Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG TERAPI DZIKIR PADA PASIEN PRE OP DAN POST OP

Pokok Bahasan : Terapi Dzikir Pada Pasien Pre Op Dan Post Op

Hari/Tanggal : Senin, 4 November 2019

Pukul :10.00 wib – 10.30 wib

Sasaran :Pasien Yang Mengalami Nyeri

Tempat :Ruangan Cp Bedah Irna,RSUP DR.M Djamil Padang

A. Latar Belakang.

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri memberikan respon jika
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti
histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang terlepas apabila
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri dapat dirasakan jika
reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan
serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan cepat, sensasi
yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C
tidak memiliki myelin, berukuran sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi
buruk, visceral dan terus-menerus (Potter & Perry, 2005). Ketika serabut C dan A-delta
menyampaikan rangsang dari serabut saraf perifer maka akan melepaskan mediator
biokimia yang aktif terhadap respon nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar
jika ada jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut
saraf aferen sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu
dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu
transmisi sinapsis dari saraf 16 perifer ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya
informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter & Perry, 2005).

1
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015). Menurut Smeltzer & Bare (2002), definisi
keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakkannya. Nyeri sering
sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar,
melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan
nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat
untuk melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan
mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan
menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall,
1997).

Menurut Dr.dr Djauzi yang menyatakan terapi zikir dapat memberikan efek
relaksasi yang dapat memberikan relaksasi sehingga memberikan pengaruh terhadap rasa
nyeri pasien. Zikir merupakan bentuk dari unsur spiritual dan religiusitas. Zikir sebagai
salah satu cara untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dapat membantu individu
membentuk presepsi yang lain selain ketakutan, yaitu keyakinan bahwa setiap stressor
akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah. Umat Islam percaya bahwa
penyebutan Allah secara berulang (zikir) dapat menyembuhkan jiwa dan menyembuhkan
berbagai penyakit (Subandi, 2009).
Saat seorang muslim membiasakan zikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan
Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya, yang kemudian akan membangkitkan
percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tentram, dan bahagia (Najati, 2010).Kalimat zikir
yang digunakan adalah kalimat Istighfar: Astaghfirullahal’azhiim (Saya mohon ampun
kepada ALLAH yang maha Agung). Kalimat zikir tersebut diucapkan berulang ulang
dengan tujuan sebagai proses pembelajaran dan melatih untuk membangun daya juang
dan kesungguhan demi merai ridha, cinta dan perjumpaan dengan Allah SWT (Adz-
Dzkiey, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang terapi zikir dapat menurunkan rasa
nyeri pasien.

2
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuuhan diharapkan pasien bisa mengurangi rasa nyeri dengan
terapi zikir dan dapat menjelaskan :
a. Pengertian nyeri
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri
c. Pengertian zikir
d. Bacaan zikir
e. Manfaat zikir

C. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik : Terapi zikir untuk menurunkan rasa nyeri pasien Pre Op dan post Sasaran
b. Materi :
1. Pengertian nyeri
2. Penyebab nyeri
3. Penatalaksanaan nyeri
4. faktor
5. Pengertian zikir
6. Bacaan zikir
7. Manfaat zikir
c. Sasaran : pasien pre op dan post op yang mengalami nyeri
d. Metode : Ceramah, tanya jawab, dan diskusi
e. Media dan alat : leaflet, power point, layar, infocus.
f. Waktu dan tempat
Hari/Tanggal :Senin, 4 November 2019
Waktu : 10.00- 10.30 wib
Tempat :Ruangan CP M.djamil
g. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Karu : Ns. Silvia Handayani S.Kep

CI Klinik : Rona Melisa Amd.Kep

Ns. Marni Sudiarsih,S.Kep

CI Akademik : Ns. Reska Handayani,M.Kep

Ns. Ira Sri Budiarti,M.Kep

3
Moderator :Risa Meilani Ermi
Presentator :Resi Ulandari
Observer :Silvia Andini Lestari,
Fasilitator :Dedi Pratama, Dilla Febriyanti Rahma, Widya Handayani

h. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
c. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
d. Menjelaskan kontrak waktu dan kontrak bahasa
e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
f. Mengarahkan alur diskusi
g. Memimpin jalannya penyuluhan
h. Menyimpulkan penyuluhan
i. Menutup acara
2. Presentator
Mempersiapkan materi untuk penyuluhan
3. Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir serta
membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan.
b. Beetanggung jawab terhadap antisipasi masalah
c. Mengawasi jalannya penyuluhan
d. Mengobservasi semua respon pasien
e. Mencatat semua proses terjadidan semua perilaku pasien
f. Membuat laporanevaluasi akhir
4. Fasilitator
a. Motivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan.
d. Membantu menanggapi pertanyaan dari peserta
e. Membuat absensi
f. Memfasilitasi kegiatan

4
g. Memberikan umpan balik terhadap kelompok

5. Setting Tempat

Keterangan:

: Pembimbing klinik, pembimbing akademik dan Karu.

: Presenter

: Moderator

: Fasilitator

: bed pasien

: Observer

5
D. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan:  menjawab salam
 Membuka kegiatan dengan  mendengarkan
mengucapkan salam  memperhatikan
 Memperkenalkan anggota  menyetujui kontrak
kelompok dan pembimbing
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
 Membuat kontrak waktu
2 15 menit Pelaksanaan :  Mengajukan pendapat
 menggali pengetahuan  Mendengarkan dan
peserta tentang nyeri memperhatikan serta
 memberikan reinforcement memahami materi yang
positif pendapat peserta telah disampaikan
 menjelaskan tentang
pengertian, faktor yang
mempengaruhi nyeri, serta
terapi untuk nyeri
 menggali pemahaman
pasien terhadap topik yang
telah disampaikan
 memintak audien untuk
menggulang materi yang
telah dipaparkan
 menjelaskan tentang cara
mengurangi nyeri dengan
terapi dzikir
 memberikan reinforcement
positif atas pendapat yang

6
telah diberikan oleh audien.
 Demonstrasikan terapi
3 5 menit Evaluasi:  Audien mampu
 Meminta audien untuk menggulang kembali
mengulang kembali materi  Menjawab salam.
yag telah disampaikan
 Reinformen positif
 Menyimpulkan hasil
penyuluhan
 Mengucapkan salam
5 menit Penutup :  Menyimak dan menjawab
 Menyimpulkan materi, salam
mentup kegiatan dengan
4
menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu
nya, mengucap salam

E. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
 Penyuluhan dilakukan pada hari Senin 4 November 2019
 Penyuluhan dilakukan diruangan Cp RSUP M. Jamil Padang
 Penyuluhan dilakukan pada jam 10.00 - selesai
 Metode kegiatan penyuluhan yaitu diskusi dan Tanya jawab
 Peserta penyuluhan yaitu klien yang merasa nyeri
 Liflet sudah selesai di cetak 1 hari sebelum kegiatan dilakukan
 Peminjaman tempat dan alat sudah di lakukan 1 hari sebelum kegiatan
dilakukan
2. Evalusai Proses
 Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir
 Peserta berperan aktif selama kegiatan penyuluhan berlangsung
 Peserta tidak meninggalkan ruangan sampai kegiatan selesai
 Moderator, penyaji, fasilitator, dan observer melakukan perannya.

7
3. Evaluasi Hasil
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa pengertian nyeri
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa factor-faktor yang mepengaruhi
nyeri
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa pengertian dzikir
 70% peserta mengetahui dan mengingat apa manfaat zikir

8
Lampiran Materi Penyuluhan

Terapi dzikir terhadap rasa nyeri pasien pre dan post op

A. Pengertian nyeri

Nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang
mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakkannya. Nyeri sering sekali
dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit,
seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan nyeri
dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk
melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan mekanisme
pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu
bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 1997).

B. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman
seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam
pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.

a. Usia

Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi
nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan
orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak anak kesulitan untuk memahami nyeri
dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-
anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau
perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).

9
b. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan


secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa
jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya
anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat
menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989)
dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada
wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.

c. Budaya Keyakinan dan nilai-nilai

Budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa


yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991). Nyeri memiliki
makna tersendiri pada individu dipengaruhi oleh latar belakang budayanya
(Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) nyeri biasanya menghasilkan respon efektif
yang diekspresikan berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda. Ekspresi nyeri
dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi (Davidhizar et all, 1997,
Marrie, 2002)

d. Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,


mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan
suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan
bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif.
Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan
persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat
mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara
umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan
pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).

e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya,


makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan.

10
Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin
nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir
pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri
dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah
akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang,
nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti padda nyeri
berkepanjangan atau kronis dan persisten. Efek yang tidak diinginkan yang
diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk
waspada terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi
dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri
dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare,
2002).

f. Efek plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan
lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja.
Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif. Harapan
positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau
intervensi lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk yang diterima pasien tentang
keefektifan intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang
diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti
akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa
medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien –perawat
yang positif dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek
plasebo (Smeltzer & Bare, 2002).

g. Keluarga dan Support Sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari
orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung
pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran
keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah.
Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam
menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).

11
h. Pola koping

Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah
hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan
tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan
jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk
mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti
berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai
rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. Sumber koping lebih
dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional
dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat
meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan
untuk berdo’a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
datang (Potter & Perry, 1993).

C. Terapi non farmakologi untuk nyeri


Ada beberapa terapi yang dapat di berikan untuk mengatasi nyeri, yaitu:
1. Teknik relaksasi seperti teknik tarik nafas dalam, dan teknik hipnotis
2. Terapi music
3. Terapi dzikir
Dzikir adalah rangkaian kalimat yang diucapkan dalam rangka untuk
mengingat Allah, serta usaha untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya (Winarko, 2014). Secara fisiologis, dzikir akan
menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis yaitu akan membuat seimbang
kadar serotonin dan norepineprin di dalam tubuh. Hal tersebut merupakan morfin
alami yang bekerja di dalam otak yang dapat membuat hati dan pikiran merasa tenang
setelah berdzikir (Hidayat, 2014). Allah berfirman “Orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah SWT (dzikrullah). Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’du: 29) Dari
uraian di atas, nyeri memberikan dampak negatif sehingga harus ditangani. Metode
dzikir memiliki banyak manfaat seperti memberikan ketenangan dengan berdoa, dan
berserah diri, sehingga kami ingin melakukan terapi nonfarmakologi dzikir untuk
menurunkan nyeri pada pasien post OP. Kalimat zikir yang digunakan adalah kalimat
Istighfar: Astaghfirullahal’azhiim (Saya mohon ampun kepada ALLAH yang maha
Agung). Kalimat zikir tersebut diucapkan berulang ulang dengan tujuan sebagai

12
proses pembelajaran dan melatih untuk membangun daya juang dan kesungguhan
demi merai ridha, cinta dan perjumpaan dengan Allah SWT (Adz-Dzkiey, 2008).

Ucapan Dzikir
a. Membaca Tasbih Subhanallah, artinya: “ Maha Suci Allah”.
b. Membaca Tahmid Alhamdulillah, artinya: “Segala Puji Bagi Allah”.
c. membaca Tahlil Laa ilaaha illallahu, artinya: “Tidak Ada Tuhan Selain
Allah”
d. Membaca Takbir Allahu Akbar, artinya: “Allah Maha Besar”.
Keutamaan Dzikir
Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah
SAW bersabda: Barang siapa yang mengucapkan kalimah tahlil seperti tersebut
setiasp harinya sebanyak 100x maka pahalanya sama dengan memerdekakan sepuluh
orang hamba sahaya dan dicatat untuknya kebaikan dan dileburkan dari dirinya 100
keburukan. Ucapan tahlil juga menjadi benteng bagi dirinya dan syaitan sepanjang
hariitu dan gugur semua dosanya sekalipun sebanyak buih dilautan.
Zikir merupakan bentuk dari unsur spiritual dan religiusitas. Zikir sebagai salah
satu cara untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dapat membantu individu
membentuk presepsi yang lain selain ketakutan, yaitu keyakinan bahwa setiap stressor
akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah. Umat Islam percaya bahwa
penyebutan Allah secara berulang (zikir) dapat menyembuhkan jiwa dan
menyembuhkan berbagai penyakit (Subandi, 2009).
Saat seorang muslim membiasakan zikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan
Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya, yang kemudian akan
membangkitkan percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tentram, dan bahagia (Najati,
2005).Kalimat zikir yang digunakan adalah kalimat Istighfar: Astaghfirullahal’azhiim
(Saya mohon ampun kepada ALLAH yang maha Agung). Kalimat zikir tersebut
diucapkan berulang ulang dengan tujuan sebagai proses pembelajaran dan melatih
untuk membangun daya juang dan kesungguhan demi merai ridha, cinta dan
perjumpaan dengan Allah SWT (Adz-Dzkiey, 2008).
Firman Allah SWT tentang membaca istighfar:
“Maka aku katakana kepada mereka : “ mohon ampunlah (istighfar) kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya dia akan
memberikan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-

13
anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula didalamnya
untukmu sungai-sungai” (QS.Nuh: 10-12)

D. Penutup
Demikian proposal ini kami buat untuk dapat dianjurkan dalam rangka
memenuhi tugas praktek profesi keperawatan medical bedah di RSUP M. Djamil
Padang.

Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan kami ucapkan terima asih.

Padang, 28 oktober 2019

Ketua kelompok

(Risa Meilani Ermi, S.Kep)

Disetujui oleh :

Pembimbing klinik pembimbing akademik

( ) ( )

14
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2009). Fundamental on Nursing 3th edition. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 2015. Fundamental Keperawatan Ed 7 Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, 2005 buku ajar penyakit dalam. Bandung. PT. Pustaka Baru

Subandi, M. A, 2009. Psikologi dzikir, fenomenologi dzikir pengalaman transformasi


religion, https://journal.uinsgd.ac.id/index. (diakses 22 juli 2019)

Winarko, S. A. (2014). Dzikir-Dzikir Peredam Stres. Depok: Mutiara Allamah Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai