Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

(Langkah Supervisi Ruang Rawat & Praktik


Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Akreditas)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6 (KELAS C)

OLIVIA DJERAMU 16061063

MARSELINA DAMASAR 16061098

ANCHELA B. SIAGIAN 16061143

FEREN M. SAMPEL 16061044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan....................................................................3
B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan....................................3
C. Indikator Pengarahan yang Baik.........................................................................5
D. Supervisi Keperawatan …………………………………………………..6
E. Langkah Supervisi Ruang Rawat.......................................................................8
F. Teknik Supervisi …………………………………………………………8

F. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Akreditasi..................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

ii
BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengarahan merupakan suatu keinginan untuk membuat orang lain
mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang
lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada
tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar
tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik (Nursalam, 2014).
Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan
fungsi terpenting dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting
maka hendaknya pengarahan ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh
seorang pemimpin.
Seorang manajer yang baik hendaknya sering memberi masukan-
masukan kepada anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi
kerja anggota. Seorang anggota juga layaknya manusia biasa yang senang
dengan adanya suatu perhatian dari yang lain, apabila perhatian tersebut dapat
membantu meningkatkan kinerja mereka (Wijono, 2000).
Suatu pengarahan dapat diberikan pada suatu batasan, baik yang
bersifat umum maupun spesifik, tergantung pada frekuensi kerja dan motif
usaha yang dikembangkan. Pengarahan dapat diberikan sebagai suatu proses
bimbingan, pemberian petunjuk dan intruksi kepada bawahan agar mereka
bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Organisasi yang tidak secara maksimal menerapkan fungsi
pengarahan, dapat mengakibatkan antara lain : karyawan kurang disiplin,
karyawan dalam bekerja tidak sesuai dengan standar operasional prosedur
yang telah ditetapkan, atau bahkan karyawan kurang bisa menghargai peran
dan fungsi pimpinan.

B. Tujuan

2
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan tujuan dari pengarahan
2. Untuk mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi
pengarahan
3. Untuk mengetahui indikator pengarahan yang baik
4. Untuk mengetahui langkah supervisi ruang rawat
5. Untuk mengetahui praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar
akreditasi

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan


Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk,
dan instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standar,
pedoman dan buku panduan, bahkan manajemen berdasarkan sasaran.
Tujuan pengarahan, yaitu :
1. Menjamin kontinuitas perencanaan
2. Membudayakan prosedur standart
3. Menghindari kemungkinan yang tidak berarti
4. Membina motivasi yang terarah

B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan


Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen
yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang
efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif
akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi
sering disertakan dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan
dengan komunikasi dan kepemimpinan (Huber, 2006).
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan
kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat
untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan
dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi,
membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg,
2000). Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau

4
staf dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai
pada tujuan (Soeroso, 2003).
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan
pasien, staf, dan atasan setiap hari (Nursalam, 2012). Komunikasi membentuk
inti kegiatan manajemen dan melewati semua proses manajemen (Marquis
dan Huston, 2010).
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012),
yaitu:
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak
dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal
perlu dibangun antara manajer dan staf
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang
tak terpisahkan dalam organisasi
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara
adekuat, lengkap dan cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam
komunikasi.
Douglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas
aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen,
yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan
keperawatan, pasien dan perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan

5
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,
konsultasi, dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen

C. Indikator Pengarahan yang Baik


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) menyatakan
bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur
hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan
lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut :

a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan


menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau
gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan
informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas,
pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan
mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil
kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam
mengatasi masalah-masalah organisasi.
b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya
pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik
dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini
menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis
berupa bulletin, manual yang mahal, buklet dan film sebagai pengganti
kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan.

6
c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim
secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin,
surat-surat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga
banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi
pegawai terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak
membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu
yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak
dibaca.
d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi
komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang
tepat bagi pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah
laku karyawan. Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat saling
menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.
Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh
karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektifitasnya.
e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah
semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka
perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam
faktor diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata
rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada
pimpinan.

D. Supervisi Keperawatan
Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang
digunakan untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek
yang sudah dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai,
mempertahankan, dan kreatif dalam menigkatkan kualitas pemberian asuhan
keperawatan melalui sarana pendukung yang ada. Supervisi menurut Rowe,
dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajer untuk
memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta
nilai-nilai kelompok, individu atau tim.

7
Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan
dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala
seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan.
Sistem supervisi akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan
kesempatan perawat pelaksana mendapatkan promosi. Supervisi menurut
Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan manajemen
keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Kunci supervisi menurut
Nursalam (2015) meliputi pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan
menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan (menilai kinerja,
mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya jawab, dan pembinaan),
serta pascasupervisi 3F (F-fair yaitu memberikan penilaian, feedback atau
memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan
penghargaaan dan follow up perbaikan).

Supervisi klinik tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari


kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif, mendahulukan
penghargaan terhadap pencapaian hasil positif dan memberikan jalan keluar
terhadap hal yang masih belum dapat dilakukan. Perawat tidak sekedar
merasa dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara
benar

Supervisi keperawatan berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan


sebagai suatu proses berkesinambungan yang dilakukan oleh manajer
keperawatan atau pemimpin untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan seseorang, sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas kinerja
melalui pengarahan, observasi dan bimbingan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayanan.

E. Langkah Supervisi Ruang Rawat


1. Pra supervisi

8
a. Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat
ukur yang telah disiapkan.
b. Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi masalah
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi
data sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA
3. Pasca supervisi 3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F – Fair).
b. Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi
c. Supervisi memberikan reinforcement dan Follow up perbaikan.

F. Teknik Supervisi

Proses Supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen pokok, yaitu :

1. Mengacu pada standar asuhan keperawatan


2. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian.
3. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan
kualitas asuhan.

Area yang disupervisi adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang


diberikan oleh Perawat Primer dan Perawat Associate berdasarkan standar
asuhan yang telah ditetapkan.

9
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008).
Cara memberikan supervisi efektif adalah : 1) pengarahan harus
lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3)
berbicara dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5)
Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan
yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan
dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada
saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi
asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian
dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung
(Wiyana, 2008) :
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian
secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat
yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan
dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.

10
e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

2. Secara Tidak Langsung


Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan
terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis
(Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung, yaitu :
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu
form A dari Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan
tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
atau sesuai standar.

11
G. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Akreditasi
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
3. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan ASKEP pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
8. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal

H.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fungsi pengarahan dalam manajemen merupakan salah satu fungsi
yang sangat diperlukan karena fungsi ini memberikan bimbingan, arahan dan
petunjuk kepada anggota lainnya untuk memiliki rasa tanggungjawab
terhadap tugasnya masing-masing. Dalam fungsi pengarahan ini juga terkait
dengan hal kepemimpinan dan motivasi kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan karena adnya unsure yang saling mendukung dimana dalam
mengarahkan dapat dilakukan oleh seorang manajemen atau seorang
pemimpin yang dapat bertanggungjawab dan untuk menghasilkan pengarahan
yang maximal seorang manajemen atau pemimpin harus mampu memotivasi
bawahannya untuk melaksanakan perencanaan yang telah ditetapkan dan
menghasilkan hasil yang optimal.

B. Saran
Sebagai manajer ataupun pemimpin organisasi yang baik, hendaknya
dapat mengimplementasikan fungsi pengarahan dengan optimal di dalam
suatu manajemen atau organisasi tersebut, sehingga tujuan organisasi yang
hendak dicapai akan terwujud.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dexter, Akbar. 2012. Fungsi Pengarahan dalam Management.


https://www.scribd.com/doc/96274382/Fungsi-Pengarahan-Dalam-
Manajemen
Swamburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen
keperawatan. Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39138/4/Chapter%20ll.pdf
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Wiyana. (2008).Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat di Rumah
Sakit TingkatIII 16.06.01 Ambon.Jurnal Manajemen Administrasi Rumah
Sakit. Universitas Maluku.
Pitman, S. 2011. Handbook for clinical supervisor: nursing post graduate
programme.Dublin: Royal Collage of surgeon in Ireland

14

Anda mungkin juga menyukai