Anda di halaman 1dari 8

TOPIK 1 : TEORI MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

PILIHAN SOAL 1 :

Sebagai seorang kepala ruang rawat inap bedah sebuah RS., saudara akan mengadakan rapat
rutin dengan seluruh perawat. Dalam rapat rutin tersebut saudara mengagendakan kinerja
perawat yang kurang baik. Hal ini dipicu oleh adanya sikap kepala ruangan yang otoriter
(menurut sebagai perawat), dan perawat yang malas dalam bekerja.

Pertanyaan : Analisis kasus di atas (identifikasi masalah) dengan memperhatikan


prinsip/gaya kepemimpinan yang sesuai. Sajikan dalam laporan tertulis secara lengkap dengan
pendekatan konsep manajemen ( pengumpulan data, analisis, identifikasi masalah dan
perencanaan).

Jawaban :

Gaya kepempinan demokratik

Menurut saya gaya kepemimpinan ini cocok untuk kepemimpinan demokratik karena di atas
sudah di jelaskan bahwa kepala ruangan yang otoriter (menurut sebagai perawat), dan perawat
yang malas dalam bekerja.

Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan yang tersedia untuk
memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. (Sri.
Mugianti. 2016. “Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan”. Hal. 12).

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Heidjrachman dan
Husnan (2002:224) di ambil https://media.neliti.com/media/publications/206426-pengaruh-
kepemimpinan-demokratis-terhada.pdf

Gaya kepemimpinan demokratis dianggap gaya yang tempat digunakan dalam sebuah rumah
sakit karena dengan gaya ini manajemen dan pemimpin ruangan tidak hanya mendelegasikan
tugasnya saja kepada tenaga medis. Namun, ikut membantu membangun dan saling membantu
dalam meningkatkan kualitas kerja masing - masing individu untuk mencapai tujuan dan terus
memperbaiki kinerja yang dianggap kurang agar mencapai tujuan organisasi ( Hasibuan, 2010).

Gaya kepemimpinan ini cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Dan
menggunakan kekuatan pribadi dan kekuatan jabatan untuk menarik gagasan dari anggota dan
memotivasi anggota kelompok untuk menentukan tujuan sendiri, mengembangkan rencana dan
mengontrol praktek mereka sendiri (Nursalam, 2009).

Teori Perilaku Demokratik : Pemimpin mengikut sertakan bawahan dalam proses pengambilan
keputusan. Lebih menekankan pada hubungan interpersonal dan kerja kelompok. Pemimpin
menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan dan pemikiran bawahan serta
memotivasi mereka untuk menentukan tujuan dan mengembangkan rencana. Hal ini
cenderung meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. (Sri. Mugianti. 2016. “Manajemen
Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan”. Hal. 13).
 Pengumpulan data
1. Mengadakan rapat rutin dengan seluruh perawat
2. Mengagendakan kinerja perawat kurang baik
3. Kepala ruangan yang otoriter
4. Perawat yang malas dalam bekerja
 Analisis
Analisis yang saya dapat kemukakan sesuai dengan gaya yang tepat digunakan dalam
sebuah rumah sakit karena dengan gaya kepemimpinan yang sudah saya jelaskan di atas
gaya manajemen dan pemimpin ruangan tidak hanya mendelegasikan tugasnya saja
kepada tenaga medis. Namun, ikut membantu membangun dan saling membantu dalam
meningkatkan kualitas kerja masing - masing individu untuk mencapai tujuan dan terus
memperbaiki kinerja yang dianggap kurang agar mencapai tujuan organisasi. Sehingga
tidak ada lagi perawat yang merasa curiga pada kepala ruangan. Dan dapat memotivaasi
kinerja perawat yang malas dalam bekerja.

 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi timbul dikarenakan kepala ruangan yang bersifat otoriter dan
menyebabkan perawat malas bekerja.

 Perencanaan
Perencanaan adalah awal untuk memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana
melakukannya, dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan merupakan suatu
penjabaran dari tujuan yang ingin di capai, perencanaan sangat penting untuk
melakukan tindakan (Rosyidi, 2013).
Perencanaan merupakan proses pemilihan alternatif tindakan yang terbaik untuk
mencapai tujuan organisasi. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk
mengerjakan sesuatu dimasa yang akan datang. Perencaan manajemen akan
memberikan cara pandang secara menyeluruh terhdap semua pekerjaan yang akan
dilaksanakan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. (Winarti et al,
2012).
Perencanaan yang harus dilakukan seorang pemimpin ruangan RS yaitu :
1. Perumusan visi
Visi merupakan dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga disusun
secara singkat, jelas, dan mendasar serta ada batasan waktu untuk
pencapaian. Visi merupakan pernyataan berisi tentang mengapa organisasi
dibentuk.
2. Perumusan misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan.
3. Perumusan filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut keyakinan dan
praktik keperawatan dalam suatu organisasi.
4. Perumusan tujuan
Tujuan mutlak harus ada dalam organisasi pelayanan keperawatan. Untuk
merumuskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat antara lain :
a. Tujuan harus dapat menjelaskan arah
b. Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
c. Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif
d. Terdapat batasan waktu untuk pencapaian target
e. Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi
f. Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai
g. Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi
TOPIK 2 : Analisa SWOT

Pilihan soal 2 :

Suatu ruang rawat inap bedah mempunyai 24 perawat dengan latar belakang Ners 2
orang, D3 keperawatan 10 orang, 14 perawat lulusan SMK. Kapasitas tempat tidur 40
tempat tidur dengan BOR 70%. Saudara ditunjuk oleh pimpinan RS untuk membuat
perencanaan MAKP.
Pertanyaan :
Jika saudara ditunjuk sebagai kepala ruang di ruang rawat bedah, apa yang harus
saudara lakukan dalam menghadapi situasi tersebut? Lakukan pengelolaan dengan
pengupulan data, analisis SWOT, identifikasi masalah, dan rencana strategis untuk
kebutuhan tenaga yang diperlukan.
Jawaban :
 Pengumpulan data
1. Ruang rawat inap bedah mempunyai 24 perawat
Ners = 2 orang
D3 Kep = 10 orang
SPK = 14 orang
2. Kapasitas tempat tidur = 40 tempat tidur
3. BOR 70%
 Strength (Kekuatan)
 BOR 70%
 Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
anatar 60-85% (Depkes RI, 2005)
 Tenaga perawat :
Ners = 2 orang
D3 Kep = 10 orang
SPK = 14 orang
 Weakness (Kelemahan)
- Masih banyaknya perawat lulusan SMK disbanding D3 dan Ners
- Belum ada sistem pengembangan staff berupa pelatihan dan hampir semua
perawat belum mengikuti pelatihan bedah maupun non bedah
- Adanya konflik peran perawat
- Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP
 Opportunity (Peluang)
- Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
- Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat
- Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana MAKP merupakan
salah satu penilaian
 Threats (Ancaman)
- Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional
- Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum
- Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
- Persaingan antar RS yang semakin kuat
- Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan pendidikan tiap
tahun
 Perhitungan tenaga kerja
Tempat tidur = 40
BOR 70% = 28 tempat tidur terpakai
Contoh :
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan
pasien pasien Pagi Sore Malam
Total care 8 8 x 0,36 = 2,88 8x 0,36 = 2,88 8 x 0,20 = 1,6
Partial care 10 10 x0,27= 2,7 10 x 0,15 = 1,5 10 x 0,10 = 1,0
Minimal care 10 10 x 0,17 = 1,7 10x 0,14= 1,4 10 x 0,07 = 0,7
Total 28 7,28 5,78 3,3

Total tenaga perawat :


Pagi = 7,28
Sore = 5,78
Malam = 3,3
Total = 16,36 / 16 orang
Jumlah perawat yang lepas dinas perhari = 86x16/297 = 4,63
Ket : 86 = jumlah libur lepas dinas
297 = jumlah hari kerja (1 tahun)
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas perhari

4,63 + 16,36 + 1 = 21,99 dibulatkan 22 orang


Keterangan : 4,63 dari jumlah tenaga yang lepas dinas
16,36 dari jumlah total tenaga perawat
1 dari perawat yang menjadi kepala ruangan

 Analisa SWOT
No. Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating
1 Sumber Daya Manusia (Man)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1
2. Jenis ketenagaan :
- S1 Kep : 2 orang 0,3 3 0,9
- D3 kep : 10 orang
- SPK : 14 orang
-
TOTAL 0,3 0,9 S-W
0,9-3,1`
= -2,2

WEAKNESS
- Belum ada sistem 0,4 4 1,6
pengembangan staff berupa
pelatihan dan hampir semua
perawat belum mengikuti
pelatihan bedah maupun non
bedah

- Adanya konflik peran perawat 0,1 3 0,3

- Sebagian perawat belum


mengikuti pelatihan MAKP 0,4 3 1,2
4.
TOTAL 0,9 3,1

b. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
 Adanya kesempatan 0,3 3 0,9
melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
 Adanya kebijakan pemerintah 0,2 3 0,6
tentang profesionalisasi
perawat.
 Adanya program akreditasi RS
dari pemerintah dimana 0,3
MAKP merupakan salah satu 4 1,2
penilaian.
1. 2,7 O–T
1
TOTAL 2,7– 2,3
= 0,4
THREATENED
 Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan 0,3 2 0,6
yang lebih profesional.
 Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum. 0,15 2 0,3
 Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan. 0,15 2 0,3
 Persaingan antar RS yang
semakin kuat.
 Terbatasnya kuota tenaga
2 0,4
keperawatan yang 0,2
melanjutkan pendidikan tiap
tahun.
2 0,4
2. 0,2
3.
4. TOTAL
5. 2,3
1

 Identifikasi Masalah
1. Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP.
2. MAKP yang diterapkan merupakan MAKP model moduler atau MAKP
primer pemula. Sosialisasinya kepada anggota tim masih kurang.
3. Jumlah sumber daya manusia yang memiliki jenjang pendidikan S1 masih
kurang.
 Rencana Strategi
MAKP Primer
perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode
keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat kom-
prehensif serta dapat dipertanggung jawab-kan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien
dirawat dirumah sakit (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan.

Marram, schlegel, dan bevis menyatakan “keperawatan primer adalah distribusi


keperawatan sehingga perawatan total individu adalah tanggung jawab seorang
perawat, bukan beberapa perawat mereka mengindikasi autonomi menjadi kunci
pada pengembangan keperawatan profesional.

Anda mungkin juga menyukai