Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RESIKO JATUH PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Resiko Jatuh Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Sasaran : Lansia

Hari/Tanggal : 4 Januari 2021

Jam : 09:00 – 09:10 WITA

Waktu Pertemuan : 1 x 10 menit

Tempat : STIKES WN

I. LATAR BELAKANG
Di Indonesia keberadaan seorang anggota keluarga berusia lanjut di
rumah merupakan hal yang biasa. Bahkan adanya “orang tua” di rumah,
dirasakan sebagai penghangat suasana rumah, sebagai pengayom, bahkan
sebagai tempat mengadu bagi seisi rumah.
Akan menjadi masalah bila warga usia lanjut ini mengalami sakit
atau terganggu mobilitas dan kemandiriannya, ia menjadi seorang pasien.
Pada kondisi ini diperlukan seorang yang dapat mendampingi , menemui,
bahkan merawat dan membantu pasien secara penuh.
Proses menua bukanlah suatu penyakit ataupun kondisi hendaya,
walaupun sebagai besar orang usia lanjut mengalami kemunduran
kemampuan fungsionalnya yang sering disebabkan oleh akibat dari
berbagai penyakit kronik yang umumnya menyertai proses menua. Proses
menua adalah penjumlahan semua perubahan yang terjadi dengan
berlalunya waktu. Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan erat
dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit, karena
berkurangnya kemampuan tubuh dalam proses-proses penyesuaian diri
dalam mempertahankan keseimbangan tubuh terhadap rangsangan dari
dalam maupun dari luar tubuh. Hal yang nyata adalah terjadi keterbatasan
kapasitas fungsi secara bertahap dan mengurangi kecepatan aktivitas yang
pernah mampu dikerjakan sebelumnya.
Pada umumnya, penyakit yang diderita orang usia lanjut bersifat
kronik diselingi dengan serangan akut. Urutan pola penyakit terbanyak
pada orang usia lanjut adalah penyakit jantung dan pembuluhan darah,
penyakit sendi dan tulang, penyakit kencing manis, disusul dengan
penyakit sistem pernapasan. Deretan penyakit ini sangat berpeluang untuk
menimbulkan kecacatan dan mengganggu kemandirian sehingga dapat
menyebabkan risiko jatuh pada lansia.

II. TUJUAN
A. Umum
Pada akhir proses penyuluhan pendidikan kesehatan tentang
pencegahan jatuh pada lansia selama 10 menit, diharapkan klien
mampu memahami dan selanjutnya melaksanakan cara menghindari
resiko jatuh dan melakukan pencegahan jatuh.
B. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan pencegahan jatuh
lansia selama 1 x 10 menit diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian jatuh
b. Penyebab jatuh pada lansia
c. Pencegahan resiko jatuh pada lansia
III. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

IV. MEDIA
a. Leaflet

V. SETTING TEMPAT
a. Peserta (klien) berada dalam 1 ruangan dan duduk dikursi
b. Penyuluh duduk dikursi berhadapan dengan peserta (klien)

Penyaji

Fasilitator Observer

klien klien klien

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


N Wakt Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien
o u
1. 1 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan  Menjawab salam
dengan
mengucapkan
salam  Mendengarkan
 Memperkenalkan  Memperhatikan
diri
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
dari penyuluhan
 Menyebutkan
materi yang akan
diberikan
2. 5 Pelaksanaan :
menit a. Menjelaskan  Memperhatikan
pengertian jatuh
b. Penyebab jatuh pada  Memperhatikan
lansia
 Memperhatikan
c. Pencegahan resiko
jatuh pada lansia
3. 2 Evaluasi :
menit  Menanyakan  Menjawabpertanyaan
kepada klien
tentang materi yang
telah diberikan
 Memberikan  Memperhatikan
reinforcement
kepada klien jika
dapat menjawab
pertanyaan
4. 2 Terminasi :
menit  Menyimpulkan  Mendengarkan
materi penyuluhan
bersama peserta
 Mengucapkan  Menjawab salam
salam penutup

VII. MATERI (terlampir)


a. Menjelaskan pengertian jatuh
b. Penyebab jatuh pada lansia
c. Pencegahan resiko jatuh pada lansia

VIII. EVALUASI
1. Kriteria Struktur
a. Penyuluh mempersiapkan satuan acara penyuluhan
b. Penyuluh mempersiapkan dan membawa media untuk
penyuluhan (leaflet dan lembar balik)
c. Kontrak dengan keluarga sudah dilakukan
2. Kriteria Proses
a. Pada awal kunjungan, petugas sudah menjelaskan tujuan
dilakukan kunjungan
b. Selama kegiatan penyuluhan, klien aktif mendengarkan dan
memperhatikan.
c. Klien aktif saat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
e. Kontrak telah diingatkan oleh petugas
3. Kriteria hasil
a. Klien kooperatif selama diskusi berlangsung
b. Klien kooperatif bertanya dan menjawab pertanyaan petugas
c. Klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan pencegahan
resiko jatuh pada lansia

IX. STRUKTUR ORGANISASI


a. Penyaji : Nadila Yuninda
b. Obsever : Rajiv De Sugandhi
c. Fasilitator : - Anggraeni Dewi Rahayuningtiyas
- Adhel Christi Towinangku
- Dadang Surono
d. Moderator : Wanda Sfetlani Talundu
e. Lansia : - Hermansah
- Ulfiafebriani
- Selvida Betaria Masuku

DAFTAR PUSTKA
Anonim. 2012. Mudah Jatuh pada Lansia. http:// http://pinadepin.blogspot.com .
Diaksestanggal 23 Agustus 2012.
Turana, Yuda. 2009. Menghindari Resiko Jatuh Pada Lansia.
http://http://www.medikaholistik.com . Diakses tanggal 23 Agustus 2012.

LAMPIRAN

RISIKO JATUH PADA LANSIA


1. Pengertian
Menurut WHO dalam Bandiyah (2009) lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
Menurut Undang-undang RI nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia dalam Bandiyah (2009): yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia di atas 60 tahun.

Pada lansia umumnya mengelami gangguan atau penurunan fungsi tubuh


sehingga dapat menyebabkan keterbatasan fungsi fisik yang dapat menyebabkan
masalah pada kesehatan lansia itu sendiri. Salah satu masalah yang palig sering
terjadi pada lansia adalah jatuh. Lansia sangat berisiko terhadap kejadian jatuh,
jatuh adalah suatu kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring
atau terduduk dilantai maupun tempat yang lebih redah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka, trauma, dan cedera.

2. Penyebab Risiko Jatuh


a. Faktor Intrinsik merupakan faktor penyebab yang timbul dalam diri lansia itu
sendiri, seperti :
1) Proses penuaan
Seiring dengan terjadinya proses penuaan, terjadi penurunan kekuatan dan
daya tahan otot dan tulang mulai rapuh. Pada lansia bila terjadi jatuh, akan
sangat cepat timbul cedera pada organ yang mengalami benturan.
2) Berbagai penyakit degenerative seperti :
a) Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke otak. Jaringan otak yang tidak mendapatkan suplai darah
dapat mengalami kematian sehingga dapat mengganggu sistem kerja
tubuh. Tubuh dapat mengalami kelemahan dan kehilangan keseimbangan.
Tidak jarang stroke juga disertai dengan lumpuhnya satu sisi tubuh,
sehingga pada lansia yang mengalami stroke sangat berisiko mengalami
jatuh.
b) Parkinson
Parkinson adalah penyakit neurodegenerative progresif yang berkaitan
erat dengan usia. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kemampuan
melihat, tremor (gemetar) dan kerusakan koordinasi motorik kasar
sehingga lansia akan mengalami kesulitan saat beraktivitas.
c) Gangguan kardiovaskuler
Gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi dan penyakit jantung lainnya
dapat mengganggu sirkulasi darah ke jaringan. Darah berperan dalam
metabolisme karena didalamnya terdapat oksigen dan nutrisi yang
diperlukan oleh sel. Jaringan yang tidak mendapat suplai oksigen dan
darah akan mengalami gangguan dan kehilangan fungsi. Tubuh umumnya
akan focus untuk mensuplai darah ke organ vital seperti otak, jantung dan
paru. Organ – organ ekstremitas umumnya akan mengalami kekurangan
suplai darah sehingga dapat menyebabkan kelemahan.
3) Depresi
Depresi yang terjadi pada lansia dapat mengalihkan perhatian lansia saat
melakukan aktivitas, sehingga pada lansia yang mengalami depresi akan
berkurang perhatiannya saat berjalan sehingga tidak menyadari akan hal-hal
yang dapat mencederai dirinya.

4) Gangguan penglihatan
Pada lansia umumnya mengalami penurunan daya penglihatan terkait
dengan katarak dan penurunan tonus otot mata. Lansia tidak mampu melihat
dengan baik lingkungan sekitarnya sehingga dapat berisiko mengalami jatuh.
5) Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan oleh diare, demam serta asupan cairan yang
kurang sehingga dapat timbul ketidakseimbangan pada tubuh. Kondisi yang
tidak seimbang pada lansia dapat menimbulkan jatuh saat lansia melakukan
aktivitas.

b. Faktor Ekstrinsik, merupakan faktor penyebab yang timbul bukan dari dalam
diri lansia, dapat berupa orang, barang maupun kondisi lingkungan sekitar
lansia, seperti :
1) Alat atau perlengkapan rumah yang sudah rapuh atau tergeletak di bawah
tidak pada tempatnya.
2) Tempat tidur yang tidak stabil
3) Lantai yang licin, basah, menurun serta karpet yang tidak dilem atau dalam
posisi terlipat tidak rapi di bawah.
4) Keset yang tebal atau menekuk/terlipat di pinggirnya
5) Benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
6) Tidak adanya tempat pegangan, tempat pegangan yang tidak kuat atau tidak
mudah dipegang
7) Penerangan yang tidak baik
8) Alat bantu jalan yang rapuh, tidak tepat ukuran, berat maupun cara
penggunaannya
9) Ketinggian meja dan kursi harus ergonomis sesuai dengan kondisi pasien
10) Alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, berjalan hanya dengan
menggunakan kaus kaki tanpa alas kaki lainnya.
3. Pencegahan Risiko Jatuh pada Lansia
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. Dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua:
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang
melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya
adalah berjalan kaki.
b. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:

1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat


2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan
3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama
sedatif dan tranquilisers
4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
c. Modifikasi lingkungan
1) Jalan masuk dan keluar rumah serta kamar dibuat bebas hambatan
2) Hindari ubin licin, barang-barang berserakan tidak pada tempatnya, dan
lampu redup
3) Letakkan alat-alat komunikasi agar mudah terjangkau; telepon, intercom,
bel, letakkan televise/ radio pada posisi yang terbaik
4) Pegangan tangan pada tangga
5) Penyesuaian peralatan
6) Penyesuaian di ruang duduk, termasuk bentuk dan ukuran kursi setinggi
kursi makan dan berlengan
7) Penyesuaian di kamar mandi di lengkapi beberapa pegangan.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
1) Bangun dari tidur jangan langsung berdiri. Anjurkan lansia untuk miring
terlebih dahulu, kemudian duduk perlahan lalu berdiri. Bila lansia merasa
pusing anjurkan untuk tetap dalam posisi duduk.
2) Jangan berikan lansia mengangkat barang yang berat. Bila ingin
memindahkan barang, anjurkan untuk memindahkan sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan lansia bila ingin mengambil barang dibawah jangan langsung
duduk, mulai dengan jongkok terlebih dahulu, bila perlu disesuaikan dengan
pegangan.
e. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1) Gunakan sepatu yang tidak berhak/berhak lebar dengan bahan antislip pada
haknya
2) Jangan berjalan hanya dengan menggunakan kaos kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan
3) Berikan alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, tidak hanya
menggunakan kaos kaki bila berjalan
f. Alat Bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang
mendasarinya. Penggunaan  alat bantu jalan memang membantu meningkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda, karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang
berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.
g. Memelihara kesehatan lansia
1) Jaga asupan nutrisi lansia, sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lansia.
2) Berikan suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin untuk meningkatkan
kekuatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang akibat terjatuh pada
orang tua
3) Anjurkan pasien untuk berjemur di pagi hari
4) Berhenti merokok
5) Hindari konsumsi alkohol

Anda mungkin juga menyukai