Dalam model yang dimodifikasi lingkungan terapeutik terdiri dari lingkungan internal
dan lingkungan eksternal. Unsur lingkungan yang diidentifikasi sebelumnya tidak hanya
memberikan kontribusi terhadap penyembuhan tetapi juga membantu pasien anak untuk
mengatasi rasa sakit dan agresi. Hal ini disetujui oleh National Association of childrens
Hospital and Related Institution (NACHRI) di mana ia mengungkapkan bahwa lingkungan
fisik merupakan pengaturan kesehatan yang mempengaruhi perawatan klinis, hasil fisologis,
psikososial, dan keamanan pasien anak (Oberlin, 2008 dalam Ghazali & Abbas, 2011).
1. Lingkungan Internal
Elemen-elemen lingkungan internal yang menuju terciptanya sebuah lingkungan yang
terapeutik termasuk keselamatan, desain ruangan, karya seni, pencahayaan, suasana dan
terapi musik (Ghazali & Abbas, 2011).
a. Intervensi yang dilakukan perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi seperti
persiapan dalam hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, mencegah atau
meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh, memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan
perkembangan, memberi kesempatan untuk bermain dan meminimalkan manfaat
hospitalisasi (Ghazali & Abbas, 2011).
b. Keselamatan: peristiwa yang mempengaruhi keselamatan pasien sering terlihat dengan
peningkatan substansial dalam durasi mereka tinggal di rumah sakit. Terkait dengan
keselamatan yaitu dengan mempertimbangkan ergonomis untuk pasien anak yang tidak
sama dengan orang dewasa (Ghazali & Abbas, 2011).
c. Desain Ruangan: aspek dari desain ruangan yang sering diabaikan adalah warna dinding
dan tampilan gambar didinding rumah sakit karena warna dan tampilan gambar di dinding
dapat diartikan sebagai penyembuhan yang kuat. Warna yang direkomendasikan untuk
penyembuhan adalah warna hijau, karena hijau mewakili keseimbangan, harmoni,
pertumbuhan, penyembuhan dan cinta. Tampilan gambar di dinding juga dapat
meningkatkan relaksasi serta kesenangan pada anak. Hal tersebut akhirnya dapat
menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak dan keluarga (Biley, 1996).
d. Terapi seni: merupakan proses kreatif pembuatan seni untuk meyakinkan anak bahwa
tindakan medis dengan tindakan pembuatan seni dapat menyembuhkan dan meningkatkan
kualitas anak mengurangi stres, mencegah terjadinya trauma dan untuk memfasilitasi
relaksasi. Ketika anak-anak merasa tidak cukup baik atau tidak dapat mengunjungi ruang
bermain maka terapi seni individu dapat diberikan oleh seorang perawat (Nessbitt &
Haussmann, 2008).
e. Suasana pencahayaan: jendela dengan pencahayaan dan tampilan luar juga penting
terhadap penyembuhan anak. Cahaya terang merupakan terapi yang efektif digunakan
untuk mengurangi depresi, dimana anak yang dirawat di ruang yang cerah akan lebih cepat
sembuh dibandingkan anak Universitas Sumatera Utara yang tinggal di ruangan yang
membosankan (Nessbit & Haussmann, 2008).
2. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal dapat berkontribusi terhadap lingkungan terapeutik yang melibatkan
alam luar ruangan anak. Peran alam seperti melihat pemandangan sekitar rumah sakit dan
tanaman yang ada atau penciptaan kebun terapi mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan. Bermain di taman yang terletak disebuah rumah sakit bisa membantu
mengurangi kecemasan pasien (Ghazali & Abbas, 2011). Pasien juga dapat mendengarkan
suara alam seperti suara kicauan burung yang memiliki efek positif pada psikologis anak
(Biley, 1996).
Schultz & Videbeck (1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan yang
terapeutik akan memberikan kesempatan untuk istirahat memulihkan diri, sewaktu untuk
berfokus pada perkembangan dalam hal kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu
mengidentifikasi alternative dan solusi masalah.
Menurut Stuart dan Laraia (2001) terapi lingkungan mempunyai 2
tujuan utama, yaitu:
1. Mengatur batasi gangguan perilaku dan perilaku maladaptif.
2. Mengajarkan kememampuan psikososial.
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku yang maladaptif, perlu ditekanan
penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan psikososial.
(Abroms, 1995). 4 keterampilan tersebut yaitu:
a. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi tersebut
berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi.
Sedangkan terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan
orang lain.
b. Assetation
Kemampuan mengepresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan
mengepresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat.
c. Accupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui
ketrampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktifitas dalam bentuk yg
positif dan disukai klien, misalnya melukis, main musik, merangkai bunga dan lain
sebagainya.
d. Recreation
Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas menyenangkan, contoh menebak
kata, senam dan jalan-jalan.
Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen :
Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.
Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Membantu belajar mempercayai orang lain.
Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
Mencapai perubahan yang positif.
Misalnya: Ruang perawatan anak didesain dengan gambar-gambar kartun atau idola
anak-anak yg berbeda dengan ruang dewasa.
Tingkat intelektual klien dapat ditentukan melalui kejelasan stimulasi dari lingkungan
dan sikap perawat.
Misalkan lingkungan dengan warna biru dan hijau memberikan stimulasi ketenangan
dan keteduhan. Perawat harus memberikan stimulasi eksternal yang positif sehingga
kesadaran diri klien menjadi luas dan klien dapat menerima kondisinya.
3. Aspek Sosial
Dalam aspek ini perawat mengembangkan pola interaksi yang positif, hubungan
psikososial yang menyenangkan dan menguatkan ego klien.
Oleh karena itu perawat perlu penggunaan teknik komunikasi yang tepat sehingga
perawat dapat menciptakan aspek ini.
4. Aspek Emosional
Perawat harus menciptakan iklim emosional yang positif dengan menunjukkan sikap
yang tulus, jujur atau dapat dipercaya, bersikap spontan dalam memenuhi kebutuhan
klien, empati, peka terhadap perasaan dan kebutuhan klien.Misal : saya tenang disini
5. Aspek Spiritual
Aspek ini ditunjukan untuk memaksimalkan manfaat dari pengalaman, pengobatan dan
perasaan damai bagi klien.
Sehingga perlu disedikan sarana ibadah seperti kitab suci dan ahli agama.
E. Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
1. Terapi Rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
2. Terapi Kreasi Seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang
ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan
kesempatan pada klien untuk menyalurkan atau mengekspresikan perasaannya.
Contohnya: dance therapy atau menari dan therapy musik.
3. Terapi Dengan Menggambar dan Melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan
pikiran pada kegiatan.
4. Literatur atau Biblio Therapy
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku lain. Dimana pasien
diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
perasaan atau pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
5. Pet Therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan
hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian,
menyendiri, dan biasanya klien suka menggunakan objek binatang untuk bermain.
6. Plant Therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu atau
mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi
lainnya.
Contohnya : memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta
menggunakannya saat tanaman dipetik.
F. Kesimpulan
G. Daftar Pustaka
Purwaningsih, Wahyu, dkk, Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika press,
2009.
Stuart, G. W, and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC, 1998.
Yosep, Iyus, Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama, 2007.
Struart, G. W and sundeen. Principle and practice of psychiatric Nursing 5th ed. St Louis
Mosby Year Book, 1995.
Ghazali, R & Abbas, M.Y. Pediatric ward: Healing environment assessment Asian
journal of environment-behaviour studies, 2012.
Nesbit, L.L & Tabatt-Hasussmann, K: The role of creative arts therapies in the treatment
of pediatric. Primary psychiatry, 2008.
TUGAS KEPERAWATAN HOLISTIK
LINGKUNGAN TERAPEUTIK BAGI INDIVIDU