Anda di halaman 1dari 58

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG TERAPI DZIKIR PADA PASIEN POST OP KANKER


PAYUDARA (Ca. Mamae)

Pokok Bahasan : Terapi Dzikir Pada Pasien Post Op

Hari/Tanggal : Kamis, 25 Juli 2022

Pukul :10.00 wib – 10.30 wib

Sasaran :Pasien Yang Mengalami Nyeri

Tempat :Ruangan G3 Atas (Bedah Pre Op) Ruangan 204

A. Latar Belakang.

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri memberikan respon jika
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti
histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang terlepas apabila
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri dapat dirasakan jika
reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan
serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan cepat, sensasi
yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C
tidak memiliki myelin, berukuran sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi
buruk, visceral dan terus-menerus (Potter & Perry, 2005). Ketika serabut C dan A-delta
menyampaikan rangsang dari serabut saraf perifer maka akan melepaskan mediator
biokimia yang aktif terhadap respon nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar
jika ada jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut
saraf aferen sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu
dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu
transmisi sinapsis dari saraf 16 perifer ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya
informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter & Perry, 2005).

1
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015). Menurut Smeltzer & Bare (2002), definisi
keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakkannya. Nyeri sering
sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar,
melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan
nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat
untuk melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan
mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan
menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall,
1997).

Menurut Dr.dr Djauzi yang menyatakan terapi zikir dapat memberikan efek
relaksasi yang dapat memberikan relaksasi sehingga memberikan pengaruh terhadap rasa
nyeri pasien. Zikir merupakan bentuk dari unsur spiritual dan religiusitas. Zikir sebagai
salah satu cara untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dapat membantu individu
membentuk presepsi yang lain selain ketakutan, yaitu keyakinan bahwa setiap stressor
akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah. Umat Islam percaya bahwa
penyebutan Allah secara berulang (zikir) dapat menyembuhkan jiwa dan menyembuhkan
berbagai penyakit (Subandi, 2009).
Saat seorang muslim membiasakan zikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan
Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya, yang kemudian akan membangkitkan
percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tentram, dan bahagia (Najati, 2010).Kalimat zikir
yang digunakan adalah kalimat Istighfar: Astaghfirullahal’azhiim (Saya mohon ampun
kepada ALLAH yang maha Agung). Kalimat zikir tersebut diucapkan berulang ulang
dengan tujuan sebagai proses pembelajaran dan melatih untuk membangun daya juang
dan kesungguhan demi merai ridha, cinta dan perjumpaan dengan Allah SWT (Adz-
Dzkiey, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang terapi zikir dapat menurunkan rasa
nyeri pasien.

2
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuuhan diharapkan pasien bisa mengurangi rasa nyeri dengan
terapi zikir dan dapat menjelaskan :
a. Pengertian nyeri
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri
c. Pengertian zikir
d. Bacaan zikir
e. Manfaat zikir

C. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik : Terapi zikir untuk menurunkan rasa nyeri pasien Pre Op dan post Sasaran
b. Materi :
1. Pengertian nyeri
2. Penyebab nyeri
3. Penatalaksanaan nyeri
4. faktor
5. Pengertian zikir
6. Bacaan zikir
7. Manfaat zikir
c. Sasaran : pasien pre op dan post op yang mengalami nyeri
d. Metode : Ceramah, tanya jawab, dan diskusi
e. Media dan alat : leaflet, lembar balik
f. Waktu dan tempat
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Juli 2022
Waktu : 10.00- 10.30 wib
Tempat : Ruangan G3 Atas (Bedah Pre Op) Ruangan 204
g. Pengorganisasian
Penanggung jawab : CI Klinik G3 Atas bedah pre op

3
Presentator : Muhammad Irfandi Saleh

h. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
c. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
d. Menjelaskan kontrak waktu dan kontrak bahasa
e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
f. Mengarahkan alur diskusi
g. Memimpin jalannya penyuluhan
h. Menyimpulkan penyuluhan
i. Menutup acara
2. Presentator
Mempersiapkan materi untuk penyuluhan
3. Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir serta
membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan.
b. Beetanggung jawab terhadap antisipasi masalah
c. Mengawasi jalannya penyuluhan
d. Mengobservasi semua respon pasien
e. Mencatat semua proses terjadidan semua perilaku pasien
f. Membuat laporanevaluasi akhir
4. Fasilitator
a. Motivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan.
d. Membantu menanggapi pertanyaan dari peserta
e. Membuat absensi
f. Memfasilitasi kegiatan

4
g. Memberikan umpan balik terhadap kelompok

5. Setting Tempat

Keterangan:

: Pembimbing klinik, pembimbing akademik dan Karu.

: Presenter

: Moderator

: Fasilitator

: bed pasien

: Observer

5
D. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan:  menjawab salam
 Membuka kegiatan dengan  mendengarkan
mengucapkan salam  memperhatikan
 Memperkenalkan anggota  menyetujui kontrak
kelompok dan pembimbing
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
 Membuat kontrak waktu

2 15 menit Pelaksanaan :  Mengajukan pendapat


 menggali pengetahuan  Mendengarkan dan
peserta tentang nyeri memperhatikan serta
 memberikan reinforcement memahami materi yang
positif pendapat peserta telah disampaikan
 menjelaskan tentang
pengertian, faktor yang
mempengaruhi nyeri, serta
terapi untuk nyeri
 menggali pemahaman
pasien terhadap topik yang
telah disampaikan
 memintak audien untuk
menggulang materi yang
telah dipaparkan
 menjelaskan tentang cara
mengurangi nyeri dengan
terapi dzikir
 memberikan reinforcement
positif atas pendapat yang

6
telah diberikan oleh audien.
 Demonstrasikan terapi
3 5 menit Evaluasi:  Audien mampu
 Meminta audien untuk menggulang kembali
mengulang kembali materi  Menjawab salam.
yag telah disampaikan
 Reinformen positif
 Menyimpulkan hasil
penyuluhan
 Mengucapkan salam

5 menit Penutup :  Menyimak dan menjawab


 Menyimpulkan materi, salam
mentup kegiatan dengan
4
menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu
nya, mengucap salam

E. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
 Penyuluhan dilakukan pada hari Kamis, 25 Juli 2022
 Penyuluhan dilakukan diruangan G3 Atas Bedah Pre.Op RSUD Aloei Saboe
 Penyuluhan dilakukan pada jam 10.00 - selesai
 Metode kegiatan penyuluhan yaitu diskusi dan Tanya jawab
 Peserta penyuluhan yaitu klien yang merasa nyeri
 Liflet sudah selesai di cetak 1 hari sebelum kegiatan dilakukan
 Peminjaman tempat dan alat sudah di lakukan 1 hari sebelum kegiatan
dilakukan
2. Evalusai Proses
 Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir
 Peserta berperan aktif selama kegiatan penyuluhan berlangsung
 Peserta tidak meninggalkan ruangan sampai kegiatan selesai
 Moderator, penyaji, fasilitator, dan observer melakukan perannya.

7
3. Evaluasi Hasil
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa pengertian nyeri
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa factor-faktor yang mepengaruhi
nyeri
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa pengertian dzikir
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa manfaat zikir

8
Lampiran Materi Penyuluhan

Terapi dzikir terhadap rasa nyeri pasien pre dan post op

A. Pengertian nyeri

Nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang
mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakkannya. Nyeri sering sekali
dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit,
seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan nyeri
dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk
melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan mekanisme
pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu
bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 1997).

B. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman
seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam
pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.

a. Usia

Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi
nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan
orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak anak kesulitan untuk memahami nyeri
dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-
anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau
perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).

9
b. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan


secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa
jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya
anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat
menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989)
dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada
wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.

c. Budaya Keyakinan dan nilai-nilai

Budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa


yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991). Nyeri memiliki
makna tersendiri pada individu dipengaruhi oleh latar belakang budayanya
(Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) nyeri biasanya menghasilkan respon efektif
yang diekspresikan berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda. Ekspresi nyeri
dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi (Davidhizar et all, 1997,
Marrie, 2002)

d. Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,


mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan
suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan
bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif.
Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan
persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat
mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara
umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan
pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).

e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya,


makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan.

10
Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin
nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir
pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri
dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah
akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang,
nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti padda nyeri
berkepanjangan atau kronis dan persisten. Efek yang tidak diinginkan yang
diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk
waspada terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi
dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri
dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare,
2002).

f. Efek plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan
lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja.
Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif. Harapan
positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau
intervensi lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk yang diterima pasien tentang
keefektifan intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang
diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti
akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa
medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien –perawat
yang positif dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek
plasebo (Smeltzer & Bare, 2002).

g. Keluarga dan Support Sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari
orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung
pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran
keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah.
Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam
menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).

11
h. Pola koping

Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah
hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan
tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan
jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk
mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti
berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai
rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. Sumber koping lebih
dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional
dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat
meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan
untuk berdo’a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
datang (Potter & Perry, 1993).

C. Terapi non farmakologi untuk nyeri


Ada beberapa terapi yang dapat di berikan untuk mengatasi nyeri, yaitu:
1. Teknik relaksasi seperti teknik tarik nafas dalam, dan teknik hipnotis
2. Terapi music
3. Terapi dzikir
Dzikir adalah rangkaian kalimat yang diucapkan dalam rangka untuk
mengingat Allah, serta usaha untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya (Winarko, 2014). Secara fisiologis, dzikir akan
menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis yaitu akan membuat seimbang
kadar serotonin dan norepineprin di dalam tubuh. Hal tersebut merupakan morfin
alami yang bekerja di dalam otak yang dapat membuat hati dan pikiran merasa tenang
setelah berdzikir (Hidayat, 2014). Allah berfirman “Orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah SWT (dzikrullah). Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’du: 29) Dari
uraian di atas, nyeri memberikan dampak negatif sehingga harus ditangani. Metode
dzikir memiliki banyak manfaat seperti memberikan ketenangan dengan berdoa, dan
berserah diri, sehingga kami ingin melakukan terapi nonfarmakologi dzikir untuk
menurunkan nyeri pada pasien post OP. Kalimat zikir yang digunakan adalah kalimat
Istighfar: Astaghfirullahal’azhiim (Saya mohon ampun kepada ALLAH yang maha
Agung). Kalimat zikir tersebut diucapkan berulang ulang dengan tujuan sebagai

12
proses pembelajaran dan melatih untuk membangun daya juang dan kesungguhan
demi merai ridha, cinta dan perjumpaan dengan Allah SWT (Adz-Dzkiey, 2008).

Ucapan Dzikir
a. Membaca Tasbih Subhanallah, artinya: “ Maha Suci Allah”.
b. Membaca Tahmid Alhamdulillah, artinya: “Segala Puji Bagi Allah”.
c. membaca Tahlil Laa ilaaha illallahu, artinya: “Tidak Ada Tuhan Selain
Allah”
d. Membaca Takbir Allahu Akbar, artinya: “Allah Maha Besar”.
Keutamaan Dzikir
Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah
SAW bersabda: Barang siapa yang mengucapkan kalimah tahlil seperti tersebut
setiasp harinya sebanyak 100x maka pahalanya sama dengan memerdekakan sepuluh
orang hamba sahaya dan dicatat untuknya kebaikan dan dileburkan dari dirinya 100
keburukan. Ucapan tahlil juga menjadi benteng bagi dirinya dan syaitan sepanjang
hariitu dan gugur semua dosanya sekalipun sebanyak buih dilautan.
Zikir merupakan bentuk dari unsur spiritual dan religiusitas. Zikir sebagai salah
satu cara untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dapat membantu individu
membentuk presepsi yang lain selain ketakutan, yaitu keyakinan bahwa setiap stressor
akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah. Umat Islam percaya bahwa
penyebutan Allah secara berulang (zikir) dapat menyembuhkan jiwa dan
menyembuhkan berbagai penyakit (Subandi, 2009).
Saat seorang muslim membiasakan zikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan
Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya, yang kemudian akan
membangkitkan percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tentram, dan bahagia (Najati,
2005).Kalimat zikir yang digunakan adalah kalimat Istighfar: Astaghfirullahal’azhiim
(Saya mohon ampun kepada ALLAH yang maha Agung). Kalimat zikir tersebut
diucapkan berulang ulang dengan tujuan sebagai proses pembelajaran dan melatih
untuk membangun daya juang dan kesungguhan demi merai ridha, cinta dan
perjumpaan dengan Allah SWT (Adz-Dzkiey, 2008).
Firman Allah SWT tentang membaca istighfar:
“Maka aku katakana kepada mereka : “ mohon ampunlah (istighfar) kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya dia akan
memberikan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-

13
anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula didalamnya
untukmu sungai-sungai” (QS.Nuh: 10-12)

D. Penutup
Demikian proposal ini kami buat untuk dapat dianjurkan dalam rangka
memenuhi tugas praktek profesi keperawatan medical bedah di RSUP M. Djamil
Padang.

Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan kami ucapkan terima asih.

14
Lampiran

15
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2009). Fundamental on Nursing 3th edition. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 2015. Fundamental Keperawatan Ed 7 Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, 2005 buku ajar penyakit dalam. Bandung. PT. Pustaka Baru

Subandi, M. A, 2009. Psikologi dzikir, fenomenologi dzikir pengalaman transformasi


religion, https://journal.uinsgd.ac.id/index. (diakses 22 juli 2019)

Winarko, S. A. (2014). Dzikir-Dzikir Peredam Stres. Depok: Mutiara Allamah Utama.

16
PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI CA MAMMAE DI RSUD
PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Toni Budiyanto1, Atun Raudotul Ma’rifah2, Paulina Irma Susanti3

STIKes Harapan Bangsa Purwokerto


Email : atunraudotulmarifah@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan pada pasien post operasi adalah rasa nyeri yang dirasakan akibat luka operasi. Setelah efek
anestesi hilang maka pasien akan merasakan nyeri pada area payudara setelah dilakukan mastektomi. Hal
ini akan mengakibatkan kondisi pasien merasa tidak nyaman, tidak tenang, gelisah dan berbagai
gangguan perasaan atau mood lainnya. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu keadaan yang cenderung
menimbulkan perasaan tertekan, maka mereka sangat membutuhkan sebuah kompensasi agar perasaan
yang dirasakan tersebut bisa diatasi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir
terhadap intensitas nyeri pada pasien Post Operasi Ca mammae di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.Jenis penelitian ini adalah pra experiment dengan desain one group pretest and posttest
design. Teknik Sampel yang digunakan adalah accidental sampling, sampel penelitian ini adalah seluruh
pasien post operasi ca mammae. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rata-rata nyeri sebelum dilakukan
perlakuan adalah 7,80 dengan nyeri terendah adalah 7 dan tertinggi adalah 9. Rata-rata nyeri setelah
dilakukan perlakukan adalah 3,32 dengan nyeri terendah adalah 2 dan tertinggi adalah 6. Ada pengaruh
terapi dzikir terhadap intensitas nyeri pada pasien Post Operasi Ca mammae sebelum dan sesudah
diberikan terapi dzikir dengan nilai ρ-value sebesar 0,000, ρ-value < α (0,000 < 0,05).Sehingga terapi
dzikir sangat bermanfaat terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi ca mammae selain
dengan terapi farmakologi.

Kata Kunci : Nyeri, Terapi Dzikir, Post Operasi, Ca Mamame

ABSTRACT

One of The problems occuring on post surgical is the pain patients felt due to the wounds of surgery.
After the effect of the anesthesia disappears the patients will feel pain in the area of the breast after
mastectomy. This would lead to the comfortable feeling, restless, nervous, and other various disorders of
mood or feelings.. When a person is confronted to a state that is likely to cause feeling depressed, they
will desperately need a compensation so thet such perceived feelings can be addressed.The purpose of the
study was to identify The Effect of Dzikir the Therapy to the Pain Intensity on Mammae Cancer Post
Surgical Patients in RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.The study was pre experiment whit
one group pretest and posttest design. The sampling technique used was accidental sampling and the
sample of this study were all mammae cancer post surgical patients.The result of the study shows thet
was average pain prior to treatment was 7.80 with the lowest pain was 7 and the highest was 9. The
average pain after the treatment was 3.32 with the lowest was 2 and the highest was 6. There is the effect
of dzikir therapy to the pain intensity on Mammae Cancer Post Surgical Patients before and after given
the terapy with p-value 0.000, p-value < α (0,000 < 0,05).In conclusion, dzikir therapy very useful to
decrease pain of intensity on Mammae Cancer Post Surgical Patients in addition to pharmacological
therapy.

Keywords : pain intensity, dzikir therapy, post operation, cancer mammae

PENDAHULUAN yang berperan dalam pembelahan sel. Kanker


Kanker payudara yang juga disebut payudara sampai sekarang masih menjadi
dengan carcinoma (ca) mammae merupakan masalah karena merupakan jenis kanker yang
pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol angka kejadiannya paling tinggi di Indonesia
karena terjadi perubahan abnormal dari gen (Depkes RI, 2011)

90 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 90-96


World Health Organization (WHO) senantiasa mengalami peningkatan dari tahun
menyebutkan bahwa 8-9% wanita akan ke tahun di Jawa Tengah. Pada tahun 2005-
mengalami kanker payudara. Kanker payudara 2008 prevalensi kanker payudara mengalami
sebagai jenis kanker yang paling banyak peningkatan dari 0,1% sampai 0,03%. Besar
ditemui pada wanita. Kasus kanker payudara kematian penderita kanker ini dikarenakan
setiap tahun terdiagnosa lebih dari 250.000 terlambat pemeriksaan dini ke fasilitas
kasus baru di Eropa dan kurang lebih 175.000 kesehatan seperti Bidan Praktek Swasta (BPS),
di Amerika Serikat. Kasus pada tahun 2010 Puskesmas dan rumah sakit. Di Provinsi Jawa
ditemukan sebanyak 1,2 juta wanita terdiagnosa Tengah berdasarkan laporan program dari
kanker payudara dan lebih dari 700.000 Dinkes Kabupaten yang berasal dari Rumah
penderita meninggal akibat kanker payudara Sakit dan Puskesmas tahun 2011, kasus
(Mulyani dan Nuryani, 2013). penyakit kanker ditemukan sebanyak 27.125
Di Indonesia belum ada data statistik kasus terdiri dari kanker payudara 8.568 kasus
yang akurat, namun data yang terkumpul dari (31,59%), kanker serviks 12.271 kasus
Rumah Sakit menunjukkan bahwa kanker (45,24%), kanker hepar dan empedu 300 kasus
payudara menduduki peringkat pertama di (2,5%) serta kanker paru dan bronkus 256 kasus
antara kanker lainnya pada wanita. setelah (2,2%) (Dinkes Jateng, 2011).
menjalani perawatan, sekitar 50% pasien yang Diantara kanker dalam tubuh wanita,
mengalami kanker stadium akhir dapat bertahan kanker payudara merupakan kanker yang paling
hidup 18-30 bulan (Kumalasari dan banyak dijumpai. Karena kanker payudara
Adhyantoro, 2012). Kejadian kanker di mempengaruhi kehamilan dan persalinan begitu
Indonesia terdapat sebanyak 23.310 kasus dan pola terhadap konsepsi. Setiap wanita memiliki
kanker payudara sebanyak 2.743 kasus. Dari hal yang sama berisiko mengalami kanker
data survey penelitian yang dilakukan di RS payudara. Risiko kanker payudara dialami
Kanker Dharmais Jakarta, di temukan data wanita yang mengalami kenaikan berat badan
bahwa tahun 2011 ada 10 jenis kanker yang 27 kg sejak usia 18 tahun sampai masa
paling sering diterjadi yaitu : kanker payudara menghadapi peningkatan risiko kanker
43,7%, kanker serviks 26,4%, kanker paru payudara hingga 45 %, kanker leher rahim
11,3%, kanker nesopharing 10,4%, hepatoma (Proverawati, 2010).
7,6%, kanker tyroid 6,2%, kanker kolon 6%, Keganasan pada kanker payudara
kanker ovarium 5,7%, kanker recti 5,6% dan merupakan keganasan terbanyak kedua pada
Limfoma Non Hodgkin (kanker limfe) 3,5%. wanita setelah keganasan mulut rahim.
Hal ini menunjukkan bahwa kanker payudara Keganasan yang muncul pada kanker payudara
paling banyak terjadi daripada kejadian kanker ditangani dengan melakukan tindakan operatif
lain (Haryono, 2012). Hasil survey riset atau yang biasa disebut dengan mastektomi atau
Kesehatan Dasar di Indonesia menunjukkan pengangkatan kelenjar mammae dengan
angka prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar tindakan operasi. Permasalahan pada pasien
4,3 per 1000 penduduk (Kementrian Kesehatan, post operasi adalah rasa nyeri yang dirasakan
2007). akibat luka operasi. Setelah efek anestesi hilang
Kanker payudara, jumlahnya juga maka pasien akan merasakan nyeri pada area
sangat tinggi. membuat kanker payudara payudara setelah dilakukan mastektomi. Hal ini
disebut sebagai penyakit pembunuh wanita akan mengakibatkan kondisi pasien merasa
nomor 1 di Indonesia. Label itu tidak berlebihan tidak nyaman, tidak tenang, gelisah dan
karena tiap hari di Indonesia dari 40 wanita berbagai gangguan perasaan atau mood lainnya.
yang terdiagnosa menderita kanker payudara, Ketika seseorang dihadapkan pada suatu
20 wanita diantaranya meninggal karena kanker keadaan yang cenderung menimbulkan
payudara. Tingginya kasus kanker payudara di perasaan tertekan, maka mereka sangat
Indonesia membuat WHO menempatkan membutuhkan sebuah kompensasi agar
Indonesia sebagai negara dengan jumlah perasaan yang dirasakan tersebut bisa diatasi
penderita kanker payudara terbanyak di dunia (Semiun, 2006).
(Maureen, 2013). Salah satu strategi kompensasi yang
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan dapat dilakukan untuk mengurangi beban dari
Rumah Tangga (SKRT) kasus kanker payudara masalah perasaan dihadapi adalah dengan

Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Ca Mammae 91
di RSUD Prof DR Margono Soekarjo Purwokerto
Toni Budiyanto, Atun Raudotul Ma’rifah, Paulina Irma Susanti
mendekatkan memfokuskan konsentrasi guna yang kemudian menjadi terapi operatif
menenangkan pikiran, melalui ritual keagamaan mengindikasikan bahwa banyak dari pasien ca
atau aktivitas religiusitas (Ward, 2010). mammae yang memiliki kemungkinan
Aktifitas religiusitas yang dapat dilakukan mengalami nyeri post operasi dari ringan
adalah dengan mengingat Allah SWT melalui hingga berat (Data rekam medik RSUD Prof.
dzikir yang dijadikan sebagai terapi relaksasi dr. Margono Soekarjo, 2014).
bagi pasien. Pasien diajak untuk menyerahkan Berdasarkan latar belakang diatas,
semua kondisi yang dialaminya kepada Allah peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
SWT, pasien juga distimulasi untuk menyadari mengenai pengaruh terapi dzikir terhadap
bahwa apa yang terjadi saat ini adalah kehendak intensitas nyeri pada pasien Post Operasi Ca
Allah SWT sehingga pasien dapat merasakan mammae di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo
keikhlasan dalam menerima kondisi sehingga Purwokerto.
dapat mengurangi perasaan yang tidak nyaman
terhadap rasa nyeri. METODELOGI
Penting bagi pasien untuk meyakini Jenis penelitian ini adalah pra experiment
bahwa kondisinya saat ini adalah sebuah ujian dimana bentuk desain yang digunakan adalah
yang harus dijalani dengan sabar dan tabah. Hal desain one group pretest and posttest design.
ini akan semakin mudah jika pasien Rancangan jenis ini hanya menggunakan satu
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah kelompok subjek, pengukuran dilakukan
SWT dengan pengakuan bahwa tidak ada sebelum dan sesudah perlakuan (Saryono,
Tuhan kecuali Allah SWT. Kalimat dzikir 2010).
dengan lafaz “Laa Ilaa Ha Illallah” adalah Teknik pengambilan sampel yang
kalimat dzikir yang tepat diberikan kepada digunakan pada penelitian ini adalah accidental
pasien. Lafaz “Laa Ilaa Ha Illallah” memiliki sampling. Accidental sampling merupakan
makna bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah teknik pengambilan sampel yang menggunakan
SWT. Kalimat dzikir ini bermakna bahwa pendekatan waktu, dimana peneliti secara
seorang hamba menerima keesaan Allah SWT kebetulan bertemu dengan sampel tanpa
dan menerima apapun ketetapannya. pemilihan terlebih dahulu (Saryono, 2010).
Beberapa studi menegaskan bahwa Teknik Analisis Data
terapi dzikir efektif menstabilkan gangguan a. Analisis Univariat
perasaaan seperti yang telah dilakukan oleh Analisis data dengan cara data yang telah
Sitepu (2009), dimana hasilnya menunjukkan dikumpulkan dikelompokkan menurut jenis
nilai signifikan menurunkan tingkat kecemasan data masing-masing dan dimasukkan ke dalam
dan depresi pada pasien dengan operasi bedah. tabel. Analisis univariat digunakan untuk
Selanjutnya Grohol (2008) menambahkan mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum
bahwa dengan melakukan penenangan diri diberikan terapi dzikir dan setelah diberikan
melalui kegiatan penyegaran rohani mampu terapi. Analisis dibantu dengan program
meningkatkan konsentrasi pasien dalam software SPSS. Adapun analisis univariat
melaksanakan kegiatan rutinnya. menggunakan tendency central minimal-
Berdasarkan hasil pra survey yang maximal, mean median dikarenakan data yang
dilakukan peneliti pada tanggal 13 Desember diukur berbentuk rasio.
2014 didapatkan bahwa jumlah kasus ca b. Analisis Bivariat
mammae di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo Analisis bivariat merupakan analisa
selama satu tahun sebanyak 1.306 kasus rawat untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik
inap, 7.663 kasus merupakan rawat jalan. Dari berupa komperatif, asosiatif maupun korelatif.
semua kasus yang tercatat, ditemukan sebanyak Terdapat uji parametrik dan non parametik pada
44 orang penderita ca mammae yang meninggal analisis bivariat (Saryono, 2010). Setelah
dunia. Berdasarkan data terbaru yang dilakukan uji normalitas data, menunjukkan
peneliti temukan terdapat jumlah pasien data tidak terdistribusi normal dengan nilai
ca mammae di Ruang Rawat Inap Cendana signifikan p < 0,05, uji normalitas data yang
yang telah dijadwalkan mengikuti operasi digunakan adalah One-Sample Kolmogorov-
selama bulan September – Oktober (2014) Smirnov Test. Uji statistik yang digunakan
sebanyak 92 orang. Tinggi kasus ca mammae

92 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 90-96


untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum dan Hasil penelitian didapatkan rata-rata
sesudah terapi dzikir menggunakan Uji nyeri responden sebelum diberikan perlakuan
Wilcoxon. adalah 7,8 atau nyeri berat. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut menurut peneliti pada proses
HASIL PENELITIAN DAN operasi digunakan anastesi agar pasien tidak
PEMBAHASAN merasakan nyeri pada saat dibedah. Namun
setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar
Tabel .1 Distribusi Frekuensi Intensitas dan efek anestesi habis bereaksi, pasien akan
Nyeri pada Pasien Post Operasi Ca Mammae merasakan nyeri pada bagian tubuh yang
Sebelum Dilakukan Terapi Dzikir mengalami pembedahan.
Hal ini sejalan dengan teori Semiun
Nyeri
(2006) bahwa permasalahan pada pasien post
Sebelum
operasi adalah rasa nyeri yang dirasakan akibat
Mean ± SD 7,8 ± 0,707
luka operasi. Setelah efek anestesi hilang maka
Min-Max 7-9
pasien akan merasakan nyeri pada area
payudara setelah dilakukan mastektomi. Hal ini
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat
akan mengakibatkan kondisi pasien merasa
diketahui bahwa rata-rata nyeri sebelum tidak nyaman, tidak tenang, gelisah dan
dilakukan perlakukan adalah 7,8 dengan nyeri
berbagai gangguan perasaan atau mood lainnya.
terendah adalah 7 dan tertinggi adalah 9.
Ketika seseorang dihadapkan pada suatu
keadaan yang cenderung menimbulkan
Tabel .2 Distribusi Frekuensi Intensitas
perasaan tertekan, maka mereka sangat
Nyeri pada Pasien Post Operasi Ca Mammae
membutuhkan sebuah kompensasi agar
Sesudah Dilakukan Terapi Dzikir
perasaan yang dirasakan tersebut bisa diatasi.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
Nyeri Sesudah oleh Potter dan Perry (2005) bahwa nyeri
Mean ± SD 3,32 ± 0,945 merupakan pengalaman yang menyeluruh
Min-Max 2-6 dirasakan oleh semua manusia dan bersifat
subjektif, sehingga nilainya dapat berbeda-beda
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dari satu orang dengan orang lain serta
diketahui bahwa rata-rata nyeri setelah bervariasi dirasakan oleh orang dari waktu ke
dilakukan perlakukan adalah 3,32 dengan nyeri waktu.
terendah adalah 2 dan tertinggi adalah 6. Munculnyal nyeri sangat berkaitan erat
Tabel .3 Pengaruh Terapi Dzikir dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Terhadap Intensitas Nyeri Reseptor nyeri dapat memberikan respons akan
adanya setimulus atau rangsangan. Stimulus
yang diterima oleh reseptor tersebut
Nyeri Z ρ-value ditrasmisikan berupa implus-implus nyeri ke
sumsung tulang belakang oleh dua jenis
Nyeri Sebelum - serabut, yaitu serabut A (delta) dan serabut C.
-4,465 0,000
Nyeri Sesudah Implus nyeri menyebrangi tulang belakang pada
interneuron dan bersambung ke jalur spinal
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui asendens yang paling utama, yaitu jalur
bahwa nilai ρ-value sebesar 0,000, ρ-value < α spinothalamic tract (STT) atau spinothalamus
(0,000 < 0,05) yang artinya ada pengaruh terapi dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa
dzikir terhadap intensitas nyeri pada pasien Post informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri
Operasi Ca mammae sebelum dan sesudah (Uliyah, 2008).
diberikan terapi dzikir. Hasil penelitian ini sejalan dengan
1. Intensitas nyeri pada pasien Post Operasi penelitian Rampengan (2014) tentang
Ca mammae sebelum dilakukan terapi “Pengaruh teknik relaksasi dan teknik distraksi
dzikir pada pasien Post Operasi Ca terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien
mammae di RSUD Prof dr. Margono post operasi”, didapatkan hasil sebagian besar
Soekarjo Purwokerto responden mengalami intensitas nyeri berat

Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Ca Mammae 93
di RSUD Prof DR Margono Soekarjo Purwokerto
Toni Budiyanto, Atun Raudotul Ma’rifah, Paulina Irma Susanti
yaitu sebanyak 6 orang (40%), intensitas nyeri dengan obat dan tindakan medis lainnya tanpa
sedikit sedang sebanyak 4 orang (26,7%), harus mengabaikannya. Dengan demikian,
intensitas nyeri sangat berat 3 orang (20%) dan menunjukkan bahwa terapi medis disertai dzikir
intensitas nyeri ringan sebanyak 2 orang dan doa merupakan pendekatan holistik di
(13,3%). dunia kedokteran modern pada saat ini.
2. Intensitas nyeri pada pasien Post Operasi Ca 3. Pengaruh terapi dzikir terhadap intensitas
mammae sesudah dilakukan terapi dzikir nyeri pada pasien Post Operasi Ca mammae
pada pasien Post Operasi Ca mammae di di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo
RSUD Prof dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Purwokerto Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui
Hasil penelitian didapatkan rata-rata bahwa nilai ρ-value sebesar 0,000, ρ-value < α
nyeri setelah dilakukan perlakukan sebesar 3,32 (0,000 < 0,05) yang artinya ada pengaruh terapi
atau nyeri ringan. Nyeri yang dialami oleh dzikir terhadap intensitas nyeri pada pasien Post
responden setelah dilakukan perlakuan adalah Operasi Ca mammae sebelum dan sesudah
karena efek dari pemberian terapi. Menurut diberikan terapi dzikir.
peneliti terjadinya penurunan nyeri pada pasien Berdasarkan hasil penelitian menurut
karena terapi yang dilakukan secara berulang peneliti hal ini terjadi karena seseorang yang
akan dapat menimbulkan rasa nyaman yang mengalami nyeri akan mencari pertolongan
pada akhirnya akan meningkatkan toleransi untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya,
persepsi dalam menurunkan rasa nyeri yang dengan Dzikir perawat dapat memenuhi
dialami. Jika seseorang mampu meningkatkan kebutuhan rasa nyaman pasien. Dzikir sebagai
toleransinya terhadap nyeri maka seseorang penyembuh terhadap nyeri diantaranya dengan
akan mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga berdzikir menghasilkan beberapa efek medis
akan memiliki pertahanan diri yang baik pula. dan psikologis di dalam tubuh, dimana
merasakan keikhlasan dalam menerima fenomena ini akan menyebabkan hati dan
kondisi sehingga dapat mengurangi perasaan pikiran merasa tenang dibandingkan sebelum
yang tidak nyaman terhadap rasa nyeri. berzikir. Otot-otot tubuh mengendur terutama
Penting bagi pasien untuk meyakini otot bahu yang sering mengakibatkan
bahwa kondisinya saat ini adalah sebuah ujian ketegangan psikis.
yang harus dijalani dengan sabar dan tabah. Hal Hal ini didukung dengan teori Lukman
ini akan semakin mudah jika pasien (2012) yang menyatakan bahwa secara
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah fisiologis, terapi spiritual dengan berdzikir atau
SWT dengan pengakuan bahwa tidak ada tuhan mengingat asma Allah menyebabkan otak akan
kecuali Allah SWT. Kalimat dzikir dengan bekerja, ketika otak mendapat rangsangan dari
lafaz “Laa Ilaa Ha Illallah” adalah kalimat luar, maka otak akan memproduksi zat kimia
dzikir yang tepat diberikan kepada pasien. yang akan memberi rasa nyaman yaitu
Lafaz “Laa Ilaa Ha Illallah” memiliki makna neuropeptida. Setelah otak memproduksi zat
bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah SWT. tersebut, maka zat ini akan menyangkut dan
Kalimat dzikir ini bermakna bahwa seorang diserap didalam tubuh yang kemudian akan
hamba menerima keesaan Allah SWT dan memberi umpan balik berupa kenikmatan atau
menerima apapun ketetapannya. kenyamanan.
Hawari (2010) menyatakan bahwa Hasil penelitian ini sejalan dengan
“Dzikir dan Doa dari sudut pandang ilmu penelitian Munzir (2008) menunjukkan bahwa
kedokteran jiwa atau kesehatan mental kata-kata dzikir itu dapat menjadi salah satu
merupakan terapi psikiatrik, setingkat lebih frasa fokus (kata-kata yang menjadi titik fokus
tinggi daripada psikoterapi biasa. Hal ini perhatian) dalam proses penyembuhan diri klien
dikarenakan dzikir dan doa mengandung unsur dari kecemasan, ketakutan bahkan dari keluhan
spiritual kerohanian, keagamaan, yang dapat fisik seperti sakit kepala, nyeri dada dan
membangkitkan harapan dan percaya diri pada hipertensi.
diri klien atau penderita, yang pada gilirannya Al-qur’an juga bermanfaat dalam
kekebalan tubuh dan kekuatan psikis meningkat kesehatan yakni dalam proses penyembuhan.
sehingga mempercepat proses penyembuhan”. Al-qur’an terbukti berpengaruh tehadap
Dalam hal ini, tentu terapinya juga disertai relaksasi ketegangan pada otot dan saraf.

94 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 90-96


Ketegangan pada otot saraf dapat berpotensi dengan nyeri terendah adalah 7 dan tertinggi
mengurangi daya tahan tubuh yang disebabkan adalah 9.
oleh gangguan keseimbangan fungsi organ 2. Intensitas nyeri pada pasien post operasi ca
dalam tubuh. Dengan menggunakan Al-qur’an mammae di RSUD Prof Dr Margono
sebagai media relaksasi, daya tahan tubuh dapat Soekarjo Purwokerto dengan rata-rata nyeri
di pengaruhi sehingga mampu melawan setelah dilakukan perlakukan adalah 3,32
penyakit dan membantu proses penyembuhan dengan nyeri terendah adalah 2 dan tertinggi
(Al-Qadhiy, 2009). adalah 6.
Selama melaksanakan asuhan 3. Ada pengaruh terapi dzikir terhadap
keperawatan pada aspek spiritual care perawat intensitas nyeri pada pasien Post Operasi Ca
dituntut untuk mampu hadir secara fisik mammae sebelum dan sesudah diberikan
maupun psikis dimanifestasikan dalam terapi dzikir dengan nilai ρ-value sebesar
mendengarkan dengan aktif, sikap empati 0,000, ρ-value < α (0,000 < 0,05).
melalui komunikasi terapeutik dan
memfasilitasi ibadah praktis membantu pasien DAFTAR PUSTAKA
untuk menginterospeksi diri merujuk kepada
rohaniawan jika pasien membutuhkan. Adapun Depkes. (2011). Profil Kesehatan Indonesia
kriteria hasil yang ingin dicapai dari asuhan 2011. Depkes RI.
keperawatan dengan pendekatan spiritual http://www.depkes.go.id/downloads/PROFI
care ini adalah ditemukannya kemampuan L_KESEHATAN_INDONESIA_2011.pdf.[D
pasien dalam bersyukur, kedamaian atau iakses
ketenangan dan tergalinya mekanisme koping Dinkes Jateng. (2011). Profil Kesehatan
yang efektif untuk mengatasi rintangan hidup Jawa Tengah 2011.
diantaranya dalam mengahapi nyeri (Potter & Grohol JM. 2008. Psychosocial Treatment for
Perry, 2005). Schizophrenia. [online]: Available from:
Hasil penelitian ini sejalan dengan URL:http://www.ehow.com/way_5289422
penelitian Hidayat (2014) tentang menganalisis _psychosocial-treatment-
dzikir khafi untuk menurunkan skala nyeri schizophrenia.html
osteoartritis pada lansia di Panti Sosial Trisna Hawari, D. 2010. Dimensi Religi dalam Praktik
Werda (PSTW) Unit Budi Luhur Bantul Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Balai
Yogyakarta. Hasil analisa terdapat perbedaan Penerbit UI.
skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan Haidir, S. A. 2010. Tauhid Dan Makna
pada kelompok eksperimen dengan nilai ρ- Syahadatain Dan Hal-Hal Yang
value sebesar 0,000 (<0,05) serta tidak ada Membatalkan Keislaman. Yogyakarta:
perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah Nuhu Medika
pada kelompok kontrol dengan nilai ρ-value Kumalasari dan Adhyantoro, (2012).
sebesar 0,627 (>0,05) dan terdapat perbedaan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
skala nyeri sesudah perlakuan pada kelompok Andi Press
kontrol dan eksperimen dengan nilai ρ-value Mulyani dan Nuryani. (2013). Kanker
sebesar 0,000 (<0,05). Payudara dan PMS pada Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika
KESIMPULAN Maureen, M. 2013. Statistika Penderita
Berdasarkan penelitian dan pembahasan Kanker di Indonesia.
mengenai pengaruh terapi dzikir terhadap http://www.deherba.com/statistik-
intensitas nyeri pada pasien post operasi ca penderita-kanker-di-indonesia.html
mammae di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Proverawati, A, dkk. (2010). Panduan
Purwokerto, maka ditarik kesimpulan sebagai Memilih Alat Kontrasepsi. Yogyakarta :
berikut: Nuha Medika
1. Intensitas nyeri pada pasien post operasi ca Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku
mammae di RSUD Prof Dr Margono Ajar Fundamental : konsep, proses,
Soekarjo Purwokerto dengan rata-rata nyeri dan praktik. Jakarta : EGC
sebelum dilakukan perlakukan adalah 7,80

Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Ca Mammae 95
di RSUD Prof DR Margono Soekarjo Purwokerto
Toni Budiyanto, Atun Raudotul Ma’rifah, Paulina Irma Susanti
Uliyah, 2008. Keterampilan dasar praktik Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3.
klinik untuk kebidanan, Jakarta : Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Salemba Medika Sitepu, M.Y. (2009). Karakteristik
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Penderita TB Paru Relapse Yng
kebidanan. Jakarta : Nuha. Medika Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit
Paru – Paru (BP4) Medan 2000 –
2007.

96 Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 90-96


ANALISIS EVIDENCE BASED PRACTICE IN NURSING (EBPN)

PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP INTENSITAS NYERI


PADA PASIEN POST OPERASI CA MAMAE

LANGKAH 0
MENIMBULKAN SEMANGAT MENYELIDIKI

Perawat Irfandi Saleh sedang melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien kelolaan

dengan diagnosa medis Ca Mamae. Akibat nyeri yang selalu dikeluhkan oleh pasien, sehingga

perlu dilakukan intervensi yang mampu mengurangi intensitas nyeri pada pasien post operasi

Ca Mamae. Maka hal tersebut membuat saya penasaran “Apakah Terapi Dzikir Mempengaruhi

Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Ca Mamae”.

LANGKAH I
MENANYAKAN PERTANYAAN KLINIK
DENGAN MENGGUNAKAN FORMAT PICOT

Berapa jumlah responden yang akan diberikan intervensi untuk dikaji/ dibandingkan ?

Intervensi apa yang akan diberikan pada pasien/responden terhadap upaya


penurunan intesitas nyeri post operasi ca mamae?

Intervensi apa yang berbeda dengan intervensi yang sudah ada ?

Bagaimana hasil dari intervensi yang diberikan ?

Berapa lama intervensi akan diberikan ?


LANGKAH II
MENCARI INTERVENSI APA YANG BISA DILAKUKAN
BERDASARKAN ARTIKEL YANG TERPERCAYA DAN RELEVAN

Artikel yang mendukung penelitian ini yaitu “Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Ca Mammae Di Rsud Prof Dr Margono
Soekarjo Purwokerto”

LANGKAH III
CARI BUKTI TERBAIK : ANALISA PICOT

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 responden yang telah


dihadwalkan mengikuti operasi selama bulan September-Oktober yang dibagi
menjadi dua kelompok PreTest-PostTest

Intervensi yang diberikan yaitu tindakan non farmakologi dengan teknik


pemberian terapi dzikir

Perbandinga dilakukan intervensi intensitas nyeri sebelum dan sesudah


pemberian terapi dzikir

Hasil penelitian didapatkan rata-rata nyeri responden sebelum diberikan


perlakuan adalah 7.8 atau nyeri terendah 7 dan tertinggi adalah 9. Sedangkan
rata-rata responden sesudah perlakuan sebesar 3.32 atau nyeri terendah 2, dan
tertinggi adalah 6. Yang artinya ada pengaruh terapi dzikir terhadap intensitas
nyeri pada pasien Post Operasi Ca Mamae sebelum dan sesudah diberiakn terapi
dzikir, dengan nilai p-value 0,000

Intervensi dilakukan selama 3 hari


LANGKAH IV
MENGINTEGRASIKAN BUKTI DENGAN KEHALIAN KLINIS

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rampengan (2014)


tentang “Pengaruh teknik relaksasi dan teknik distraksi terhadap perubahan
intensitas nyeri pada pasien post operasi”, didapatkan hasil sebagian besar
responden mengalami intensitas nyeri berat yaitu sebanyak 6 orang (40%),
intensitas nyeri sedikit sedang sebanyak 4 orang (26,7%), intensitas nyeri
sangat berat 3 orang (20%) dan intensitas nyeri ringan sebanyak 2 orang
(13,3%).
Hal ini didukung dengan teori Lukman (2012) yang menyatakan
bahwa secara fisiologis, terapi spiritual dengan berdzikir atau mengingat
asma Allah menyebabkan otak akan bekerja, ketika otak mendapat
rangsangan dari luar, maka otak akan memproduksi zat kimia yang akan
memberi rasa nyaman yaitu neuropeptida. Setelah otak memproduksi zat
tersebut, maka zat ini akan menyangkut dan diserap didalam tubuh yang
kemudian akan memberi umpan balik berupa kenikmatan atau
kenyamanan.

LANGKAH V
EVALUASI OUTCOME DARI PERUBAHAN YANG TELAH DIPUTUSKAN
BERDASARKAN BUKTI-BUKTI

Kata-kata dzikir itu dapat menjadi salah satu frasa fokus (kata-kata
yang menjadi titik fokus perhatian) dalam proses penyembuhan diri klien
dari kecemasan, ketakutan bahkan dari keluhan fisik seperti sakit kepala,
nyeri dada dan hipertensi. Al-qur’an juga bermanfaat dalam kesehatan
yakni dalam proses penyembuhan. Al-qur’an terbukti berpengaruh
tehadap relaksasi ketegangan pada otot dan saraf.
LANGKAH VI
MENYEBARLUASKAN HASIL DARI EBPN

Hasil penelitian ini dapat dipublikasikan kepada sesama perawat sejawat untuk
dijadikan masukan dan informasi sebagai salah satu prosedur alternatif
keperawatan mandiri terhadap efektifitas penurunan skala nyeri pasien dengan
post operasi ca mammae, serta sebagai pemilihan intervensi keperawatan. Dan
kepada pasien maupun masyarakat informasi dapat publikasikan melalui
penyuluhan kesehatan dengan media leaflet, brosur, artikel maupun jurnal

Anda mungkin juga menyukai