DISUSUN OLEH :
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
berkat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan tugas kami ini yang berjudul “Manajemen
pelayanan keperawatan jiwa professional di klinik dan komunitas”. dengan baik tepat pada
waktunya.Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
tugas kami ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 19
3.2 Saran………………………………………………………………………….. 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek
kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
a. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag dialami
anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala rangka adaptasi
mereka terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang
akut,kronis maupun terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa.
b. Aspek psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti
ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat yang memerlukakan
pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.
c. Aspek social
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan pekerjaan ,
tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor
terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
d. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai
sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan.
e. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan sebagai
potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang
terjadi.Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang
pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan jiwa
integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat
diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.
6
2.3 Tujuan program kesehatan jiwa mayarakat
c. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
Contohnya : Dimana disini perawat komunitas memberikan penjelasan langsung kepada
klien bahwa lingkungan secara alami memberikan berbagai strata social, dimana
perawatan psikiatri disediakan melalui proses keperawatan dalam biologis, psikologis,
sosiokultural, dan konteks legal etis.
7
Contohnya : Dimana disini perawat Perawat komuitas nantinya terkhusu psikiatrik harus
belajar mengenai / memahami keadaan keadaan biologis yang ditunjukkan oleh klien
kita. Seperti terlihat dari keadaan fisik klien.
h. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
Contohnya : Dimana disini nantinya perawat komunitas, sewaktu menjalankan pelayanan
keperawatan khususnya keperawat jiwa, tidak melenceng dari etika etika di dalam
keperawatan jiwa itu sendiir.
8
Contohnya : Dimana disini nantinya perawat komunitas mempelajari masalah masalah
jiwa yang dialami oleh klien yaitu dengan menggunakan suatu proses pemecahan
masalah (problem solving), secara sistematis dan secara individual untuk mencapai
tujuan keperawatan.
9
2.6 Prinsip pelayanan kesehatan jiwa komunitas
1. Keterjangkauan
Keterjangkauan yang utama ialah dalam biaya dan jarak. Biaya pelayanan dan
jarak yang terjangkau memudahkan setiap orang memelihara kesehatannya secara
berkesinambungan.
2. Keadilan
Pelayanan kesehatan jiwa harus menjamin setiap orang mendapatkan pelayanan secara
merata tanpa memandang status sosial.
3. Perlindungan Hak AzasiManusia
Hak azasi fundamental individu dengan gangguan jiwa harus terjamin dan dihormati,
sebagaimana pada penderita penyakit fisik.
4. Terpadu,Terkoordinasi dan Berkelanjutan
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas dikelola sebagai suatu kesatuan dari berbagai
pelayanan dan program yang berbeda, dengan mempertimbangkan berbagai aspek
di samping kesehatan seperti aspek sosial, kesejahteraan, perumahan,
pekerjaan,pendidikan dan lain-lain, secara terkoordinasi dan berkelanjutan.
5. Efektif
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus berbasis bukti dan efektif. Yang dimaksud
berbasis bukti adalah bila setiap tindakan memberikan hasil yang konsisten
berdasarkan penelitian.Pelayanan komunitas yang efektif memadukan pendekatan
biologis dan penanganan psikososial untuk meningkatkan keberhasilan dan
kualitas hidup individu.
6. Hubungan LintasSektoral
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus membangun jejaring dengan upaya
dan pelayanan kesehatan lain dan oleh sektor lain, baik milik pemerintah maupun
masyarakat.
7. Pembagian wilayah pelayanan Untuk pengembangan dan pengoperasian pelayanan
kesehatan jiwa komunitas dilakukan pembagian wilayah (catchment area), yaitu
pelayanan kesehatan jiwa dikaitkan dengan wilayah geografis tertentu.
10
8. KewajibanPelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas bertanggung jawab terhadap kondisi
kesehatan jiwa seluruh populasi di wilayah kerjanya.
Jenis pelayanan meliputi pelayanan non-medik dan pelayanan medik. Termasuk pelayanan
non-medik adalah :
a. Penyuluhan
b. Pelatihan.
11
c. Deteksi dini.
d. Konseling.
e. Terapi okupasi
a. Penuyuluhan
b. Penilaian Psikiatrik
c. Deteksi dini.
d. Pengobatan dan tindakan medic - psikiatrik
e. Konseling
f. Psikoterapi
g. Rawat inap
12
TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS
TERSIER
1
RSJ
n
FORMAL
na
ya
la
RSU SEKUNDER
Pe
2
n
ta
ka
ng
PRIMER
3 PUSKESMAS
Ti
5 INDIVIDU/KELUARGA
13
b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress.
1) Stress pekerjaan.
2) Stress perkawinan.
3) Stress sekolah.
4) Stress pasca bencana.
c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang kehilangan
pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal, yang semuanya ini mungkin
terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan.
2) Menggerakkan dukunganmasyarakat seperti menjadi orangtua asuhbagi
anak yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.
d. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakansebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan yang dilakukan :
1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress.
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang.
e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh
karena itu perlu dilakukan program :
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
Pencegahan Primer
14
Focus pada peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa
Tujuan : mencegah terjadinya gangguan jiwa serta mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan jiwa
Target : anggota keluarga yang belum mengalami gangguan
Aktivitas : program PenKes, manajemen stress, program dukungan sosial, program
pencegahan penyalahgunaan obat dan program pencegahan bunuh diri.
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan
adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan
gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua
pasien yang berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.
2. Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi
maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
3. Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di
tempat–tempat umum).
4. Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan
sesuai dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan
dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan
pasien minum obat.
5. Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain
yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami
(jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
15
6. Melibatkan keluargadalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak
biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7. Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8. Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi
keluarga dan terapi lingkungan.
9. Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga,
atau kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang
mebahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
penyelesaiannya.
10. Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24
pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.
11. Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
Pencegahan Sekunder
Focus pada deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan
dengan segera
Tujuan : menurunkan kejadian gangguan jiwa
Target : anggota masyarakat yang beresiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah
psikososial dan gangguan jiwa
Aktivitas : menemukan kasus sedini mungkin dan melakukan penjaringan kasus.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana
keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah
mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target
16
pelayanan yaitu anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
Aktifitas pada pencegahan tersier meliputi :
a. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat
sepertisumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh
masyarakat), dan pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat. Beberapa
kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerima pasiengangguan jiwa.
2) Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan
dalam penanganan pasien yang melayani kekambuhan.
b. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :
1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan
dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.
2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.
3) Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien
produktif kembali.
4) Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan
untuk dirinya.
c. Program sosialisasi.
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-
hari/ADL),mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi.
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
4) Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama,
majelis taklim, kegiatan adat).
d. Program mencegah stigma.
17
Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam masyarakat terhadap gangguan
jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk
menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa
kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1) Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa
dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai pasien
gangguan jiwa.
2) Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang
yang berpengaruh dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa.
Pencegahan Tersier
Focus pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa
Tujuan : mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat gangguan jiwa
Target : anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan
Aktivitas : program dukungan sosial, program rehabilitasi, program sosialisasi dan
program mencegah stigma
1. Tingkat primer
Ialah pelayanan tingkat dasar, diberikan oleh fasilitas pelayanan yang menjadi
ujung tombak di komunitas, yaitu Puskesmas, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Dokter praktek swastaTingkat Sekunder.
18
Pusat pelayanan kesehatan berada di Puskesmas. Puskesmas menerima kasus
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kasus datang sendiri atau
dibawa oleh keluarga atau pengantar. Secara tidak langsung kasus dirujuk oleh pihak lain
yang ada di masyarakat baik perorangan maupun lembaga. Kasus juga bisa dijemput oleh
Puskesmas setelah mendapat laporan/permintaan dari masyarakat. Selain itu, kasus juga
dapat dirujuk dari fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit atau
lembaga non-kesehatan yang ada di masyarakat.
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medis
Sedangkan pelayanan yang diperoleh:
1. Penyuluhan
2. Deteksi dini
3. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
4. Pelayanan Rawat Jalan
5. Pelayanan Rujukan
6. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visit
19
2. Tingkat Sekunder
Pusat pelayanan kesehatan berada di Rumah Sakit Umum. Rumah Sakit Umum
menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kasus datang
sendiri atau dibawa oleh keluarga/pengantar maupun dari Puskesmas. Secara tidak
langsung kasus dirujuk oleh pihak lain yang ada di masyarakat baik perorangan maupun
20
lembaga. Kasus dapat dirujuk kembali dari fasilitas dengan tingkat yang lebih tinggi
seperti Rumah Sakit Jiwa.
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medik-Psikiatrik
1. Penyuluhan
6. Pelayanan Rujukan
3. Tingkat Tersier
21
Pusat pelayanan kesehatan berada di Rumah Sakit Jiwa. Rumah Sakit Jiwa menerima
kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsungmindividu dapat datang
sendiri atau dibawa oleh keluarga/pengantar maupun dirujuk dari Puskesmas atau Rumah
Sakit Umum. Secara tidak langsung individu dapat dirujuk oleh pihak lain yang ada di
masyarakat baik perorangan maupun lembaga atau dari penjemputan/ pengambilan individu
oleh petugas
dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Kasus dapat dirujuk kembali dari Rumah Sakitm Jiwa ke
fasilitas pelayanan sekunder maupun primer.
Di dalam Rumah Sakit Jiwa berturut-turut dilalui proses sebagai berikut:
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medik-Psikiatrik
5. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan
psikometrik)
6. Pemeriksaan psikologi
7. Pemeriksaan Consultation-Liaison Psychiatry (Pada kasus tertentu).
22
Sedangkan pelayanan yang diperoleh:
1. Penyuluhan
2. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
3. Pelayanan Rawat Jalan (Psikiatri anak, dewasa, usila, poliklinik NAPZA)
4. Pelayanan Konseling dan Psikoterapi
5. Pelayanan Rawat inap (Psikiatri anak, dewasa, usila, NAPZA)
6. Pelayanan Day-Care
7. Pelayanan Rujukan
8. Pelayanan Rehabilitasi Psikiatrik
Pengkajian awal dilakukan selama 2 menit berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan
tanda-tanda menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan
dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Teknik pengumpulan data dapat
dilakukan melalui wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap
kondisi pasien, serta melalui pengkajian.
Jika perawat menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka
perawat harus berhati-hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak
menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam masyarakat.
23
d. Isolasi sosial
e. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
f. Gangguan proses pikir : waham
g. Defisit perawatan diri
Masalah kesehatan jiwa pada lansia :
a. Demensia
b. Depresi
Evaluasi perkembangan pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan
masalah :
1) Evaluasi pasien :
Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya
Membina hubungan dengan orang lain dilingkungannya secara bertahap
Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami
2) Evaluasi keluarga :
Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien sehingga pasien mandiri
Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa
Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
atau kekambuhan
Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkann konsultasi segera
Menggunakan sumber-sumber yang tersedia dimasyarakat seperti tetangga, teman
dekat dan pelayanan kesehatan terdekat.
24
Proses keperawatan kesehatan jiwa komunitas
1. Pengkajian
Menggunakan pengkajian awal 2 menit berdasarkan keluhan pasien. Bila ditemukan
tanda-tanda gangguan jiwa, dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian
kesehatan jiwa.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian, jika ditemukan gangguan jiwa, maka
kasus ditangani sesuai dengan kebutuhan dan keadaannya. Perawat harus berhati-hati
menyampaikan kepada individu dan keluarga.
3. Perencanaan keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan dilaksanakan mengikuti standar asuhan keperawatan
kesehatan jiwa yang sudah baku.
4. Tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat, sesuai dengan
kondisi individu, bekerja sama dengan individu dan keluarga untuk mengidentifikasi
kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
26
3.2 Saran
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan
fungsinya dengan baik. Sehingga disini perawat sangat penting untuk mengetahui dan
meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar yang
berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Sambodo, dkk. 2015. Manajemen Kesehatan Jiwa Berbasis Komunitas Melalui Pelayanan
Keperawatan Kesehatan Jiwa Kounitas di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang. ISSN : 2407 – 9189. Magelang, Indonesia.
Shanti Wardaningsih. 2017. Melatih dan Memberdayakan Kader Kesehatan dalam Pelaksanaan
Program Kesehatan Jiwa di Masyarakat. Volume 19 (1) Juni 2017. Jakarta, Indonesia.
27