Kelompok 1 :
Rikeu Tania 88160001
Suci Rahmah Yanti 88160002
Betha Destriani 88160021
Nina Hartinah 88160024
Nindy Tri Yulianti 88160031
Angelina Merici 88160033
Siska Susilawati 88160038
Velma Mustika Sari 88160042
Via Oktaviani GS 88160052
Dian Herdiawati 88160053
Zahra Hadi 88160061
Dina Nursamsiah 88160064
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, tugas makalah
ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini berjudul perencanaan manajemen
keperawatan Puskesmas akan menjadi tugas pertama kami dalam mata kuliah manajemen
keperawatan . Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang turut serta
membantu kelancaran tugas kami, terutama dosen manajemen keperawatan yang telah memberi
banyak ilmu kepada kami mahasiswa. Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan
makalah kami ini.
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi pembaca. Kami juga tidak segan-
segan untuk menerima kritik dan saran, agar penugasan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih
baik dari sebelumnya dan sesungguhnya semua itu bersifat membangun. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 1
Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................ 4
BAB II....................................................................................................................................................... 4
Landasan Teori ........................................................................................................................................ 4
2.1.Definisi Puskesmas ........................................................................................................................ 4
A. Pengertian Puskesmas ................................................................................................................ 4
B. Visi dan Misi Puskesmas ............................................................................................................ 4
2.2.Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas ........................................................................................... 5
2.3.Perencanaan Manajemen Puskesmas .......................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................... 31
PENUTUP ................................................................................................................................................ ii
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia. Dengan
kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa
terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih
terbilang terbelakang dalam hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan
pentingnya untuk menjaga kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami
akan pentingnya promotiv dan preventif atau lebih kita kenal dengan lebih baik mencegah
daripada mengobati. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di
Indonesia terutama masyarakat awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat
semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu,
sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari puskesmas, sehingga
untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu ditunjang oleh manajemen
puskesmas yang baik agar puskesmas benar-benar berfungsi sesuai dengan tugasnya.
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Sehingga terciptalah masyarakat
yang sehat dan produktiv. Tidak gampang terjangkit penyakit dan selalu menjaga
kesehatannya dengan baik.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi puskesmas ?
2. Apa saja tugas pokok dan fungsi puskesmas ?
3. Bagaimana Perencanaan Manajemen Puskesmas ?
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui manajemen keperawatan di puskesmas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan,
sedangkan pembangunan kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan
yang pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di
Puskesmas Wilayah Kerja. Wilayah ini dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau
daerah terpencil.
1. Promosi Kesehatan
a. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan
masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi,
menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan
suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali,
menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
b. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
c. Sasaran
1) Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader,
2) Penyuluhan Kesehatan
a) Penyuluhan dalam gedung
b) Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
a) Kelompok posyandu
b) Penyuluhan masyarakat
c) Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
3) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
4) Advokasi program kesehatan dan program prioritas. Kampanye program
prioritas antara lain: vitamin A, narkoba, P2M DBD, HIV, malaria, diare
5) Promosi kesehatan tentang narkoba
6) Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
7) Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2. Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping
faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya
potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat
fisik, kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan
upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya
kesehatan lingkungan sangat penting.
b. Tujuan
1) Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan yang optimal
2) Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor lain
yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.
3) Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan
dan permukiman yang berlaku.
4) Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
5) Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan
makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.
c. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan
Puskesmas meliputi:
1) Penyehatan air
2) Penyehatan makanan dan minuman
3) Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4) Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5) Penyehatan pemukiman
6) Pengawasan sanitasi tempat umum
7) Pengamanan polusi industri
8) Pengamanan pestisida
9) Klinik sanitasi
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
a. Pengertian
1) Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang
ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
2) Kejadian Luar Biasa (KLB)
Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian
umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan
masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya
peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadiankesakitan/kematian
tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun tertentu.
3) Wabah Penyakit Menular
Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
mennnimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit yang mennular)
a. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
b. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor
terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama,
sektor kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:
a. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.
b. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi
kecamatan (Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).
Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni:
a. Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional)
Puskesmas, sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan
sinergi untuk mencapai tujuan Puskesmas.
b. Pengorganisasian pegawai Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan tanggung
jawab setiap pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program
mempunyai penanggung jawabnya.
Dengan memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan
mempelajari fungsi penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi) dan akan
diketahui gambaran pembimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai
Puskesmas sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab (Sulaeman, 2009).
Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk
pengorganisasian yang terdiri dari : (Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 pasal 34)
b. Puskesmas keliling
Adalah salah satu kegiatan puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya dengan memberikan pelayanan di daerah
terpencil. Kegiatan pusling, yaitu :
1) Melakukan penyelidikan kejadian luar biasa(KLB)
2) Sebagai alat transportasi penderita untuk rujukan.
3) Melakukan penyuluhan kesehatan menggunakan audio visual.
c. Bidan di Desa/komunitas.
Adalah salah satu kegiatan pelayanan kesehatan maupun penyuluhan di
desa/kelurahan oleh tenaga Bidan yang ditunjuk oleh Puskesmas Induk.
d. Posyandu
Merupakan kegiatan keterpaduan antara Puskesmas dan masyarakat di
tingkat desa yang diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu. Semula
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan KB dan kesehatan.
Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi forum
komunikasi dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan
kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah melalui alih
teknologi. Satu Posyandu sebaiknya melayani sekitar 100 balita (120 kepala
keluarga), atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat.
3. ACTUATING
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana
tersebut dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah
actuating yang secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah
tersebut lebih condong diartikan penggerak atau pelaksanaan.
Salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan Puskesmas saat ini adalah
adanya ketersediaan sumber daya manusia bidang kesehatan. Unsur SDM bidang
kesehatan merupakan salah satu unsur manajemen yang harus dipenuhi untuk
tercapainya secara efektif tujuan organisasi. Sebagai organisasi pemerintah, SDM
kesehatan merupakan pegawai atau aparatur pemerintah sehingga manajemen yang
mengaturnya lebih mengarah kepada manajemen kepegawaian atau manajemen
personalia. Manajemen personalia memiliki tujuan untuk mengarahkan para
karyawan dalam pekerjaan atau hubungan kerja mereka.
a. Pengusaha
Sebagai organisasi pemerintah yang mempunyai tujuan organisasi
bersifat pengabdian sosial, yang dipandang sebagai pengusaha disini adalah
Pemerintah baik pemerintah pusat maupun PEMDA. Pemerintah menjamin
kelangsungan kegiatan pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh Puskesmas.
Modal yang diinvestasikan pemerintah tadi dapat berupa anggaran atau
pembiayaan operasional kegiatan Puskesmas, biaya subsidi pelayanan
kesehatan dasar dan biaya subsidi Jaminan kesehatan masyarakat miskin
b. Karyawan
Karyawan merupakan asset yang menentukan baik buruknya pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh puskesmas pada masyarakat. Kualitas dan
kuantitas karyawan sebanding dengan beragamnya keahlian/profesi yang ada di
Puskesmas. Semakin banyak karyawan maka pelayanan menjadi efisien dan
efektif karena pelayanan menjadi cepat, mudah ditemui dan terarah. Selain itu
beragam jenis pelayanan kesehatan juga dapat diberikan.
c. Pemimpin atau manajer
Pemimpin yang ada di Puskesmas terdiri atas kepala Puskesmas , kepala
unit program dan pengelola program kegiatan. Kepala Puskesmas merupakan
pejabat struktural yang ditunjuk dan dilantik oleh pemerintah. Seorang
personalia kepala Puskesmas dipersyaratkan harus sarjana di bidang kesehatan
yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat, misalnya
Dokter, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Sarjana Farmasi, Sarjana Keperawatan.
Kepala Puskesmas merupakan penanggung jawab pembangunan kesehatan di
tingkat kecamatan. Sesuai tanggung jawab tersebut dan besarnya peran Kepala
Puskesmas dalam penyelenggaraaan pembangunan kesehatan di tingkat
kecamatan, menurut Depkes RI ( 2006 ) maka jabatan Kepala Puskesmas
setingkat dengan eselon III B.
Kepala unit program dan pengelola program merupakan pejabat
fungsional yang diberikan tugas tambahan. Umumnya pejabat kepala unit dan
pengelola disesuaikan dengan jabatan fungsional yang menjabat sehingga
keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas-tugas program yang akan
dijalankan.
Pengarahan karyawan Puskesmas ditentukan dengan kebijakan Kepala
Puskesmas. Tiap karyawan akan diarahkan agar dapat bekerjasama dan bekerja
efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan Puskesmas. Tiap
karyawan diharuskan memliki rencana kerja program masing-masing dan
langkah-langkah strategi untuk pencapaian rencana kegiatan tersebut.
4. CONTROLLING
Pengawasan (controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.Bedasarkan hasil penelitian bahwa penilaian selalu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Selain itu, juga dapat
mengarahkan bawahan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar
sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.
Controlling dalam manajemen puskesmas merupakan indikator keberhasilan
puskesmas yang meliputi 2 faktor yaitu menjadi indikator pencapaian sehat meliputi
lingkungan, perilaku masyarakat, layanan kesehatan dan status kesehatan mrliputi
KEP balita, insiden penyakit yang berbasis lingkungan dan kesehatna ibu dan anak.
Selain itu juga merupakan indicator penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan keluarga, pelayanan kesehatan tingkat I.
Kontrol kualitas Merupakan suatu upaya organisasi dalam menyediakan
pelayanan yang memenuhi standar professional dan dapat diterima oleh klien.
a. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakaian jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata – rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan
standar atau kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996)
b. Kriteria mutu pelayanan kesehatan
1) Struktur
Kriteria rumah sakit, unit keperawatan (LOD, visi dan misi, konsep
asuhan keperawatan)
2) Proses
Fungsi, proses interpersonal, metode pengorganisasian, perspektif
keperawatan proesional, praktek keperawatan professional
3) Tujuan
Tingkat kesehatan atau kesejahteraan, kemampuan fungsional, kepuasan
pasien, sumberpenggunaan/ pengeluaran efektif dan efisien, kejadian dan
proses yang tidak menyenangkan.
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
5. EVALUATION
Salah satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer guna mencapai
hasil organisasi adalah system penilaian kerja karyawan.Melalui evaluasi regular dari
setiap pelaksanaan kerja pegawai manajer dapat mencapai beberapa tujuan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
yang tidak diinginkan kemudian diperbaiki sehingga tujuan dapat tercapai sesuai
harapan.Hasil penelitian dapat menjelaskan bahwa dari serangkaian kegiatan yang telah
disusun dan direncanakan yang kemudian berakhir pada tahap pengawasan yang
dimana pada tahap ini kita melihat hasil dari kegiatan yang dilaksanakan berhasil atau
tidaknya yang kemudian nantinya akan menjadi koreksi dan catatan penting bagi
pelaksanaan kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi guna mencapai tujuan yang
sesungguhnya.
a. Prinsip – prinsip evaluasi :
1) Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja, orientasi
tingkah laku untuk posisi yang ditempati,
2) Sample tingkah laku perawat yang cukup representative,
3) Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja, standar pelaksanaan kerjadan
bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang,
4) Terdapat strategi pelaksanaan kerja yang memuaskan dan strategi perbaikan
yang diperlukan,
5) Manajer menjelaskan area mana yang dijadiakn prioritas Pertemuan evaluasi
antara perawat dan menajer sebaiknya dilakukan dalam waktu yang tepat,
6) Laporan evaluasi maupun pertemuan tersusun secara rapih sehingga membantu
dalam pelaksanaan kerja.
Alat evalausi :
Secara garis besar lingkup penilaian kinerja Puskesmas tersebut berdasarkan pada
upaya-upaya Puskesmas dalam menyelenggarakan :
a. Pelayanan Kesehatan ;
1) Upaya Kesehatan Wajib.
2) Upaya Kesehatan Pengembangan.
b. Pelaksanaan Manajemen Puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan, meliputi :
1) Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan mini lokakarya dan pelaksanaan
penilaian kinerja.
2) Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dll.
c. Mutu Pelayanan :
1) Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan.
2) Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya
terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan.
3) Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan,
dimana masing – masing program kesehatan mempunyai indikator mutu
tersendiri.
4) Penilaian out come pelayanan antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan Puskesmas.
Indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling peka untuk menilai dampak
progam kesehatan adalah IMR (Infant Mortality rate), MMR (Maternal Mortality Rate),
dan BR (Birth Rate). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, empat progam
pokok perlu lebih diprioritaskan oleh puskesmas yaitu KIA, KB, P2M dan gizi. Keempat
progam pokok tersebut juga dilaksanakan secara terpadu diluar gedung puskesmas
melalui pos kesehatan ditingkat dusun atau pos pelayanan terpadu. Sejak tahun
1992/1993, pemerintah juga telah menempatkan bidan didesa. Bidan yang bertugas di
desa, mengelola pondok bersalin desa.
Terbentuknya Tim Manajemen Puskesmas saja belum cukup. Oleh karena itu
Tim Manajemen Puskesmas harus berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya
1) Mutu Puskesmas
Adalah kesesuaian antara SDM, pelayanan dan sarana yang dilaksanakan
oleh Puskesmas. Indikator mutu Puskesmas, meliputi :
a) Sumber Daya Manusia / SDM (Tenaga)
Seluruh tenaga yang ada di Puskesmas sudah mengikuti pelatihan teknis
dan mendapat sertifikat (misalnya, APN, PPGDON, BTCLS, ATCLS,
GELS, MTBS, QA).
b) Pelayanan
Pelayanan yang diberikan di Puskesmas hendaknya sudah sesuai atau
mengikuti Prosedur Ketetapan (Protap) atau Standar Operasional Prosedur
(SOP). Selain itu ada Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atau tersedia
Kotak Saran untuk mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada
masyarakat serta ada analisis hasil evaluasi kepuasan masyarakat.
c) Sarana
Sarana yang ada di Puskesmas hedaknya harus sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan (misalnya, sarana ANC, sarana pelayanan
Imunisasi)
2) Program Kreatif dan Inovatif
Adalah program/kegiatan atau pelayanan yang menjadi unggulan
Puskesmas serta lebih menonjol dibandingkan pelayanan di Puskesmas lain,
seperti : Klinik Terpadu Graha Semesta, Klinik IMS, Kader UKGMD,
Puskesmas Santun Lansia. Puskesmas hendaknya minimal mempunya satu
program kreatif dan inovatif yang menjadi unggulan Puskesmas tersebut.
3) Pemberdayaan Masyarakat
Adalah upaya dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan agar
mandiri untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator pemberdayaan masyarakat, yaitu :
1) Terbentuknya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Meliputi : Pos Yandu, Pos Bindu, Pos UKK, Poskestren, Poskesdes,
Desa Siaga, SBH, TOGA, Kader Pos Yandu, Kader Kesling, PMO
2) Berfungsinya UKBM
Tidak hanya terbentuk UKBM saja, akan tetapi UKBM tersebut
harus berfungsi.
c. Kerjasama Lintas Sektor
Kegiatan Puskesmas akan berjalan dengan lancar, bila didukung oleh peran
Lintas Sektor (Kecamatan, UPT Pendidikan,UPT KB, KUA), terutama bila kegiatan
Puskesmas yang melibatkan masa (masyarakat banyak), misalnya Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) bekerjasama dengan Kecamatan, Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS) bekerjasama dengan UPT Pendidikan. Oleh karena itu dalam melaksanakan
kegiatannya Puskesmas harus bekerjasama dengan lintas sektor agar tujuan
Pembangunan Kesehatan dapat tercapai.
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
6. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
10. Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada
masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan,
pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem.
11. Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi
untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan
manajemen Puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya.
Pasal 2
Pasal 3
(2) Berdasarkan prinsip paradigma sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
(5) Berdasarkan prinsip pemerataan sebagaimana pada ayat (1) huruf d, Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau
oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan
status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
(6) Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Pasal 5 . . .
-6-
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
-7-
d. menyelenggarakan . . .
-8-
Pasal 8
BAB III
PERSYARATAN
Pasal 9
(2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
Pasal 10 . . .
-9-
(satu) Puskesmas.
(3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
Pasal 10 . . .
- 10
-
Pasal 10
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian Puskesmas
harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 11
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 13 . . .
- 11
-
Pasal 12
(1) Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, setiap
Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan.
(2) Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didirikan dengan mempertimbangkan aksesibilitas tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan.
Pasal 13 . . .
- 12
-
Pasal 13
(1) Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
l. kendaraan ambulans.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16 . . .
- 13
(1) Peralatan kesehatan di Puskesmas harus
- memenuhi persyaratan:
a. standar mutu, keamanan, keselamatan;
b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi
yang berwenang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peralatan tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 16 . . .
- 14
-
Pasal 16
(1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan.
(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk
dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan
pembagian waktu kerja.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga Kesehatan
dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 18 . . .
- 15
- 17
Pasal
(1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati
hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
(2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin
praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18 . . .
- 16
-
Pasal 18
Pasal 19
BAB IV
KATEGORI PUSKESMAS
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22 . . .
- 17
-
Pasal 22 . . .
- 18
-
Pasal 22
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non
agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa;
b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius
2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;
c. lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik;
dan/atau
d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b.
Pasal 23
b. memiliki . . .
- 19
-
merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang
memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan
sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris;
b. memiliki . . .
- 20
-
b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen; dan
d. terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sebagaimana dimaksud
pada huruf b.
Pasal 24
c. pelayanan . . .
- 21
- sebagai berikut:
sangat terpencil memiliki karakteristik
a. memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi
tenaga kesehatan;
b. dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan
kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan;
c. pelayanan . . .
- 22
-
Pasal 25
(2) Puskesmas non rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali
pertolongan persalinan normal.
(3) Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk meenyelenggarakan
pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB V
PERIZINAN DAN REGISTRASI
Pasal 26
(4) Perpanjangan . . .
- 23
(1) Setiap Puskesmas wajib memiliki- izin untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(3) Izin berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
(4) Perpanjangan . . .
- 24
-
(4) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan
mengajukan permohonan perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sebelum habis masa berlakunya izin.
Pasal 27
(1) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan permohonan tertulis kepada
Bupati/Walikota melalui satuan kerja pada pemerintah daerah kabupaten/kota
yang menyelenggarakan perizinan terpadu dengan melampirkan dokumen:
a. fotokopi sertifikat tanah atau bukti lain kepemilikan tanah yang sah;
b. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
c. dokumen pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. surat keputusan dari Bupati/Walikota terkait kategori Puskesmas;
e. studi kelayakan untuk Puskesmas yang baru akan didirikan atau akan
dikembangkan;
f. profil Puskesmas yang meliputi aspek lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, dan pengorganisasian untuk Puskesmas yang
mengajukan permohonan perpanjangan izin; dan
g. persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.
(2) Satuan kerja pada pemerintah daerah harus menerbitkan bukti penerimaan
berkas permohonan yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila
berkas permohonan belum lengkap kepada pemohon yang mengajukan
permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas
permohonan diterima.
(3) Dalam hal berkas permohonan belum lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), pemohon harus mengajukan permohonan ulang kepada pemberi izin.
(4) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas
diterbitkan, pemberi izin harus menetapkan untuk memberikan atau menolak
permohonan izin.
(5) Dalam hal terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu
- 25
- pemberi izin dapat memperpanjang jangka
sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
waktu pemrosesan izin paling lama 14 (empat belas) hari kerja dengan
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon.
(6) Penetapan . . .
- 26
-
(7) Dalam hal permohonan izin ditolak, pemberi izin harus memberikan alasan
penolakan yang disampaikan secara tertulis kepada pemohon.
(8) Apabila pemberi izin tidak menerbitkan izin atau tidak menolak permohonan
hingga berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4), permohonan izin dianggap diterima.
Pasal 28
(1) Setiap Puskesmas yang telah memiliki izin wajib melakukan registrasi.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Menteri setelah memperoleh rekomendasi
dari Dinas Kesehatan Provinsi.
(3) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu
paling lambat 6 (enam) bulan setelah izin Puskesmas ditetapkan.
Pasal 29
Pasal 30 . . .
- 28
-
Pasal 30
(2) Menteri menetapkan nomor registrasi berupa kode Puskesmas paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak surat permohonan registrasi Puskesmas diterima.
(3) Kode Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diinformasikan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota dan dinas kesehatan provinsi.
Pasal 31
(1) Puskesmas dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit milik Pemerintah Daerah.
(2) Dalam hal Puskesmas dijadikan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Pemerintah Daerah wajib mendirikan Puskesmas baru sebagai pengganti di
wilayah tersebut.
(3) Pendirian Puskesmas baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
BAB VI
PENYELENGGARAAN
Bagian Kesatu
Kedudukan dan Organisasi
Pasal 33 . . .
- 29
-
Pasal 32
Pasal 33 . . .
- 30
-
Pasal 33
(2) Kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seorang
Tenaga Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut:
a. tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat;
b. masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
c. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
(4) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Kepala Puskesmas merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber daya
Puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
(5) Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak tersedia
seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, maka Kepala Puskesmas merupakan tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.
Pasal 34
(2) Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas:
a. kepala Puskesmas;
b. kepala sub bagian tata usaha;
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
Bagian . . .
- 31
d. penanggung jawab UKP, kefarmasian
- dan Laboratorium; dan
e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
Bagian . . .
- 32
-
Bagian Kedua
Upaya Kesehatan
Pasal 35
(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
terintegrasi dan berkesinambungan.
Pasal 36
(2) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
(3) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian
standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
Pasal 37 . . .
- 33
-
(1) merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan
upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas.
(5) Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dapat dilakukan oleh
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 37 . . .
- 34
-
Pasal 37
Pasal 38
a. manajemen Puskesmas;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
d. pelayanan laboratorium.
Bagian Ketiga
Akreditasi
Pasal 39
(5) Ketentuan . . .
- 35
(1) Dalam upaya peningkatan mutu -pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi
secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.
(4) Dalam hal lembaga Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum
terbentuk, pelaksanaan akreditasi Puskesmas dilaksanakan oleh komisi
akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh
Menteri.
(5) Ketentuan . . .
- 36
-
Bagian Keempat
Pasal 40
(2) Jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.
(3) Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
(5) Puskesmas keliling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan pelayanan
kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan
mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum
terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.
(6) Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bidan yang
ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa dalam wilayah kerja
Puskesmas.
Pasal 41
(2) Rujukan . . .
- 38
-
(2) Rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai sistem
rujukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 42
(2) Pengelolaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
Pasal 43
(2) Sistem Informasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan secara eletronik atau non elektronik.
Pasal 44
(1) Sistem Informasi Puskesmas merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan
kabupaten/kota.
(3) Laporan . . .
- 23 -
(3) Laporan kegiatan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
sumber data dari pelaporan data kesehatan prioritas yang diselenggarakan
melalui komunikasi data.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 45
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian
dan pengembangan.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 46 Pada
saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
- 24 -
a. lokasi dan bangunan Puskesmas yang telah berdiri sebelum ditetapkannya
Peraturan Menteri ini, dianggap telah memenuhi persyaratan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini.
b. Puskesmas . . .
b. Puskesmas yang telah ada harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling
lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
BAB XI KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 47
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 48
Ditetapkan di Jakarta
AMIR SYAMSUDIN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Untuk
terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang
sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang
ii
baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien.
iii