DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1
1.3 Tinjauan Penulisan.................................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
Direktorat kesehatan jiwa masyarakat (2015) selanjutnya direktorat bina
pelayanan kesehatan jiwa (2006) Depkes RI menetapakan layananan
kesehatan jiwa dalam bentuk piramida. Piramida layananan kesehatan jiwa
tersebut menjabarkan bahwa layanan kesehatan jiwa bersifat
berkesinambungan dari komunitas kerumah sakit dan sebaliknya. Layanan
kesehatan jiwa dimulai dari masyarakat dalam bentuk layanan kemandirian
individu dan keluarga, layanan tokoh masyarakat formal dan non formal di
vector kesehatan, layanan puskesmas, layanan di tingkat kabupaten / kota
dalam bentuk jangkauan (outreach) kemasyarakat. Layananan kesehatan jiwa
dirumah sakit dimulai dari layanan akut dirumah sakit umum dan layanan
spesialis dirumah sakit jiwa
Departemen kesehatan yang memiliki visi “masyarakat yang mandiri
untuk hidup sehat” dengan misi “membuat rakyat sehat”, serta startegi,
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat”, berupaya
memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya
bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiapsiagaan ditingkat desa.
Desa yang memiliki kesiapan dibidang kesehatan diberi nama desa siaga.
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu
mencegah serta mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat,
seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk juga gangguan jiwa dengan
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju desa sehat.
Jumlah kasus gangguan jiwa yang ditemukan dimasyarakat khususnya di
NAD dan nias, cukup tinggi, saat ini telah ditemukan 11.000 pasien di 21
kabupaten/kota di NAD dan 146 pasien di 2 kabupaten dinias (CMHN 2006).
Jumlah ini menggambarkan angka yang sebenarnya karena belum semua
daerah dideteksi. Dengan demikian, masih mungkin terjadi penambahan
angka. Dari jumlah tersebt, baru separuh yang dirawat oleh perawat CMHN
dan sekitar 31,46% pasien yang dirawat kini telah mandiri penelitian
menunjukkan bahwa peluang pasien untuk pulih adalah 50%. Sebanyak 25%
pasien dapat sembuh dan sisanya dapat mandiri berdasarkan penelitian
tersebut, direncanakanlah perisapan desa siaga sehat jiwa agar masyrakat ikut
3
berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum
terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat oleh perawat
CMHN, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa
dimasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil pada makalah ini adalah
“Bagaimana Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional klinik dan
komunitas”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan bagaimana manajemen pelayanan
keperawatan jiwa profesional klinik dan komunitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mendeskripsikan tentang pengertian kesehatan jiwa
masyarakat
Untuk mendeskripsikan tentang peningkatan kesehatan jiwa
masyarakat
Untuk mendeskripsikan tentang area keperawatan kesehatan jiwa
dimasyarakat
Untuk mendeskripsikan tentang masalah kesehatan jiwa dimasyrakat
Untuk mendeskripsikan tentang upaya kesehatan jiwa masyarakat
Untuk mendeskrpsikan tentang keperawatan kesehatan jiwa
masyarakat
Untuk mendeskripsikan tentang proses keperawatan kesehatan jiwa
pada CMHN (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi)
Prinsip pelayanan kesehatan jiwa di komunitas
Upaya pelayanan kesehatan jiwa di komunitas
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat
mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat mencapai
prestasi belajar semaksimal mungkin karena tidak adanya hambatan emosi.
Setiap manusia dapat mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, yang
ditandai adanya optimalisasi prestasi, kreativitas dan produktivitas dalam
dunia kerja. Tidak ada upaya saling menghambat permusuhan, pencapaian
kinerja seseorang. Setiap orang dalam kelompok saling membantu
menyelesaikan pekerjaan sesuai kemampuan, kewenangan, dan keahliannya.
Dengan demikian, setiap orang dapat mencapai kepuasan dalam menampilkan
prestasi kerja. Sehingga terciptalah kesehatan jiwa dimasyarakat.
2.2 PeningkatanKesehatanJiwaMasyarakat
6
d. Makanan siap saji, hangat, dingin
e. Ibu bekerja diluar rumah
f. Kesiapan terhadap perubahan yang cepat
g. Kesesuaian perkembangan teknologi dengan kebutuhan saat ini
4. Urbanisasi
a. Pergeseran dari masyarakat desa ke kota
b. Keluarga besar berubah menjadi keluarga inti
c. Agraris berubah menjadi industri
d. Mobilisasi semakin cepat
e. Ikatan keluarga menjadi longgar, kontak menurun,komunikasi
menurun.
f. Peran keluarga semakin berkurang
5. Kepadatan penduduk
a. Daya saing semakin ketat
7
keluarga merupakan tempat berlindung (revuge) dan jaminan
(insurance) ketika merasakan ketidaknyamanan di lingkungan luar,
waspada terhadap peran keluarga yang makin berkurang. Tunjukan
sselalu figure ibu (model figure) atau figure ayah (father figure).
Sehingga diharapkan anak akan mengembangkan perilaku dengan
meniru orang tuanya.
2.3 Area Keperawatan Kesehatan Jiwa di Masyarakat
Sehat sakit
8
budaya dan kepribadian mereka, dan 4 menimbulkan efek yang negative bagi
kehidupan mereka atau kehidupan keluarga mereka (maramis, 2005: 3).
Pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan jaminan hak orang dengan
masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa, belum dapat diwujudkan
secara optimal. Hak sering terabaikan, baik secara social maupun hukum.
Secara social masi terdapat stigma di masyarakat sehingga keluarga
menyembunyikan keberadaan anggota keluarga yang menderita gangguan
jiwa. Hal ini menyebabkan terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan.
Sedangkan secara hukum, peraturan perundang-undangan yang ada belum
komprehensif sehingga menghambat pemenuhan hak-hak mereka.
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan yang sangat
penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh jajaran pemerintahan
dan juga seluruh masyarakat. Stigmatisasi dan diskriminasi yang masi sering
dialami oleh orang dengan gangguan jiwa, antara lain dikeluarkan,
diberhentikan dari pekerjaan, ditelantarkan oleh keluarga bahkan dipasung.
Stigma beroperasi layaknya penjara. Bukan penjara dalam pengertian fisik
yang mengurung nara pidana melainkan penjara dalam relasi social.
Demikian juga kategori-kategori abnormalitas dan menyimpang merupakan
kontruksi social yang telah menjadi mitos. Sebuah mitos rasioanalitas yang
dibangun oleh aparat kemajuan, rejim pengetahuan, dan modernism.
Berdasarkan atas fakta lapangan serta studi pustaka yang dilakukan, bentuk-
bentuk stigma pada penderita gangguan jiwa yang masih terjadi dan secara
tidak langsung merupakan bukti belum berjalannya undang-undang nomor 18
tahun 2014 tentang kesehatan jiwa dapat dilihat dalam 2 hal, yakni public
stigma (stigma berasal dari masyrakat) dan self stigma (stigma berasal dari
penderita dan penderita dan keluaragnya sendiri). Bentuk-bentuk public
stigma yang ditemukan antara lain penolakan pengucilan kekerasan. Adapun
bentuk-bentuk self stigma antara lain berprasangka buruk merasa bersalah,
ketakutan serta kemarahan.
9
Upaya yang dapat diterapkan dalam kesehatan jiwa masyarakat antara
lain :
a. Upaya Promotif
Upaya promosi gangguan jiwa perlu dilakukan agar memperkuat
kemampuan individu dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa. Upaya
promosi dilakukan oleh pemegang program jiwa bersama promosi
kesehatan (promkes) yang mensosialisasikan tentang kesehatan jiwa ke
masyarakat.
b. Upaya Preventif
Upaya pencegahan amat perlu dilakukan. Pencegahan masalah
kesehatan jiwa dengan melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa.
Harapan dari deteksi ini ialah dapat menemukan masalah kesehatan jiwa
lebih awal sehingga pengobatannya tidak terlalu berat. Seperti dikatakan
oleh pelaksana program kesehatan jiwa.
c. Kuratif
Layanan terhadap penderita gangguan jiwa yang utama ialah
pengobatan.
d. Rehabilitatif
Salah satu upaya yang dilakukan agar pasien gangguan jiwa dapat
mandiri ialah rehabilitasi. Rehabilitasi diupayakan agar pasien dapat
kembali lagi ke masyarakat dengan kemampuan diri yang baik dan juga
memiliki penghasilan agar dapat hidup mandiri.
10
keperawatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan. Peran
keperawatan jiwa professional berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis,
advokasi pasien keluarga, tanggung jawab fisikal, kolaborasi antardisiplin,
akuntabilitas social, dan parameter legal-etik. Adapun peran perawat
kesehatan jiwa masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan
kesehatan jiwa. perawat membantu pasien mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah dan meningkatkan fungsi kehidupannya.
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif dan promotif penemuan
kasus dini, skrining dan tindakan yang cepat. Perawat memberikan
pendidikan kesehatan jiwa individu dan keluarga untuk mengembangkan
kemampuan menyelesaikan masalah. Perawat mengembangkan
kemampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas kesehatan keluarga.
3. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”.
Memberikan asuhan secara langsung, peran ini dilakukan dengan
menggunakan konsep proses keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilakukan
adalah pengelolaan kasus, tindakan keperawatan individu keluarga,
kolaborasi dengan tim kesehatan. Melakukan pemeriksaan langsung dari
keluarga ke keluarga, dapat berkoordinasi dengan masyarakat serta tokoh
masyarakat.
2.7 Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa pada CMHN
A. Pengkajian
11
4. Dari pengkajian status mental
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara
dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi
pasien, serta melalui pemeriksaan.
B. Diagnosa
12
1. Penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina
hubungan dengan pasien
2. Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa
3. Perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi
kebersihan diri (missal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum),
majan dan minum, buang air besar dan buang air kecil
4. Terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
lingkungan dan terapi keluarga
5. Tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek
samping).
13
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah
dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien saat ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga,
dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah
memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi
kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping dalam
menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan keluarga
untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi
pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.
E. Evaluasi
14
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan jiwa komunitas adalah sebagai berikut.
1. Keterjangkauan
15
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus membangun jejaring dengan
upaya dan pelayanan kesehatan lain dan oleh sector lain, baik milik
pemerintah maupun masyarakat.
7. Pembagian wilayah pelayanan
Untuk pengembangan dan pengoperasian pelayanan kesehatan jiwa
komunitas dilakukan pembagian wilayah (cathment area), yaitu pelayanan
kesehatan jiwa dikaitkan dengan wilayah geografis tertentu.
8. Kewajiban
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas bertanggungjawab terhadap
kondisi kesehatan jiwa seluruh populasi di wilayah kerjanya.
2.9 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Upaya pelayanan kesehatan jawa komunitas dapat dibedakan menurut
tingkatan dan jenis pelayanannya.
1. Tingkat pelayanan
Menurut tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari
pelayanan
a. Primer
b. Sekunder
c. Tersier
Pelayanan tingkat primer ialah pelayanan tingkat dasar, diberikan
oleh fasilitas pelayanan yang menjadi ujung tombak di komunitas, yaitu
Puskesmas, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Dokter praktek swasta,
Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Bidan, Psikolog Klinis, Pekerja
Sosial dan Terapi sokupasi yang telah mendapat pelatihan. Pelayanan
tingkat sekunder diberikan oleh Rumah Sakit Umum, dan pelayanan
kesehatan tersier diberikan oleh Rumah Sakit Jiwa.
Walaupun secara umum pelayanan kesehatan jiwa formal terdiri
dari tiga tingkatan (primer, sekunder dan tersier), secara kenyataan juga
ada pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Di samping itu
juga variasi yang berkembang di masyarakat sebagai jawaban terhadap
16
terhadap kondisi dan kebutuhan lingkungan setempat. Sebagai contoh
adalah keberadaan perawat kesehatan jiwa komunitas yang memberikan
pelayanan dalam rangka mengisi kekosongan pelayanan kesehatan jiwa
dasar di wilayah setempat. Pelayanan kesehatan jiwa komunitas oleh
masyarakat mempunyai bentuk sangat beragam, baik secara kelembagaan
seperti Posbindu, Panti Pemulihan, Pesantren, dan lain-lain, maupun non-
lembaga seperti perawatan mandiri oleh keluarga, konseling oleh tokoh
agama dan tokoh masyarakat, pengobatan alternative yang telah
mendapatkan sertifikat dari Departemen Kesehan RI, dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas lainnya yang diberikan oleh tenaga-
tenaga yang terlatih dan terorganisasi, seperti kader kesehatan jiwa, guru,
polisi, dan lintas sector terkait.
2. Jenis Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Jenis pelayanan meliputi pelayanan medic dan pelayanan non-
medik. Yang termasuk pelayanan medic adalah :
a. Penyuluhan
b. Penilaian psikiatrik
c. Deteksi dini
d. Pengobatan dan tindakan medic-psikiatrik
e. Konseling
f. Psikoterapi
g. Rawat inap
a. Penyuluhan
b. Pelatihan
c. Deteksi dini
d. Konseling
e. Terapi okupasi
17
f. Komponen Pelayanan
a. Penyuluhan
b. Deteksi dini
e. Pelayanan rujukan
c. Pelayanan Day-Care
f. Pemeriksaan psikologi
18
j. Pelayanan rehabilitasi psikiatrik
c. Pelayanan Rujukan
19
tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit atau lembaga non-
kesehatan yang ada di masyarakat.
Di dalam Puskesmas berturut-turut dilalui proses sebagai berikut :
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan psikiatrik
4. Tindakan Medis
Sedangkan pelayanan yang diperoleh :
1. Penyuluhan
2. Deteksi Dini
3. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
4. Pelayanan Rawat Jalan
5. Pelayanan Rujukan
6. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visit)
2. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas Tingkat
Sekunder
1. Pendaftaran
20
2. Pemeriksaan Fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medik-Psikiatrik
1. Penyuluhan
6. Pelayanan Rujukan
21
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan Fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medik-Psikiatrik
5. Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan laboratorium, radiologis,
psikometrik)
6. Pemeriksaan psikologi
7. Pemeriksaan Consultation-Liaison Psychiatry (pada kasus tertentu)
Sedangkan pelayanan yang diperoleh :
1. Penyuluhan
6. Pelayanan Day-Care
8. Pelayanan Rehabilitasi
22
1. Penyuluhan
2. Pelatihan
3. Deteksi Dini
4. Konseling
5. Terapi Okupasi
BAB III
PENUTUP
23
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat diambil
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
a. Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat
mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat
mencapai prestasi belajar semaksimal mungkin karena tidak adanya
hambatan emosi.
b. Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat perlu memperhatikan beberapa
stressor di masyarakat yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa
masyarakat. Beberapa stressor di masyarakat antara lain timbulnya
harapan yang terlalu banyak, meningkatkanya permintaan kebutuhan
dampak teknologi modern, utanisasi, dan kepadatan penduduk.
c. Area keperawatan kesehatan jiwa masyarakat ini mencakup seluruh kasus
yang terjadi pada usia anak, dewasa, usia lanjut, baik pada kasus individu,
kelompok, maupun keluarga.
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai konsep pelayanan manajemen
keperawatan jiwa di klinik dan di komunitas seperti ini, diharapkan para
pembaca mengetahui bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang
dengan gejala dan mengidap gangguan jiwa dengan baik. Karena dengan
adanya manajemen yang baik, maka kejadian orang yang mengidap gangguan
jiwa dapat diminimalisir dan hidup masyarakat akan lebih baik pula dan
diperlukan suatu perubahan cara pikir masyarakat agar stigma negative
mengenai kesehatan jiwa sangat penting. Dan untuk para pembaca kami
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini, dan semoga makalah ini
dapat menjadi acuanatau referensi dalam pengjaran mata kuliah keperawatan
jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
24
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar:
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
25