darah ke otak secara tiba-
tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba, masalah pada jantung yang menyebabkan sesak
nafas sehingga tidak dapat mentoleransi aktivitas dan hipertensi.
 Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons motorik untuk
mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, hodrosealus tekanan
normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon
tidak baik terhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo, pusing.
 Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti nyeri persendian,
kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak, bentuk kaki yang tidak normal, penurunan
kekuatan otot, kekakuan jaringan penyambung , berkurangnya massa otot, edema pada kaki.
 Gangguan penglihatan dan pendengaran
 Gangguan psikologis : stres, kurang konsentrasi, lupa, dengan keterbatasan.
b) Faktor Ekstrinsik, misalnya:
 Cahaya ruangan yang kurang terang
 Lingkungan yang asing bagi lanjut usia
 Lantai yang licin
 Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti- psikotik, alkohol, dan obat
hipoglikemi)
 Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
C. Komplikasi atau Akibat Dari Jatuh
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini :
a. Perlukaan (Injury) : merusak jaringan lunak, fraktur, hematom subdural
b. Perawatan Rumah Sakit : imobilisasi, resiko penyakit
c. Disablitas : penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaaan fisik, penurunan
mobilitas akibat jatuh, penurunan kepercayaan diri dan pembatasan gerak
d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan
e. Mati

D. Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia


Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti
faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang
sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan. dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :

1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan
tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya
lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik
yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.

2. Managemen obat-obatan
a) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.
b) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.
c) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan.
d) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan
tranquilisers.
e) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis
kuat.
f) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
3. Modifikasi lingkungan
a) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat
suhu.
b) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan
tanpa harus berjalan dulu.
c) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
d) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
e) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah
tangga.
g) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk
melintas.
h) Gunakan lantai yang tidak licin.
i) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.
j) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya dikamar mandi.
k) Hindari penggunaan furnitur yang beroda.

4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :


a) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d) Hindari olahraga berlebihan.

5. Alas kaki
a) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
b) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan.
c) Pakai sepatu yang antislip.

6. Alat bantu jalan


Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Pada
penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di
sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk,
terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini
haruslah direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan
berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan.Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane.
Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi
menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-
wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi
yang diperlukan dalam menunjang berat badan.

7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.


Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan alat bantu
pendengaran apabila mengalami gangguan pendengaran.

8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9. Memelihara kekuatan tulang


a) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti
meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat
terjatuh pada orangtua.
b) Berhenti merokok
c) Hindari konsumsi alkohol
d) Latihan fisik
e) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen.
f) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti

Anda mungkin juga menyukai