Anda di halaman 1dari 18

Makalah

SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN KESEHATAN JIWA


DI INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Keperawatan Jiwa I”
Dosen Pengajar : Ns. Wiwi Susanti Piola M.Kep

Disusun Oleh:
TASSYA ANGGRIANI DEHIMELI
C01419124
A KEPERAWATAN 2019
SEMESTER 4

PROGRAM STUDI – ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepadah kita semua sehingga saya bisa menyelesaikan makalah “SEJARAH SINGKAT
PERKEMBANGAN KESEHATAN JIWA DI INDONESIA” ini. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepadah nabi Muhammad SAW, beserta keluarga-nya, sahabat-nya dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,hal ini karena
kemampuan dan pengalaman saya yang masih ada dalam keterbatasan.untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun,demi perbaikan dalam makalah yang
akan datang.

Akhir kata saya sampaikan terimah kasih semoga Allah SWT senantiasa meridohi segala
usaha kita amin.

Gorontalo,8 April 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3

1.1 Latar belakang......................................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................5


2.1 Sejarah perkembangan kesehatan jiwa zaman penjajaha Belanda.........................................5
2.2 Sejarah perkembangan kesehatan jiwa zaman penjajahan Inggris.............................5
2.3 Sejarah perkembangan kessehatan jiwa zaman penjajahan Jepang............................6
2.4 sejarah perkembangan kesehatan jiwa zaman kemerdekaan......................................6

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................7


3.1 Model pendekatan keperawatan jiwa..........................................................................7

BAB IV PENUTUP............................................................................................................16
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................16
4.2 Saran...........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan
maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
professional,yang merupakan nagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan
pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan lahir bersamaan dengan diciptakannya
manusia oleh Tuhan,sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang memerlukan
asuha keperawatan di dalam hidupnya. Pada awalnya perawat dianggap sebagai
pemberian asuhan,dimana pelaksanaannya dilakukan secara tradisional oleh
kelompok,masyarakat,atau badan social.

Perkembangan keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan dan
sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Kepercayaan terhadap animism,penyebaran agama-agama besar dunia,serta kondisi
social ekonomi masyarakat,terjadinya perang,renaissance serta gerakan reformasi turut
serta mewarnai perkembangan keperawatan. Dari sejarah kita dapat mengetahui
pengalaman tersebut untuk itu kita gunakan pada masa kini dan masa yang akan datang.

Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu
tinggi sehingga terjadi hubungan social budaya. Hubungan social antar manusia
dirasakan menurun akhir-akhir ini,bahkan kadang-kadang hanya sebatas imitasi saja.
Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai/menjunjung tinggi adat ketimuran sangat
memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari
kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa
bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral,norma,nilai-nilai dan etika bahkan
juga hokum. Menurut Dadang Hawari (1996) hal-hal tersebut dapat menyebabkan
perubahan psikososial,antara lain : pola hidup social religious menjadi materialistis dan
sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.

3
Perubahan-perubahan yang dirasakan dapat memperngaruhi tidak hanya fisik tapi
juga mental,seperti yang menjadi standar WHO (1984) yang dikatakan sehat tidak hanya
fisik tetapi juga mental,social,dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO
tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak,karena perawat
mempunyai kesempatan kontak dengan klien 24 jam sehari.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia zaman penjajahan Belanda
1.2.2 Perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia zaman penjajahan Inggris,Portugis
1.2.3 Perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia zaman penjajahan Jepang
1.2.4 Perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia zaman Kemerdekaan
1.2.5 Model pendekatan keperawatan jiwa
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 mengetahui sejarah perkembangan kesehatan jiwa di indonesia zaman penjajahan
Belanda.
1.3.2 mengetahui sejarah perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia zaman penjajahan
Inggris,Portugis.
1.3.3 mengetahui sejarah perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia zaman penjajahan
Jepang.
1.3.4 mengetahui sejarah perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia zaman
Kemerdekaan.
1.3.5 Mengetahui bagaimana model pendekatan keperawatan jiwa.
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia
pada zaman penjajahan Belanda,Inggris,Portugis,Jepang dan zaman kemerdekaan.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan bacan atau referensi
untuk dapat mengetahui sejarah perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia pada
zaman penjajahan Belanda,Inggris,Portugis,Jepang,dan zaman kemerdekaan,serta
model pendekan keperawatan jiwa.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah perkembangan kesehatan jiwa zaman penjajahan Belanda

Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi yaitu


pada saat penjajahan colonial Belanda,Inggris,dan Jepang. Pada masa pemerintahan colonial
belanda,perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan
staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah colonial Belanda pada masa ini adalah
membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan
rumah sakit di Jakarta,Surabaya,dan Semarang,tetapi tidak diikuti perkembangan profesi
keperawatan,karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

2.2 Sejarah perkembangan kesehatan jiwa zaman penjajahan Inggris (1812-1816)

5
Gubernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia,ia
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara
lain:

- Pencacaran umum
- Cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
- Kesehatan para tahanan

Setelah pemerintahan colonial kembali ke tangan Belanda,kesehatan penduduk


lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun
1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816-
1942 berdiri rumah sakit-rumah sakit hamper bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta,
RS. Carrolus Jakarta, RS. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan
dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

2.3 Sejarah perkembangan kesehatan jiwa zaman penjajahan Jepang (1942-1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.,dan dunia


keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh
orang-orang tidak terdidik,pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang,akhirnya terjadi
kekurangan obat sehingga timbul wabah.

2.4 Sejarah perkembangan kesehatan jiwa zaman kemerdekaan

Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat
SMP. Pendidikan keperawatan professional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik
Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat professional pemula.
Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan,tahun 1985 didirikan PSIK
(Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul
PSIK-PSIK baru seperti di Undip,UGM,UNHAS,dll.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Model pendekatan Keperawatan Jiwa

Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas,maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model


yaitu :

1. Psychoanalytical (Freud,Erickson)

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata
tertib,peraturan,norma,agama (super ego/das uber ich),akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (devation of Behavioral).

Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpastian pada masa oral
dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna.,tidak adanya stimulus untuk
belajar berkata-kata,dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya
pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas
pada masa dewasa.

7
Proses terapi pada model terapi ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas
dan analisa mimpi,transferan untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien
dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan yang tidak berdaya
pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan
keahlian dan latihan yang khusus.

Dengan cara demikian,klien akan mengungkapkan semua pikiran dan


mimpinya,sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi
pasien.

Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai


keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya (perna disiksa orang tua,perna disodomi,diperlakukan ssecara
kasar,diterlantarkan,diasuh dengan kekerasan,diperkosa pada masa anak-anak),dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

2. Interpersonal (Sullivan,peplau)

Menurut konsep model ini,kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan
dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitar.

Proses terapi menurut konsep ini adalah Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
(menjalin hubungan saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang
lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.

Peran perawat dalam terapi adalah share anxietas (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien,apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship (perawat

8
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
Perawatat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.

3. Social (Caplan, Szasz)

Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau


penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor social dan faktor lingkungan yang akan
memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factors create
stress,which cause anxiety and symptom).

Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah
environment manipulation and social support pentingnya modifikasi lingkungan dan
adanya dukungan social).

Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat,atasan,keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya: menggali system
social klien seperti suasana di rumah,di kantor,di sekolah, di masyarakat atau tempat
kerja.

4. Existensial (Ellis, Rogers)

Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki
kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-
imagenya.

Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar


berpengalaman bergaul dengan orang lain,memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in relationship),
memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self assessment), bergaul dengan
kelompok social dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jati

9
dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
(encouraged to accept self and control behavior).

Prinsip keperawatannya adalah: klien dianjurkan untuk berperan serta dalam


memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dalam mendapatkan
feed back dari orang lain,misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Therapist berupaya
untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back,kritik,saran atau reward &
punishment.

5. Supportive Therapy (Wermon, Rockland)

Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: faktor biopsikososial dan
respon maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit
mag,migraine,batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti:
mudah cemas,kurang percaya diri,perasaan bersalah,ragu-ragu,pemarah. Aspek sosialnya
memiliki masalah seperti: susah bergaul,menarik diri,tidak disukai,bermusuhan,tidak
mampu mendapatkan pekerjaan,dan sebagainya. Semua hal tersebut terkakumulasi
menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat bini tidak ada kaitannya
dengan masa lalu.

Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon koping,adaptif,individu


diupayakan mengenal terlebih dahulu,kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya,kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.

Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi koping yang


dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Therapist berupaya menjalin hubungan yang
hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan koping klien yang adaptif.

6. Medica (Meyer, Kraeplin)

10
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik,genetic,lingkungan dan factor social. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui prosedur pemeriksaan diagnostic,terapi
somatic,farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi
dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka
panjang,therapist berperan dalam pemberian terapi,laporan mengenai dampak
terapi,menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

Dalam sejarah evolusi keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan model
keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa periode.
Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas
kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan). Perawatan bersifat isolasi dan
penjagaan. Mereka ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang kemudian berkembang
menjadi Primary Consistend of Custodial Care.

Baru sekitar tahun 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model
kuratif (model Curative Care). Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian
pengobatan. Baru tahun 1950 fokus perawatannya mulai befokus pada klien, anggota
keluarga tidak dianggap sebagai bagian dari tim perawatan. Obat-obat psychotropic
menggantikan Restrains dan seklusi (pemisahan). Deinstitutionalization dimulai, mereka
bukan partisipan aktif dalam perawatan dan pengobatan kesehatan mereka sendiri.
Hubungan yang terapetik mulai diterpakan dan ditekankan. Fokus utama pada preventiv
primer. Perawatan kesehatan jiwa diberikan di rumah sakit jiwa yang besar (swasta atau
pemerintah) yang biasanya terletak jauh dari daerah pemukiman padat.

Sekitar dekade berikutnya, pada saat terjadi Pergerakan Hak-Hak Sipil (The Civil
Rights) di 1960-an, penderita gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. The
Community Mental Health Centers Act (1963) secara dramatis mempengaruhi pemberian
pelayanan kesehatan jiwa. Undang-Undang inilah yang menyebabkan fokus dan

11
pendanaan perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat-pusat kesehatan
jiwa masyarakat yang mulai banyak didirikan.

Pada tahun 1970-1980, perawatan beralih dari perawatan rumah sakit jangka
panjang ke lama rawat yang lebih singkat. Fokus perawatan bergeser ke arah community
based care / service (Pengobatan berbasis komunitas). Pada tahun-tahun ini banyak
dilakukan riset dan perkembangan teknologi yang pesat. Populasi klien di rumah sakit
jiwa yang besar berkurang, sehingga banyak rumah sakit yang ditutup. Pusat-pusat
kesehatan komunitas jiwa sering tidak mampu menyediakan layanan akibat
bertambahnya jumlah klien. Tunawisma menjadi masalah bagi penderita penyakit mental
kronik persisten yang mengalami kekurangan sumber daya keluarga dan dukungan sosial
yang adekuat.

,
Baru pada akhir abad ke-20, biaya perawatan kesehatan yang tinggi dan
kebutuhan pembatasan biaya menjadi focus nasional. Pada saat ini sistem manajemen
perawatan mengatur hubungan antara pembayar, penyedia jasa, dan konsumen layanan
kesehatan. Sistem ini memantau distribusi pelayanan, tindakan penyedia jasa, dan hasil
perawatan. Tujuan dari sistem ini adalah mengurangi biaya sambil tetap meningkatkan
mutu pelayanan. Hubungan antara penyedia jasa dan pengguna layanan tidak lagi bersifat
primer. Manajer dan pihak asuransi kesehatan memantau hubungan antara penyedia jasa
dan konsumen layanan kesehatan.

Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan berbasis
komunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui pusat kesehatan
mental, praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, home visite dan hospice
care. Pada saat ini banyak terjadi perubahan yang signifikan dalam perawatan kesehatan
jiwa. Managed care menghubungkan struktur dan layanan baru. Seorang manajer kasus
ditugaskan untuk mengkoordinasikan pelayanan untuk klien individu dan bekerja sama
dengan tim multidisipliner. Alat-alat manajemen klinis yang menunjukkan organisasi,

12
urutan dan waktu intervensi yang diberikan oleh tim perawatan untuk satu gangguan
yang teridentifikasi pada klien. Pemberian dan pemfokusan layanan pencegahan primer
(bukan hanya perawatan berbasis penyakit); mencakup identifikasi kelompok-kelompok
berisiko tinggi dan penyuluhan untuk mencegah gaya hidup guna mencegah penyakit.

Di Amerika, terdapat organisasi Disabilities Act (1990) yang membantu


memastikan bahwa penderita cacat, termasuk penderita gangguan jiwa, dapat
berpatisipasi penuh dalam kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Organisasi-
organisasi seperti The National Alliance of Mentally III, menghapus stigma gangguan
jiwa dan member dukungan komunitas setempat bagi penderita ganguan jiwa dan
keluarganya. Organisasi tersebut melakukan lobi untuk meningkatkan dana penelitian
dan pengobatan gangguan jiwa. Pengetahuan tentang struktur dan fungsi otak
berkembang pesat. Tahun 1990-an dianggap sebagai “Dekade Otak” karena
pertumbuhan pesat pengetahuan tentang cara kerja otak. Seiring dengan kemajuan
genetika, pengetahuan yang dihasilhan telah membentuk kembali pemahaman tentang
penyebab dan pengobatan gangguan jiwa.

Meski dalam sejarah kesehatan jiwa banyak didominasi oleh dunia barat,
namun sesungguhnya dalam dunia Islam sejarah kesehatan jiwa justru sudah dimulai
sejak jauh sebelum Barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa berikut
tempat perawatannya. Pada abad ke-8 M di Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B
PhD dalam bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times",
mengatakan, rumah sakit jiwa atau insane asylums telah didirikan para dokter dan
psikolog Islam beberapa abad sebelum peradaban Barat menemukannya. Hampir
semua kota besar di dunia Islam pada era keemasan telah memiliki rumah sakit jiwa.
Selain di Baghdad ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah Insane Asylum juga terdapat di
kota Fes, Maroko. Selain itu, rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo, Mesir pada
tahun 800 M. Pada abad ke-13 M, kota Damaskus dan Aleppo juga telah memiliki
rumah sakit jiwa.

13
 

Lalu bagaimana peradaban Islam mulai mengembangkan pengobatan kesehatan


jiwa? Menurut Syed Ibrahim, berbeda dengan para dokter Non Muslim di abad
pertengahan yang mendasarkan sakit jiwa pada penjelasan yang takhayul, dokter
Muslim justru lebih bersifat rasional. Para dokter Muslim mengkaji justru melakukan
kajian klinis terhadap pasien-pasien yang menderita sakit jiwa. Tak heran jika para
dokter Muslim berhasil mencapai kemajuan yang signifikan dalam bidang ini.
Mereka berhasil menemukan psikiatri dan pengobatannya berupa psikoterapi dan
pembinaan moral bagi penderita sakit jiwa. Selain itu, para dokter dan psikolog
Muslim juga mampu menemukan bentuk pengobatan modern bagi penderita sakit
jiwa seperti, mandi pengobatan dengan obat, musik terapi dan terapi jabatan.

Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia
kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu
Sahl al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus
(Makanan untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara
tubuh dan jiwa. Ia pun sangat terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang
kesehatan jiwa yang berhubungan dengan tubuh. Menurut dia, gangguan atau
penyakit pikiran sangat berhubungan dengan kesehatan badan. Jika jiwa sakit, maka
tubuh pun tak akan bisa menikmati hidup dan itu bisa menimbulkan penyakit
kejiwaan, tutur al-Balkhi.

Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit. Inilah yang
disebut keseimbangan dan ketidakseimbangan. Dia menulis bahwa
ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa
sakit di badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan
kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan
kejiwaan lainnya.

14
Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab depresi. Menurut dia,
depresi bisa disebabkan alasan yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau
kehilangan. Ini bisa disembuhkan secara psikologis. Kedua, depresi bisa terjadi oleh
alasan-alasan yang tak diketahui, kemukinan disebabkan alasan psikologis. Tipe
kedua ini bisa disembuhkan melalui pemeriksaan ilmu kedokteran.

Bagaimana perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia? Perkembangan


keperawatan jiwa di Indonesia dimulai sejak zaman dulu kala, ketika gangguan
jiwa dianggap kerasukan, sehingga para dukun berusaha mengeluarkan roh jahat.
Seiring perkembangan keperawatan jiwa di dunia, perkembangan di Indonesia pun
turut berkembang. Hal ini dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ di
Indonesia, pasien gangguan jiwa ditampung di RS Sipil atau RS Militer di Jakarta,
Semarang, dan Surabaya, yang ditampung pada umumnya penderita gangguan jiwa
berat. Kemudian, mulailah didirikan beberapa rumah sakit jiwa.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

15
1. Bahwa perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
yaitu pada saat penjajahan colonial Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada masa
pemerintahan colonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
Valpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
2. Dalam pendekatan keperawatan jiwa menggunakan beberapa model konseptual yaitu
Psycoanalitical (Freud, Erickson), Interpersonal (Sullivan, peplau), Social (Caplan,
Szasz), Existensial (Ellis, Rogers)/ Supportive Therapy (Wermon, Rockland), dan
Medica (Meyer, Kraeplin).

4.2 Saran

Kita sebagai perawat tidak boleh lupa akan sejerah perjuangan keperawatan jiwa
yang selalu dipandang sebelah mata terhadap khalayak umum dan harus terkobarkan
semangat juang membantu orang yang mengalami gangguan jiwa untuk sembuh seperti
semula.

Demikian isi makalah ini,saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang saya
uraikan. Oleh karena itu,saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk memrebaiki makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://grhasia.jogjaprov.go.id/berita/41/sejarah-perkembangan-keperawatan-jiwa.html

https://www.academia.edu/33363241/Sejarah_Keperawatan_Jiwa?auto=download

16
https://www.scribd.com/document/406589772/Makalah-Sejarah-Keperawatan-Jiwa-Di-Dunia-
dan-Di-Indonesia-docx

http://calonsarjanabangsa.blogspot.com/2018/12/makalah-sejarah-keperawatan-di.html

17

Anda mungkin juga menyukai