Anda di halaman 1dari 26

Makalah :

MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA


PROFESIONAL KLINIK DAN KOMUNITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


“Keperawatan Jiwa II”
Dosen Pengajar : Ns. Nur Uyun I Biahimo, M.Kep

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

REYNALDHI SEPTIAWAN KILO SRI RAHAYU YUSUF

SRI LISMAWATI LASANGOLE SRIWIN ABAS

TASSYA ANGGRIANI DEHIMELI SEPTIANI FAJRIA KALUKU

SIRLAN NASIBU VIDYA AMALIA USMAN

KELAS A KEPERAWATAN 2019


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2021-2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya kepadah kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
“MENEJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PROFESIONAL KLINIK
DAN KOMUNITAS” ini. sholawat serta salam selalu tercurahkan kepadah nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga-nya, sahabat-nya dan kita selaku umatnya
hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,hal ini
karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam
keterbatasan.untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun, demi perbaikan dalam makalah yang akan datang.
Akhir kata kami sampaikan terimah kasih semoga Allah SWT senantiasa
meridohi segala usaha kita amin.

Gorontalo,7 Desember 2021

KELOMPOK 4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4

1
1.3 Tinjauan Penulisan.................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................................7


2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat..............................................................................7
2.2 Pengingkatan Kesehatan Jiwa Masyarakat..........................................................................7
2.3 Area Keperawatan Kesehatan jiwa di Masyarakat..............................................................8
2.4 Masalah Kesehatan Jiwa di Masyarakat..............................................................................9
2.5 Upaya Kesehatan Jiwa di Masyarakat...............................................................................10
2.6 Keperawatan Kesehatan Jiwa di Masyarakat....................................................................10
2.7 Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa pada cmhn (Pengkajian, Diagnosa, Intervensi,
Implementasi, Dan Evaluasi)............................................................................................11
2.8 Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa Di Komunitas.............................................................15
2.9 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas...................................................................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................................24


3.1 Simpulan...........................................................................................................................24
3.2 Saran.................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

2
Direktorat kesehatan jiwa masyarakat (2015) selanjutnya direktorat bina
pelayanan kesehatan jiwa (2006) Depkes RI menetapakan layananan
kesehatan jiwa dalam bentuk piramida. Piramida layananan kesehatan jiwa
tersebut menjabarkan bahwa layanan kesehatan jiwa bersifat
berkesinambungan dari komunitas kerumah sakit dan sebaliknya. Layanan
kesehatan jiwa dimulai dari masyarakat dalam bentuk layanan kemandirian
individu dan keluarga, layanan tokoh masyarakat formal dan non formal di
vector kesehatan, layanan puskesmas, layanan di tingkat kabupaten / kota
dalam bentuk jangkauan (outreach) kemasyarakat. Layananan kesehatan jiwa
dirumah sakit dimulai dari layanan akut dirumah sakit umum dan layanan
spesialis dirumah sakit jiwa
Departemen kesehatan yang memiliki visi “masyarakat yang mandiri
untuk hidup sehat” dengan misi “membuat rakyat sehat”, serta startegi,
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat”, berupaya
memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya
bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiapsiagaan ditingkat desa.
Desa yang memiliki kesiapan dibidang kesehatan diberi nama desa siaga.
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu
mencegah serta mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat,
seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk juga gangguan jiwa dengan
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju desa sehat.
Jumlah kasus gangguan jiwa yang ditemukan dimasyarakat khususnya di
NAD dan nias, cukup tinggi, saat ini telah ditemukan 11.000 pasien di 21
kabupaten/kota di NAD dan 146 pasien di 2 kabupaten dinias (CMHN 2006).
Jumlah ini menggambarkan angka yang sebenarnya karena belum semua
daerah dideteksi. Dengan demikian, masih mungkin terjadi penambahan
angka. Dari jumlah tersebt, baru separuh yang dirawat oleh perawat CMHN
dan sekitar 31,46% pasien yang dirawat kini telah mandiri penelitian
menunjukkan bahwa peluang pasien untuk pulih adalah 50%. Sebanyak 25%
pasien dapat sembuh dan sisanya dapat mandiri berdasarkan penelitian
tersebut, direncanakanlah perisapan desa siaga sehat jiwa agar masyrakat ikut

3
berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum
terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat oleh perawat
CMHN, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa
dimasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil pada makalah ini adalah
“Bagaimana Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional klinik dan
komunitas”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan bagaimana manajemen pelayanan
keperawatan jiwa profesional klinik dan komunitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
 Untuk mendeskripsikan tentang pengertian kesehatan jiwa
masyarakat
 Untuk mendeskripsikan tentang peningkatan kesehatan jiwa
masyarakat
 Untuk mendeskripsikan tentang area keperawatan kesehatan jiwa
dimasyarakat
 Untuk mendeskripsikan tentang masalah kesehatan jiwa dimasyrakat
 Untuk mendeskripsikan tentang upaya kesehatan jiwa masyarakat
 Untuk mendeskrpsikan tentang keperawatan kesehatan jiwa
masyarakat
 Untuk mendeskripsikan tentang proses keperawatan kesehatan jiwa
pada CMHN (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi)
 Prinsip pelayanan kesehatan jiwa di komunitas
 Upaya pelayanan kesehatan jiwa di komunitas

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat

5
Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat
mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat mencapai
prestasi belajar semaksimal mungkin karena tidak adanya hambatan emosi.
Setiap manusia dapat mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, yang
ditandai adanya optimalisasi prestasi, kreativitas dan produktivitas dalam
dunia kerja. Tidak ada upaya saling menghambat permusuhan, pencapaian
kinerja seseorang. Setiap orang dalam kelompok saling membantu
menyelesaikan pekerjaan sesuai kemampuan, kewenangan, dan keahliannya.
Dengan demikian, setiap orang dapat mencapai kepuasan dalam menampilkan
prestasi kerja. Sehingga terciptalah kesehatan jiwa dimasyarakat.

2.2 PeningkatanKesehatanJiwaMasyarakat

Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyrakat dalam


mewujudkan kesehatan jiwa masyrakat perlu memperhatikan beberapa teresor
dimasyarakat yang sangat memengaruhi kesehatan jiwa masyarakat beberapa
teresor dimasyarakat antara lain timbulnya harapan yang terlalu banyak,
meningkatnya permintaan kebutuhan dampak teknologi modem, urbanisasi,
dan kepadatan penduduk.
1. Timbulnya harapan yang banyak. Sebelum merdeka terjadi kebobrokan,
kejelekan, dan kebodohan akibat penjajah setelah merdeka ternyata
harapan belum tentu sama kenyataannya, serta terdapat kekecewaan dan
kecemasan
2. Meningkatkan permintaan kebutuhan. Tuntunan kebutuhan dalam
meningkatkan harga diri, yang meliputi perumahan, perlengkapan isi
rumah, sarana transportasi dan komunikasi, pendidikan, serta gaya hidup.

3. Dampak teknologi modern


a. Arus dari luar mudah diakses
b. Pengaruh budaya
c. Perawatan rumah tangga jadi modern

6
d. Makanan siap saji, hangat, dingin
e. Ibu bekerja diluar rumah
f. Kesiapan terhadap perubahan yang cepat
g. Kesesuaian perkembangan teknologi dengan kebutuhan saat ini
4. Urbanisasi
a. Pergeseran dari masyarakat desa ke kota
b. Keluarga besar berubah menjadi keluarga inti
c. Agraris berubah menjadi industri
d. Mobilisasi semakin cepat
e. Ikatan keluarga menjadi longgar, kontak menurun,komunikasi
menurun.
f. Peran keluarga semakin berkurang
5. Kepadatan penduduk
a. Daya saing semakin ketat

Beberapa teresor dimasyarakat perlu dikenali untuk


mempersiapkan kemempuan adaptasi keluarga dalam menjalani dan
memenuhi tuntunan kehidupan dimasyarakat. Selain itu, keluarga
mempunyai tugas untuk menyiapkan anak untuk dalam menghadapi
tuntunan kehidupan pada masanya. Beberapa tugas antara lain :
Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang cepat. Jangan
terlalu terikat pada kebiasaan keluarga (family culture), yang seolah
menolak perubahan, sehingga mendidik anak menurut sudut pandang
orang tua semata. Akibatnya anak hidup pada dunia tidak nyata
(unreality).
Tidak semua penting dan perlu diikuti pertahankan beberapa
norma dan nilai keluarga yang penting, sehingga keluarga dapat
berperan sebagai stabilisator dalam perubahan yang sangat cepat.
Dunia berubah dengan cepat, sehingga setiap orang akan dituntut
menghadapi perubahan. Keluarga harus berperan sebagai tempat
mendapatkan keamanan dan kenyamanan (security). Sehingga

7
keluarga merupakan tempat berlindung (revuge) dan jaminan
(insurance) ketika merasakan ketidaknyamanan di lingkungan luar,
waspada terhadap peran keluarga yang makin berkurang. Tunjukan
sselalu figure ibu (model figure) atau figure ayah (father figure).
Sehingga diharapkan anak akan mengembangkan perilaku dengan
meniru orang tuanya.
2.3 Area Keperawatan Kesehatan Jiwa di Masyarakat

Ruang lingkup keperawatan kesehatan jiwa masyarakat terdiri atas


berbagai rentang masalah kesehatan jiwa antara kondisi sehat dan sakit, pada
usia anak sampai usia lanjut, perawatan dirumah sakit atau masyarakat, serta
kondisi kesahatan jiwa dirumah ataupun ditempat khusus (industry atau
penjara).

Usia lanjut anak

Masyarakat rumah sakit

Sehat sakit

Ramah tempat khusus

Area keperawatan kesehatan jiwa masyarakat in mencakup seluruh


kasus yang terjadi pada usia anak, dewasa, usia lanjut, baik pada kasus
individu, kelompok, maupun keluarga.

2.4 Masalah Kesehatan Jiwa di Masyarakat

Gangguan jiwa merupakan penyakit yang dialami seseorang yang


mempengaruhi emosi, pikiran atau tingkah laku mereka, diluar kepercayaan

8
budaya dan kepribadian mereka, dan 4 menimbulkan efek yang negative bagi
kehidupan mereka atau kehidupan keluarga mereka (maramis, 2005: 3).
Pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan jaminan hak orang dengan
masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa, belum dapat diwujudkan
secara optimal. Hak sering terabaikan, baik secara social maupun hukum.
Secara social masi terdapat stigma di masyarakat sehingga keluarga
menyembunyikan keberadaan anggota keluarga yang menderita gangguan
jiwa. Hal ini menyebabkan terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan.
Sedangkan secara hukum, peraturan perundang-undangan yang ada belum
komprehensif sehingga menghambat pemenuhan hak-hak mereka.
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan yang sangat
penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh jajaran pemerintahan
dan juga seluruh masyarakat. Stigmatisasi dan diskriminasi yang masi sering
dialami oleh orang dengan gangguan jiwa, antara lain dikeluarkan,
diberhentikan dari pekerjaan, ditelantarkan oleh keluarga bahkan dipasung.
Stigma beroperasi layaknya penjara. Bukan penjara dalam pengertian fisik
yang mengurung nara pidana melainkan penjara dalam relasi social.
Demikian juga kategori-kategori abnormalitas dan menyimpang merupakan
kontruksi social yang telah menjadi mitos. Sebuah mitos rasioanalitas yang
dibangun oleh aparat kemajuan, rejim pengetahuan, dan modernism.
Berdasarkan atas fakta lapangan serta studi pustaka yang dilakukan, bentuk-
bentuk stigma pada penderita gangguan jiwa yang masih terjadi dan secara
tidak langsung merupakan bukti belum berjalannya undang-undang nomor 18
tahun 2014 tentang kesehatan jiwa dapat dilihat dalam 2 hal, yakni public
stigma (stigma berasal dari masyrakat) dan self stigma (stigma berasal dari
penderita dan penderita dan keluaragnya sendiri). Bentuk-bentuk public
stigma yang ditemukan antara lain penolakan pengucilan kekerasan. Adapun
bentuk-bentuk self stigma antara lain berprasangka buruk merasa bersalah,
ketakutan serta kemarahan.

2.5 Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat

9
Upaya yang dapat diterapkan dalam kesehatan jiwa masyarakat antara
lain :
a. Upaya Promotif
Upaya promosi gangguan jiwa perlu dilakukan agar memperkuat
kemampuan individu dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa. Upaya
promosi dilakukan oleh pemegang program jiwa bersama promosi
kesehatan (promkes) yang mensosialisasikan tentang kesehatan jiwa ke
masyarakat.
b. Upaya Preventif
Upaya pencegahan amat perlu dilakukan. Pencegahan masalah
kesehatan jiwa dengan melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa.
Harapan dari deteksi ini ialah dapat menemukan masalah kesehatan jiwa
lebih awal sehingga pengobatannya tidak terlalu berat. Seperti dikatakan
oleh pelaksana program kesehatan jiwa.
c. Kuratif
Layanan terhadap penderita gangguan jiwa yang utama ialah
pengobatan.
d. Rehabilitatif
Salah satu upaya yang dilakukan agar pasien gangguan jiwa dapat
mandiri ialah rehabilitasi. Rehabilitasi diupayakan agar pasien dapat
kembali lagi ke masyarakat dengan kemampuan diri yang baik dan juga
memiliki penghasilan agar dapat hidup mandiri.

2.6 Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat


Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada
fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefinisikan
keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer

10
keperawatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan. Peran
keperawatan jiwa professional berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis,
advokasi pasien keluarga, tanggung jawab fisikal, kolaborasi antardisiplin,
akuntabilitas social, dan parameter legal-etik. Adapun peran perawat
kesehatan jiwa masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan
kesehatan jiwa. perawat membantu pasien mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah dan meningkatkan fungsi kehidupannya.
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif dan promotif penemuan
kasus dini, skrining dan tindakan yang cepat. Perawat memberikan
pendidikan kesehatan jiwa individu dan keluarga untuk mengembangkan
kemampuan menyelesaikan masalah. Perawat mengembangkan
kemampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas kesehatan keluarga.
3. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”.
Memberikan asuhan secara langsung, peran ini dilakukan dengan
menggunakan konsep proses keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilakukan
adalah pengelolaan kasus, tindakan keperawatan individu keluarga,
kolaborasi dengan tim kesehatan. Melakukan pemeriksaan langsung dari
keluarga ke keluarga, dapat berkoordinasi dengan masyarakat serta tokoh
masyarakat.
2.7 Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa pada CMHN
A. Pengkajian

Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2


menit berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda
menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian
dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa.
Data yang dikumpulkan mencakup :
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan jiwa
3. Pengkajian psikososial

11
4. Dari pengkajian status mental
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara
dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi
pasien, serta melalui pemeriksaan.
B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil


pengkajian, baik masalah yang bersifat actual (gangguan kesehatan jiwa)
maupun yang beresiko mengalami gangguan jiwa. jika perawat
menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka
perawat harus berhati-hati dalam penyempaiannya kepada pasien dan
keluarga agar tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut
merupakan stigma dalam masyarakat. Adapun diagnosis keperawatan
yang diidentifikasi penting untuk pasca bencana adalah sebagai berikut :
1. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja.
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa.
a. Harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Resiko bunuh diri
d. Isolasi social
e. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
f. Gangguan proses piker : waham
g. Deficit perawatan diri
3. Masalah kesehatan jiwa pada lansia.
a. Demensia
b. Depresi
C. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup
tindakan psikoterapeutik yaitu :

12
1. Penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina
hubungan dengan pasien
2. Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa
3. Perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi
kebersihan diri (missal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum),
majan dan minum, buang air besar dan buang air kecil
4. Terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
lingkungan dan terapi keluarga
5. Tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek
samping).

Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa


untuk mengatasi satu diagnosis keperawatan diperlukan beberapa kali
pertemuan hingga tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk
pasien maupun keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditujukan pada
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.
1. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan
dalam kegiatan sehari-hari dan keterampilan koping adaptif dalam
mengatasi masalah.
2. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga
dalam merawat pasien dan mensosialisasikan pasien dengan
lingkungan.
3. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam
rangka sosialisasi agar pasien mampu berdaptasi dengan
lingkungan.
4. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta
menggerakan sumber-sumber yang ada di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga.
D. Implementasi

13
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah
dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien saat ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga,
dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah
memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi
kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping dalam
menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan keluarga
untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi
pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.

E. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan


keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
1. Evaluasi Pasien
a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
b. Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara
bertahap.
c. Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami.
2. Evaluasi Keluarga
a. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien
mandiri.
b. Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa.
c. Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa atau kekambuhan.
d. Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi
segera.
e. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti
tetangga, kesehatan terdekat.
2.8 PrinsipPelayananKesehatanJiwa Di Komunitas

14
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan jiwa komunitas adalah sebagai berikut.
1. Keterjangkauan

Keterjangkauan yang utama ialah dalam biaya dan jarak. Biaya


pelayanan dan jarak yang terjangkau memudahkan setiap orang
memelihara kesehatannya secara berkesinambungan.
2. Keadilan

Pelayanan kesehatan jiwa harus menjamin setiap orang mendapatkan


pelayanansecaramerata tanpa memandang status social.
3. PerlindunganHakAsasiManusia
Hakasasi fundamental individu dengan gangguan jiwa harus terjamin
dan dihormati, sebagaimana pada penderita penyakit fisik.
4. Terpadu, Terkoordinasi dan Berkelanjutan
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas dikelola sebagai suatu kesatuan
dari berbagai pelayanan dan program yang berbeda, dengan
mempertimbangkan berbagai aspek disamping kesehatan seperti aspek
social, kesejahteraan, perumahan, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain,
secara terkoordinasi dan berkelanjutan.
5. Efektif

Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus berbasis bukti dan efektif.


Yang dimaksud berbasis bukti adalah bila setiap tindakan memberikan
hasil yang konsisten berdasarkan penelitian. Pelayanan komunitas yang
efektif memadukan pendekatan biologis dan penanganan psikososial untuk
meningkatkan keberhasilan dan kualitas hidup individu.

6. Hubungan Lintas Sektoral

15
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus membangun jejaring dengan
upaya dan pelayanan kesehatan lain dan oleh sector lain, baik milik
pemerintah maupun masyarakat.
7. Pembagian wilayah pelayanan
Untuk pengembangan dan pengoperasian pelayanan kesehatan jiwa
komunitas dilakukan pembagian wilayah (cathment area), yaitu pelayanan
kesehatan jiwa dikaitkan dengan wilayah geografis tertentu.
8. Kewajiban
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas bertanggungjawab terhadap
kondisi kesehatan jiwa seluruh populasi di wilayah kerjanya.
2.9 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Upaya pelayanan kesehatan jawa komunitas dapat dibedakan menurut
tingkatan dan jenis pelayanannya.
1. Tingkat pelayanan
Menurut tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari
pelayanan

a. Primer

b. Sekunder

c. Tersier
Pelayanan tingkat primer ialah pelayanan tingkat dasar, diberikan
oleh fasilitas pelayanan yang menjadi ujung tombak di komunitas, yaitu
Puskesmas, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Dokter praktek swasta,
Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Bidan, Psikolog Klinis, Pekerja
Sosial dan Terapi sokupasi yang telah mendapat pelatihan. Pelayanan
tingkat sekunder diberikan oleh Rumah Sakit Umum, dan pelayanan
kesehatan tersier diberikan oleh Rumah Sakit Jiwa.
Walaupun secara umum pelayanan kesehatan jiwa formal terdiri
dari tiga tingkatan (primer, sekunder dan tersier), secara kenyataan juga
ada pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Di samping itu
juga variasi yang berkembang di masyarakat sebagai jawaban terhadap

16
terhadap kondisi dan kebutuhan lingkungan setempat. Sebagai contoh
adalah keberadaan perawat kesehatan jiwa komunitas yang memberikan
pelayanan dalam rangka mengisi kekosongan pelayanan kesehatan jiwa
dasar di wilayah setempat. Pelayanan kesehatan jiwa komunitas oleh
masyarakat mempunyai bentuk sangat beragam, baik secara kelembagaan
seperti Posbindu, Panti Pemulihan, Pesantren, dan lain-lain, maupun non-
lembaga seperti perawatan mandiri oleh keluarga, konseling oleh tokoh
agama dan tokoh masyarakat, pengobatan alternative yang telah
mendapatkan sertifikat dari Departemen Kesehan RI, dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas lainnya yang diberikan oleh tenaga-
tenaga yang terlatih dan terorganisasi, seperti kader kesehatan jiwa, guru,
polisi, dan lintas sector terkait.
2. Jenis Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Jenis pelayanan meliputi pelayanan medic dan pelayanan non-
medik. Yang termasuk pelayanan medic adalah :
a. Penyuluhan
b. Penilaian psikiatrik
c. Deteksi dini
d. Pengobatan dan tindakan medic-psikiatrik
e. Konseling
f. Psikoterapi
g. Rawat inap

Sedangkan yang termasuk pelayanan non medic adalah :

a. Penyuluhan

b. Pelatihan

c. Deteksi dini

d. Konseling

e. Terapi okupasi

17
f. Komponen Pelayanan

Di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer dapat


diselenggarakan pelayanan sebagai berikut.

a. Penyuluhan

b. Deteksi dini

c. Pelayanan kedaruratan psikiatri

d. Pelayanan rawat jalan

e. Pelayanan rujukan

f. Pelayanan kunjungan rumah (Home Visite)


Fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pelayanan
kesehatan jiwa tingkat rujukan sebagai berikut :

a. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri

b. Pelayanan Rawat Jalan (anak, dewasa, usila)

c. Pelayanan Day-Care

d. Pelayanan Rawat Inap

e. Pelayanan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium,


radiologis, psikometrik)

f. Pemeriksaan psikologi

g. Pelayanan Consultatiotion-Liaison Psychiatry

h. Pelayanan terapi okupasi

i. Pelayanan terapiu aktifitas kelompok

18
j. Pelayanan rehabilitasi psikiatrik

k. Pelayanan dampingan bagi tenaga kesehatan tingkat primer (technical


assistance)

l. Pelayanan kunjungan rumah (Home Visit)


Sedangkan di sarana non-kesehatan bias berupa

a. Pelayanan Rawat Jalan

b. Pelayanan Rawat Inap

c. Pelayanan Rujukan

d. Pelayanan Kunjungan Rumah

e. Pelayanan Pelatihan Kerja


Di samping pelayanan-pelayanan ini juga dimungkinkan adanya
pelayanan non-kesehatan.
3. Mekanisme Pelayanan

Mekanisme dari sisi petugas kesehatan adalah proses penyediaan


pelayanan kepada masyarakat, sedangkan dari sisi masyarakat adalah
proses untuk mendapatkannya. Prosesnya dimulai dari menghubungi atau
mendatangi fasilitas, mendapatkan pelayanan, sampai dengan kembali
kerumah.
1. Mekanisme Pelayanan Jiwa Komunitas Tingkat Primer

Pusat pelayanan kesehatan berada di Puskesmas. Puskesmas


menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung kasus datang sendiri atau dibawa oleh keluarga atau
pengantar. Secara tidak langsung kasus dirujuk oleh pihak lain yang
ada di masyarakat baik perorangan maupun lembaga. Kasus juga bisa
dijemput oleh puskesmas setelah mendapat laporan/permintaan dari
masyarakat. Selain itu, kasus juga dapat dirujuk dari fasilitas dengan

19
tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit atau lembaga non-
kesehatan yang ada di masyarakat.
Di dalam Puskesmas berturut-turut dilalui proses sebagai berikut :

1. Pendaftaran

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan psikiatrik

4. Tindakan Medis
Sedangkan pelayanan yang diperoleh :
1. Penyuluhan
2. Deteksi Dini
3. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
4. Pelayanan Rawat Jalan
5. Pelayanan Rujukan
6. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visit)
2. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas Tingkat
Sekunder

Pusat pelayanan kesehatan berada di Rumah Sakit Umum. Rumah


Sakit Umum menerima kasus secara langsung maupun tidak
langsung.Secara langsung kasus datang sendiri atau dibawa oleh
keluarga/pengantar maupun dari Puskesmas. Secara tidak langsung
kasus dirujuk oleh pihak lain yang ada di masyarakat baikp erorangan
maupun lembaga. Kasus dapat dirujuk kembali dari fasilitas dengan
tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit Jiwa.
Di dalam Rumah Sakit Umum berturut-turut dilalui proses
sebagai berikut :

1. Pendaftaran

20
2. Pemeriksaan Fisik

3. Penilaian Psikiatrik

4. Tindakan Medik-Psikiatrik

5. Pelayanan Consultation-Liaison Psychiatric

6. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan


radiologis, pemeriksaan psikometrik)
Sedangkan pelayanan yang diperoleh :

1. Penyuluhan

2. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri

3. Pelayanan Rawat Jalan

4. Pelayanan Konseling dan Psikoterapi

5. Pelayanan Rawat Inap

6. Pelayanan Rujukan

3. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas Tingkat


Tersier

Pusat pelayanan kesehatan berada di Rumah Sakit Jiwa. Rumah


Sakit Jiwa menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung individu dapat datang sendiri atau dibawa oleh
keluarga/pengantar maupun dirujuk dari Puskesmas atau Rumah Sakit
Umum. Secara tidak langsung individu dapat dirujuk oleh pihak lain
yang ada di masyarakat baik perorangan maupun lembaga atau dari
penjemputan/pengambilan individu oleh petugas dari Rumah Sakit
Jiwa (RSJ). Kasus dapat dirujuk kembali dari Rumah Sakit Jiwa
kefasilitas pelayanan sekunder maupun primer. Di dalam Rumah Sakit
Jiwa berturut-turut dilalui proses sebagai berikut :

21
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan Fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medik-Psikiatrik
5. Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan laboratorium, radiologis,
psikometrik)
6. Pemeriksaan psikologi
7. Pemeriksaan Consultation-Liaison Psychiatry (pada kasus tertentu)
Sedangkan pelayanan yang diperoleh :

1. Penyuluhan

2. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri

3. Pelayanan Rawat Jalan (Psikiatri anak, dewasa, usila, poliklinik


NAPZA)

4. Pelayanan Konseling dan Psikoterapi

5. Pelayanan Rawat Inap (psikiatri anak, dewasa, usila, NAPZA)

6. Pelayanan Day-Care

7. Pelayanan Rujukan Psikiatrik

8. Pelayanan Rehabilitasi

4. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas Di Sarana


Non-Kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan berada di lembaga non-kesehatan


(Posbindul/Pesantren/Panti Pemulihan). Kasus dapat dirujuk langsung
oleh pihak lembaga non-kesehatan yang ada di masyarakat ke
Puskesmas, Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit Jiwa. Kasus juga
bisa dijemput oleh Puskesmas maupun oleh Rumah Sakit Jiwa.
Pelayanan yang diperoleh :

22
1. Penyuluhan
2. Pelatihan
3. Deteksi Dini
4. Konseling
5. Terapi Okupasi

BAB III
PENUTUP

23
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat diambil
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
a. Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat
mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat
mencapai prestasi belajar semaksimal mungkin karena tidak adanya
hambatan emosi.
b. Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat perlu memperhatikan beberapa
stressor di masyarakat yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa
masyarakat. Beberapa stressor di masyarakat antara lain timbulnya
harapan yang terlalu banyak, meningkatkanya permintaan kebutuhan
dampak teknologi modern, utanisasi, dan kepadatan penduduk.
c. Area keperawatan kesehatan jiwa masyarakat ini mencakup seluruh kasus
yang terjadi pada usia anak, dewasa, usia lanjut, baik pada kasus individu,
kelompok, maupun keluarga.
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai konsep pelayanan manajemen
keperawatan jiwa di klinik dan di komunitas seperti ini, diharapkan para
pembaca mengetahui bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang
dengan gejala dan mengidap gangguan jiwa dengan baik. Karena dengan
adanya manajemen yang baik, maka kejadian orang yang mengidap gangguan
jiwa dapat diminimalisir dan hidup masyarakat akan lebih baik pula dan
diperlukan suatu perubahan cara pikir masyarakat agar stigma negative
mengenai kesehatan jiwa sangat penting. Dan untuk para pembaca kami
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini, dan semoga makalah ini
dapat menjadi acuanatau referensi dalam pengjaran mata kuliah keperawatan
jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

24
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar:
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Indri Yunita Suryaputri, Nur Handayani Utami, Rofingatul Mubasyiroh. 2019.


Gambaran Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Berbasis Komunitas di Kota
Bogor. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 4 (1), 15-17

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai