Dosen Pembimbing :
Ns. Mihrawati S. Antu, M.Kep
OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS A NON REGULER ANG. 10
Maryam Rahman 841423174 Moh. Reynaldi Muchsin 841423261
Wiky Handayani Tomutu 841423170 Akhmad Khozin Marzuki 841423190
Putri wulandari sulkifli 841423145 Novita Angraeni 841423158
Syifa Aldarina Ladjaru 841423184 Nurlatifah Zakaria 841423151
Oktaviani Djafar 841423148
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang
telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Manajemen Pelayanan Keperawatan
Jiwa Profesional Klinik dan Komunitas” untuk memenuhi tugas
Keperawatan Psikiatri. Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan
yang ada, sehingga dalam menyelesaikan makalah ini memperoleh
bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direktorat kesehtan jiwa masyarakat (2015) selanjutnya direktorat bina
pelayanan kesehtan jiwa (2006) Depkes RI menetapkan tatanan layanan
kesehatan jiwa dalam bentuk piramida. Piramida layanan kesehatan jiwa
tersebut menjabarkan bahwa layanan kesehatan jiwa bersifat
berkesinambungan dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. layanan
kesehatan jiwa dimulai dari masyarakat dalam bentuk layanan kemandirian
individu dan keluarga, layanan tokoh masyarakat formal dan non formal di
luar sector kesehatan, layanan puskesmas, layanan di tingkat kabupaten/kota
dalam bentuk jangkauan (outreach) ke masyarakat. Layanan kesehatan jiwa di
rumah sakit dimulai dari layanan akut di rumah sakit umum dan layanan
spesialis di rumah sakit jiwa.
Departemen kesehatan yang memiliki visi “masyarakat yang mandiri
untuk hidup sehat” dengan misi “membuat rakyat sehat”, serta strategi
“menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat” ,
berupaya memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi
tinggi nya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap siagaan di
tingkat desa. Desa yang memiliki kesiapan di bidang
kesehatan diberi nama desa siaga. desa siaga merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau, dan mampu mencegah serta mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian
bencana, termasuk juga gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi
setempat secara gotong royong menuju desa sehat.
Jumlah kasus gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat, khususnya
di NAD dan nias, cukup tinggi. saat ini telah ditemukan 11.000 pasien di
21 kabupaten / kota di NAD dan 146 pasien di 2 kabupaten di nias
(CMHN 2006). Jumlah ini belum menggambarkan angka yang sebenarnya
karena belum semua daerah dideteksi. dengan demikian, masih mungkin
terjadi penambahan angka. dari jumlah tersebut, baru separuh yang dirawat
oleh perawat CMHN dan sekitar 31,46% pasien yang dirawat kini
telah mandiri. Penelitian menunjukkan bahwa peluang pasien untuk pulih
adalah 50%. Sebanyak 25% pasie dapat sembuh dan sisanya dapat mandiri.
Berdasarkan penelitia tersebut, dicanangkanlah penerapan desa siaga sehat
jiwa agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan
jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telat
1
dirawat oleh perawat CMHN, sera siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa dimasyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil pada makalah ini
adalah “Bagaimana Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional
Klinik dan Komunitas?’’.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan bagaimana Manajemen Pelayanan
Keperawatan Jiwa Profesional Klinik dan Komunitas .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan tentang pengertian kesehatan jiwa masyarakat
b. Untuk mendeskripsikan tentang peningkatan kesehatan jiwa
masyarakat
c. Untuk mendeskripsikan tentang area keperawatan kesehatan jiwa di
masyarakat
d. Untuk mendeskripsikan tentang masalah kesehatan jiwa di
masyarakat
e. Untuk mendiskripsikan tentang upaya kesehatan jiwa masyarakat
f. Untuk mendiskripsikan tentang keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
g. Untuk mendeskripsikan tentang proses keperawatan kesehatan jiwa
pada cmhn (pengkajian, diagnose, intervensi, implemntasi, dan
evaluasi)
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
kondisi kesehatan jiwa di rumah ataupun di tempat khusus (industri atau
penjara).
6
secara tidak langsung merupakan bukti belum berjalannya undang-
undang no 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa dapat di lihat dalam dua
hal, yakni public stigma (stigma berasal dari masyarakat) dan self
stigma (stigma berasal dari penderita dan keluarganya sendiri). Bentuk-
bentuk public stigma yang ditemukan antara lain penolakan, pengucilan,
kekerasan. Adapun bentuk- bentuk self stigma antara lain prasangka buruk,
merasa bersalah, ketakutan serta kemarahan.
7
keperawatan yang menerapkan teori perilakumanusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer
keperawatan jiwa terjadi dalamkonteks sosial dan lingkungan.Peran
keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensikompentensi klinis,
advokasi pasien keluarga, tanggung jawab fiskal, olaborasi antardisiplin,
akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik. Adapun peran perawat
kesehatan jiwa masyarakat ini adalah sebagai berikut:
5. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan
kesehatan jiwa. Perawat membantu pasien
mengembangkankemampuan menyelesaikan masalah & meningkatkan
fungsi kehidupannya.
6. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif danj promotif penemuan
kasus dini, skiring dan tindakan yang cepat. Perawatmemberikan
pendidikan kesehatan jiwa individu dan keluarga untuk mengembangkan
kemampuan menyelesaikan masalah. Perawatmengembangkan
kemampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas kesehatan keluarga
7. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi
“krisis”. Memberikan asuhan secara langsung, peran ini
dilakukan denganmenggunakan konsep proses keperawatan jiwa. Kegiatan
yang dilakukan adalah pengelolaan kasus, tindakan keperawatan
individukeluarga, kolaborasi dengan tim kesehatan.
Melakukan pemeriksaan langsung dari keluarga ke keluarga, dapat
berkoordinasi denganmasyarakat serta TOMA tokoh masyarakat.
8
dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien,
serta melalui pemeriksaan.
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil
pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa)
maupun yang berisiko mengalami gangguan jiwa. Jika perawat
menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka
perawat harus berhati- hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan
keluarga agar tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut
merupakan stigma dalam masyarakat. Adapun diagnosis keperawatan
yang diidentifikasi penting untuk pascabencana adalah sebagai berikut :
a. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja.
1) Depresi
2) Perilaku kekerasan
b. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa.
1) Harga diri rendah
2) Perilaku kekerasan
3) Risiko bunuh diri
4) Isolasi sosial
5) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
6) Gangguan proses pikir: waham
7) Defisit perawatan diri
c. Masalah kesehatan jiwa pada lansia.
1) Demensia
2) Depresi
3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan
keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik
yaitu:
a. Penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina
hubungan dengan pasien;
b. Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa;
c. Perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi kebersihan
diri (misal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum), makan dan
9
minum, buang air besar dan buang air kecil;
d. Terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan
dan terapi keluarga;
e. Tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek
samping). Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan
bahwa untuk mengatasi satu diagnosis keperawatan diperlukan
beberapa kali pertemuan hingga tercapai kemampuan yang diharapkan
baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana tindakan keperawatan
ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.
1) Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan
dalam kegiatan seharihari dan keterampilan koping adaptif
dalam mengatasimasalah.
2) Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga
dalam merawat pasien dan menyosialisasikan pasien dengan
lingkungan.
3) Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok
dalam rangka sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan
lingkungan.
4) Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan
jiwa, sertamenggerakkan sumber-sumber yang ada di masyarakat
yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah
dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien saat ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga,
dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah
memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi
kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping dalam
menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan keluarga
untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan
melalui kolaborasi dan rujukan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
a. Evaluasi pasien
10
1) Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya.
2) Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara
bertahap.
3) Melakukan cara-cara meyelesaikan masalah yang dialami.
b. Evaluasi keluarga
1) Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga
pasien mandiri.
2) Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa.
3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa atau kekambuhan.
4) Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi
segera.
5) Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat
seperti tetangga, teman dekat, pelayanan kesehatan terdekat.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat diambil
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat
mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat mencapai
prestasi belajar semaksimal mungkin karena tidak adanya hambatan emosi.
2. Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat perlu memperhatikan beberapa
stresor di masyarakat yang sangat memengaruhi kesehatan jiwa masyarakat.
Beberapa stresor di masyarakat antara lain timbulnya harapan yang terlalu
banyak, meningkatnya permintaan kebutuhan dampak teknologi
modem, utanisasi, dan kepadatan penduduk.
3. Area keperawatan kesehatan jiwa masyarakat ini mencakup seluruh kasus
yang terjadi pada usia anak, dewasu, usia lanjut, baik pada kasus individu,
kelompok, maupun keluarga.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk perbaikan makalah selanjutnya
yaitu agar lebih menjelaskan secara rinci terkait upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan kesehatan jiwa
masyarakat. Hal tersebut dipelukan karena dapat mengetahu upaya seperti apa
yang dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan jiwa dimasyarakat
12
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015.
Buku Ajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
13