Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DESA SIAGA SEHAT JIWA

UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN JIWA RESIKO DAN SAKIT


DOSEN :FAIZATURROHMI M.Kep

Nama Mahasiswa :
RIRIN RHOSIATUL KHUSNAH
NIM. 1820101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

-1-
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala berkat, rahmat, serta hidayah-
Nya sehingga makalah Desa Siaga tugas mata kuliah keperawatan jiwa ini dapat
penulis selesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
laporan akhir ini, yaitu:
1. Bapak Tri Nurhudi Sasono, M.Kep; selaku Ketua Program Studi S1 & Ners
STIKES Kepanjen;
2. Bapak/ Ibu ; selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
STIKES Kepanjen;
3. Teman-teman yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Keluarga.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Akhir ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sebagai penyempurnaan bahan penulisan selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Kepanjen, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 LatarBelakang.................................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1 Definisi Desa Siaga ....................................................................... 4
2.2 Definisi Desa Siaga Sehat Jiwa…………………………………..11
2.3 Pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa………………………………14
2.4 Program CMHN ............................................................................ 15
BAB IIIPENUTUP ......................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 16
3.2Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan. Orang
dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan
perilaku .Mereka pantas dan adaptif. Sebaiknya seseorang dianggap sakit jika
gagal memainkan .peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak
pantas. Kebudayaan setiap masyarakat sangat mempengaruhi definisi sehat dan
sakit. Perilaku yang diterima tidak pantas pada masyarakat lain.
Renstra Kemenkes 2010-2014 menjelaskan bahwa visi pembangunan
kesehatan Indonesia antara lain menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan yang berkualitas, meningkatkan surveyor, monitoring dan informasi
kesehatan serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Kesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan tersebut.
Masalah kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat
menurunkan produktifitas, apalagi jika omset gangguan jiwa dimulai dari
usia produktif. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu pelayanan
kesehatan jiwa yang komprehensif, holistic, dan paripurna. Kegiatan dapat
dilakukan dengan menggerakkan dan memberdayakan seluruh potensi yang
ada di masyarakat, baik warga masyarakat sendiri, tokoh masyarakat, dan
profesi kesehatan.
Masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan
kompleks serta tidak terpisahkan (integral) dari kesehatan terutama dalam
menunjang terwujudnya kwalitas hidup manusia yang ut uh. Perawat adalah
agens perubahan yang ideal untuk kemajuan pelayanan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan jiwa. Perawat yang selanjutnya disebut perawat CMHN (
Community Mental Health Nursing) merupakan mata dan telinga dari setiap
permasalahan kesehatan jiwa di komunitas dimana memiliki kredibilitas
sebagai profesional kesehatan di masyarakat, pengalaman klinis dan pendidikan
memandu kita dalam mengkaji gejolak masalah kesehatan yang potensial

1
yang terjadi disekitar kita. Melalui hubungan profesional dengan klien,
pemberdayaan proses keperawatan bersama dengan masyarakat untuk
menyelesaikan masalah yang ada disekitar seiring dengan kebijakan
kesehatan dan upaya pengembangan sumber penyembuhan
masyarakat.Perkembangan individu terjadi simultan antara dimensi fisik,
kognitif, psikososial, moral dan spiritual. Masing-masing dimensi mempunyai
peran yang sama pentingnya untuk membentuk kepribadian yang utuh.
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih banyak
ditemukan di masyarakat

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi Desa Siaga Aktif ?
1.2.2 Apa definisi Desa Siaga Sehat Jiwa?
1.2.3 Apa tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa?
1.2.4 Bagaimana konsep Desa Siaga Sehat Jiwa?
1.2.5 Bagaimana pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa?
1.2.6 Apa saja Program Desa Siaga Sehat Jiwa?

1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui definisi Desa Siaga
1.3.2 untuk mengetahui definisi Desa Siaga Sehat Jiwa
1.3.3 untuk mengetahui tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa
1.3.4 untuk mengetahui konsep Desa Siaga Sehat Jiwa
1.3.5 untuk mengetahui pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa
1.3.6 untuk mengetahui program Desa Siaga Sehat Jiwa

1.4 Manfaat
a. Mahasiswa
- Menambah pengalaman bekerja secara tim dan pengkajian, penemuan

2
masalah dan pemecahan masalah secara langsung, sehingga tumbuh sikap
profesional dalam diri dan peningkatan keahlian, tanggung jawab dan rasa
kesejawatan profesi keperawatan dalam suatu tim kerja yang solid.
- Menjadikan citra mahasiswa di mata masyarakat lebih baik dan
dikenal sebagai motivator dan pembawa perubahan dalam hal
kesehatan jiwa masyarakat.
b) Masyarakat
- Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi swadaya
masyarakat sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam peningkatan derajat
kesehatan jiwa masyarakat.
- Memiliki kader kesehatan khusus jiwa yang dapat membantu untuk
mendeteksi adanya gangguan psikososial dan gangguan jiwa lebih dini sehingga
dapat mencegah kondisi yang lebih berat.
c) Institusi
- Memperoleh berbagai kasus yang dapat digunakan sebagai contoh materi
perkuliahan, menemukan berbagai masalah untuk pengembangan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
- Mendekatkan lembaga perguruan tinggi pada masyarakat sehingga
perguruan tinggi tidak dikatakan sebagai menara gading serta membantu
pemerintah dalam mempercepat gerak peningkatan kwalitas kesehatan jiwa dan
mempersiapkan kader-kader pelaku peningkatan kesehatan jiwa yang
berkualitas.

3
BAB 11

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknyadapat mengakses dengan mudah


pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) atau saran kesehatan yang ada di wilayah tersebut
seperti Puskesmas Pembantu ( Pustu),Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas),atau sarana kesehatan lainnya serta penduduknya mengembangkan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan
survelans berbasis masyarakat ( meliputi pemantauan penyakit ,kesehatan ibu dan
anak,gizi,lingkungan dan perilaku),kedaruratan kesehatan dan
penanggulangalangan bencana,serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2.1.1 Komponen Desa /Kelurahan Siaga Aktif

a. Pelayanan kesehatan dasar


b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong
upaya survailans berbasis masyarakat,kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana,serta penyehatan lingkungan.
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.1.2. Tujuan desa/ Kelurahan Siaga Aktif


Pengembangan desa siaga memiliki beberapa tujuan :
a. Tujuan umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli,tanggap,dan mampu
mengenali,mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi
secara mandiri, sehingga derajad kesehatannya meningkat.
b. Tujuan khusus :
1. Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa /Kelurahan Aktif di
Pemerintahan Desa atu Kelurahan.

4
2. Meningkatkan komitmen dan kerja sama semua perangkat Desa atau
kelurahan dan organisasi kemasyarakatan untuk pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
3. Meningatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di
desa/ kelurahan
4. Mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit,kesehatan ibu,pertumbuhan
anak,liugkungan,dan perilaku),penanggulangan benkungcana dan
kedaruratan kesehatan serta penyehatan lingkungan.
5. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia ,dana maupun sumber
daya lain,yang berasal dari pemerintah desa /kelurahan,masyarakat dan
swasta/dunia usaha,untuk pengembangan desa/kelurahan siaga aktif
6. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga.

2.1.3 Sasaran Desa Siaga Aktif

Sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi

intervensi, yaitu :

1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan


hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayah
desanya.

2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu


dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan
pemuda, kader, serta petugas kesehatan.

3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan


perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa, camat,para
pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lain.

5
2.1.4 Langkah-langkah pengembangan desa siaga aktif

Pengembangan Desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi


/mendampingi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui
siklusatau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi yang dilakukan oleh
forum masyarakat desa ( pengorganisasian masyarakat ). Yaitu dengan
menempuh tahap-tahap :

1. Mengindentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumberdaya yang dapat


dimanfaatkan untuk mengatasi masalah

2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan


masalah.

3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan


melaksanakannya, serta

4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang


telahdilakukan.

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besar


langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Tim Petugas

Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya


dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan
yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas
administrasi. Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi ,pertemuan
atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi
setempat. Keluaran atau output dari langkah ini adalah para petugas yang
memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk
melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.

2. Pengembangan Tim di Masyarakat

Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat,
serta masyarakat ( forum masyarakat desa ), agar mereka tahu dan mau

6
bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam
langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar
mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan, agar mereka mau
memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun
dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan
dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh - tokoh masyarakat
bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk
opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa
Siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,
dukungan finasial atau dukungan material,sesuai kesepakatan dan persetujuan
masyarakat dalam rangka pengembangan desa siaga. Jika di daerah tersebut telah
terbentuk wadah - wadah kegiatan masyarakat di bidang kesehatan seperti forum
Kesehatan Desa, konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun
Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan
lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap
pertemuan dan kesepakatan.

3. Survei Mawas Diri

Survei Mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community
Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka - pemuka masyarakat mampu
melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh
bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar
akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat atau tekat
untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu,
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi
mereka. Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah -masalah
kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam
mengatasi masalah - masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka
membangun Poskesdes.

4. Musyawarah Masyarakat Desa

7
Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini adalah
mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun
Poskesdes dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu juga untuk
menyusun rencana jangka panjangpengembangan Desa Siaga. Inisiatif
penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang
telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah
tokoh - tokoh masyarakat, tokoh -tokoh perempuan dan generasi muda
setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang
mau mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu
diperlukan advokasi .Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD
disampaikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi,
sertaharapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk
penentuan prioritas, serta langkah - langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes

dan Pengembangan Desa Siaga.

2.1.5 Indikator Keberhasilan Desa Siaga

1. Indikator Masukan

Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka

pengembangan desa siaga meliputi :

a. Ada / tidaknya forum masyarakat desa.

b. Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.

c. Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.

d. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan).

2. Indikator Proses

Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di

suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :

a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.

8
b. Berfungsi / tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan

kegawatdaruratan dan bencana.

c. Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.

d. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

3. Indikator Keluaran

Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai

di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :

a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes.

b. Cakupan pelayanan UKBM lain.

c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.

d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi

dan PHBS.

4. Indikator Dampak

Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa

dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :

a. Jumlah penduduk yang menderita sakit

b. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa

c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia

d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia

e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

PENTAHAPAN DESA /KELURAHAN SIAGA AKTIF :

9
No Indikator Pratama Madya Utama

1 Forum Masyarakat Desa V V V

2 Sarana/fasilitas pelayanan V V V
kesehatan dasar

(Poskesdes atau UKBM lain)


dengan tenaga dan

sistem rujukannya

3 Posyandu, UKBM maternal dan V V V


UKBM lain sesuai

kebutuhan.

4 Sistem pengamatan berbasis V V V


masyarakat (KIA, gizi,

penyakit, faktor risiko lingkungan


dan perilaku).

5 Sistem kesiapsiagaan V* V
kegawatdaruratan dan bencana

berbasis masy.

6 Upaya menciptakan dan V* V


terwujudnya lingkungan

sehat.

7 Upaya menciptakan dan V* V


terwujudnya PHBS.

8 Upaya menciptakan dan V* V


terwujudnya Kadarzi.

Keterangan :

1. Strata Pratama : memenuhi indikator 1 s/d 4

10
2. Strata Madya : memenuhi indikator 1 s/d 4 dan dua indikator tambahan

(*)

3. Strata Utama : memenuhi semua (8) indikator

4. Desa Siaga Aktif : memenuhi minimal indikator 1 s/d 5.

2.2 Pengertian Desa Siaga Sehat Jiwa ( DSSJ )

Adalah Desa siaga yang melibatkan masyarakat untuk ikut berperan serta
dalam mendeteksi gangguan jiwa serta siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa di masyarakat.

2.3 Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa


2.3.1 Tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa :

Agar masyarakat ikut berperan serta dalam :

a. Mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi


b. Membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit.
c. Siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di
masyarakat melalui kegiatan keperawatan kesehatan jiwa
masyarakat atau komunitas (Community Mental Healt Nursing
/CMHN)

2.3.2 Karakteristik Desa Siaga Sehat Jiwa:

1. Memiliki kader kesehatan jiwa (KKJ)


2. Memiliki kelompok tokoh agama,pengobat tradisional
,guru,petugas keamanan.
3. Memiliki kantor DSSJ.
4. Mempunyai survey keluarga kondisi keswa keluarga.
5. Memiliki system rujukan keswa.
6. Memiliki dana masyarakat.
7. Menerapkan perilaku ssehat jiwa.

2.3.3 Langkah-langkah pembentukan:

11
1. Pemilihan Desa
2. Sosialisasi ke tokoh masyarakat.
3. Pemilihan calon kader kesehatan jiwa.
4. Pelaksanaan peran kader kesehatan jiwa.
5. Monitoring dan evaluasi.

2.3.4 Kriteria kader Kesehatan Jiwa:

1. Bertempat tinggal di Desa Siaga Sehat Jiwa


2. Sehat Jasmani dan r dan rohani
3. Mampu membaca dan menulis.
4. Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.
5. Mempunyai komitment menjalankan kesehatan jiwa masyarakat
(CMHN)
6. Mendapat ijin dari istri/suami/keluarga.

2.3.5 Materi Pelatihan kader meliputi:

1. Program Desa Siaga Sehat Jiwa.


2. Deteksi dini kasus jiwa di masayarakat (kelompok keluarga sehat,keluarga
dengan masalah psikososial, keluarga dengan gangguan jiwa)
3. Peran serta dalam menggerakkan masyarakat untuk pendidikan kesehatan
kepada ke 3 kelompok tersebut serta terapi aktivitas kelompok pasien gang
guan jiwa.
4. Pemberdayaan keluarga.
5. Komunikasi efektif.
6. Pengobatan gangguan jiwa.
7. Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri.
8. Rujukan kasus.
9. Pelaporan kegiatan kasus kesehatan jiwa.

2.3.6 Persiapan deteksi dini:

1. Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga.

12
2. Kader mempelajari tanda tanda orang /keluarga yang beresiko mengalami
masalah psikososial/keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3. Kader mengidentifikasi orang / keluarga yang diduga mengalami resiko
masalah psikososial atau gangguan jiwa.
4. Melakukan kontrak atau janji untuk bertemu dengan pasien dan keluarga.

2.3.7 Tanda tanda keluarga resiko psikososial:

1. Kehilangan anggota tubuh


2. Kehilangan /berpisah dengan orang yang di cintai,kehilangan
pekerjaan,harta benda,tempat tinggal dan sekolah
3. Keluarga dengan penyakit kronis ( TBC,Hipertensi,sakit gula,penyakit
jantung,ginjal dan reumatik)
4. Keluarga dengan ibu hamil dan ibu melahirkan.

2.3.8 Tanda keluarga dengan gangguan jiwa:

1. Sedih berkepanjangan dalam waktu lama.


2. Kemampuan melakukan kegiatan sehari hari
(kebersihan,makan,minum,aktifitas) berkurang.
3. Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas).
4. Marah marah tanpa sebab.
5. Bicara atau tertawa sendiri.
6. Mengamuk
7. Menyndiri
8. Tidak mau bergaul.
9. Tidak memperhatikan penampilan atau kebersihan diri.
10. Mengatakan atau mencoba bunuh diri.

Pelaksanaan deteksi dini:

1. Kader membagi habis jumlah keluarga yang ada di wilayah.


2. Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya
dengan cara wawancara dan pengamatan sesui dengan petunjuk pada buku
deteksi keluarga

13
3. Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah
psikososial atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui
tanda tanda/ perilaku yang menunjukkan orang tersebut risiko masalah
psikososial atau gangguan jiwa.

Pelaporan :

1. Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya.


2. Kader mencatat data data keluarga yang mempunyai risiko masalah
psikososial
3. Kader mencatat data data keluarga yang mengalami gangguan jiwa
4. Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing masing kelompok
dicatat
5. Hasil pencatatan di sampaikan pada perawat kesehatan jiwa puskesmas.

2.3 Pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa


1. Kemitraan
Kemitraan dibentuk agar semua sektor baik pemerintah, swasta maupun
masyarakat dapat menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan
berdasarkan bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan bersama.
Kemitraan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kemitraan lintas sektor
Kemitraan ini dibentuk oleh tenaga kesehatan terutama perawat
CMHN dengan sektor pemerintah maupun non pemerintaha dalam
pemberian pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat.
b. Kemitraan lintas program
Kemitraan listas program adalah kerjasama yang dibangun
berdasarkan hasil kesepakatan bersama terkait peran dan tanggung
jawab antar tenaga kesehatan (dokter, bidan psikolog klinik, psikiater)
dalam memberi pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat.
2. Pemberdayaan

14
Kader merupakan sumber daya masyarakat yang harus dikembangkan
dlam pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader ini
diharapkan mampu mendukung program CMHN di masyarakat.
3. Managerial
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pemgobatan serta bantuan kepada
pasien. Manajemen keperawatn sangat perlu untuk diterapkan karena
pelayanan keperawatan dilakukan oleh banyak orang sehingga ilmu
manajemen perlu untuk diterapkan.

2.4 Program CMHN


Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dilakukan oleh perawat CMHN dan
Kader Kesehatan jiwa (KKJ).
Perawat CMHN diharapkan mempunyai kemampuan :
a. Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada kelompok masyarakat sehat
jiwa,masyarakat yang beresiko mengalami gangguan jiwa( masalah
psikososial) dan masalah yang mengalami gangguan jiwa.
b. Memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok sehat jiwa
,kelompok yang beresiko mengalami gangguan jiwa( masalah
psikososial) dan kelompok yang mengalami gangguan jiwa.
c. Melaksanakan terapi aktivitas kelompok (TAK) pada kelompok pasien
gangguan jiwa.
d. Melakukan rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa.

Kegiatan kader kesehatan jiwa:

1. Mendeteksi dini keluarga di desa siaga sehat jiwa (sehat,resiko,sakit)


2. Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan sehat jiwa.
3. Menggerakkan keluarga resiko untuk penyuluhan resiko gangguan jiwa.
4. Menggerakkan keluarga sakit jiwa untuk penyuluhan cara merawat.
5. Menggerakkan pasien untuk Terapi Aktifitas Kelompok (TAK )dan
Rehabilitasi.
6. Melakukan kunjungan rumah pasien mandiri

15
7. Merujuk kasus ke perawar CMHN
8. Mendokumentasikan kegiatan.
9. Pergerakan kegiatan kelompok swabantu pasien dan keluarga gangguan
jiwa.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan pengembangan Desa /Kelurahan Siaga Aktif merupakan
tanggung jawab dari pimpinan dan perangkat dan Pemerintahan Desa
/Kelurahan . Namun demikian ,keberhasilannya tentu perlu dukungan berbagai
pihak terutama seluruh komponen masyarakat di wilayah kerja Desa
/Kelurahan serta dunia usaha dan unsur- unsur masyarakat lainnya di berbagai
tingkat administrasi. Demikian juga pentingnya pembinaan oleh petugas baik
dari Dinas Kesehatan maupun dari Puskesmas dan bidan /perawat di desa
sebagai ujung tombak pembanguan kesehatan di wilayah kecamatan dan
Desa/Kelurahan.

B. Saran
1. Dalam hal penyusuan makalah ‘’ Desa Siaga Sehat Jiwa’’ kami sangat
mengharapkan kritik ,saran dan partisipasi yang membangun kepada
kami,agar penyusunan makalah ini bisa lengkap seperti yang kami dan
bapak/ibu harapkan.
2. Diharapkan semua teman- teman dari studi ilmu keperawatan STIKES
Kepanjen dapat mengetahui Desa Siaga Sehat Jiwa dan
mengaplikasikannya ke teman – teman lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. 2016 .Buku


Petunjuk Teknis Desa/Kelurahan Siaga Aktif Jawa Timur .Jawa Timur
Budi Anna Kelliat.2010.Manajemen Keperawatan Komunitas Desa Siaga
CMHN.Jakarta.EGC
Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (Pegangan Bagi Kader
Kesehatan). Jakarta: Kemnkes.
Yuni. 2010. Efektifitas Pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) terhadap
Sikap Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Wiayah Kerja
Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. skripsi.
http://search.jogjalib.com/Record/umylibrary-70559. Diakses pada 05
Desember 2018 pukul 20.20 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai